• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISIKO PAJANAN KONSENTRASI PM 10 DAN PM 2,5 DI KECAMATAN CIWANDAN, CILEGON JAWA BARAT TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RISIKO PAJANAN KONSENTRASI PM 10 DAN PM 2,5 DI KECAMATAN CIWANDAN, CILEGON JAWA BARAT TAHUN 2014"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

RISIKO PAJANAN KONSENTRASI PM 10 DAN PM 2,5

DI KECAMATAN CIWANDAN, CILEGON JAWA BARAT TAHUN 2014

Sumiati Bedah1, Imas Latifah2

1,2

Prodi DIII Analis Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin Alamat korespondensi:

Prodi DIII Analis Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin Jl.Raya Pondok Gede no.23-25 Kramat Jati, Jakarta Timur

ABSTRAK

Polusi udara merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, terutama di negara berkembang. Salah satu bahan pencemar udara adalah debu yang mempunyai diameter 0,1 sampai 100 µm . Berdasarkan ukurannya, Environmental Protection Agency (EPA) 2011 mengelompokkan partikel debu menjadi 2 kategori, yaitu partikel debu < 10 µm (PM10) dan partikel debu < 2,5 µm (PM2,5). Polutan ini diyakini oleh para pakar lingkungan dan

kesehatan masyarakat sebagai salah satu pemicu timbulnya infeksi saluran pernafasan karena dapat mengendap pada saluran pernafasan daerah bronki dan alveoli. Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) yang bertujuan memperkirakan risiko yang diterima suatu masyarakat akibat pajanan agen-agen pencemar di lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan dari 60 titik lokasi pengukuran konsentrasi PM10 dan PM2,5 udara ambien di kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon, ditemukan beberapa lokasi dengan

konsentrasi partikulat yang melewati baku mutu sesuai PP 41 tahun 2009. Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan dengan memperhitungkan faktor-faktor terkait, maka diperoleh RfC sebagai intake aman untuk anak-anak yaitu untuk PM10 sebesar 0,062 mg/kg/hari dan PM2,5 sebesar 0,031 mg/kg/hari sedangkan RfC sebagai intake aman

untuk dewasa yaitu untuk PM10 sebesar 0,025 mg/kg/hari dan PM 2,5 sebesar 0,013 mg/kg/hari.

Berdasarkan temuan penelitian ini dirasa perlu perhatian pihak terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kesehatan yang dapat timbul akibat pajanan PM10 dan PM2,5 di kecamatan

Ciwandan khususnya lokasi yang berisiko yaitu pengelolaan risiko antara lain dapat dilakukan dengan mengupayakan modifikasi konsentrasi dan durasi pajanan yaitu upaya menurunkan konsentrasi PM10 dan PM2,5 pada level minimal,

atau dengan membatasi durasi pajanan (lama tinggal) di lokasi dengan konsentrasi pajanan yang tinggi. Juga dapat di digalakkan pembuatan taman hijau untuk mengurangi konsentrasi partikulat di udara.

Kata Kunci : PM10, PM2,5, Ciwandan, Risk Question

PENDAHULUAN

Setiap makhluk hidup membutuhkan udara untuk bernafas. Pada manusia, pernafasan adalah rangkaian proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga pemanfaatan energi dalam tubuh yaitu masuknya oksigen ke dalam tubuh dan dibuang atau dilepaskannya karbondioksida keluar tubuh.

Polusi udara merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, terutama di negara berkembang.(Chen dan Haidong, 2008). Partikel debu (Particulate Matter) merupakan senyawa campuran dari partikel padat dan cair yang dapat ditemukan di udara. Ukuran dari pertikel debu yang terdapat di udara secara langsusng dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Berdasarkan ukurannya, Environmental Protection Agency (EPA) mengelompokkan partikel debu menjadi 2 kategori, yaitu partikel debu < 10 µm (PM10) dan partikel debu <

2,5 µm (PM 2,5) (EPA, 2011).

Salah satu bahan pencemar udara adalah debu yang mempunyai diameter 0,1 sampai 100 µm dan menjadi perhatian bersama khsususnya debu yang dihasilkan oleh pengolahan bahan padat dari industri. Partikel udara dalam wujud padat yang berdiameter kurang dari 10 µm yang biasanya disebut dengan PM10(particulate matter) dan kurang

kurang dari 10 µm yang biasanya disebut dengan PM10(particulate matter) dan kurang dari 2,5 µm di dalam rumah

(PM2,5) diyakini oleh para pakar lingkungan dan kesehatan masyarakat sebagai pemicu timbulnya infeksi saluran

pernafasan, karena pertikel padat PM2,5 dan PM10 dapat mengendap pada saluran pernafasan daerah bronki dan

alveoli.

