• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Pusat Perdagangan Wilayah P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Pusat Perdagangan Wilayah P"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Pusat Perdagangan Wilayah Perbatasan Negara di Pulau Sebatik Provinsi Kalimantan Utara

Oleh : Nugroho Eko Putro*

*Dosen Pascasarjana Program Studi Pendidikan IPS (S-2) Universitas Kanjuruhan Malang

Pulau sebatik merupakan wilayah perbatasan juga sebagai simpul dalam sistem jaringan perdagangan antar Negara. Hal ini juga dapat memanfaatkan potensi perekonomian kota-kota besar di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan, Samarinda, Bontang, Sangata, Tanjung Selor, Tarakan dan Nunukan dengan kota-kota di wilayah Sabah dengan memanfaatkan pola kawasan berikat atau kawasan ekonomi khusus. Oleh karena itu, adanya upaya pengembangan pusat perdagangan di Wilayah Perbatasan khususnya di Pulau Sebatik sebagai kota perbatasan dan menempatkannya sebagai kota dagang, yang mampu memberikan nilai tambah bagi kepentingan perdagangan di wilayah perbatasan. Makalah ini menggambarkan beberapa dimensi penting dari penyusunan program Pengembangan Pusat Perdagangan di Wilayah Perbatasan Negara di Pulau Sebatik Provinsi Kalimantan Utara seperti gambaran umum dan masalah daerah perbatasan, aspek strategis, dan direkomendasikan strategi untuk pusat perdagangan di wilayah Kalimantan Utara

(2)

Development Trade Centre the Border Area in Sebatik Island of North Kalimantan Province

By: Eko Nugroho Putro *

* Lecturer at Graduate Studies IPS Program (S-2) University of Kanjuruhan Malang

Sebatik Island is the border region as well as a center in the network system of trade between nations. It can also benefit the economic potential of the major cities in East Kalimantan, particularly Balikpapan, Samarinda, Bontang, Sangata, Tanjung Selor Tarakan, and Nunukan with towns in Sabah region by utilizing the pattern of bonded zones or special economic zones. Therefore, their efforts to develop trade center in the Border Region, especially in Sebatik Island as a border town and placing it as a city of trade, which is able to provide added value for the benefits of trade in the border region.

This paper describes some of the important dimensions of program Development Trade Center on Border Area in Sebatik Island of North Kalimantan province as a general overview and issue the border area, the strategic aspects, and recommended by strategies for trading center in the region of North Borneo.

(3)

A. PENDAHULUAN

Kawasan perbatasan negara meliputi perbatasan darat dan laut termasuk pulau-pulau kecil terluar. Pengertian kawasan perbatasan negara menurut UU 26/2007 dan PP 26/2008 adalah wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dan atau laut lepas. Demikian pula menurut UU 43/2008, kawasan perbatasan negara adalah bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam batas wilayah Indonesia dengan negara lain. Dalam hal batas wilayah negara di darat, kawasan perbatasan berada di kecamatan yang berhadapan langsung dengan negara tetangga.

Berdasarkan UU 26 tahun 2007 (Penataan Ruang), kawasan perbatasan merupakan kawasan strategis dari sudut pertahanan dan keamanan yang diprioritaskan penataan ruangnya. Pengembangan kawasan perbatasan dilakukan dengan mengubah arah kebijakan dari orientasi ke dalam (inward looking) sebagai wilayah pertahanan, menjadi ke luar (outward looking), yang menempatkan kawasan perbatasan sebagai wilayah pertahanan dan untuk meningkatkan aktivitas perekonomian. Kawasan perbatasan sesungguhnya memiliki arti yang sangat vital dan strategis, baik dalam sudut pandang pertahanan keamanan, maupun dalam sudut pandang ekonomi, sosial, dan budaya.

Sementara dalam UU No 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang menegaskan orientasi pengembangan wilayah perbatasan dari inward looking menjadi outward looking sebagai pintu gerbang ekonomi dan perdagangan. Termasuk pendekatan kesejahteraan untuk pulaupulau di wilayah perbatasan. Selanjutnya disebutkan bahwa pengamanan kedaulatan dan negara kedepan meliputi peningkatan kinerja pertahanan dan keamanan secara terpadu di wilayah.

