• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI 5G KAJIAN AWAL DALAM HUBUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEKNOLOGI 5G KAJIAN AWAL DALAM HUBUNGAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI 5G : KAJIAN AWAL , DALAM HUBUNGAN

REGULASI DAN HUKUM DI INDONESIA

SIGIT WIBAWA

Magister Teknik Elektro Universitas Mercu Buana

Mata kuliah Regulasi dan hukum ICT

Dosen : DR Ir IWAN KRISNADI MBA

Abstrak --- 5G merupakan penggabungan teknologi 2G, 3G, 4G, Wifi dan inovasi lain yang bermuara pada peningkatan cakupan dan kehandalan (coverage and always-on reliability). 5G adalah teknologi yang berorientasi pada kecepatan pertukaran data dan minimalisasi end-to-end latency. Prinsip-prinsip pada 5G, yakni menambah kecepatan, menurunkan latensi, dan menambah kapasitas. Sampai dengan saat ini teknologi generasi kelima dalam bidang telekomunikasi masih belum ditetapkan standar yang berlaku di dunia, meskipun begitu para pelaku telekomunikasi di berbagai belahan dunia telah berlomba-lomba untuk mencari teknologi yang dapat memenuhi persyaratan minimal dimana teknologi tersebut dapat dikatakan sebagai teknologi 5G begitu juga di Indonesia pemerintah harus mampu menjawab tantangan tersebut Pemerintah mengidentifikasi perubahan beserta dampak yang akan ditimbulkan oleh kehadiran teknologi tersebut untuk kemudian menuangkannya dalam bentuk standardisasi dan kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran, sehingga kestabilan industri tetap terjaga, dampak negatif teknologi dapat ditekan, dan manfaatnya dapat diperoleh secara lebih optimal.

Kata kunci --- Teknologi 5G, spektrum Frekuensi, lebar pita, Regulasi

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Teknologi 5G Berbeda dengan konsep improvement yang dilakukan pada teknologi 4G. teknologi 5G diperkirakan bukan merupakan peningkatan atau penyempurnaan dari teknologi sebelumnya. 5G Public Private Partnership (5G PPP) mendefinisikan visi dari 5G sebagai teknologi kunci untuk dunia digital dengan ultra-high band

infrastructure yang akan mendukung proses transformasi ekonomi di segala sektor dan meningkatkan permintaan pasar (5G PPP, 2015). Diskusi GSMA menyimpulkan dua sudut pandang mengenai teknologi 5G. Pertama, 5G merupakan penggabungan teknologi 2G, 3G, 4G, Wifi dan inovasi lain yang bermuara pada peningkatan cakupan dan kehandalan (coverage and always-on reliability). Sudut pandang kedua, 5G adalah teknologi yang berorientasi pada kecepatan pertukaran data dan minimalisasi end-to-end latency (GSMA, 2014). Berdasarkan timeline ITU, pada tataran global, direncanakan 5G akan masuk pasar komersial mulai tahun 2020. Standar teknologi telekomunikasi seluler 5G hingga saat ini masih belum ditetapkan. 3GPP menargetkan spesifikasi radio access

network (RAN) 5G akan tersedia pada Juni 2018. Meskipun standar teknis belum tersedia, visi teknologi

(2)

5G, diperlukan banyak persiapan oleh semua stakeholder yang melibatkan industri manufaktur perangkat, industri jaringan, industri konten, industri aplikasi, pemerintah, dan masyarakat.

B. Pokok Permasalahan

Berdasarkan apa yang disampaikan pada latar belakang, Penulisan ini akan berusaha untuk menjawab permasalahan penelitian, yaitu:

Kebutuhan regulasi baru dan penyesuaian regulasi yang diperlukan pada era 5G. Pembuat kebijakan akan menghadapi sebuah tantangan baru dalam mengawal implementasi 5G. Pemerintah perlu mengidentifikasi perubahan-perubahan beserta dampak yang akan ditimbulkan oleh kehadiran teknologi tersebut untuk

kemudian menuangkannya dalam bentuk standardisasi dan kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran, sehingga kestabilan industri tetap terjaga, dampak negatif teknologi dapat ditekan, dan manfaatnya dapat diperoleh secara lebih optimal.