Tujuan

Memberikan gambaran risiko pajanan terhadap kesehatan yang disebabkan karena pencemaran udara PM10

(2)

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) yang bertujuan memperkirakan risiko yang diterima suatu masyarakat akibat pajanan agen-agen pencemar di lingkungan. Analisis risiko kesehatan lingkungan bukan studi epidemiologi yang memaparkan efek-efek kesehatan dan agen sebagai variabel independen dengan tujuan memperoleh hubungan kausalitas antarvariabel yang dipaparkan.

Populasi adalah warga yang tinggal di Kecamatan Ciwandan, Cilegon Jawa barat. Kriteria pemilihan wilayah adalah wilayah yang diperuntukkan untuk kawasan industri ,berlokasi di Kecamatan Ciwandan, Cilegon Jawa barat yaitu pada pemukiman di enam Kelurahan /Desayang terdiri dari Kelurahan/Desa Kubang Sari, Tegal Ratu, Kepuh, Randakari, Tegal Buntu, dan Sunan Bonang

Sampelnya adalah informasi dari BBTKL Jakarta berupa data hasil pengukuran pencemaran udara tahun 2014 di kecamatan Ciwandan, Cilegon Jawa barat.

Untuk mengitung asupan harian melalui inhalasi , digunakan rumus:

𝑹𝒇𝑪 = 𝑰 =𝑪 × 𝑹 × 𝒕𝑾 𝑬× 𝒇𝑬× 𝑫𝒕 𝒃× 𝒕𝑨𝑽𝑮

Ket Anak-Anak Dewasa

C= konsentrasi menggunakan kadar maksimum yang diperbolehkan untuk PM10 dan PM2,5 dalam udara

ruang berdasarkan Permenkes No.

1077/Menkes/Per/2011 yaitu sebesar 70 µg/m3 atau

0,07 mg/m3 untuk PM10, dan 35 µg/m3 atau 0,035

mg/m3 untuk PM2,5.

konsentrasi menggunakan kadar maksimum yang diperbolehkan untuk PM10 dan PM2,5 dalam udara

ruang berdasarkan Permenkes No.

1077/Menkes/Per/2011 yaitu sebesar 70 µg/m3 atau umur 3-<5 tahun (USEPA,2011). Dalam perhitungan ini R yang digunakan adalah yang terbesar yaitu

0,42 m3/jam.

laju inhalasi menurut analisis pajanan untuk orang dewasa yang digunakan adalah 0,83 m3/jam.

tE = waktu pajanan yang digunakan adalah24 jam/hari. waktu pajanan yang digunakan adalah 24 jam/hari. balita yaitu 59 bulan atau 4,917 tahun

durasi pajanan yang digunakan adalah selama seumur hidupnya, dan biasanya 30 tahun

Wb = berat badan menurut umur anak balita adalah 11,4 Kg (anak umur 1-<2 tahun); 13,8 Kg (2-<3 tahun); dan 18,6 Kg (3-<5 tahun) (USEPA, 2011). Dalam perhitungan ini Wb yang digunakan adalah yang paling rentan yaitu yang paling kecil sebesar 11,4 Kg.

berat badan untuk orang dewasa, untuk analisis pajanan biasanya digunakan 55 Kg

tAVG =

periode waktu rata-rata yang digunakan adalah

jumlah hari selama durasi pajanan yaitu 1.795 hari.

periode waktu rata-rata yang digunakan adalah

jumlah hari selama durasi pajanan yaitu (30 tahun) x 365 hari yaitu sebesar 10.950 hari.

Tingkat risiko atau besaran risiko kesehatan yang diakibatkan oleh pajanan (PM 2,5, PM10), yaitu membandingkan

intake dengan RfC dengan rumus

(3)

ANALISA DATA

Karakteristik populasi/sampel

Sebagian besar masyarakat lebih bnyak beraktivitas di luar rumah, sehingga potensi untuk terpajan juga lebih besar. Potensi ini semakin diperkuat karena pekerjaan masyarakat lebih banyak sebagai pedagang di sekitar rumah dan sebagai ibu rumah tangga, didominasi perempuan.