Pengembangan kawasan perbatasan dengan menggabungkan kedua pendekatan tersebut sebagai unit yang saling mengisi. Unit kabupaten/kota perbatasan di arahkan pada aspek pengembangan ekonomi yang mencakup wilayah yang lebih luas dan borderless dengan orientasi sebagai pusat pertumbuhan wilayah sekitarnya dan di fokuskan di 26 PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional). Sementara unit kecamatan perbatasan di arahkan pada penguatan sabuk pertahanan, keamanan dan kesejahteraan masyarakat yang didukung dengan pengembangan sarana dan prasarana sosial dasar serta pemberdayaan masyarakat yang difokuskan pada kecamatan perbatasan di 38 kabupaten/kota prioritas.

(4)

Pulau ini terbagi dua, yaitu di wilayah utara seluas sekitar 187,2 Km2, milik Malaysia, sedang wilayah bagian selatan seluas 246 Km2 adalah milik Indonesia. Sebagian besar pemasaran produk pertanian (seperti ikan, sawit, coklat, pisang) yang dilakukan masyarakat adalah ke negara tetangga yaitu Malaysia. Sehingga secara ekonomi masyarakat di kawasan ini sangat bergantung kepada Malaysia khususnya ke Tawau. Sebaliknya sebagian kebutuhan sehari-hari masyarakat Sebatik dibeli dari Tawau, Malaysia.

Hasil penelitian Puslitbang Usaha Kesejahteraan Sosial (Puslitbang UKS, 2005) menyebutkan bahwa berbagai permasalahan sosial yang dihadapi Kabupaten Nunukan sebagai daerah yang berbatasan dengan Malaysia, antara lain: masih terisolirnya sejumlah masyarakat yang tinggal di pedalaman dan perbatasan, sehingga sulit atau jauh dari sentuhan program pembangunan; masih terdapatnya pulau-pulau kecil di wilayah Kabupaten Nunukan yang belum dimanfaatkan atau belum punya nama; dan masih rendahnya taraf hidup masyarakat terutama bila dibandingkan dengan taraf kehidupan warga Malaysia di perbatasan. Perbedaan kebudayaan pada masing-masing komuniti akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap sesuatu. Perbedaan tindakan dan tingkah laku dalam menanggapi obyek yang sama dapat menimbulkan suatu masalah antara satu komuniti dengan komuniti lainnya, dan ini merupakan suatu dampak dari adanya masalah sosial yang terwujud sebagai tindakan kebudayaan. Oleh karena itu, secara umum kesejahteraan sosial dari masing-masing komuniti akan berbeda, begitu juga dengan pendefinisian terhadap kesejahteraan dan masalah sosial. Menurut konsep sosial budaya, masalah sosial hanya dapat diidentifikasi menurut cara pandang komuniti, yakni bagaimana komuniti tersebut memberikan makna pada gejala yang ada sebagai masalah sosial atau tidak. Dengan demikian, masalah sosial pada masyarakat tertentu belum tentu dianggap sebagai masalah sosial oleh masyarakat yang lainnya (Rudito, 2003).

B. METODE

(5)

Awang et al. (2013), Noor Rahmah (2012), Endi dan Ratnawati (2012), Saru (2012), Ramli Dollah dan Ahmad (2007), CB Herman (2007) dan Abdul Rahim et al. (2013).

Dalam penelitian tersebut lebih banyak mengkaji pada aspek potensi pembangunan di kawasan perbatasan berdampingan dengan negara tetangga untuk meningkatkan pertubuhan ekonomi wilayah masing-masing yang masih rendah, terutamanya di kawasan perbatasan yang mana objekt keamanan dan pertahanan di kawasan perbatasan lebih dikedepankan daripada pembangunan.