II.TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari Penulisan ini adalah Tersedianya gambaran untuk memaparkan issue srategis yang terkait dengan kebutuhan regulasi baru atau perubahan regulasi guna menyongsong era teknologi 5G. Sasaran penulisan agar penyelegara dan pengguna teknologi 5G dimasa yang akan datang dapat mengetahui regulasi hukum yang mengatur serta kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran sehingga kestabilan industri tetap terjaga, dampak negatif teknologi dapat ditekan, dan manfaatnya dapat

diperoleh secara lebih optimal.

Gambar 1. Perkembangan Teknologi seluler dan adopsinya di Indonesia

III. RUANG LINGKUP

Berdasarkan apa yang disampaikan pada latar belakang, Penulisan ini akan berusaha untuk menjawab permasalahan penelitian, yaitu: Kebutuhan regulasi baru dan penyesuaian regulasi yang diperlukan pada era teknologi 5G berkaitan dengan kandidat spektrum, lebar pita serta uji cobanya.

IV. PERMASALAHAN

Kebutuhan regulasi baru dan penyesuaian regulasi yang diperlukan pada era teknologi 5G. Pembuat kebijakan akan menghadapi sebuah tantangan baru dalam mengawal implementasi 5G. Pemerintah perlu mengidentifikasi perubahan-perubahan beserta dampak yang akan ditimbulkan oleh kehadiran teknologi tersebut untuk kemudian menuangkannya dalam bentuk standardisasi dan kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran, sehingga kestabilan industri tetap terjaga, dampak negatif teknologi dapat ditekan, dan manfaatnya dapat diperoleh secara lebih optimal berkaitan dengan kandidat spektrum, lebar pita serta uji coba teknologi tersebut.

V. METODOLOGI

Metodologi yang digunakan dalam penulisan ini dengan melakukan inventarisasi regulasi terkait yang sudah ada dan perubahan yang diperlukan, serta kebutuhan regulasi baru berdasarkan hasil identifikasi mengenai fitur-fitur yang ditawarkan oleh teknologi 5G dalam uji coba kandidat spektrum 5G dan teknologi yang sebelumnya seperti 2G, 3G dan 4G.

A. Studi Pustaka

(3)

VI. PEMBAHASAN

Sebagai teknologi komunikasi berbasis nirkabel, kebutuhan 5G akan spektrum frekuensi merupakan salah satu hal yang fundamental. Meskipun standar teknologi belum ditetapkan, beberapa operator bekerjasama dengan vendor-vendor jaringan telekomunikasi sudah melakukan ujicoba 5G dengan menggunakan spektrum yang sangat bervariasi, baik spektrum yang berada di bawah 6 GHz maupun diatas 6 GHz. International Telecommunication Union (ITU) telah merilis daftar frekuensi yang pada rentang 24 GHz sampai dengan 86 GHz yang kemungkinan dapat digunakan secara global, yaitu:

 24.25–27.5 GHz,  37–40.5 GHz,  45.5–50.2 GHz,  66–76 GHz,  31.8–33.4 GHz,  40.5–42.5 GHz,  50.4–52.6 GHz,  81–86 GHz

* (Tracy, 2016)

Sementara itu, GSMA mengklasifikasikan spektrum-spektrum ke dalam 3 kategori, dimana masing-masing lebih cocok untuk skenario penggelaran 5G yang berbeda-beda.

a) Sub 1 GHz. Spektrum pada kategori ini ideal untuk memenuhi kebutuhan dari sisi luas cakupan, sehingga sangat cocok untuk pengguna di wilayah pedesaan. Namun demikian, kekurangannya adalah pita-pita pada kategori ini tidak mampu menyediakan pita yang cukup lebar.