Lama pajanan harian yang diterima masyarakat adalah sekitar 24 jam dengan rata-rata 22,77 jam, sedangkan dalam satu tahun masyarakat lebih banyak terpajan selama 365 hari/tahun atau satu tahun penuh dengan rata-rata 356 hari/tahun. Pada hasil survei ini juga terlihat bahwa paling lama masyarakat yang tinggal dan telah terpajan dengan polutan adalah selama 67 tahun dengan pajanan tersingkat selama 1 tahun dan rata-rata 28,58 tahun atau 29 tahun. Berdasarkan hasil tersebut kemudian diambil nilai yang representatif untuk dijadikan sebagai elemen perhitungan intake. Nilai laju inhalasi diambil berdasarkan nilai default rata-rata orang dewasa umur 21-61 tahun.

Distribusi Frekuensi Konsentrasi Risk Agent

a). Konsentrasi PM 2,5 di Udara Ambien

Konsentrasi PM 2,5 udara ambien di kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon dapat dilihat pada tabel 1.

Konsentrasi tertinggi pada titik pengambilan sampel 39 di Kelurahan Kubang Sari dan konsentrasi terendah pada titik 34 Kelurahan Tegal Buntu. Terdapat empat lokasi dengan konsentrasi PM 2,5 yang menunjukkan nilai melewati baku

mutu PM 2,5di udara ambient sesuai PP 41 tahun 2009 yaitu sebesar 65 μg/m3. Lokasi dengan konsentrasi PM 2,5 yang

melewati baku mutu adalah titik 11, titik 38 dan titik 41 di kelurahan Tegal Ratu serta titik 39 di kelurahan Kubang Sari.

b). Konsentrasi PM 10 di Udara Ambien

Konsentrasi PM 10 udara ambien di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon dapat dilihat pada tabel 1.

Konsentrasi tertinggi pada titik pengambilan sampel 39 di Kelurahan Kubang Sari dan konsentrasi terendah pada titik 54 Kelurahan Kubang Sari. Terdapat satu lokasi dengan konsentrasi PM 10 yang menunjukkan nilai melewati baku

mutu PM10 di udara ambient sesuai PP 41 tahun 2009 yaitu sebesar 150 μg/m3. Lokasi dengan konsentrasi PM 10 yang

melewati baku mutu adalah titik 39 di kelurahan Kubang Sari dimana konsentrasi PM 10 di lokasi tersebut mencapai

157 μg/m3.

Konsentrasi PM2,5 dan PM10 pada tabel 5.1 adalah perkiraan konsentrasi rata-rata harian di wilayah

kecamatan Ciwandan, Cilegon Jawa barat. Data yang didapat dalam satuan µg/m3 kemudian dikonversi menjadi mg/ m3.

Nilai Intake dan RQ PM 10 pada anak-anak di berbagai lokasi pengukuran pada kecamatan ciwandan

Kabupaten Cilegon Jawa Barat Tahun 2014 Terlihat 14 titik lokasi yang berisiko menimbulkan dampak kesehatan

masyarakat yang ditunjukkan oleh nilai RQ≥1. Lokasi yang berisiko tersebut tersebar di berbagai kelurahan dalam

kecamatan Ciwandan

Gambar 1

Konsentrasi PM 2,5 dan PM 10 di Udara Ambien

(4)

Tabel 1.

Konsentrasi PM 2,5 Dan PM 10 Udara Ambien Di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon Tahun 2014