Dasar dari penulisan artikel ini lebih bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data-data dan fakta-fakta dalam rangka pembahasan masalah dalam tulisan ini adalah menggunakan penelitian kepustakaan (library research) yang berupa buku-buku, literature, kamus, artikel-artikel dalam majalah, jurnal ilmiah, bulletin dan juga dokumentasi atas pengelolaan kawasan perbatasan yang didapat dari akses internet. Untuk teknik analisis data digunakan teknik analisis data kualitatif yaitu sebuah analisa yang menggambarkan sebuah persoalan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Untuk kemudian di susun ke dalam satuan-satuan kategori dan langkah terakhir adalah menafsirkan atau memberikan makna terhadap data-data yang peneliti sedang teliti. Dalam artikel ini penulis berusaha menggambarkan “Pengembangan Pusat Perdagangan di Wilayah Perbatasan Negara di Pulau Sebatik Provinsi Kalimantan Utara”

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kawasan perbatasan merupakan suatu manifestasi bagi kedaulatan wilayah sebuah negara. Penanganan masalah perbatasan selama ini memang belum dapat diatasi secara optimal dan kurang terpadu, serta seringkali terjadi tarik-menarik kepentingan antara berbagai pihak baik secara horizontal, sektoral maupun vertical. dan lebih memprihatinkan lagi keadaan masyarakat sekitar daerah perbatasan negara, seperti lepas dari perhatian. Sebagai contoh adalah wilayah perbatasan di Indonesia tepatnya di provinsi Kalimantan Utara Kabupaten Nunukan khususnya di Pulau Sebatik yang pembangunan sosial-ekonomi belum memadai jika di bandingkan dengan pembangunan di wilayah perbatasan negara tetangga Malaysia tepatnya yang berbatasan langsung dengan wilayah Sebatik yaitu Tawau.

1. Gambaran Pulau Sebatik

(6)

merupakan wilayah Negara Republik Indonesia dan bagian utara merupakan wilayah Negara Malaysia Timur (Sabah). Pulau Sebatik yang sejak tahun 2006 dimekarkan menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Sebatik dan Kecamatan Sebatik Barat, secara administratif adalah bagian dari wilayah Kabupaten Nunukan, beribukota Nunukan yang berada di Pulau Nunukan. Selat Sebatik yang memisahkan Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik lebarnya kurang lebih 3 sampai 4 kilometer.

Sebatik Indonesia pada mulanya terdiri dari dua buah desa induk, yaitu Desa Setabu dan Desa Sungai Pancang. Perkembangan wilayah Desa Sungai Pancang relatif lebih maju dibandingkan Desa Setabu. Hal ini karena Sungai Pancang mempunyai akses yang lebih mudah dengan negara tetangga (Malaysia). Sementara itu, Desa Setabu yang letaknya di bagian barat menghadap Pulau Nunukan dan Daratan Kalimantan, memiliki infrastruktur transportasi ke Nunukan atau daratan Kalimantan relatif yang kurang memadai. Oleh karena itu, dari segi kemajuan wilayah Desa Setabu menjadi lebih lambat.

Kecamatan Sebatik Barat yang berpusat di Desa Setabu terdiri dari empat desa, yakni Desa Setabu, Desa Binalawan, Desa Liang Bunyu, dan Desa Aji Kuning (letaknya berbatasan dengan Malaysia Timur). Desa Aji Kuning ini berbatasan dengan Desa Sungai Pancang (Sebatik Timur), dan karena itu desa ini merupakan desa di wilayah Sebatik Barat yang termasuk paling maju. Kecamatan Sebatik Timur yang semula merupakan induk Desa Sungai Pancang terdiri dari empat desa, yakni Desa Tanjung Karang, Sungai Pancang, Sungai Nyamuk, dan Desa Tanjung Aru.

(7)

2. Permasalahan daerah perbatasan di Pulau Sebatik

Permasalahan yang dihadapi oleh Propinsi Kalimantan Utara khususnya daerah di wilayah perbatasan di Pulau Sebatik adalah masalah Ketertinggalan, Masalah Keterbatasan Infrastruktur, Masalah Pontensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial. (Sutaat, 2006). selain itu permasalahan rendahnya tingkat ekonomi masyarakat yang berdampak pada tingginya tingkat kesenjangan wilayah dibandingkan dengan kawasan perbatasan Negara Tetangga, terbatasnya sarana dan prasarana dasar, transportasi dan telekomunikasi yang berdampak pada rendahnya tingkat aksesibilitas serta keterisolasian dari wilayah sekitarnya, globalisasi ekonomi dan sistem perdagangan bebas menyebabkan produk lokal kurang mampu bersaing dengan produk-produk wilayah lainnya., derajat kesehatan, pendidikan dan keterampilan penduduk umumnya masih rendah, pemekaran wilayah belum diikuti dengan dukungan sarana dan prasarana serta aparatnya, rawan terhadap disintegrasi bangsa dan pencurian sumberdaya alam yang berdampak pada kerusakan ekosistem alam dan hilangnya keanekaragaman hayati, terancam akan berkurangnya luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (M. Tarno Seman dan Sumanto, 2005).

Banyak faktor yang membuat pembangunan sosial-ekonomi di wilayah perbatasan Indonesia di Sebatik tidak berkembang pesat seperti pembangunan di wilayah perbatasan negara tetangga Malaysia di negara bagian Tawau. Faktor seperti sumber daya manusia, letak geografis serta kebijakan yang di ambil oleh pemerintah yang kemudian hanya menjadi sebuah implementasi tanpa sebuah praktek yang nyata adalah hal-hal yang memang membuat pembangunan sosial-ekonomi di wilayah perbatasan negara Indonesia semakin tertinggal dengan negara tetangganya ini. Dari faktor sumber daya manusianya, dapat dilihat bahwa masyarakat yang ada di wilayah perbatasan masih kurang akan rasa nasionalisme yang mereka miliki serta pendidikan yang kurang sehingga dapat dengan mudah mendapat pengaruh-pengaruh dari luar. Hal ini dapat dilihat dari apa yang mereka lakukan sehari-hari seperti, meraka lebih suka jika harus berbelanja kebutuhan pokok atau melakukan sebagian kegiatan mereka seperti bersekolah, berdagang serta untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di wilayah negara tetangga daripada harus melakukannya di wilayah negara sendiri. (Ary Setiawan, 2013).

(8)

Mengingat Malaysia juga mulai berkonsentrasi di daerah perbatasan dengan kita Pulau Sebatik (Malaysia) yang berdekatan dengan Tawau yang direncanakan dijadikan Pusat Perdagangan Sempadan. Ia adalah sebagai salah satu strategi untuk membangunk ekonomi sempadan Tawau-Nunukan melanjutkan banjir produk dan rantai aktivitas ekonomi. Pusat Perdagangan Sempadan termasuk CIQ itu akan dibangun di Tanjung Arang, Pulau Sebatik (Malaysia) dengan keluasan 100 hektar. Di Pulau Sebatik (Indonesia), Pusat Perdagangan Sempadan sedang dibangun di Lamijung. Tanjung Arang-Lamijung adalah pekan yang aktif dengan perdagangan sempadan kerana Nunukan mempunyai pangsa pasar dengan jumlah penduduk penduduk sekitar 150.000 orang dan merupakan get laluan kepada Tarakan, Celebes dan Java (Muammar, 2006)

Pada bulan Maret 2007, Kerajaan Kerajaan Malaysia merencakan Tawau dijadikan sebagai zon perdagangan bebas kerana kedudukan strategiknya dalam perdagangan antarabangsa dan berdekatan dengan Kalimantan Timur dan Filipina Selatan (Tawau To Be Made, 2007). Sehubungan itu, Tawau berpotensi untuk dibangunkan sebagai hab perdagangan sempadan antarabangsa Malaysia-Indonesia berikutan cadangan penubuhan zon perdagangan bebas (Tawau Berpotensi Jadi, 2012).

4. Pengembangan Pusat Perdagangan di Pulau Sebatik

(9)

sudah memperhitungkan ketersediaan potensi ekonomi dan eksistensi fasilitas yang ada saat ini, untuk pengembangan lebih lanjut penyediaan fasilitas kawasan khusus.

Kedua, Model Transito; penerapan model ini tidak membutuhkan penyediaan fasilitas kawasan khusus yang cukup kompleks sebagaimana halnya model pusat pertumbuhan, kecuali fasilitas PPLB. Ini mengingat bahwa wilayah bersangkutan hanya sebagai transit pergerakan orang lintas antar Negara. Intensitas pergerakan orang lintas antar negara yang cukup tinggi berpeluang untuk disediakannya fasilitas welcome plaza.