b) 1-6 GHz. Terdapat banyak pita spektrum yang sudah dimanfaatkan pada rentang antara 1 GHz sampai dengan 2.6 GHz untuk komunikasi mobile. Ketika 5G siap untuk digelar, terdapat beberapa pita lain diatas 2.6 GHz yang dapat digunakan. Meskipun pita-pita pada rentang ini menawarkan kelebihan dilihat dari segi cakupan dan kapasitas, tetapi dianggap belum mencukupi untuk mendukung visi 5G daalam hal data rate tanpa melakukan agregasi spektrum (carrier aggregation).

c) Spektrum di atas 6 GHz. Spektrum-spektrum pada kategori ini dapat menyediakan kanal yang sangat lebar, dan oleh karenanya dapat memenuhi kebutuhan data rate yang sangat tinggi. Namun demikian, karena luas cakupan berbanding terbalik dengan tinggi rendahnya spektrum, maka spektrum pada rentang ini penggunaanya terbatas hanya untuk area kecil di perkotaan dan di dalam gedung. Spektrum yang lebih rendah masih diperlukan untuk dapat memenuhi layanan di wilayah perdesaan.

Spektrum yang berada di atas 6 GHz sangat rentan terhadap kondisi alam, dan akan mengalami kesulitan untuk menembus bangunan, sehingga untuk dapat melayani pelanggan di dalam ruangan diperlukan pemasangan antenna dalam ruang (indoor). Gambar 2. memperlihatkan karakteristik sinyal ketika menembus penghalang, berupa beton, pintu, dan jendela.

Gambar 2. Karakteristik Sinyal (Wang,2016)

(4)

Tabel 1. spektrum frekuensi yang digunakan untuk uji coba 5G

Pemilihan pita-pita frekuensi untuk keperluan ujicoba tentu bukan tanpa alasan, karakteristik propagasi dan hal teknis lainnya menjadi bahan pertimbangan. maka bukan hal yang mustahil bahwa spektrum-spektrum yang digunakan ujicoba tersebut beberapa diantaranya atau mungkin bahwa semuanya kelak akan ditetapkan menjadi spektrum 5G dari hasil uji coba tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa teknologi 5G dalam kajian awal regulasi dan hukum di Indonesia masih menggunakan peraturan pemerintah

Undang-undang (UU) dari revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 52 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan PP Nomor 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Radio dan Orbit Satelit, sekarang pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika sangat bertolak belakang dengan UU Telekomunikasi Nomor 36 tahun 1999, di situ dijelaskan bahwa spektrum frekuensi seharusnya dikuasai oleh negara. Sementara kalau melihat isi draft pada revisi yang ingin dilakukan pemerintah dalam hal ini Kominfo dikatakan bahwa frekuensi bisa dipindahtangankan berdasarkan keputusan Menkominfo atau pemerintah.

Teknologi 5G akan sangat memungkinkan menjadi lebih rumit, cost (dari pemegang kepentingan) juga terpengaruh. Saham provider bisa terganggu.

VII KESIMPULAN DAN SARAN

Teknologi 5G adalah merupakan sebuah keniscayaan yang sangat sulit dihindari pemerintah sebagai pemegang regulasi tertinggi harus mampu menjawab dan bertindak seara adil sehingga bisa memenuhi aspek-aspek hajat hidup orang banyak, teknologi 5G sangat mungkin diterapkan dengan melihat kepentingan yang paling prioritas diantara kepentingan segelintir golongan yang ada direpublik ini, perusahaan yang sudah membangun insfrastruktur sampai kepelosok-pelosok desa mendapatkan prioritas utama karena sudah membangun dan mengelontorkan sekian rupiah untuk kemajuan teknologi komunikasi yang tentu saja dana nya didapat dari rakyat sebagai konsumen pemakai jasa telekomunikasi mereka.

Untuk sharing atau interkoneksi pemerintah seharusnya membuat aturan baru yang mencakup segalanya. Pemain over the top atau perusahaan besar seperti Facebook, Google dan yang lainnya sebaiknya diatur dalam satu paket.