Titik

Lokasi Kelurahan (µg/m3) PM 2,5 (µg/m3) PM 10

Titik

Lokasi Kelurahan (µg/m3) PM 2,5 (µg/m3) PM 10

1 Tegal Ratu 12 21 31 Tegal Buntu 7 23

2 Tegal Ratu 42 84 32 Tegal Buntu 16 41

3 Tegal Ratu 16 23 33 Tegal Buntu 17 48

4 Tegal Ratu 17 40 34 Tegal Buntu 6 17

5 Tegal Ratu 25 38 35 Tegal Buntu 8 14

6 Tegal Buntu 24 39 36 Tegal Buntu 19 22

7 Tegal Buntu 14 28 37 Tegal Buntu 32 53

8 Tegal Buntu 14 60 38 Tegal Ratu 66 109

9 Tegal Buntu 21 43 39 Kubang Sari 121 157

10 Tegal Buntu 33 58 40 Tegal Ratu 15 25

11 Tegal Ratu 72 106 41 Tegal Ratu 83 94

12 Tegal Ratu 8 44 42 Tegal Ratu 36 40

13 Kepuh 18 44 43 Tegal Ratu 34 42

14 Randakari 18 30 44 Tegal Buntu 27 39

15 Tegal Buntu 45 135 45 Sunan bonang 29 61

16 Tegal Buntu 36 55 46 Kubang Sari 48 71

17 Tegal Buntu 25 81 47 Kubang Sari 23 64

18 Sunan bonang 23 89 48 Kubang Sari 17 41

19 Sunan bonang 45 101 49 Kubang Sari 17 41

20 Kubang Sari 26 69 50 Kubang Sari 33 49

21 Kubang Sari 38 58 51 Kubang Sari 51 55

22 Kubang Sari 30 50 52 Kubang Sari 9 16

23 Kubang Sari 55 99 53 Kubang Sari 16 55

24 Kubang Sari 39 83 54 Kubang Sari 9 12

25 Kubang Sari 32 46 55 Kubang Sari 14 40

26 Kubang Sari 29 35 56 Kubang Sari 9 27

27 Kubang Sari 31 81 57 Kepuh 27 52

28 Tegal Ratu 49 71 58 Randakari 40 58

29 Tegal Ratu 18 37 59 Tegal Ratu 33 37

30 Tegal Ratu 27 43 60 Tegal Ratu 6 15

SD 20,27 29,75

Max 121 157

Min 6 12

Average 29,17 53,48

(5)

TABEL 2.

Nilai Intake dan RQ PM 2,5 Pada Penduduk Dewasa

Di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon Jawa Barat Tahun 2014

Titik Lokasi

Intake (I)

RQ = I/RfC Risiko Titik Lokasi

Intake (I)

RQ =

I/RfC Risiko

(Asupan) PM

2.5

(Asupan) PM 2.5

1 0,004 0,329 TR 31 0,002 0,192 TR

2 0,015 1,151 Risiko 32 0,006 0,438 TR

3 0,006 0,438 TR 33 0,006 0,466 TR

4 0,006 0,466 TR 34 0,002 0,164 TR

5 0,009 0,685 TR 35 0,003 0,219 TR

6 0,008 0,658 TR 36 0,007 0,521 TR

7 0,005 0,384 TR 37 0,011 0,877 TR

8 0,005 0,384 TR 38 0,023 1,808 Risiko

9 0,007 0,575 TR 39 0,042 3,315 Risiko

10 0,011 0,904 TR 40 0,005 0,411 TR

11 0,025 1,973 Risiko 41 0,029 2,274 Risiko

12 0,003 0,219 TR 42 0,013 0,986 TR

13 0,006 0,493 TR 43 0,012 0,932 TR

14 0,006 0,493 TR 44 0,009 0,74 TR

15 0,016 1,233 Risiko 45 0,01 0,795 TR

16 0,013 0,986 TR 46 0,017 1,315 Risiko

17 0,009 0,685 TR 47 0,008 0,63 TR

18 0,008 0,63 TR 48 0,006 0,466 TR

19 0,016 1,233 Risiko 49 0,006 0,466 TR

20 0,009 0,712 TR 50 0,011 0,904 TR

21 0,013 1,041 Risiko 51 0,018 1,397 Risiko

22 0,01 0,822 TR 52 0,003 0,247 TR

23 0,019 1,507 Risiko 53 0,006 0,438 TR

24 0,014 1,068 Risiko 54 0,003 0,247 TR

25 0,011 0,877 TR 55 0,005 0,384 TR

26 0,01 0,795 TR 56 0,003 0,247 TR

27 0,011 0,849 TR 57 0,009 0,74 TR

28 0,017 1,342 Risiko 58 0,014 1,096 Risiko

29 0,006 0,493 TR 59 0,011 0,904 TR

30 0,009 0,74 TR 60 0,002 0,164 TR

(6)

TABEL 3

Nilai Intake dan RQ PM 10 Pada Penduduk Dewasa

Di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon Jawa Barat Tahun 2014

Titik Lokasi

Intake (I)

RQ = I/RfC Risiko Titik Lokasi

Intake (I)

