• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana Laboratorium Perpajakan Sebagai Penunjang Proses Pembelajaran Pada Jurusan Akuntansi Program S1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana Laboratorium Perpajakan Sebagai Penunjang Proses Pembelajaran Pada Jurusan Akuntansi Program S1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

530

Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana Laboratorium

Perpajakan

Sebagai Penunjang Proses Pembelajaran

Pada Jurusan Akuntansi Program S1

Made Arie Wahyuni

a,*

, Ni Wayan Yulianita Dewi

b

, GA Rencana Sari Dewi

c

aUniversitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia *(wahyuni_arie@yahoo.com)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sarana dan prasarana laboratorium perpajakan yang ideal pada Jurusan Akuntansi Program S1 serta menganalisis kebutuhan sebagai dasar perencanaan pengadaan sarana dan prasarana laboratorium perpajakan pada Jurusan Akuntansi Program S1. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, wawancara, dokumentasi dan observasi. Untuk pengambilan sampel, peneliti menggunakan rumus slovin dari 683 populasi diperoleh 252 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan sarana dan prasarana laboratorium perpajakan sebagai penunjang proses pembelajaran sangatlah penting dalam upaya meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam bidang perpajakan. Laboratorium perpajakan memerlukan sebuah perencanaan yang baik sehingga dapat menciptakan sebuah laboratorium yang ideal guna memenuhi kebutuhan mahasiswa saat ini. Selain itu, dengan adanya laboratorium perpajakan dapat memberikan manfaat bagi civitas lembaga dan juga edukasi kepada masyarakat mengenai peranan pajak. Perencanaan laboratorium perpajakan memerlukan koordinasi dari berbagai unit dan program studi di Fakultas Ekonomi, sehingga kendala-kendala yang terjadi dapat segera diatasi.

Kata kunci: analisis kebutuhan, laboratorium perpajakan

PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peranan

penting bagi peningkatan SDM

sehingga para pelaku pembangunan

pendidikan harus berupaya

menaikkan derajat mutu pendidikan

di Indonesia agar mampu bersaing

dalam pasar tenaga kerja dengan

menyesuaikan pembangunan

pendidikan itu sendiri. Suatu lembaga

pendidikan tidak dapat berjalan tanpa

adanya sarana dan prasarana yang

dapat digunakan para mahasiswa

untuk melaksanakan pendidikan

dengan baik. Menurut Surya (2007),

pendidikan diperlukan untuk meraih

kedudukan dan kinerja optimal pada

setiap pekerjaan dilakukan.

Pendidikan adalah sebuah sistem

formal yang mengajarkan tentang

pengetahuan, nilai-nilai dan berbagai

keterampilan. Agar pemenuhan

sarana dan prasarana tepat guna dan

berdaya guna (efektivitas dan

efisiensi), diperlukan suatu analisis

kebutuhan yang tepat di dalam

perencanaan pemenuhannya.

Pengadaan sarana prasarana tersebut

harus berkaitan dengan jenis dan

(2)

531

tempat, dengan harga, maupun

sumber yang dapat

dipertanggungjawabkan, Minarti

(2011).

Sesuai dengan Undang-undang

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang antara lain

menegaskan perlunya pengembangan

standar nasional pendidikan yang

mencakup : standar isi, standar

proses, standar kompetensi lulusan,

standar pendidik dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan

prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan, dan standar

penilaian, maka sarana dan

prasarana dapat dikatakan sebagai

bagian integral dari keseluruhan

kegiatan proses pembelajaran di

satuan pendidikan mempunyai fungsi

dan peran dalam pencapaian kegiatan

pembelajaran sesuai kurikulum

satuan pendidikan. Sarana

merupakan semua perangkat

peralatan, bahan dan perabot yang

secara langsung digunakan dalam

proses pendidikan di sekolah.

Sedangkan prasarana merupakan

semua kelengkapan dasar yang

secara tidak langsung menunjang

pelaksanaan proses pendidikan.

