Studi Islam dengan Pendekatan Sosiologis dan Antropologi
Nelly Agustin (74)
Mahasiswa IAIN Metro
Pengetahuan mengenai agama Islam dapat diproleh seseorang dengan mengkaji dan meneleti.
Salah satu pendekatan penelitian dan kajian yang dapat digunakan yaitu pendekatan sosialogis dan
antropologis.
Antropologi adalah salah satu disiplin ilmu yang berusaha mempelajari dan memahami segala
sesuatu yang berhubungan dengan manusia.1 Seperti asal mula manusia, adat-istiadat, suku, bangsa,
gaya hidup, letak geografis tempat tinggal (wilayah), zaman, pola pikir dan agama. Keheterogenan
manusia tersebut menghasilkan berbagai macam karakter keagamaan.
Contohnya yaitu kajian keislaman yang dilakukan oleh Clifford Geetz terhadap Islam di
Maroko dan Indonesia. Islam di Maroko bersifat agresif dan penuh gairah, sedangkan Islam di
Indonesia dikenal sebagai suatu agama yang sinkretik. Hal ini membuktikan adanya pengruh agama
dalam memahami Islam.2 Agresif dan bergairahnya Islam di Maroko bukan berarti menunjukkan
bahwa Islam adalah agama yang sangar dan ingin menang sendiri. Namun, Islam di Maroko lebih
terlihat bergairah dan agresif salah satunya dalam belajar. Belajar Islam dengan se-kaffah mungkin.
Belajar tidak hanya dari sesama muslim tapi belajar dari siapapun selagi dalam koridor keislaman
yang benar. Sehingga ilmu yang didapatkan luas dan berwarna.
Pendekatan antropologi mampu menghasilkan studi yang menjelaskan tentang keberagaman
Islam.3 Keberagaman Islam yang dimaksud bukan mengenai ajarannya, namun mengenai praktek
ajaran Islam tersebut, yaitu berdasarkan bebudayaan atau adat-istiadat yang ada. Praktek keislaman
yang dilakukan di disetip belahan dunia tentu berbeda satu sama lain. Mengenai menutup aurat
misalnya. Sebagai contoh pakaian muslim/muslimah di Malaysia tentu berbeda dengan
muslim/muslimah di Arab. Muslimah di Malaysia menggunakan pakaian syar’i berupa baju kurung
sedangkan muslimah di Arab menggunakan baju gamis atau jubah.
Perbedaan sejenis ini tidak menjadikan muslim diberbagai negara menjadi tidak harmonis.
Namun menjadikan setiap muslim untuk saling bersaudara dan menghargai satu sama lain. Selagi
praktik keagamaan yang dilakukan tidak keluar dari koridor ajaran Islam. Manusia dianjurkan untuk
saling mengenal, menghargai dan berteman terhadap manusia lain, walau berbeda agama, budaya,
suku, bangsa dan ras. Tertera dafam Firman Allah SWT. Al-Qur’an surah al-Hujurat ayat 13.
1 Z. A. Tabrani, “Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global),” Jurnal Ilmiah Peuradeun 2, no. 2 (2014): 211–234.
2M. Dimyati Huda, “Pendekatan Antropologis dalam Studi Islam,”
Didaktika Religia 4, no. 2 (2016): 145.
Sosiologi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial dan
proses-proses sosial, serta perubahan-perubahan sosial. Objek sosiologi adalah hubungan yang timbul antar
manusia dan proses yang dihasilkan dari hubungan tersebut.
Studi Islam dengan menggunakan pendekatan sosisologi memiliki kajian utama yaitu
mengenai perilaku sosial. Prilaku sosial yang dilakukan oleh seseorang dalam keseharian baik
disadari atau tidak, merupakan prilaku atau realisasi nilai-nilai Islam yang telah ia pelajari. Salah
satu contoh pendekatan sosiologi adalah perilaku mu’amalah yang terjadi dalam kehidupan sosial
masyarakat. Seseorang pedagang yang telah belajar dan memahami mengenai mu’amaah
berdasarkan syariat Islam (hukum syar’i). Tentu perilaku dan cara berdagang yang dilakukan akan
selalu meneladani Nabi Muhammad saw. dan tidak keluar dari syari’at Islam.4
Islam adalah agama yang damai. Membawa kedamaian bagi siapapun, dimanakapun dan
kapanpun. Hubungan sosial atau hubungan antar manusia yang didasari dengan ajaran-ajaran Islam
akan membuat keharmonisan dan ketentraman satu sama lain. Baik Islam mayoritas maupun
minoritas. Melihat Islam di Barat misalnya. Walaupun Islam minoritas, namun jika anatara sesama
manusia yang beragaman dan saling toleransi. Kehidupan sosial akan berjalan denga damai dan
sejarahtera. Sebaliknya, ketika terjadi saling tidak menghargai, mencurigai dan membenci.
Kedamaian dan kesejahteraan tidak akan tercipta. Tetapi yang akan terjadi adalah saling
tuduh-menuduh teroris dan jelek-menjelekkan antar agama.5
Hadirnya agama dalam kehidupan sosial sebaiknya mampu memecahkan masalah-masalah
yang timbul dalam kehudipan sosial. Agama bukan sebagai ancaman, namun agama adalah sebagai
sebuah solusi yang ditawarkan bagi keberlangsungan hidup manusia.6
Salah satu contoh, ajaran Ibn Rusyd di Barat dengan pemahaman filsafat Barat atas
pemahaman ajaran agama Islam. Kedua bidang keilmuan ini saling mempengaruhi satu samalain
yang menimbulkan kekayaan intelektual dalam peradaban manusia. Sepatutnya kekayaan
intelektual ini selalu disyukuri dan ditingkatkan. Bahasa, wilayah, dan agama yang berbeda tidak
menjadikan keduanya berjauhan saling bermusuhan, tolak-menolak dan saling kesulitan. Tapi
sebaliknya saling menguntungkan, berkerjasama dan tolong-menolong. 7 Misalnya bahasa yang
berbeda, dapat disiasati dengan menterjemahkan ke dalam bahasa satu sama lain. Agar saling
terciptanya pemahaman yang sama dan saling berbagi ilmu pengetahuan. Sehingga belajar menjadi
mudah atau tidak terkendala.
4Ahmad Faiz, “Pengaruh Tingkat Keagamaan terhadap Perilaku Pedagang,” Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi
Syariah 2, no. 1 (2010).
5Dedi Wahyudi Rahayu Fitri As, “Islam Dan Dia
log Antar Kebudayaan (Studi Dinamika Islam Di Dunia
Barat),” FIKRI: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya 1, no. 2 (2017): 267–290.
6M. Arif Khoiruddin, “
Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Islam,” Jurnal Pemikiran Keislaman 25, no. 2 (2014): 348–361.
7
Kurniawan Muh. Alif dkk., “Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam: Dari Masa Klasik, Tengah, Hingga
Kebudayaan Islam dengan kebudayaan agama selain Islam tidak sama. Ketidak samaan
kebudayaan antar agama bukan masalah yang membuat pemeluk agama saling tidak bersahabat.
Sikap terbaik yang diambil adalah saling melengkapi, menyamakan suhu dan toleran dengan adanya
keberagaman tersebut. Sehingga budaya yang berbeda dapat menjadi warna-warni dalam menjalani
hidup menjadi lebih indah. Kehidupan sosial akan menjadi lebih bahagia dan harmonis.
Studi Islam dengan pendekatan sosiologis dan antropologi memberikan kesimpulan
bagaimana agama Islam dapat dipahamai, dihayati dan diamalkan oleh pemeluknya dalam suatu
mayarakat, bukan menyimpulkan benar atau salahnya suatu ajaran agama Islam. Masyarakat yang
dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik, akhirnya akan
mampu menciptakan kesejahteraan bagi pemeluk agama Islam itu sendiri dan masyarakat lain yang