RQ =

I/RfC Risiko

(Asupan) PM

10

(Asupan) PM 10

1 0,007 0,288 TR 31 0,008 0,315 TR

2 0,029 1,151 Risiko 32 0,014 0,562 TR

3 0,008 0,315 TR 33 0,017 0,658 TR

4 0,014 0,548 TR 34 0,006 0,233 TR

5 0,013 0,521 TR 35 0,005 0,192 TR

6 0,014 0,534 TR 36 0,008 0,301 TR

7 0,010 0,384 TR 37 0,018 0,726 TR

8 0,021 0,822 TR 38 0,038 1,493 Risiko

9 0,015 0,589 TR 39 0,055 2,151 Risiko

10 0,020 0,795 TR 40 0,009 0,342 TR

11 0,037 1,452 Risiko 41 0,033 1,288 Risiko

12 0,015 0,603 TR 42 0,014 0,548 TR

13 0,015 0,603 TR 43 0,015 0,575 TR

14 0,010 0,411 TR 44 0,014 0,534 TR

15 0,047 1,849 Risiko 45 0,021 0,836 TR

16 0,019 0,753 TR 46 0,025 0,973 TR

17 0,028 1,110 Risiko 47 0,022 0,877 TR

18 0,031 1,219 Risiko 48 0,014 0,562 TR

19 0,035 1,384 Risiko 49 0,014 0,562 TR

20 0,024 0,945 TR 50 0,017 0,671 TR

21 0,020 0,795 TR 51 0,019 0,753 TR

22 0,017 0,685 TR 52 0,006 0,219 TR

23 0,034 1,356 Risiko 53 0,019 0,753 TR

24 0,029 1,137 Risiko 54 0,004 0,164 TR

25 0,016 0,630 TR 55 0,014 0,548 TR

26 0,012 0,479 TR 56 0,009 0,370 TR

27 0,028 1,110 Risiko 57 0,018 0,712 TR

28 0,025 0,973 TR 58 0,020 0,795 TR

29 0,013 0,507 TR 59 0,013 0,507 TR

30 0,015 0,589 TR 60 0,005 0,205 TR

(7)

TABEL 4.

Nilai Intake dan RQ PM 2,5 Pada Anak=-Anak

Di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon Jawa Barat Tahun 2014

Titik Lokasi

Intake (I)

RQ = I/RfC Risiko Titik Lokasi

Intake (I)

RQ =

I/RfC Risiko

(Asupan) PM

2.5

(Asupan) PM 2.5

1 0,001 0,329 TR 31 0,026 0,192 TR

2 0,002 1,151 Risiko 32 0,027 0,438 TR

3 0,003 0,438 TR 33 0,028 0,466 TR

4 0,003 0,466 TR 34 0,029 0,164 TR

5 0,004 0,685 TR 35 0,030 0,219 TR

6 0,005 0,658 TR 36 0,031 0,521 TR

7 0,006 0,384 TR 37 0,031 0,877 TR

8 0,007 0,384 TR 38 0,032 1,809 Risiko

9 0,008 0,575 TR 39 0,033 3,316 Risiko

10 0,008 0,904 TR 40 0,034 0,411 TR

11 0,009 1,973 Risiko 41 0,035 2,274 Risiko

12 0,010 0,219 TR 42 0,036 0,986 TR

13 0,011 0,493 TR 43 0,036 0,932 TR

14 0,012 0,493 TR 44 0,037 0,740 TR

15 0,013 1,233 Risiko 45 0,038 0,795 TR

16 0,014 0,986 TR 46 0,039 1,315 Risiko

17 0,014 0,685 TR 47 0,040 0,630 TR

18 0,015 0,630 TR 48 0,041 0,466 TR

19 0,016 1,233 Risiko 49 0,042 0,466 TR

20 0,017 0,712 TR 50 0,042 0,904 TR

21 0,018 1,041 Risiko 51 0,043 1,397 Risiko

22 0,019 0,822 TR 52 0,044 0,247 TR

23 0,020 1,507 Risiko 53 0,045 0,438 TR

24 0,020 1,069 Risiko 54 0,046 0,247 TR

25 0,021 0,877 TR 55 0,047 0,384 TR

26 0,022 0,795 TR 56 0,047 0,247 TR

27 0,023 0,849 TR 57 0,048 0,740 TR

28 0,024 1,343 Risiko 58 0,049 1,096 Risiko

29 0,025 0,493 TR 59 0,050 0,904 TR

30 0,025 0,740 TR 60 0,051 0,164 TR

Ket : TR = Tidak berisiko

Manajemen Risiko

Pengelolaan risiko dilakukan dengan menentukan batas aman dari faktor pajanan yang ingin dicapai dan melakukan upaya pengelolaan melalui berbagai pendekatan yaitu pendekatan teknologi, sosial-ekonomi, maupun institusional. Untuk menghitung dan menentukan batas aman, RfC adalah konsentrasi referensi dari agen risiko tersebut.

Berdasarkan perhitungan nilai RQ dinilai bahwa pajanan PM10 dan PM2,5 pada beberapa lokasi pengukuran

ada yang lebih dari 1 (RQ>1) sehingga perlu perhatian dari seluruh pihak terkait dalam pengelolaan risiko pajanan PM10 dan PM2,5.

(8)

TABEL 5

Nilai Intake dan RQ PM 10 Pada Anak=-Anak

Di Kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon Jawa Barat Tahun 2014

Titik Lokasi

Intake (I)

RQ = I/RfC Risiko Titik Lokasi

Intake (I)

RQ =

I/RfC Risiko

(Asupan) PM

10

(Asupan) PM 10

1 0,010 0,329 TR 31 0,006 0,192 TR

2 0,036 1,151 Risiko 32 0,014 0,438 TR

3 0,014 0,438 TR 33 0,014 0,466 TR

4 0,014 0,466 TR 34 0,005 0,164 TR

5 0,021 0,685 TR 35 0,007 0,219 TR

6 0,020 0,658 TR 36 0,016 0,521 TR

7 0,012 0,384 TR 37 0,027 0,877 TR

8 0,012 0,384 TR 38 0,056 1,809 Risiko

9 0,018 0,575 TR 39 0,103 3,316 Risiko

10 0,028 0,904 TR 40 0,013 0,411 TR

11 0,061 1,973 Risiko 41 0,070 2,274 Risiko

12 0,007 0,219 TR 42 0,031 0,986 TR

13 0,015 0,493 TR 43 0,029 0,932 TR

14 0,015 0,493 TR 44 0,023 0,740 TR

15 0,038 1,233 Risiko 45 0,025 0,795 TR

16 0,031 0,986 TR 46 0,041 1,315 Risiko

17 0,021 0,685 TR 47 0,020 0,630 TR

18 0,020 0,630 TR 48 0,014 0,466 TR

19 0,038 1,233 Risiko 49 0,014 0,466 TR

20 0,022 0,712 TR 50 0,028 0,904 TR

21 0,032 1,041 Risiko 51 0,043 1,397 Risiko

22 0,025 0,822 TR 52 0,008 0,247 TR

23 0,047 1,507 Risiko 53 0,014 0,438 TR

24 0,033 1,069 Risiko 54 0,008 0,247 TR

25 0,027 0,877 TR 55 0,012 0,384 TR

26 0,025 0,795 TR 56 0,008 0,247 TR

27 0,026 0,849 TR 57 0,023 0,740 TR

28 0,042 1,343 Risiko 58 0,034 1,096 Risiko

29 0,015 0,493 TR 59 0,028 0,904 TR

30 0,023 0,740 TR 60 0,005 0,164 TR

Ket : TR = Tidak berisiko

Pajanan Pm 2,5 (µg/m3) PM 10 (µg/m3)

SD 20,27 29,75

Max 121 157

Min 6 12

Average 29,17 53,48

PEMBAHASAN

(9)

Di Indonesia Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) masih belum banyak dikenal dan digunakan sebagai metoda kajian dampak lingkungan terhadap kesehatan. Pa-dahal, di beberapa negara Uni Eropa, Amerika dan Australia ARKL telah menjadi proses central idea legislasi dan regulasi pengendalian dampak lingkungan. Karenanya, merupakan hal penting untuk mengenalkan metode ARKL dalam pengukuran risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan karena faktor lingkungan khususnya pencemaran udara

Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Bahaya (hazard) terdiri dari sen-yawa biologi, kimia atau fisik yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan. Se-dangkan risiko (risk) merupakan fungsi peluang terjadinya gangguan kesehatan dan kepara-han (severity) gangguan kesehatan oleh karena suatu bahaya.

Risiko lingkungan merupakan risiko terhadap kesehatan manusia yang disebabkan oleh karena faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, hayati maupun sosial-ekonomi-budaya. Salah satu bahaya yang berpotensi menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia dan ling-kungan yakni bahaya kimia yang berupa keberadaan polutan di udara.

Telah banyak penelitian yang mengemukakan tentang parameter pencemar udara lainnya yang berlokasi di daerah lain. Hal ini mengindikasikan bahwa kuali-tas udara menjadi perhatian khusus. Karena itu, penting kiranya bagi peneliti, pemerintah, mahasiswa dan para stake-holder yang berkecimpung dalam dunia kesehatan dan lingkungan untuk mengetahui beberapa model pengukuran risiko kesehatan, salah satunya adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).

Polusi udara pada masa lalu lebih banyak disebabkan oleh kejadian alam seperti debu dan pasir, kebakaran hutan, letusan gunung berapi, dan gas yang keluar dari dalam bumi atau yang dilepas oleh materi organik yang mem-busuk. Bentuk polusi ini masih ada sampai sekarang dan sesekali dapat menyebabkan ancaman serius. Namun, selain polutan alami ini, sekarang terdapat produk limbah yang dihasilkan oleh peradaban industrialisasi modern. Produk masyarakat modern

ini mengancam mutu udara yang dihirup di seluruh dunia. Hal ini memicu dilakukann-ya upaya untuk menurunkan tingkat kon-sentrasinya dalam udara ambien. Antara tahun 1970-1999, Amerika serikat berhasil mengurangi beberapa konsentrasi polutan standar dari udara ambien, salah satunya sulfur dioksida 40% namun meningkatkan konsentrasi nitrogen oksida sebesar 17% (Mckenzie, Pinger dan Kotecki 2007).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis risiko kesehatan lingkungan PM 10 dan PM 2,5 udara

ambien di kecamatan Ciwandan Kabupaten Cilegon dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Dari 60 titik lokasi pengukuran konsentrasi PM 10 dan PM 2,5 udara ambien di kecamatan Ciwandan Kabupaten

Cilegon, ditemukan beberapa lokasi dengan konsentrasi partikulat yang melewati baku mutu sesuai PP 41 tahun 2009.

a. Terdapat tiga lokasi dengan konsentrasi PM 2,5 yang melewati baku mutu sesuai PP 41 tahun 2009 yaitu

maksimal sebesar 65 μg/m3 yaitu titik 11, titik 38 dan titik 41 di kelurahan Tegal Ratu serta titik 39 di kelurahan

Kubang Sari.

b. Terdapat satu lokasi dengan konsentrasi PM 10 yang melewati baku mutu sesuai PP 41 tahun 2009 yaitu

maksimal sebesar 150 μg/m3 yaitu titik 39 di kelurahan Kubang Sari dimana konsentrasi PM 10 di lokasi tersebut

mencapai 157 μg/m3

2. Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan dengan memperhitungkan faktor-faktor terkait, maka diperoleh

RfC PM 10 dan PM 2,5 sebagai berikut

a. RfC sebagai intake aman untuk anak-anak yaitu untuk PM 10 sebesar 0,062 mg/kg/hari dan PM 2,5 sebesar

0,031 mg/kg/hari.

b. RfC sebagai intake aman untuk dewasa yaitu untuk PM 10 sebesar 0,025 mg/kg/hari dan PM 2,5 sebesar 0,013

mg/kg/hari.

3. Estimasi nilai RQ PM 2,5 dan PM 10 baik pada penduduk dewasa maupun pada anak-anak menunjukkan adanya

beberapa titik lokasi yang berisiko menimbulkan dampak kesehatan masyarakat.

a. Estimasi nilai RQ PM 2,5 pada penduduk dewasa terdapat 14 titik lokasi yang berisiko menimbulkan dampak

kesehatan masyarakat.

b. Estimasi nilai RQ PM10 pada penduduk dewasa terdapat 12 titik lokasi yang berisiko menimbulkan dampak

kesehatan masyarakat

c. Estimasi nilai RQ PM2,5 pada anak-anak terdapat 14 titik lokasi yang berisiko menimbulkan dampak

kesehatan masyarakat.

d. Estimasi nilai RQ PM10 pada anak-anak terdapat 14 titik lokasi yang berisiko menimbulkan dampak kesehatan

(10)

SARAN

Perlu perhatian pihak terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kesehatan yang mungkin timbul akibat pajanan PM 10 dan PM 2,5 di kecamatan Ciwandan khususnya lokasi yang

berisiko yaitu pengelolaan risiko antara lain dapat dilakukan dengan : 1. Modifikasi konsentrasi dan durasi pajanan.