Kebijakan pemerintah berkaitan

dengan hal tersebut dilakukan untuk

menghasilkan pendidikan Indonesia

yang baik dan lulusan berkualitas di

sektor pendidikan. Agar pemenuhan

sarana dan prasarana tepat guna dan

berdaya guna (efektivitas dan

efisiensi), diperlukan suatu analisis

kebutuhan yang tepat di dalam

perencanaan pemenuhannya.

Penetapan akan kebutuhan

sarana dan prasarana sejatinya harus

diawali dengan proses perencanaan

yang terstruktur dan terpadu agar

memberikan hasil yang bermanfaat

sehingga keberhasilan proses

pembelajaran dapat tercapai. Di

dalam mengelola sarana dan

prasarana,rincian dari fungsi

perencanaan harus

mempertimbangkan suatu faktor

kebutuhan yang harus dipenuhi.

Dalam menentukan kebutuhan,

diperlukan beberapa data yang

diantaranya adalah distribusi dan

komposisi, jenis, jumlah, dan kondisi

(kualitas) sehingga berhasil guna,

tepat guna, dan berdaya guna

sehingga kebutuhan perlu dikaji lebih

lanjut untuk disesuaikan dengan

besaran pembiayaan dari dana yang

tersedia.Analisis kebutuhan tersebut

diperlukan untuk mempelajari

tentang apa saja yang menjadi

kebutuhan sekarang dan di masa

mendatang, sehingga sangat perlu

dilaksanakan agar dapat menilai dan

memberikan sarana dan prasarana

yang dibutuhkan sehingga dapat

(3)

532

menghasilkan lulusan yang

berkualitas.

Untuk memenuhi profil

kompetensi lulusan tersebut,

diperlukan fasilitas pendukung

pembelajaran praktik berupa

laboratorium studio dan workshop

pendidikan teknologi dan kejuruan

(Depdiknas Dirjen Dikti, 2004). Proses

pendidikan dalam bidang teknologi

dan kejuruan yang didukung dengan

sarana dan prasarana yang memadai

akan menghasilkan lulusan tenaga

pendidikan yang profesional, dan

untuk mencapai keprofesionalan

tersebut harus dicapai melalui

kegiatan berupa praktikum,

percobaan daan latihan di dalam

laboratorium, workshop ataupun

studio. Ketersediaan laboratorium

perlu disiapkan oleh lembaga

pendidikan sejak awal, sehingga akan

menjamin proses pembelajaran yang

efektif dan optimal. Dengan demikian,

diperlukan laboratorium yang standar

yang sesuai Standar Minimal

Laboratorium (SML). Laboratorium

merupakan ujung tombak

pendidikan, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat suatu

perguruan tinggi. Laboratorium

adalah suatu ruangan atau kamar

tempat melakukan kegiatan

praktikum atau penelitian yang

ditunjang oleh adanya seperangkat

alat-alat laboratorium serta adanya

infrastruktur laboratorium yang

lengkap. Menurut Noerhadi (2010),

pada dasarnya laboratorium

merupakan fasilitas yang

menyediakan peralatan untuk

penelitian ilmiah dan pengukuran,

namun pada perkembangannya

laboratorium berperan sebagai

penunjang untuk: (1) proses

pembelajaran, (2) proses

pengembangan keilmuan yang

merupakan wadah kegiatan kelompok

dosen dalam bidang minat

pengembangan ilmu dan lintas ilmu,

(3) proses pelayanan kepada

masyarakat.

Jurusan Akuntansi Program S1

yang berdiri sejak tahun 2009

merupakan salah satu program studi

pencetak tenaga kerja di bidang

Akuntansi yang memiliki visi dan misi

yaitu menjadi lembaga pengembang

ilmu Akuntansi yang bermanfaat bagi

masyarakat, sekaligus mampu

menghasilkan sumber daya manusia

yang cerdas, berkualitas, bermoral

dan berdaya saing tinggi, memandang

perlu adanya sarana praktikum

perkuliahan dalam mendukung

pemberian teori di kelas. Salah satu

mata kuliah yang memerlukan sarana

dan prasarana pendukung berupa

laboratorium adalah mata kuliah

Hukum Pajak dan Perpajakan. Seperti

yang kita ketahui, pajak adalah salah

(4)

533

sangat penting yaitu mencapai hingga

70% pendapatan negara. Oleh sebab

itu, Direktorat Jenderal Pajak selalu

dituntut untuk dapat meningkatkan

pemasukan pajak di setiap tahunnya.

Penyampaian SPT Tahunan dengan

e-filing, pendaftaran Wajib Pajak secara

on-line melalui e-registration,

pembayaran pajak dengan e-billing,

e-tax invoice, adanya contact center dan

simplifikasi formulir yang digunakan

Wajib Pajak untuk menyampaikan

kewajiban perpajakannya adalah

beberapa contoh yang signifikan yang

telah dibuat oleh DJP untuk

membuat para Wajib Pajak membayar

Pajak dengan mudah. Pemahaman

terhadap peraturan perpajakan

sangat penting guna mendukung

kepatuhan wajib pajak dalam

melunasi utang pajaknya. Dari data

yang diperoleh dari situs resmi DJP

(www.pajak.go.id) kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak saat ini

masih digolongkan rendah.

Rendahnya tingkat kepatuhan wajib

pajak menyebabkan penerimaan

setiap tahun selalu dibawah target

yang ditetapkan oleh Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN). Dengan demikian pentingnya

pajak membuat pemerintah melalui

Direktorat Jenderal Pajak gigih untuk

mengedukasi masyarakat, sehingga

diperlukan adanya pendidikan

mengenai pentingnys pajak agar

pemahaman wajib pajak terhadap

sistem perpajakan semakin

meningkat dan akan berimbas pada

meningkatnya kepatuhan dalam

membayar pajak, sebab berdasarkan

tanggapan dari Pelaksana Tugas (Plt)

Direktur Teknologi Informasi

Perpajakan, Mutamam yang dikutip

dari Septian Deny (2016) melalui

Liputan6.com menyatakan,

keberadaan layanan e-filling yang

dimiliki DJP mendapat sambutan

baik para wajib pajak. Hal ini terlihat

dari tingkat kepuasan pengguna

layanan ini yang mencapai 95 persen,

dan faktor penyebab ketidakpuasan

itu diakibatkan karena belum

dipahaminya penggunaan sistem

perpajakan yang baru.

Menurut Astiti (2015)

pendidikan pajak juga dapat

meningkatkan kesadaran hukum

akan membayar pajak, memberi

pemahaman akan manfaat mengisi

SPT pajak secara benar dan

bagaimana alur pengelolaan pajak

tersebut sehingga masyarakat lebih

mengerti dan menyadari akan

pentingnya pajak. Bahkan praktik

kecurangan pajak yang dilakukan

oleh wajib pajak seperti penghindaran

pajak (tax avoidance) maupun

penggelapan pajak (tax evasion) yang

marak dilakukan oleh wajib pajak

orang pribadi maupun badan dapat

(5)

534

pajak. Dalam hal ini lembaga

pendidikanlah yang memiliki peran

penting dalam meningkatkan

pemahaman di bidang perpajakan

melalui peningkatan kualitas

pendidikan di perguruan tinggi.

Peningkatan mutu Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas

merupakan sebuah tantangan bagi

lembaga pendidikan sebab, lembaga

pendidikan merupakan pencetak

tenaga kerja yang harus bekerja keras

untuk menaikkan derajat mutu

pendidikan di Indonesia. Melalui hal

tersebut, lembaga pendidikan dapat

secara langsung meningkatkan

partisipasi dan pemahaman

masyarakat dalam bidang pajak.

Kegunaan laboratorium

perpajakan dalam kegiatan

perkuliahan sangat tinggi untuk

membekali mahasiswa secara praktis

seperti pada Jurusan Akuntansi

Program S1. Dari data yang diperoleh

diketahui bahwa jumlah mahasiswa

yang dimiliki oleh Jurusan Akuntansi

Program S1 di Tahun Ajaran

2016/2017adalah sebanyak 1.260

mahasiswa.Dari jumlah mahasiswa

tersebut yang layak menempuh mata

kuliah laboratorium perpajakan

adalah mahasiswa yang sudah

pernah menempuh mata kuliah

Hukum Pajak dan Perpajakan. Kedua

mata kuliah tersebut merupakan

mata kuliah yang memerlukan

laboratorium sebagai penunjang

proses penerimaan teori di kelas

dengan dosen pengampu yang dapat

diaplikasikan berdasarkan

sistem-sistem peraturan perpajakan terbaru

yang ditetapkan oleh Direktorat

Jenderal Pajak. Melalui praktikum

ini, diharapkan dapat memberikan

pemahaman awal bagi para calon

wajib pajak mengenai peran

penerimaan pajak bagi pembangunan

nasional sehingga dengan

pemahaman awal tersebut para

mahasiswa dapat berbagi ilmu

dengan calon wajib pajak lainnya

maupun wajib pajak yang mereka

temui. Hal serupa juga diungkapkan

oleh Astiti (2015) bahwa pentingnya

edukasi tentang pajak, menimbulkan

perhatian yang tak kalah pentingnya

terhadap pemanfaatan fasilitas

tersebut agar tujuan yang diharapkan

yakni mengedukasi masyarakat mulai

dari mahasiswa dapat tercapai.

Sehubungan dengan kondisi tersebut,

maka dipandang perlu untuk

menyediakan sarana dan prasarana

berupa laboratorium, dan

diperhatikan pula tentang perangkat

komputer beserta software

pendukung yang digunakan sebagai

media utama dalam pelaksanaan

(6)

535 METODE

Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan pendekatan

deskriptif. Metode penelitian

kuantitatif merupakan salah satu

jenis penelitian yang spesifikasinya

adalah sistematis, terencana dan

terstruktur dengan jelas sejak awal

hingga pembuatan desain

penelitianya. Menurut Sugiyono

(2009), metode penelitian kuantitatif

dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positifisme yang digunakan

untuk meneliti pada umumnya

dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan

instrument penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif/statistik dengan

tujuan untuk mendeskripsikan objek

penelitian ataupun hasil penelitian.

Adapun pengertian penelitian

deskriptif menurut Sugiyono (2009)

adalah metode yang berfungsi untuk

mendeskripsikan atau member

gambaran terhadap objek yang diteliti

melalui data atau sampel yang telah

terkumpul sebagaimana adanya,

tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku

umum.

Instrumen penelitian merupakan

alat yang digunakan untuk mengukur

variabel dalam rangka

mengumpulkan data. Instrumen

penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner dan

wawancara

Kuesioner adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya

(Sugiyono, 2009). Berdasarkan

jumlah mahasiswa yang sudah

pernah menempuh mata kuliah

Hukum Bisnis dan Perpajakan

diperoleh data berjumlah 683 orang.

Teknik penentuan jumlah sampel

berdasarkan Rumus Slovin sehingga

didapat jumlah sampel sebanyak

adalah 252 mahasiswa.

Wawancara menurut Sugiyono

(2007), adalah merupakan pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanyajawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu. Wawancara

dilakukan untuk memperoleh

informasi terkait dengan pemanfaatan

laboratorium perpajakan sebagai

penunjang proses pembelajaran

mahasiswa oleh dosen pengampu,

kesiapan sarana dan prasarana

sebagai daya dukung proses

pembelajaran oleh mahasiswa dan

dosen pemangku, standar prosedur

operasional pengelolaan dan

penggunaan laboratorium,

pembentukan tim pengelola

(7)

536

perencanaan jangka panjang bagi

pengembangan laboratorium

perpajakan. Dalam penelitian ini,

wawancara akan dilakukan dengan

Wakil Dekan 1 (Bagian Akademik),

Ketua Jurusan Akuntansi Program S1

dan Dosen Pengampu Mata Kuliah

Hukum Pajak dan Perpajakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persepsi Mahasiswa Jurusan

Akuntansi Program S1 Mengenai

Kebutuhan Laboratorium

Perpajakan

Sebanyak 55,95% sangat setuju,

42,46% setuju, 7,56% ragu-ragu dan

2,52% tidak setuju mengenai

pentingnya laboratorium perpajakan

dalam perkuliahan, sehingga

menunjukkan bahwa 53,97% setuju,

34,52% sangat setuju, 8,33%

ragu-ragu, 2,38% tidak setuju dan 0,79%

sangat tidak setuju bahwa ruangan

laboratorium seharusnya cukup luas,

nyaman, dan bersih. Sebanyak total

92,06% responden menyatakan

setuju dan sangat setuju bahwa

fasilitas dalam sebuah laboratorium

harus memadai seperti tersedianya

AC, meja, kursi dan LCD, sedangkan

7,54% ragu-ragu dan 1,19% tidak

setuju dengan pernyataan tersebut.

Kesimpulannya bahwa suatu

laboratorium harus memiliki sarana

dan prasarana yang lengkap dalam

memperlancar proses praktikum mata

kuliah.

Pada indikator kesediaan alat

penunjang lain seperti software dalam

praktikum perpajakan (billing,

e-filling, dll) sebanyak 82,94%

menyatakan setuju dan sangat tidak

setuju, 13,49% menyatakan

ragu-ragu, sedangkan sisanya 3,40%

menyatakan tidak setuju dan sangat

tidak setuju. Hal ini menunjukkan

bahwa sarana pendukung seperti

software sangat bermanfaat terutama

untuk mengaplikasikan sistem

perpajakan yang saat ini beralih ke

e-system. Indikator mengenai materi

perpajakan yang disesuaikan dengan

materi perpajakan terbaru sebanyak

53,97% menjawab setuju, 37,30%

responden menjawab sangat setuju

sedangkan responden yang memilih

ragu-ragu sebesar 8,73%.

Hasil sebaran kuesioner dari

indikator mengenai materi-materi

yang diberikan berupa kasus-kasus

yang terjadi di lapangan adalah

sebesar 56,74% responden memilih

setuju, 36,90% memilih sangat

setuju, 5,95% yang memilih

ragu-ragu dan 0,40% saja yang memilih

tidak setuju. Ini berarti dalam

pemberian praktikum perpajakan

sangat memungkinkan memberikan

materi dengan menyelipkan

kasus-kasus yang terjadi di lapangan untuk

(8)

537 baru kepada mahasiswa sehingga

mereka lebih tanggap akan adanya

permasalahan yang terjadi di bidang

perpajakan.

Sebesar 48,02% responden dan

44,05% responden yang memilih

sangat setuju dan setuju mengenai

indicator pernyataan tenaga pengajar

harus memiliki kualifikasi dan

pengalaman di bidang perpajakan,

sedangkan sisanya 9,13% menjawab

ragu-ragu dan 0,40% menjawab tidak

setuju. Indikator pernyataan

mengenai tenaga pengejar tidak harus

dosen namun bisa juga praktisi atau

konsultan pajak, 87,3% responden

menjawab sangat setuju dan setuju,

11,90% menjawab ragu-ragu, dan

sisanya menjawab tidak setuju

sebesar 0,4% responden. Dari hasil

tersebut diketahui bahwa tenaga

pengajar selain dosen dapat menjadi

sumber tambahan informasi di bidang

pajak, di samping itu pula

pengalaman dan wawasan yang lebih

banyak dimiliki oleh Dirjen Pajak

ataupun konsultan pajak dapat

dilakukan dengan sharing kepada

mahasiswa sehingga dapat lebih

memberikan pemahaman yng lebih

baik bagi mahasiswa.

Indikator mengenai pemberian

sertifikat dari laboratorium

perpajakan setelah mengikuti

praktikum perpajakan, sebanyak

47,62% responden memilih setuju,

42,86% responden memilih sangat

setuju, 8,73% yang memilih

ragu-ragu serta 0,79% responden yang

memilih tidak setuju. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa

mahasiswa memandang perlu untuk

memperoleh sertifikat sebagai bukti

bahwa mereka telah selesai

menempuh mata kuliah praktikum

perpajakan.

Persepsi Dosen Pengampu Mata

Kuliah Mengenai Perencanaan

Laboratorium Perpajakan

Dari beberapa pertanyaan yang

sudah ditanggapi oleh informan,

dapat disimpulkan bahwa keberadaan

laboratorium perpajakan sejatinya

sangat dibutuhkan dalam proses

perkuliahan. Walaupun saat ini solusi

dengan tetap memberikan

pelatihan-pelatihan praktis seperti pengisian

SPT pada formulir SPT, Menghitung

dan mengisi langsung faktur pajak

badan yang diselipkan saat

pemberian teori di kelas, namun

keberadaan ruang dan sarana

pendukungnya tetap harus dijadikan

pemikiran bersama karena melihat

perkembangan sistem perpajakan

saat ini sudah menggunakan aplikasi

elektronik sehingga perlu adanya

pengembangan sistem perkuliahan

yang lebih baik agar pemahaman

mahasiswa mengenai peraturan

(9)

538 berlaku harus didukung sepenuhnya

dalam rangka menghasilkan kualitas

lulusan mahasiswa yang mampu

bersaing di pasar kerja.

Dari beberapa pertanyaan yang

sudah ditanggapi oleh informan,

dapat disimpulkan bahwa keberadaan

laboratorium perpajakan sejatinya

sangat dibutuhkan dalam proses

perkuliahan. Walaupun saat ini solusi

dengan tetap memberikan

pelatihan-pelatihan praktis seperti pengisian

SPT pada formulir SPT, Menghitung

dan mengisi langsung faktur pajak

badan yang diselipkan saat

pemberian teori di kelas, namun

keberadaan ruang dan sarana

pendukungnya tetap harus dijadikan

pemikiran bersama karena melihat

perkembangan sistem perpajakan

saat ini sudah menggunakan aplikasi

elektronik sehingga perlu adanya

pengembangan sistem perkuliahan

yang lebih baik agar pemahaman

mahasiswa mengenai peraturan

dalam sistem perpajakan yang

berlaku harus didukung sepenuhnya

dalam rangka menghasilkan kualitas

lulusan mahasiswa yang mampu

bersaing di pasar kerja.

Persepsi Para Pengelola di Fakultas

Ekonomi Undiksha

Dari wawancara yang telah

dilakukan dapat diambil kesimpulan

bahwa sarana dan prasarana pada

laboratorium komputer yang telah

dimiliki, dapat dimanfaatkan oleh

setiap jurusan yang ada di

lingkungan Fakultas Ekonomi.

Sarana dan prasarana tersebut dapat

digunakan melalui sharing, sesuai

dengan kebutuhan masing-masing

jurusan sesuai dengan mata kuliah

praktikum dengan harapan

ketersediaan perangkat komputer

yang dimiliki saat ini dapat

dimanfaatkan dengan baik sehingga

dapat memberikan manfaat pula bagi

para dosen pengampu maupun

mahasiswa.

Kondisi yang memungkinkan

apabila terjadi keterbatasan daya

tampung dapat dilakukan dengan

alternatif terbaik yaitu dengan

melakukan sharing dengan berbagai

jurusan yang ada di Fakultas

Ekonomi, sehingga dapat memberikan

manfaat bagi civitas sehingga dari

segi biaya menjadi efisien. Diperlukan

koordinasi yang baik antar unit dan

program studi sehingga keterbatasan

yang terjadi dapat segera diatasi.

Diharapkan dengan adanya

laboratorium ini dapat terwujud lab

perpajakan yang sesuai dengan

kondisi atau peraturan perpajakan

yang berlaku (berbasis e-tax), bisa

dimanfaatkan oleh semua civitas

(semua prodi) yang membutuhkan

sehingga dapat mendukung proses

(10)

539 juga dapat memberikan jasa serta

edukasi kepada masyarakat terkait

bidang perpajakan.

PENUTUP

Peranan laboratorium sangatlah

penting bagi kelangsungan proses

pembelajaran. Penggunaan

laboratorium perpajakan secara

optimal dan professional dapat

memberikan manfaat bagi seluruh

pengguna yakni mahasiswa dan

dosen pengampu di lingkungan

Fakultas Ekonomi, seluruh civitas

Universitas Pendidikan Ganesha serta

masyarakat, sehingga dengan

pemahaman perpajakan yang dimiliki

secara maksimal oleh mahasiswa

dapat memberikan edukasi kepada

masyarakat mengenai pentingnya

pajak bagi pembangunan Negara.

Maka disinilah peran serta sebuah

Perguruan Tinggi untuk ikut

meningkatkan kualitas sumber daya

manusia melalui peningkatan mutu

pembelajaran aplikatif yang

dilakukan dalam praktikum

laboratorium perpajakan

DAFTAR PUSTAKA

Astiti, Landia Rani, Ridwan Suryo dan

Faras Dwi Izzati. 2015. Studi

Pemanfaatan Laboratorium

Perpajakan Dalam Menunjang

Mata Kuliah di Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri

Yogyakarta. Pelita-Jurnal

Penelitian Mahasiswa UNY,

Volume X. No. 1 April 2015

Daryani. 2008. Manfaat Komputer

Dalam Pembelajaran. Diakses

tanggal2 Mei 2017 dari:

http://daryani8.wordpress.com/2008

12/22/makalah-manfaat-komputer-dalam-pembelajaran

Mardiasmo. 2009. Perpajakan.

Yogyakarta: Andi

Noerhadi. 2010.Optimalisasi dan Arah

Pengembangan Laboratotium

Anatomi, Fisiologi dan Histologi

Fakultas Ilmu

KeolahragaanUniversitas Negeri

Yogyakarta. Diakses tanggal 24

Mei 2016 dari:

http://eprints.uny.ac.id/view/type/ar

ticle.html

Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 1980

Tentang Pokok-pokok

Organisasi Universitas/Institut

Negeri.

Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional

(11)

540

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian

Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Bisnis. Bandung: Alfabeta

Surya, M. 2007. Mendidik Guru

Berkualitas untuk Pendidikan

Berkualitas. Makalah

Disampaikan pada Orasi Ilmiah

dalam Dies Natalis ke-45

Universitas PGRI Yogyakarta

12 Desember 2007

www.pajak.go.id. Diakses tanggal 20

April 2017

www.liputan 6.com. Diakses tanggal

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa menunjukan perilaku berolahraga yang berbeda dari yang sebaiknya, hal ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan di FMIPA UI, menunjukkan

3 interaktif berisi video serta materi pembelajaran yang menjelaskan level makroskopik, submikroskopik dan simbolik dengan instrumen berupa lembar kerja agar dapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ketersediaan sarana dan prasarana penunjang laboratorium IPS-Geografi, (3) intensitas penggunaan laboratorium

Menurut data Bank Indonesia, dalam tahun 1996 mencatat kinerja yang sangat baik dengan ditandai indikator makroekonomi, antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 7.8

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai bahan yang digunakan, uraian proses produksi, mesin dan peralatan, utilitas, serta safety and protection untuk pembuatan produk di

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan metode apa saja yang akan digunakan dalam mencari data dan analisis yang digunakan dalam penelitian tentang Identifikasi Pengaruh

Mampu menjadi teknisi akuntansi ahli yang mampu melakukan pekerjaan di bidang akuntansi pada perusahaan (entitas bisnis) jasa, dagang, dan/atau manufaktur berskala besar

Mampu menjadi teknisi akuntansi ahli yang mampu melakukan pekerjaan di bidang akuntansi pada perusahaan (entitas bisnis) jasa, dagang, dan/atau manufaktur berskala besar