Peraturan Pemerintah mengenai Telekomunikasi juga jangan selalu diarahkan ke konteks teknis atau efisiensi. Karena di balik alasan itu ada kepentingan industri. Tarif interkoneksi diambil berdasarkan kesepakatan semua operator, akan diambil jalan tengah yang saling menguntungkan antara pemerintah, penyelengara dalam hal ini operator dan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 Tentang telekomunikasi

[2] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan Nomor 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Radio dan Orbit Satelit

[3] Tracy, P. (2016, Agustus 15). What is mmWave and how does it fit into 5G? Diambil dari

http://www.rcrwireless.com/20160815/fundamentals/ mmwave-5g-tag31-tag99

[4] Huawei. (2016b, November). Huawei and DOCOMO

Conduct World’s First G Large Scale Field Trial in the .

(5)

http://www.huawei.com/en/news/2016/11/World-First-5G-Large-Scale-Field-Trial

[5] Ardito, L. (2016, Oktober). Global 5G spectrum update. Diambil 11 Maret 2017, dari

https://www.ceps.eu/sites/default/files/imagefield_thu mbs/Luigi%20Ardito%20CEPS%2026102016%20BRUXELL ES.pdf

[6] GSMA. (2014). Understanding 5G : Perspectives on future technological advancements in mobile

[7] Wang, H. (2016, Juni). 5G Vision, Characteristics And Requirements. Dipresentasikan pada Workshop on Collaboration in Asia for 5G Spectrum, Sanghai

[8] Muluk, T. (2016, November). Importance of 5G for Developing Countries. Dipresentasikan pada ITU Regional Forum on New Technologies, Kairo, Mesir. Diambil dari http://www.itu.int/en/ITU-D/Regional-Presence/ArabStates/Documents/events/2016/NTD/Pre sentations/Session1/Intel-ITU%20Forum-5G-Intel.pdf

[9] NTT Docomo. (2014). 5G Radio Access: White Paper Requirements , Concept and Technologies

[10] Ho-cheon, A. (2016, Mei). TDD in 28GHz: Standards for 5G Test Service for Pyeongchang Winter Olympics.

Diambil 11 Maret 2017, dari

Gambar

Gambar 1. Perkembangan Teknologi seluler dan adopsinya di Indonesia
Gambar 2. Karakteristik Sinyal (Wang,2016)
Tabel 1. spektrum frekuensi yang digunakan untuk uji coba 5G

Referensi

Dokumen terkait

16 Pada kasus ini, pemeriksaan histopatologi ditemukan lapisan epidermis mengalami reaksi psoriasiform, permukaan epidermis tampak parakeratosis dan hiperkeratosis yang

Lontar Usada Pemunah Cetik Kerikan Gangsa yaitu lontar yang berisi tentang bahan pembuat racun, gejala atau tanda-tanda terkena racun (cetik) serta penawar cetik.. Pada

Dari uraian tersebut sudah jelas terlihat bahwa jika dikaitkan dengan konsep lean construction, maka indikator ini dikembangkan untuk mendukung terhadap prinsip conversion,

Jenis karya yang dihasilkan oleh penulis adalah sebuah media pembelajaran mata pelajaran fisika yang berbentuk aplikasi yang diterapkan pada perangkat berbasis android, sesuai

4) Mangrove mengurangi efek energi gelombang berdasarkan pengamatan di lapangan dengan menggunakan simulasi numerik dari luasan mangrove yang ditanam (Zhang et

2 ' Terciptanya perubahan pola pikir dan budaya kerja aparatur Sekretariat Jenderal DPD RI menjadi bud ayayang mengembangkan sikap dan perilaku kerja yang

Dalam penelitian ini yang akan menjadi fokus penulis adalah apakah terdapat perbedaan harga saham perusahaan sub sektor konstruksi bangunan yang telah terdaftar

(3) Akreditasi sebagai dimaksud pada ayat satu dan ayat dua sebagai bentuk akuntabilitas public dilakukan secara objektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan