• Tidak ada hasil yang ditemukan

146344959 Teologi Islam Ilmu Kalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "146344959 Teologi Islam Ilmu Kalam"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Surakarta, 2-5 November 20 09 FI LSAFAT I LMU KALAM

( STUDI I LMU PEMI KI RAN DALAM I SLAM)1 Abdul Rozak2

ABSTRAK

I lmu Kalam/ Teologi I slam, adalah ilmu yang membahas aspek ketuhanan dan segala sesuatu yang berkait dengan-Nya secara rasional. Berkenaan dengan itu, maka obyek forma teologi yaitu permasalahan ketuhanan dan segala sesuatu yang berkait dengan-Nya. Sementara metodologinya, yaitu upaya memahami ayat-ayat al-Qur’an dan al-Sunnah secara mendalam diikuti elaborasi pemaman dengan fakta-fakta empirik. Biasa dikenal dengan istilah dialog ilmiah keagamaan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, teologi islam, berada satu rumpun dalam disiplin ilmu Pemikiran dalam I slam (Teologi Islam, Filsafat I slam, dan Tasawuf).

Secara ilmiah, teologi islam, dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: Pertama, teologi islam klasik teoritik. Disiplin ilmu ini, hanya membahas secara teoritik aspek-aspek ketuhanan dan berbagai kaitan-Nya, yang selama ini dibicarakan oleh berbagai aliran teologi di dunia I slam. Kedua, teologi islam kontemporer praktik. Disiplin ilmu ini, secara praktik membahas ayat-ayat Tuhan dan Sunah-sunah Rasul-Nya yang nilai doktrinnya mengadvokasi berbagai ketimpangan sosial. Teologi kedua ini dapat dikembangkan lagi menjadi tiga kategori: Pertama, Teologi Lingkungan; kedua, Teologi Pembebasan; dan ketiga, Teologi Sosial.

Ketiga teologi islam praktik ini, merupakan teologi-teologi yang membahas aspek-aspek ketuhanan dan berbagai kaitan-Nya, untuk mengadvokasi obyek forma teologi itu. Seperti teologi lingkungan, maksudnya yaitu pembahasan secara mendalam doktrin-doktrin agama Islam dengan argumen rasionalnya yang nilainya berupaya mengadvokasi permasalahan lingkungan alam semesta. Di sini dapat dikaji lebih luas lagi dengan menampilkan kajian seperti: teologi pemeliharaan lingkungan, teologi sampah, teologi banjir, dan yang sebangsanya.

Teologi transformative. Maksudnya yaitu pembahasan secara mendalam doktrin-doktrin agama I slam dengan argument rasionalnya yang nilainya berupaya mengadvokasi permasalahan perubahan. Di sini dapat dikaji lebih luas lagi dengan menampilkan kajian seperti: teologi pembebasan, teologi post modernisme, teologi sains, dan yang sebangsanya.

Dan teologi sosial. Maksudnya yaitu pembahasan secara mendalam doktrin-doktrin agama I slam dengan argument rasionalnya yang nilainya berupaya mengadvokasi permasalahan kemasyarakatan. Di sini dapat dikaji lebih luas lagi dengan menampilkan kajian seperti: teologi populis, teologi perdamaian, teologi kaum tertindas, teolog gender, teologi feminis, teologi persamaan hak, dan yang sebangsanya.

Di dalam sejarah perkembangannya, teologi -- di dunia Barat -- pada mulanya berkembang dari: Pertama, sebagai metodologi teologi. Sebagai sebuah metodologi teologi merupakan suatu cara memahami doktrin Agama melalui pendekatan wahyu dan pemikiran rasionalnya. Kedua, menjadi ilmu teologi. Sebagai sebuah ilmu, teologi merupakan ilmu yang membahas masalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkait dengan-Nya. Dan ketiga, menjadi teologi aksiologi. Sebagai sebuah eksiologi teologi merupakan upaya memahami doktrin Agama secara mendalam untuk mengadvokasi berbagai permasalahan ketimpangan sosial.

Wilayah kajian teologi menyangkut: Aspek tokoh teologi; karya-karya para teolog; gagasan atau idea para teolog; sejarah perkembangan (tokoh-tokoh, karya-karya,dan gagasan para teolog); pengaruh timbal balik antara tokoh, karyakarya, dan gagasan para teolog dengan ipoleksosbudagama; perbandingan (tokoh, karya-karya, dan gagasan); dan selain hal yang tersebut di depan ini. Berkenaan dengan itu, maka berbagai metodologi/ pendekatan penelitiannya, dapat menggunakan berragam metodologi penelitian. Hal ini disesuaikan dengan aspek teologi apa yang akan diteliti oleh para pengkajinya. Umpamanya, untuk meneliti tokoh teolog, dapat digunakan pendekatan historis, atau sosiologis. Untuk meneliti gagasan teolog, dapat digunakan pendekatan antropologi, fenomenologi, strukturalism, atau selain pendekatan-pendekatan tersebut.

I . ONTOLOGI

A. Nama dan Definisi Teologi I slam

Teologi I slam diisitilahkan oleh berbagai pakarnya dengan berragam nama, antara lain: Abu Hanifah (d.150H/ 767M) memberinya nama dengan istilah ‘ilmu fiqh al-akbar3. I mam Syafi’ie (d.204H/ 819 M), Imam Malik (d.179H/ 795M), dan I mam Ja’far al-Sadiq (148H/ 765M) memberinya

1

Makalah disampaikan dalam Call for papers bagi Dosen Senior PTAI Annual Conf erence on I slam c Studies I X Tahun 2009. 2

Guru Besar (Profesor) Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam I slam (SPPI ) Fakultas Ushuluddin UI N Sunan Gunung Djati Bandung. 3

(2)

Surakarta, 2-5 November 20 09

nama dengan istilah ‘Ilmu al-Kalam, dengan istilah tokohnya disebut sebagai al-Mutakallimun. Imam al-Asy’ari (d.324H/ 935M), al-Bagdady (d.429H/ 1037M), dan beberapa tokoh al-Azhar University memberinya nama dengan istilah ‘I lmu Ushul al-Din. Al-Thahawi (d.331H/ 942M), al-Ghazali (d.505H/ 1111M), al-Thusi (d.671H/ 1272M), dan al-I ji (756H/ 1355M) memberinya nama dengan istilah ‘Ilmu Aqa’id. Abdu Jabbar (d.415H/ 1024M) memberinya nama dengan istilah ‘I lmu al-Nadhar wa al-I stidlal. Al-Taftazani memberinya nama dengan istilah ‘I lmu al-Tauhid wa al-Shifah. Muhammad ‘Abduh (d.1323H/ 1905M) memberinya nama dengan istilah ‘I lmu al-Tauhid4. Harry Austyn Wolfson memberi nama dengan istilah The Philosophy of Kalam5. Ahmad Mahmud Shubhy memberinya nama dengan istilah ‘I lmi al-Kalam6. M Abdel Haleem memberi nama dengan istilah Speculative Theology7. C A Qadir memberi nama dengan istilah Dialectica Teology8. Sementara itu Harun Nasution (d.2000 M) memberi nama dengan istilah Teologi I slam9.

Dari beberapa nama yang menjadi istilah, -- berkembang selama ini --, tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya istilah ilmu kalam itu merupakan transformasi dari pemikiran teologi (‘I lmu al-lahut), yang telah berkembang di dunia Barat pada masa sebelumnya.

Berkenaan dengan itu, terdapat pakar yang mendefinisikan ilmu kalam/ I lmu al-lahut sebagai discourse or reason concerning God10 ( diskursus atau pemikiran tentang Tuhan). Bahkan dengan mengutip istilah yang diberikan oleh William Ockham, L Reese menyatakan bahwa Theology to be a discipline resting on revealed truth and independent of both philosophy and science11 (Teologi merupakan sebuah disiplin ilmu yang meletakkan kebenaran wahyu, lewat argumen filsafat dan ilmu pengetahuan yang independen). Dengan nada yang hampir sama I bn Khaldun seperti dikutip oleh Mushthafa Abd. Al-Raziq mendefinisikan ‘Ilmu kalam sebagai ‘Ilmu al-Kalam huwa ‘Ilmun yatadlammanu al-hujjaja ‘an ‘aqa idi al-I maniyyah bi al-adillah al-‘aqliyyah12 ( I lmu kalam yaitu sebuah disiplin ilmu berkaitan dengan keimanan yang diperkuat dengan menggunakan argumentasi-argumentasi rasional) .

B. Rumpun Disiplin I lmu Teolog I slam.

Disiplin ilmu Teologi I slam yang subyek matternya masalah ketuhanan, berpangkal dari bidang ilmu aqidah13.

I lmu ini bertujuan untuk maksud menyempurnakan nilai-nilai spiritual manusia. Kondisi ini, disiplin ilmu teologi islam, masih satu rumpun dalam disiplin ilmu-ilmu keislaman rasional. Rumpun disiplin ini dinyatakan sebagai disiplin ilmu-ilmu pemikiran dalam islam, yang didalamnya mencakup: Sub disiplin teologi islam sendiri, filsafat islam, dan tasaw uf dalam islam.

Secara ilmiah, -- dalam rangka pengembangan -- sebenarnya, teologi islam ini juga dapat didekati lewat berbagai metode, sehingga dapat menimbulkan beberapa ranting sub disiplin teologi islam baru. Antara lain: Dengan pendekatan rasional empirik, teologi islam ini dapat menumbuhkan disiplin teologi yang bernilai aksiologis. Seperti: teologi sosial, teologi feminis, teologi seni, teologi ekonomi, teologi masyarakat kelas bawah, teologi kemiskinan, dan selain hal-hal tersebut.

Sementara itu dengan pendekatan rasional murni (filsafat), akan menumbuhkan disiplin ilmu-ilmu teologi islam lain seperti teologi transformatif, teologi sunnatullah, dan selain dua hal tersebut.

C. Obyek Kajian teologi islam

Teologi islam sebagai sebuah disiplin ilmu, mempunyai obyek kajian tersendiri. Obyek kajiannya yaitu ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Berkenaan dengan itu, maka teologi islam membicarakan keyakinan kebenaran ketuhanan keagamaan islam, bukan mencari kebenaran keagamaan islam.

C A Qadir mengistilahkan obyek kajian teologi islam ini sebagai problema atas dasar pengakuan eksistensi Tuhan beserta sifat-sifat-Nya dan segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya.

4

Lihat M Abdel Haleem Early Kalam, dalam Seyyed Hossein Nasr dkk (ed). 1996. “ History of I slamic Philosophy” Hlm. 74-75. 5 Lihat Harry Austyn Wolfson. 1976. The Philosophy of Kalam.

6

Ahmad Mahm ud al-Shubhy. Fi ‘I lmi al-Kalam: Dirasah Falsafiyah Li Ara’i al-Firaq al-I slamiyyah fi Ushuli al-Din. 7

Lihat M Abdel Haleem , Early ….dst. Hlm. 71 8

Lihat C A Qadir. 1989. Philosophy and Science in t he I slamic World. Hlm.46 9 Lihat Harun Nasution menulis beberapa buku tentang t eologi, ant ara lain berj udul Teologi I slam:

Aliran-aliran,Sej arah Analisa Perbandingan . 10

Lihat William L Resse. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion. Hlm. 28 11

Lihat Reese Dictionary …..dst. Hlm. 28-29 12 Lihat Musht hafa ‘Abd. Al-Raziq. 1959. Tamhid li Tarikh al-Falsafah al-I slamiyyah. Hlm. 260-261.

13

(3)

Surakarta, 2-5 November 20 09 D. Sejarah Perkembangan Disiplin I lmu Teologi I slam

Secara historis, teologi islam -- yang di Barat dikenal dengan istilah teologi -- bermula sebagai sebuah advokasi keagamaan terhadap ketimpangan sosial (teologi sebagai sebuah axiologi/ Theology as Axiology) yang berkembang pada masanya. Untuk kepentingan ini, doktrin keagamaan diinterpretasikan secara rasional, sehingga dapat dijadikan argumen teologis untuk membacking pemikiran/ gagasan/ idea yang substansinya menentang ketimpangan sosial yang sedang terjadi. Terhadap masalah ini, Philip Bob Cock14 menyatakan Theology is (A) Rational interpretation of religious faith, practice, and exercise (teologi yaitu upaya memahami keyakinan, perbuatan, dan pengalaman keagamaan secara rasional).

Belakangan, teologi berkembang menjadi sebuah metodologi ( Theology as Method). Sebagai sebuah metodologi/ pendekatan, teologi merupakan salah satu diantara beberapa pendekatan yang telah digunakan oleh para ahli sains masa lalu. Di dalam perkembangannya, pendekatan ini juga digunakan oleh para ahli keislaman15.

Seorang pakar yang banyak mengkaji Perbandingan Agama16 menyatakan bahwa Theological method must always be a secondary matter for comparative theology, subsidiary to converse interpretations of the specific symbols of a particular religious tradition. I t is helpful, therefore, to reflect on what kind of general theological method may be contemporary comparative theologians despite otherwise sharp differences among them.

Pada masa-masa berikutnya, barulah teologi berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu ( Theology as Science). Sebagai sebuah disiplin ilmu, di dunia islam, teologi islam17 berkembang sejak Abu Hasyim dan kawannya I mam al-Hasan bin Muhammad bin Hanafiah, para tokoh Mu’tazilah18. Adapun orang pertama yang membentangkan pemikiran ilmu kalam secara lebih baik lewat logikanya yaitu I mam al-Asy’ari, seorang tokoh teologi Suni19, dengan karya yang terkenal al-Maqalat, juga al-I banah ‘an ushul al-diyanah. Teologi ini selain mempunyai obyek kajian tersendiri, yaitu membicarakan ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya, maksudnya keyakinan kebenaran keagamaan islam; ilmu ini juga telah tersusun dengan baik/ tersistematisasikan di dalam membahas obyek kajian itu; dan mempunyai metodologi tersendiri yaitu dialog ilmiah keagamaan, serta dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan salah satu dari tiga unsur keimanan seorang Muslim, yaitu dalam aspek nuthqun bi al-lisan20.

Berkenaan dengan itu, -- di dunia Barat -- seorang teolog21, menyatakan bahwa di dalam teologi berkembang istilah Teologica Systematika. Teologi ini menguraikan tentang dogmatika, etika, dan filsafat agama. Ada juga istilah Teologia Historica. Teologi ini menguraikan tentang kitab suci, sejarah Gereja, sejarah dogma, dan sejarah agama. Juga ada istilah Teologia Practica. Teologi ini menguraikan tentang homeletik, katechetik, dan liturgi.

Pada akhir-akhir ini teologi islam, telah berusaha menjadi sebuah advokasi bagi permasalahan sosial, atau teologi menjadi sebuah axiologi. Hal ini tampak dengan berkembangnya istilah-istilah seperti teologi feminisme, teologi gender, teologi kemiskinan, teologi kaum tertindas, teologi transformatif, teologi pembebasan, dan berbagai macam istilah lagi. Semua peristilahan itu pada dasarnya merupakan sebuah kajian ilmiah yang di dalamnya berbicara mengenai ayat-ayat al-Qur’an dan sunah Rasul-Nya sebagai sumber primer keagamaan islam yang -- secara tematik -- mengadvokasi hal-hal yang berkait dengan ketimpangan sosial.

14

Lihat Philip Bob Coch (ed). 1987. Webst er’s Third New I nternational Dictionary of the English Language. Hlm. 2371. 15 Unt uk mem ahami secara lebih luas kajian ini, anda dapat dibaca buku Abdul Rozak. Cara Mem ahami I slam

(metodologi St udi I slam).Gema Media Pusakatam a. 16

Lihat Mircea Eliade (ed).1987. The Encyclopedia of Religion. Vol.13&14. Hlm. 452. 17 Unt uk mem perluas pem ahaman t entang ilmu ini, baca Abdul Rozak.dkk. I lmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.

18

Baca al- Asy’ari. Maqalat al-I slamiyyin w a I khtilaf al-Mushallin. Hlm. 23 menyat akan bahwa Wa kana al-Mu’t azilah awwalu m an isti’ana bi al-falsafah al-Yunaniyah. 19

Lihat I brahim Madkur. Fi al-Falsafah al-I slamiyah: Manhaj wa tat hbiquh. Jld.I I . Hlm.46-47 m enyat akan bahw a wala yazalu al-madzhab al-Asy’ary ‘aqidah Ahlu Sunnah ila al-yaum ; Jo. ‘Abd Lat hif Muhamm ad al-‘I br.al-Ushul al-Fikriyah Li Madzhab Ahl al-Sunnah. Cet.X. Mesir: Dar al-Nahdlah al-‘Arabiyyah. 20 Laboratorium Pancasila I KI P Malang. Pokok-pokok Pembahasan Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik I ndonesia.

Hlm.19. m enyat akan bahwa, ada empat unsur bahwa sebuah konstruk dapat dinyatakan sebagai ilmu, yaitu 1) t erdapat obyek tertentu yang dapat diselidiki(obyektif). 2) Dalam m engetahui obyek itu m elalui m etode tert entu (metodis). 3) Kesimpulan hasil penyelidikan it u disistematisasikan secara baik dan benar (sistem atis). Dan 4) Aktivitas tersebut untuk tuj uan m emenuhi kebut uhan dorongan m anusia ( Science for t he seek of science) 21

(4)

Surakarta, 2-5 November 20 09

Pendekatan dari teologi-teologi itupun telah mengalami perkembangan. Maksudnya, teolog ini bukan menggunakan pendekatan teologi lagi, tetapi sudah merambah dengan menggunakan pendekatan empirik berupa sains, dan filsafatnya

I I . EPI STEMOLOGI

Dari sisi metodologinya, teologi islam merupakan sebuah disiplin ilmu yang cara menyusun kajian keilmuannya, bermula dari upaya pengkaji(saintis) mengkaji atau memahami secara mendalam ayat-ayat al-Qur’an dan al-sunnah Rasulullah Muhammad SAW, lalu diikuti dengan upaya mengelaborasinya, sebagai penyempurna argumen dengan memberikan fakta-fakta empirik dari pandangan maupun penemuan para saintis sebagai argumen rasional yang memperkuatnya. Pendekatan semacam ini disebut sebagai Pendekatan Teologi, atau metode Dialektika Teologis, atau metode Dialog I lmiah Keagamaan, atau metode Dialektika22saja. Keempat istilah ini, pada dasarnya bermaksud sama. Karena yang dimaksud dengan dialektika, (Bhs.Yunani dialektike atau dialektikos, sebagai seni berbincang-bincang, atau diskusi)23. Seorang ilmuwan menyatakan24 menyatakan bahwa dialectic sebagai art of logical disputation (seni mengadu logika). Pada mulanya dialektika merupakan ketrampilan seorang dialektik dalam menggunakan argumen logika atau debat, utamanya pada turnamen-turnamen debat yang tujuan utamanya untuk membantah sebuah argumen lawan atau mengarahkan lawan agar argumennya kontradiktif, dilematis, dan paradoks. Upayanya antara lain: mencoba tidak membiarkan sesuatupun tesis untuk tidak dipertanyakan lewat antitesis, sehingga ketika debat akan berakhir, diharapkan sampai pada sebuah sintesis. Hal ini dilakukan dengan mengkonter tesis-tesis seorang dialektis via antitesis-antitesis dengan baik. Dinyatakan dalam teologinya Plato (428-348 SM) dialektika merupakan metode metafisika. Maksudnya sebagai upaya menghasilkan pengetahuan tertinggi. Dialektika ini dikritik oleh Aristoteles (384-322 SM) karena dianggap sebagai sama dengan sophistri25. Meski demikian, -- katanya -- dialektika mampu menjadi sebuah metode kritik. Neoplatonis (Plotinus/ 205-279) menganggap bahwa dialektika sebagai bagian dari perdebatan ke jalan menaik menuju yang satu. Lalu, di tangan teolog Perancis, Peter Abelardus (1079-1142) dan kawan-kawannya, metode dialektika menjadi metode Skolastisisme. Friedrich Engels (1820-1895) menggunakan istilah dialektika sebagai Materialisme Dialektis. Tetapi Johann Gottlieb Fichte (1762-1814) merupakan orang pertama yang memaparkan bahwa proses dialektika perlu melalui tiga tahap: Tesis, Antitesis, dan Sintesis. Pada akhirnya, ketika sebuah dialog ilmiah keagamaan, telah menggunakan proses dialektika tiga tahapan pendekatan kritis ini, akan dihasilkan pemikiran yang sangat mendalam.

Adanya metode teologi yang jelas ini, harus diakui bahwa teologi telah memenuhi kelayakan disebut sebagai sebuah ilmu. Bahkan seorang pakar26 teologi menyatakan bahwa Theology as science claims the status of science, and this claim is supported by its publications and its place among university disciplines. Pada saat ini, ketika ayat-ayat al-Qur’an dan al-Sunnah Rasulullah Muhammad SAW, ditambah dengan argumen-argumrn rasionalnya, telah dijadikan sebagai advokasi bagi ketimpangan sosial, maka istilah ini juga disebut sebagai teologi. Dan teologi seperti inilah, yang akhir-akhir ini lebih berkembang. Teologi dalam pengertian ini, secara substansial sebagai teologi axiologi, seperti teologi feminis, dan lain-lainnya.

I I I . AKSI OLOGI

Sebagai sebuah disiplin ilmu, teologi islam mempunyai manfaat yang sangat banyak, antara lain: 1. Teologi islam sebagai sebuah disiplin ilmu merupakan salah satu dari tiga fondasi islam yang pemahamannya harus ada di dalam diri seseorang, sehingga ia dapat dianggap sebagai seorang manusia yang beriman. Dinyatakan bahwa definisi iman itu, Pertama, nuthqun bi al-lisan (menyatakan keislaman secara lisan) harus berlandaskan ilmu yang kuat, dan ilmu yang menguatkannya antara lain, yaitu I lmu kalam ini. Kedua, ‘amalun bi al-arkan (melaksanakan keislaman secara fisikal) harus berlandaskan ilmu yang hak, dan ilmu yang menjelaskannya antara lain yaitu ilmu fiqh. Ketiga, tashdiqun bi al-qalbi(membenarkan keislaman dengan hatinya) harus berpangkal dari ilmu batin yang benar, dan ilmu yang membeberkannya yaitu ilmu tasawuf.

Untuk maksud itu, memahami dan mendalami teologi islam (ketuhanan, sifat, asma Allah SWT, dan segala sesuatu yang berkait dengan-Nya) menjadi hal yang sangat urgen, karena dapat memberikan landasan

22

Lihat C A Qadir. Philosophy….dst. Hlm. 46-47

23 Bandingkan dengan Paul Edw ards ( ed. in Chief). The Encyclopedia of Philosophy. Vol.I I . New York: Macmillan

Publishing Co. I nc. & The Free Press. Hlm. 385-397; Jo. Lorens Bagus. Kamus Filsafat. Hlm. 161-164.Jo Penulis Rosda. Kam us Filsafat. Hlm.78-80. 24

A S Hornby. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Hlm. 238. 25 Sophistry adalah penalaran yang salah secara sengaja untuk menipu, m enyesatkan, at au m embela sesuat u tanpa

memperhatikan nilai at au kebenarannya. 26

(5)

Surakarta, 2-5 November 20 09

yang kuat bagi kebenaran keyakinan keberislaman atau keberagamaan seseorang. Dalam hal ini, menjadi kekuatan keimanan seorang beragama (muslim).

2. Aspek-aspek ketuhanan, bahkan merambah mengisi pada berbagai organisasi tertentu, antara lain yang menyatakan dirinya sebagai aliran kebatinan. Lalu, beberapa tokoh aliran kebatinan telah meyatakan dirinya sebagai nabi, karena katanya tokoh itu telah menerima wangsit dari Tuhan. Dengan segala dampaknya, -- sampai hari ini -- hal ini masih saja terjadi. Berikutnya telah menimbulkan banyak konflik antar maupun internal umat beragama.

Untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan, agar umat beragama dapat selalu hidup dalam ketenteraman dan kedamaian -- tidak selalu terlibat dalam konflik, karena eksistensi sumber konflik antara lain, sebagai dampak dari terdapatnya pernyataan beberapa oknum bahwa sampai hari ini masih terdapat nabi baru – pernyataan seperti itu diperlukan kajian aspek teologinya yang mendalam, agar dapat terpeta dengan baik dan ilmiah, apakah pernyataan yang merupakan pemikiran teologi sesuatu tokoh aliran keagamaan atau sekte tertentu itu masih dalam koridor pemikiran teologi yang selama ini telah diakui keabsahannya oleh para ahlinya, atau merupakan sebuah pemikiran teologi netral dan mandiri. Dari sini, lalu hasil kajian ilmiah itu dapat dijadikan sebagai bahan kebijakan oleh pemerintah dalam membuat keputusan. Dari sini, lalu pemikiran teologi yang berkembang itu layak dikembangkan, atau perlu dilakukan pelarangan, karena telah minimbulkan konflik antar maupun internal umat beragama. Dari kajian ini, pada gilirannya keputusan pemerintah tentang pengembangan atau pelarangan pemikiran teologi itu tidak merugikan berbagai pihak yang berdampak pada diskriminasi, bahkan dapat dianggap pemerintah telah melanggar HAM.

3. Pada saat yang lain lagi -- aspek ketuhanan --, justru sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Karena keyakinan terjadinya takdir atau nasib seseorang dapat menjadikan kehidupannya sangat dinamis atau fatalis. Semua pemikiran itu sangat dipengaruhi oleh belenggu atau tercerahkan pemikirannya orang itu dalam memahami pemikiran teologi di dalam kehidupannya. Ketika seseorang meyakini bahwa semua daya manusia tidak mempunyai peranan sama sekali di dalam kehidupannya, disebabkan karena keyakinan takdir/ nasibnya telah ditentukan oleh Tuhannya -- sebagaimana dinyatakan oleh para pengikut aliran teologi Jabariyah -- karena Tuhan berkuasa secara mutlak, sehingga usaha di dalam kehidupannya dianggapnya sebagai upaya yang sia-sia saja. Berkenaan dengan itu maka ia akan menjadi manusia yang sangat fatalis di dalam kehidupannya. Di dalam hal seperti ini, Tuhan tampak berperan di depan manusia -- seperti peribahasa -- Tuhan ing ngarso sung tulodo.

Tetapi, kalau dengan teologinya manusia meyakini bahwa daya manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena Tuhan telah memberikan daya kepada manusia sejak ia lahir, sehingga terserah terhadap manusianya apakah dengan daya itu ia akan menjadi manusia yang sukses atau gagal -- sebagaimana dinyatakan oleh para pengikut aliran teologi Mu’tazilah ---- hal semacam ini akan menjadikan manusia yang berpegang pada pemikiran teologi ini sangat dinamik di dalam kehidupannya. Hal ini, karena keyakinannya bahwa takdirnya sangat ditentukan oleh sejauh mana ia mengembangkan atau tak peduli pada bakat dari dayanya. Dari sini lalu Tuhan akan memberikan takdir kepadanya. Di dalam hal seperti ini, Tuhan tampak berperan di belakang manusia -- seperti peribahasa -- Tuhan tut wuri handayani terhadap kemauan manusia. Hanya kekurangannya, tipe manusia penganut teologi ini dapat bersifat arogan, karena nyaris menafikan peran Tuhan di dalam kehidupannya.

Lain halnya, kalau dengan teologinya manusia meyakini, bahwa takdirnya merupakan kerjasama antara kehendak Tuhan dengan kreasi daya dirinya. Di sini, seseorang berkeyakinan bahwa kehendak Tuhan merupakan kebijakan bagi dirinya, sementara kreasi daya dirinya merupakan teknis pelaksanaannya -- demikian pemikiran menganut teologi Asy’ariyah yang konvergensis --. Maka keberhasilan atau tidaknya takdir dirinya akan tampak, sejauhmana besaran daya kreasi teknis dirinya dalam mempengaruhi kebijakan kehendak Tuhannya. Kalau besaran daya kreasi teknis dirinya melebih kebijakan kehendak Tuhan, pastilah daya kreasi dirinya akan berhasil atau sukses menjadi takdir bagi dirinya. Tetapi, kalau besaran daya kreasi teknis dirinya tidak melebihi kebijakan kehendak Tuhan, pastilah kebijakan Tuhannya yang tetap terjadi, hanya porsinya, besaran daya kreasi teknisnya, telah mengurangi kebijakan kehendak Tuhannya. Disini Tuhan berperan bekerjasama dengan manusia -- seperti peribahasa -- ing madya mangun karso.

4. Secara historis, teologi islam sebagai sebuah metodologi, merupakan salah satu cara pandang diantara berragam cara pandang di dalam memahami nilai-nilai keagamaan. Ia juga telah digunakan oleh para pakar muslim dalam memahami berbagai fenomena keagamaan maupun sosial, dengan berbagai kekurangannya.

Untuk itu, dengan segala konsekwensinya, lalu teologi islam dalam persfektif ini merupakan sebuah disiplin ilmu yang sangat urgen untuk dikaji secara lebih mendalam.

(6)

Surakarta, 2-5 November 20 09

Untuk maksud itu, maka mengkaji teologi islam dalam persfektif ini merupakan sebuah upaya mengadvokasi ketimpangan sosial. Caranya dengan memahami secara mendalam wahyu Tuhan dan Sunah Rasul-Nya, via mengembangkan disiplin teologi tertentu sesuai dengan obyek yang diinginkannya. Dengan teologi ini diharapkan ketimpangan sosial yang terjadi dapat tereleminasi atau kalau mungkin teratasi secara baik dan benar.

I V. Peta Wilayah Kajian dan Penelitian Teologi I slam.

Secara umum, hampir semua disiplin ilmu pengetahuan sosial maupun humaniora, akan selalu mempunyai lima wilayah kajian. Pertama, berkaitan dengan kajian para tokohnya (Rijal al-‘ilm). Kedua, berkaitan dengan karya-karyanya (umpamanya kitab-kitabnya). Ketiga, berkaitan dengan gagasan atau idea yang dikemukakannya (umpamanya isi tulisannya). Keempat, berkaitan dengan sejarah perkembangannya. Kelima, berkaitan dengan pengaruhnya.

Kelima hal ini, apabila dicontohkan dalam judul penelitian, selain peneliti dapat meneliti aspek tesisnya, juga seorang peneliti dapat meneliti aspek antitesis, sintesis bahkan komparasinya dengan tesis, antitesis, atau sintesis lainnya, umpamanya:

1. Model penelitian tokoh, seperti: “Kedudukan Harun Nasution (sebagai seorang teolog I ndonesia) , diantara beberapa tokoh teolog dunia”.

2. Model penelitian karya-karya tokoh, umpamanya: “ sebuah studi komparatif antara The Philosophy of the Kalam, karya Harry Austryn Wolfson, dengan al-Milal wa al-Nihal, karya al-Syahrastani”

3. Model Penelitian Gagasan/ I de/ isi karya, umpamanya: “ Sebuah tinjauan atas gagasan Creation of the World dalam The Philosophy of the Kalam karya Harry Austryn Wolfson”. Contoh lain: “Teologi Kebatinan Sunda karya Abdul Rozak”.

4. Model Penelitian Sejarah Perkembangan, umpamanya:

“ Sejarah perkembangan munculnya para tokoh ilmu kalam selama pemerintahan Shahabat sampai dengan khilafah Turki Usmani”.

“ Sejarah perkembangan penulisan kitab/ buku ilmu kalam di I ndonesia dari awal masuknya I slam di I ndonesia, sampai kini”.

“Sejarah perkembangan -- isi gagasan tentang ilmu kalam -- ketuhanan, atau sifat-sifat, atau Asma-Nya, atau selain ketiga hal itu, di dalam syair-syair, buku-buku sastra, Folklor atau selain itu di I ndonesia”.

5. Model Penelitian Pengaruh, umpamanya:

“Pengaruh pemikiran teologi Harun Nasution terhadap perkembangan pemikiran teologi para alumnus program Pascasarjana UI N Syahida Jakarta dalam membangun pola fikir keislaman di I ndonesia”.

“Pengaruh kitab al-Milal wa al-Nihal karya al-Syahrastani di berbagai organisasi keagamaan I slam di I ndonesia”.

“Pengaruh isi kitab Ilmu Tauhid karya Muhammad ‘Abduh di kalangan mahasiswa IAI N/ UI N/ STAI N se I ndonesia”.

“ Pengaruh I poleksosbudagama dalam kehidupan para tokoh teologi abad pertama hijriyah”.

“Pengaruh tokoh teologi abad ke tiga hijriyah terhadap perkembangan I poleksosbudagama”.

Dan lain-lainnya selain sampel-sampel di depan.

V. Metodologi yang digunakan di dalam penelitian teologi.

(7)

Surakarta, 2-5 November 20 09

Ketika, seorang peneliti, akan melakukan sebuah penelitian berkait dengan biografi tokoh teologi, maka seorang peneliti, dapat menggunakan metode historis. Namun, ketika tokoh yang diteliti berkait dengan aspek pengelolaan organisasinya, seorang peneliti dapat menggunakan metode administrasi atau leadership atau manajemen atau decition makingnya, dan lain-lain, selain sampel-sampel di depan.

Ketika seorang peneliti akan melakukan penelitian teologi, berkaitan dengan interaksi sosial para tokohnya, maka seorang peneliti dapat menggunakan metode sosiologi.

Ketika seorang peneliti akan melakukan penelitian teologi, berkaitan dengan gagasan atau pengaruh teologi seorang tokohnya, maka seorang peneliti dapat menggunakan metode antropologi, strukturalisme, fenomenologi, politik, filologi, atau psikologi dan berbagai disiplin ilmu lainnya, disesuaikan dengan gagasan apa yang akan dikaji oleh peneliti itu, sehingga metode dapat sesuai dengan aspek ontologi yang sedang dikajinya.

Dari sini, dapat dinyatakan bahwa hampir semua disiplin ilmu dapat digunakan sebagai cara pandang/ approach/ metode untuk mengkaji berragam aspek keteologian, disesuaikan dengan ontologi apa yang sedang dikajinya.

Bandung, Agustus 2009

DAFTAR RI WAYAT HI DUP

A. I DENTI TAS PRI BADI

Nama : Abdul Rozak

Tempat/ tanggal lahir : Brebes/ 11 Juni 1952

Alamat : Jl. Panineungan I , Blok B.I/ 05. RT/ RW: 01/ 02; Kel Cipadung Kidul; Kec. Panyileukan; Bandung (40614) Telp.

(022) 780 9335. HP. 081572272119

Pekerjaan : Dosen Fakultas Ushuluddin UI N SGD Bandung dan Dosen Pascasarjana UI N Sunan Gunung Djati Bandung

B. PENDI DI KAN DAN LATI HAN 1. Pendidikan Formal

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Prapag Kidul 3 tahun lulus (1961) Madrasah Ibtidaiyah (MI) Losari Lor 6 tahun lulus (1964)

Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) Losari 3 tahun lulus (1967)

Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 4 tahun Ketanggungan, Brebes lulus (1968) Sekolah Persiapan I AI N (SP. IAI N) Syahida Cabang Cirebon 3 tahun lulus (1970) Sarjana Muda IAI N (Sarmud IAI N) Syahida Cabang Cirebon 3 tahun lulus (1974) Sarjana Lengkap Jurusan Perbandingan Agama IAI N SGD Bandung lulus (1989) S.2. IAI N Syahida Jakarta (beasiswa Depag) lulus (1998)

S.3. UI N Syahida Jakarta (beasiswa Depag) lulus (2003) 2. Pendidikan Non Formal/ Latihan

Pesantren Tradisional oleh Kiai Ridwan (alm) di Prapag Kidul, Losari, Brebes (1958-1967) Pesantren Gedongan oleh Kiai Yusuf (alm) di Ender, Cirebon (1968)

Pelatihan Keluarga Berencana di Kab. Serang (1975) Penataran P4 Juru Penerang Agama Tk. Pusat di Palu (1980) Diklat Kasubsi MTQ/ HBI di Pusdiklat Pegawai Depag Manado (1980)

Diklat Kasi Penais se I ndonesia Timur di Pusdiklat Pegawai Depag Manado (1983)

Sekolah Pimpinan Admnistrasi Tingkat Lanjutan (Sepala) Depag A. VI se I ndonesia Timur di Ujung Pandang 1985/ 1986

Penataran/ Pelatihan Pemantapan Kesadaran Bela Negara di Bandung (1991) Pelatihan Bahasa Arab oleh Pusat Bahasa IAI N S G D Bandung (1993)

Penataran/ Pelatihan Calon Penatar P4. (TOT) A.XI Jawa Barat di Bandung (1997) Pelatihan Bahasa I nggris oleh Pusat Bahasa I AI N SGD Bandung (2002)

C. PENGALAMAN DALAM JABATAN

Kepala Seksi Penais Kandepag Kab. Banggai di Luwuk Sul Tengah (1978-1986) Kasubag Umum pd Bag. TU Fak Ush IAI N SGD Bandung (1989-1990)

Kabag TU Fak Ushuluddin IAI N Sunan Gunung Djati Bandung (1990-1996).

Ketua Bid Kajian Aqidah-Filsafat pd. Puskaji I AI N SGD Bandung/ Lektor Kepala pada Fak Ush I AI N SGD Bandung (2000-2003)

(8)

Surakarta, 2-5 November 20 09

Guru Besar (Profesor) SPPI pada Fak. Ush. UI N SGD Bandung (2006-Sekarang)

D. PENGALAMAN KEPEGAWAI AN

Capeg Pengatur Muda Tk. I (I I/ b) di Kanwil Depag Palu, Sul Tengah (1977) Peg Neg. Pengatur Muda Tk. I (I I / b) di Kanwil Depag Palu, Sul Tengah (1978) Pengatur (I I/ c) di Kandepag Kab. Banggai, Luwuk, Sul Tengah (1980) Pengatur Tk. I (I I/ d) di Kandepag Kab. Banggai, Luwuk, Sul Tengah (1982) Penata Muda (I I I/ a) di Kandepag Kab. Banggai, Luwuk, Sul Tengah (1984) Penata Muda Tk.I (I I I/ b) di Fak Ush I AI N SGD Bandung (1988)

Penata (I I I / c) di Fak Ush IAI N SGD Bandung (1992) Penata Tk. I (I I I/ d) di Fak Ush I AI N SGD Bandung (1996) Pembina (IV/ a) di Fak Ush IAI N SGD Bandung (1998) Pembina Tk I (IV/ b) di Fak Ush IAI N SGD Bandung (2000)

Pembina Utama Muda (I V/ c) di Fak Ush UI N SGD Bandung (2007)

E. PENGHARGAAN / TANDA JASA

Dari Perkumpulan Keluarga Berencana I ndonesia Kab. Serang 1975 Dari Menteri Nakertranskop sebagai Peserta TKS/ BUTSI A.VI . Jabar 1976

Dari Bupati Kab. Banggai sebagai Peserta terbaik I Penataran P.4 Angkatan I. Kab. Banggai Sul Tengah 1980

Dari Gubernur Sul Tengah sebagai Ketua Official MTQ Kab. Banggai 1981

Dari Gubernur Sul Tengah sebagai Peserta terbaik I Penataran Khatib/ Muballigh/ GAH Angkatan .I . 1983

Dari Kepala Badan diklat Depag RI Jakarta, sebagai peserta dengan nilai memuaskan (5 besar) Sepala A. VI se I ndonesia Timur di Ujung Pandang 1986

Dari Gubernur Jabar sebagai Peserta Calon Penatar P 4. TOT 1997.

Dari Presiden Republik I ndonesia (Satya Lancana Karya Satya XX Tahun) 2002

Dari Missi Haji Republik I ndonesia, Kantor Haji Daerah Kerja Madinah, sebagai Pelaksana Pelayanan, Pembinaan, dan Perlindungan Jemaah Haji I ndonesia 2006.

Dari Presiden Republik I ndonesia (Satya Lancana Karya Satya XXX Tahun) 2008 F. KARYA TULI S I LMI AH

1. Buku tercetak

1.1. Etos Kerja, dalam buku Beragama di Abad 21. oleh Penerbit Dzikrul Hakim 1996 1.2. Cara Memahami I slam, Penerbit Gema Media Pusakatama, 2000

1.3. I lmu Kalam, Penerbit Pustaka Setia, 2001

1.4. I stilah-I stilah dalam Teologi, Penerbit Pustaka Setia, 2001 1.5. Filsafat Umum, Penerbit Gema Media Pusakatama, 2002 1.6. Teologi Kebatinan Sunda, Penerbit Kiblat Buku Utama, 2005

1.7. Dahsyatnya Doa Memelihara Anak Yatim, Penerbit Kultum Media, 2009

2. Penelitian.

1. Penelitian I ndividual tentang Aliran Kebatinan Perjalanan, dana Depag Pusat Rp 6.000.000,- th. 1996

2. Ketua Penelitian Kelompok tentang Teologi Kebatinan Subud dan Madraisme, dana Depag Pusat Rp. 17.500.000,- th. 2002

3. Penelitian I ndividual tentang Metodologi Studi I slam, dana UI N Sunan Gunung Djati Bandung Rp. 6.000.000,- th. 2007

3. Makalah dalam Seminar/ Workshop/ Saresehan/ Diskusi/ Lokakarya, dll a. Makalah dipublikasikan

1. Sebuah Tinjauan terhadap Pandangan S Husein Al-Atas tentang Tesis Weber dan Asia Tenggara, makalah pada Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya “Wawasan” Fak Ushuluddin I AI N SGD Bandung, 1989

2. Manusia dan Tantangan Modernitas makalah pada Jurnal I lmiah Agama dan Sosial Budaya “Wawasan” Fak Ush IAI N SGD Bandung, 1990.

3. Robiah al-Adawiyah makalah pada Jurnal I lmiah Agama dan Sosial Budaya “ Wawasan “ Fak Ush I AI N SGD Bandung,1993

(9)

Surakarta, 2-5 November 20 09

5. Husein al-Hallaj dan Ajarannya makalah pada Jurnal I lmiah Agama dan Sosial Budaya “ Mimbar Study” I AI N SGD no. 69/ XVI/ 1995

6. Konsepsi Tentang Tuhan dan Hari Akhir dalam Teologi Agama Sunda di Jurnal I lmu Agama I slam dan Kebudayaan “ Tajdid” LPP IAI D Ciamis, terakreditasi No.17 th XI, 2004

7. Memahami Teologi Aliran Kebatinan Subud dan Madraisme di Jawa Barat pada Jurnal Penelitian Islam I ndonesia “ I stiqra” Ditjen Bagais Vol 2 No.1 2005

8. Kebudayaan Etnik Sunda, makalah pada Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya “ Wawasan “ Fak Ush I AI N SGD Bandung, vol. 28.No.2. th.2005.

9. Nilai-nilai dan Struktur Sosial Etnik Sunda, makalah pada jurnal I lmiah Agama dan Sosial Budaya “ Wawasan “ Fak Ush UI N SGD Bandung. Vol 29. No.2. 2006.

b. Makalah tak dipublikasikan

1. Pengendalian Aliran Ali Taetang di Kabupaten Banggai, makalah Sepala Depag A VI di Ujung Pandang 1985/ 1986

2. Penyempurnakan Pelaksanaan Penerangan dalam Rangka Memantapkan Keserasian Hubungan I deologi Pancasila dengan Ajaran Agama, Makalah Kelompok Sepala Depag A VI di Ujung Pandang 1985/ 1986

3. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa I ndonesia, makalah disampaikan pada Penataran P4 Juru Penerang Agama di Palu 1980

4. Sistem Pembinaan Agama I slam di Kalangan Transmigrasi, Makalah disampaikan pada Penataran Khatib/ Muballigh/ GAH di Palu 1982

5. Agama dan Ajarannya disampaikan pada Penataran Ketrampilan Praktis Lepasan Lembaga Pemasyarakatan di Luwuk 1982

6. Kerukunan Hidup Umat Beragama disampaikan pada Santiaji Sosial Politik para Tahanan Politik di Luwuk 1984

7. Peningkatan Kemampuan dan Ketrampilan Petugas Penerangan Agama I slam dalam rangka Pembinaan Mental Umat Beragama, disampaikan pada Penataran Kepala Seksi Penerangan Agama Islam se I ndonesia Timur di Manado 1983

8. Penerangan Agama I slam Kabupaten Banggai di Masa Mendatang disampaikan pada Raker Kandepag Kabupaten Banggai di Luwuk 1985

9. Pembicara pada diskusi di Puskaji I AI N SGD Bandung, tema, Hukum I slam dalam Persfektif Filsafat. Tahun 1999.

10. Pembicara pada diskusi di MUI Jabar, tema, Wangsit, Occultisme, Klenik, Magic, dan I lmu Hikmah tahun 2002

11. Pembicara pada Workshop di Pusat Penelitian I AI N SGD Bandung, tema, Fakultas Ushuluddin di Masa Depan, tahun 2003

12. Pembicara pada acara pengembangan keilmuan para Dosen yunior IAI N SGD Bandung, tema Fakultas Ushuluddin dalam Menghadapi Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2003

13. Ketua Panitia Seminar Nasional di IAI N Sunan Gunung Djati Bandung, tema, Masa Depan Bangsa dan Radikalisme Agama tahun 2004

14. Pembicara pada acara Lokakarya Strategi Penelitian pada Pusat Penelitian I AI N SGD Bandung, tema, Penelitian dan Arah Pengembangan I lmu ke-Ushuluddinan, 2004

15. Pembicara pada diskusi bulanan Dosen Fak Ush. oleh Ketua Laboratorium Fak Ush, I AI N SGD Bandung, tema, Agama Bangsa Jerman Kuno, 2004

16. Pembicara pada Pertemuan Dekan-Dekan Fak Ushuluddin se I ndonesia di UI N Jakarta, tema, Life Skill di Fak. Ushuluddin tahun 2005

17. Makalah pada konsorsium keilmuan I AI N Sunan Gunung Djati Bandung, tema, Argumen Filosofis Keilmuan Ilmu Kalam, tahun 2005

18. Pembicara pada bedah buku oleh Jakatarub (Jaringan Kerja Antar Umat Beragama) Jabar, tema When Religion Becomes Evil, Karya Charles Kimbal, tahun 2005

19. Pembicara pada bedah buku oleh Jakatarub Jabar, tema Islam on the Rise: I slam in the Third Millenium, Karya Murad W Hofmann, tahun 2005

20. Pembicara pada Pelatihan Kepemimpinan Gereja PGI W Jabar, oleh Pimpinan Gereja Kristen Jabar, tema Membangun Masyarakat Jawa Barat yang Plural, tahun 2005

21. Pembiaca pada acara Temu wicara antar umat beragama oleh Jakatarub Jabar, tema, Menyudahi Kekerasan atas nama Agama, tahun 2005

(10)

Surakarta, 2-5 November 20 09

23. Pembicara pada Seminar oleh YPKP ’65 Pawopkorba-LPR Krob-Pakorba se Jabar, tema, Tragedi Kemanusiaan ’65 dan Pelanggaran HAM Berat di tinjau dari Sudut Pandang Moral dan Agama tahun 2005

24. Pembicara pada acara Studium General Yayasan Darul Mantik Bandung dengan tema: Memahami Filsafat dengan Mudah, tahun 2005

25. Pembicara dalam diskusi bebas oleh BEM HMJ BSA Fakultas Adab UI N Sunan Gunung Djati Bandung dengan tema: Bertuhan tapi tak Beragama, tahun 2005

26. Pembicara pada Workshop Peningkatan Wawasan Kepustakaan Keagamaan Guru-Guru Agama SLTP, di Gedung BKM Kanwil Depag Jabar, tema, Agama dan Kontribusinya dalam Memecahkan Problematika Sosial, th. 2006

27. Sebagai Key Note Speacker pada acara Seminar terbuka oleh BEM HMJ SA Fakultas Ushuluddin UI N Sunan Gunung Djati Bandung dengan tema: Menggugat Pluralisme dan Liberalisme sesat atau benar, tahun 2006

28. Pembicara pada pertemuan Dekan-Dekan Fak. Ushuluddin I AI N/ UI N se I ndonesia di Padang, tema, Prospek Pengembangan UI N/ I AI N, tahun 2006

29. Pembicara pada acara diskusi panel bebas antar Organisasi Islam se Jawa Barat di Mesjid Muhajirin Suryalaya, Buah Batu, Bandung, dengan tema: Latar belakang terjadinya perbedaan di dalam I slam dan Solusinya, tahun 2006

30. Pembicara pada acara Diklat Dosen DPK se Jabar dan Banten, di Balai Diklat Keagamaan Bandung, tema, Pengembangan Bahan Ajar, 2007

31. Pembicara pada acara diskusi Lailah al-I jtima’, NU Wilayah Jabar, tema, Akar-akar Ekstrimisme/ Radikalisme Dalam I slam. 2007.

32. Pembicara pada diskusi Dosen I PDN Bandung, tema I slam Emansipatoris dan Transformatif. 2007

33. Pembicara pembanding pada acara bedah buku oleh BEM-J REMA Tafsir-Hadits, tema Selangkah lagi Mahasiswa UI N jadi Kiai oleh Dr Ahmad Luthfi tahun 2007

34 Pembicara pada acara seminar sehari di Gedung PGSD Purwakarta oleh PGRI Purwakarta dengan tema: Konsep Tauhid sebagai Dasar Pembinaan Karakter didik yang Mandiri dan Kreatif, tahun 2007

35. Pemakalah pada diskusi bulanan Dosen Fak Ush UI N SGD Bandung, tema UI N di Tengah Pusaran Liberalisasi Pemikiran, 2007

36. Makalah pada acara seminar internasional antara I ndonesia dan Malaysia oleh konsorsium keilmuan UI N Sunan Gunung Djati Bandung, dengan judul: Filsafat I lmu Kalam (Teologi I slam), tahun 2007

37. Pemakalah pada diskusi bulanan dosen Fakultas Ushuluddin UI N Sunan Gunung Djati Bandung, tema: Kenabian Terakhir, tahun 2007

38. Pembicara pada acara penataran Classroom intensive lecture Daurah Nasional Kader Ulama Pondok Pesantren di Pesantren al-Ittifaq oleh Kanwil Depag Jabar dengan tema: Wawasan Keulamaan, tahun 2008

39. Orasi ilmiah pada acara Wisuda Sarjana Unismuh Luwuk, Sul Tengah dengan tema: Ekosistem dalam perspektif para ahli dan peranan pendidikan terhadapnya, tahun 2008

E mail: Abdulrozak @ Yahoo.Co.id

Referensi

Dokumen terkait

yang harus selaras dengan Kompetensi Dasar, Kompetensi Inti, dan Standar Kompetensi Lulusan. Rencana pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek yang

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk melestarikan kesenian yang ada di daerah Seyegan melalui website sebagai sarana informasi dan promosi

Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi sebuah model konseptual baru yang dapat mengisi keterbatasan studi terdahulu dan kesenjangan penelitian antara pendidikan

Perusahaan, TriStar dan ETRL, telah disetujui beberapa hal diantaranya: (1) Closing date diubah dari tanggal 1 Juli 2007 menjadi 14 September 2007; (2) Jika disetujui oleh

Sistem integrasi sapi-kelapa sawit dengan memanfaatkan sapi Bali sebagai ternak kerja untuk mengangkut tandan buah segar (TBS) sawit telah dilakukan di perkebunan kelapa sawit

Berdasarkan dari hasil pengamatan didapatkan ciri-ciri sebagai berikut: warnanya kecoklat-coklatan dengan sayap burik mudah luntur, tubuhnya lebih kecil

Penerapan hukum terhadap tindak pidana pembobolan dana nasabah yang dilakukan oleh terdakwa Rudi Guiwan pada perkara Putusan Nomor 403/Pid.B/2011/PN.Mks menurut Penulis

Studi pendahuluan dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka dimulai dengan kajian literatur berupa kajian terhadap materi subyek