Ketiga, Model Station Riset dan Wisata Lingkungan; Apabila suatu wilayah memiliki potensi sumber daya alam berupa keindahan alamiah flora yang eksotik, keindahan lingkungan yang menantang jiwa petualangan (ovunturir), fauna endimik local dan budaya khas etnik setempat, maka berpeluang besar untuk menerapkan model ini. Konsekwensinya adalah keharusan untuk melengkapi fasilitas riset biologi (station research), terutama bersifat outdoor serta menyatu dengan pemukiman dan budaya penduduk setempat. Fasilitas lainnya adalah kawasan wisata lingkungan, dengan penetapan obyek wisata yang dapat dijangkau; menggunakan rute-rute perjalanan yang menjamin keselamatan wisatawan, disamping ketersediaan fasilitas penginapan bagi para wisatawan. Terakhir, berupa fasilitas PPLB. Penerapan model ini lebih efektif, apabila ada sarana/prasarana transportasi yang terkoneksi antar Negara.

(10)

Ketersediaan fasilitas utama berupa infrastruktur transportasi sangat diperlukan, untuk menciptakan koneksitas antara wilayah agropolitan dengan wilayah hinterland.

Kelima, Kawasan Perbatasan Laut; Model ini terbentuk dari cluster kegiatan ekonomi yang memanfaatkan ketersediaan potensi sumber daya laut dan pesisir di sekitarnya sebagai keunggulan wilayah, sehingga fasilitas yang dibutuhkan berorientasi pada pemenuhan fasilitas pengawetan dan pengolahan hasil budidaya laut/pesisir (aquaculture) bernilai ekonomis. Fasilitas yang selayaknya disediakan adalah kawasan berikat, kawasan industri, kawasan aquakultur dan kawasan wisata pantai, termasuk fasilitas PPLB.

Pertanyaannya; dari kelima model pengembangan diatas, model mana yang relevan untuk diterapkan di wilayah (Kecamatan) perbatasan Kabupaten Nunukan, khususnya di Pulau Sebatik; sejalan dengan rencana BNPP yang menetapkan Sebatik sebagai wilayah pengembangan agroindustri dan jasa maritim.

Sebatik yang semula hanya terdiri 2 wilayah administrasi Kecamatan, yaitu Kecamatan Sebatik dan Sebatik Barat; Saat ini, berdasarkan hasil pemekaran, sudah menjadi 5 Kecamatan, yaitu Sebatik, Sebatik Tengah, Sebatik Barat, Sebatik Timur dan Sebatik Utara. Dari aspek pemerintahan, khususnya jumlah Kecamatan yang ada, maka peluang untuk ditingkatkan statusnya Sebatik menjadi "Kota" dimungkinkan, dengan harapan kedepan bahwa kelengkapan infrastruktur perkotaan yang harus disediakan, dapat mengimbangi pembangunan Kota Tawao (Sabah). Sejalan dengan rencana menjadikan Sebatik sebagai wilayah pengembangan agrobisnis dan jasa maritim. Konsekwensinya, Pemerintah Kabupaten Nunukan perlu untuk membenahi kekurangan infrastruktur ekonomi, sosial, pemerintahan dan fisik yang ada. Diperlukan pembiayaan relatif besar, sejalan dengan dinamika perkembangan penduduk Sebatik.

Pendekatan pengembangan pusat perdagangan bisa dilakukan dengan tiga aspek, yaitu : (CB Herman Edyanto, 2007)

Pendekatan Kesejahteraan; dimana pendekatan yang dilakukan berdasarkan

pengembangan kegiatan ekonomi untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan.

Pendekatan Lingkungan; yaitu pendekatan yang mempertimbangkan keberlanjutan

(11)

Pendekatan Keamanan, yaitu pendekatan yang memandang perbatasan sebagai

kawasan yang bersebelahan langsung dengan negara lain sehingga perlu pengawasan terhadap keamanan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Di Sebatik, area cakupannya adalah Sei Pancang dan sekitarnya. Pemahaman "dan sekitarnya" ini dapat diterjemahkan termasuk 4 Kecamatan lainnya, mengingat saat ini di Sebatik ada 5 kecamatan, dimana Sei Pancang merupakan ibukota Kecamatan Sebatik Utara. Pos Lintas Batas di Nunukan-Tawao yang saat ini cukup intens pemanfaatannya oleh penduduk terutama para TKI yang akan menuju wilayah Malaysia lainnya melalui Tawao, perlu untuk dikaji keberadaan area cakupan-nya (area of acces), karena dikaitkan dengan ketentuan BTA Tahun 1970 maka area dimaksud dapat diberlakukan ketentuan perdagangan lintas batas, dimana dengan jumlah penduduk ± 65.881 jiwa (sensus 2010) akan berdampak besar terhadap akumulatif nilai perdagangan lintas batas. Sementara pasokan produksi barang olahan dalam negeri (nasional), khususnya bahan kebutuhan pokok ke Nunukan relatif lancar, sehingga pemanfaatan perdagangan lintas batas ini lebih menonjol unsur komersialnya, dibandinghkan dengan hakekat sebenarnya diberlakukan ketentuan BTA, yaitu membantu penduduk setempat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Peningkatan nilai perdagangan lintas batas melalui PLB Nunukan-Tawao, sejalan dengan perkembangan penduduk di Nunukan dan wilayah sekitarnya merupakan suatu keniscayaan; Bahkan, tidak menutup kemungkinan nilai perdagangan tersebut sudah seharusnya dikategorikan sebagai impor, sehingga sudah sewajarnya diberlakukan sebagai perdagangan bebas lintas batas.

D. SIMPULAN

(12)

mempunyai dampak terhadap peningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abd Hair Awang, Junaenah Sulehan, Noor Rahamah Abu Bakar, Mohd Yusof Abdullah & Ong Puay Liu.(2013). Informal cross-border trade Sarawak (Malaysia)-Kalimantan (Indonesia): A catalyst for border community’s development. Asian Social Science; Vol. 9, No. 4. Pp. 167 – 173

Abdul Rahim Anuar & Muszafarshah Mohd Mustafa. (2012, Mei). Border town economy: Twin border towns on the Thailand-Malaysian border: Danok-Bukit Kayu Hitam. Kertas kerja yang dibentangkan di International Seminar on Malaysia-Thailand Studies. Sintok: Universiti Utara Malaysia.

Abdul Rahim Anuar, Abubakar Eby Hara, Azhar Harun & Pazim@Fadzim Othman. (2013, Julai). Program Transformasi Ekonomi Pekan Sempadan di Persempadanan Malaysia-Indonesia ke arah Pembangunan Ekonomi Lestari dan Berpendapatan Tinggi: Kajian kes pekan sempadan Tebedu-Entikong. Kertas kerja dibentang di Seminar Hasil Penyelidikan Sektor Pengajian Tinggi Kementerian Pendidikan 2013, Sintok: Universiti Utara Malaysia.

Ary Setiawan. (2013). Analisis Perbandingan Pembangunan Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia (Studi Komparatif Pembangunan Perbatasan Sebatik-Tawau), eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: 693-702. ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org

Bappenas; Strategi dan Model Pengembangan Wilayah Perbatasan Kalimantan. Cetakan Pertama. November 2003. Diterbitkan Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal - Deputi Bidang Otda dan Pengembangan Regional. Jakarta

BPS Kabupaten Nunukan. 2012. Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Nunukan, Nunukan.

BPS Provinsi Kalimantan Timur. 2010. Kondisi Sosial Ekonomi dan Indikator Penting Kalimantan Timur. Edisi Desember 2010. BPS Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda.

CB Herman Edyanto. (2007). Pengembangan ekonomi kawasan perbatasan negara di Kalimantan Barat. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, Vol. 9, No. 3, Disember, pp. 120 – 129.

(14)

Diddy Rusdiansyah. (Februari 14, 2013). Prospek perdagangan bebas lintas batas di kawasan perbatasan Kalimantan Timur-Malaysia saat ini dan kedepannya

berdasarkan pendekatan pragmatis. dirujuk dari

http://diddyrusdiansyah.blogspot.com/

Endi Haryono & Ratnawati Yuno Suryandari. (2012). Keadaan sosio-ekonomi sempadan Indonesia-Malaysia dalam laporan akhbar Kompas 2008-2012. GEOGRAFIA Malaysia Journal of Society and Space 8, Issue 4. pp. 1 – 11.

Hamid. 2001. Kawasan Perbatasan Kalimantan: Permasalahan dan Konsep Pengembangan. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah, Jakarta.

Husnaidi. (2006). Menuju model pengembangan kawasan perbatasan daratan antar negara: Studi kasus Kecamatan Paloh dan Sajingan Besar Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Tesis magister yang tidak diterbitkan). Universitas Diponegoro, Indonesia.

Kasim Hj. Mansur & Mori Kogid. (2008). Koridor pembangunan Sabah (SDC): Harapan dan cabaran. Prosiding PERKEM III. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia.

M. Tarno Seman dan Sumanto, 2005, Permasalahan dan rencana pengembangan kawasan Perbatasan di propinsi kalimantan timur.

Muammar Kamarudin. (18 November 2006). Border Trading Centre In Sebatik Can Boost BIMP-EAGA Trade. Bernama. dirujuk dari http://www.bernama.com/bernama/

Noor Rahamah Abu Bakar, Mohd. Yusof Abdullah, Abd. Hair Awang, Junaenah Sulehan & Ong Puay Liu. (2012). Kesejahteraan bersama melalui dagangan & sosial di sempadan Kalimantan Barat dan Serikin, Sarawak. GEOGRAFIA Malaysia Journal of Society and Space. Issue 8, pp. 91 – 95.

Nurul Bariyah, Lau Evan & Shazali Abu Mansor. (2004). Long run sustainability of Sarawak-West Kalimantan cross border trade flows. The Journal of Developing Areas. 46 (1), Spring, pp. 165 – 181.

Robinson Tarigan. (2009). MRP; Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Kedua. Cetakan Keempat. Juni 2009. Bumi Aksara. Jakarta. Hal 104

Ramli Dollah & Ahmad Mosfi Mohamad. (2007). Perdagangan tukar barang Malaysia-Indonesia: potensi dan cabaran. Jati, Vol. 12. Disember

Robert S. (2004). Kondisi perekonomian masyarakat perbatasan: Entikong dan Nunukan. Masyarakat Indonesia, Jilid XXX. No. 2, pp. 113 – 137.

Robert Siburian, 2012, Pulau Sebatik: Kawasan Perbatasan Indonesia Beraroma Malaysia, Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 14, No. 1, Tahun 2012

(15)

Sutaat, 2006. Diagnosa Permasalahan Sosial di Sebatik Barat Kabupaten Nunukan. Hasil Penelitian Puslitbang Kesos tahun 2005.

Tawau Berpotensi Jadi Hab Perdagangan Wilayah Perbatasan Dengan Indonesia: Konsul. (1 Oktober 2012). Bernama. http://www.bernama.com.my/

Tawau to be made a Free Trade Zone. (2007, Maret 2). Bernama, http://www.bernama.com/

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-202.

Referensi

Dokumen terkait

keuangan yang memiliki kualitas nilai informasi yang baik sehingga dapat digunakan oleh pengguna informasi laporan keuangan.Seperti yang kita ketahui, proses penyusunan

Dari gambar 3 terlihat bahwa tebal lapis ulang dengan menggunakan Bina Marga Metoda Lendutan Pd.T-05-2005-B memiliki nilai yang cenderung lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan

MEORUAM ESPIRITU SANCTO MITAM BENEDICTUS EGOSUM ESPIRITUS SANCTUS GRATIAM SANCTUM DEO SANCTUS, SANCTUS SANCTUS DOMINUS, DEUS SANCTUS SABAOTH PLENI SUNT CAELI ET TERRAE

Dari observasi awal yang penulis lakukan yakni berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai bank syariah di Banjarmasin yang di awasi langsung oleh

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rancangan tata letak fasilitas produksi yang baik pada SBU Galangan Surya Pelni berdasarkan metode ARC ( Activity Relationship Chart

Menurut hemat penulis wacana demokrasi tersebut akan berkaitan dengan wacana kenegaraan, oleh karenanya, mengetahui pola pemikiran antara Amien Rais dan Abdurrahman

1) Data Primer, yakni data yang di peroleh dari sumber asli. Sumber asli yang dimaksud adalah buku-buku yang di tulis langsung oleh Ashgar Ali Engineer. Seperti buku

Kurangnya dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan program PNPM- MP akibat dari ketidaktahuan masyarakat tentang isi program sehingga menimbulkan permasalahan di bidang