2. Menurunkan konsentrasi PM10 dan PM 2,5 pada level minimal, atau dengan membatasi durasi pajanan (lama

tinggal) di lokasi dengan konsentrasi pajanan yang tinggi.

3. Salah satu contoh melawan pencemaran udara yaitu masyarakat diharapkan berinisiatif melakukan pembuatan taman hijau di lingkungan sekitar pemukiman untuk mengurangi konsentrasi partikulat dan mengajak perusahan sekitar untuk membantu menciptakan lingkungan nyaman nan asri

DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI.2001, Aspek Fundamental Kajian dan Pengendalian Risiko Bahan Kimia. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, Deputi Bidang PengawasanKeamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Jakarta

Departemen Kesehatan R.I., 1996. Bahan-bahan Berbahaya dan Dampaknya terhadap Kesehatan Manusia, Jilid III. Departemen Kesehatan R.I, 1996

EPA.1990, Exposure Factors Handbook, U.S Environmental Protection Agency EPA 600/8-89/043

International Programme on Chemical Safety (IPCS), 2000, Environmental Health Criteria 214 Human Exposure Assesment, WHO,Geneva

International Programme on Chemical Safety (IPCS), 2004, IPCS Risk Assessment Terminology, Part 1: IPCS/OECD Key Generic Terms used in Chemical Hazard/Risk Assessment; Part 2: IPCS Glossary of Key Exposure Assessment Terminology, Geneva: World Health Organization and Environmental Programme on Chemical Safety

Louvar, J.F., Louvar,B.D. 1998, Health and Environmental Risk Analysis :Fundamentals with Aplication, New jersey: Prentice Hall

James.R.C., Warren, D.A., Halmes, N.C., Roberts, S.M., 2000, Principle of Toxicology : Environmental and Industrial Aplications, Second Edition, John Wiley & Sons, Inc

Kementerian Kesehatan, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan No.1077/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah, Kementerian Kesehatan RI, 2010

Kolluru, R.V., Bartell, S.M., McBean,E.A., Rovers, F.A., 1998, Statistical Procedures for Analysis of Environmental Monitoring Data and Risk Assesment, Prentice Hall PTR

McBean,E.A., Rovers, F.A., 1998, Statistical Procedures for Analysis ofEnvironmental Monitoring Data and Risk Assesment, Prentice Hall PTR

Peraturan Pemerintah, Pengendalian Pencemaran Udara, PP RI No. 41/1999, Jakarta, 1999.

Purnama D., 2013. Konsentrasi PM10 dan Gas (SO2 dan NO2) dalam Rumah dan Kejadian ISPA pada Anak Balita

di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, DKI Jakarta. Tesis, Universitas Indonesia, 2013

Rahman,A, dkk .2004, Analisis Kualitas Lingkungan, Modul KML 22420, edisi 5, Laboratorium Kesehatan Lingkungan FKM UI, Depok

Rahman, A. 2009, Prinsip-prinsip Dasar Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Modul Kuliah Kesehatan Lingkungan, FKM UI, Depok

Rahman A. 2010, Prinsip-prinsip dasar dan metode analisis risiko kesehatan

lingkungan, Bahan ajar pelatihan teknis dan manajemen amdal bagi petugas kesehatan

Gambar

Gambar 1 Konsentrasi PM 2,5 dan PM 10 di Udara Ambien
Tabel 1.
TABEL 2.
TABEL 3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa kelompok formal ( kelompok komando dan kelompok tugas) dibentuk oleh organisasi formal dan merupakan alat untuk

Dengan hermeneutik ekologi, dilakukan upaya interpretasi Markus 16:15b sebagai teks Alkitab dan seloko adat orang Rimba sebagai teks budaya lokal, untuk menggali

Kesimpulan dari penelitian yang telah peneliti lakukan di SDN TOBLONG 03, dengan adanya sistem informasi P3K13 (Pendaftaran, Penjadwalan dan Pengolahan Nilai Kurikulum 2013)

Saran bagi peneliti selanjutnya yaitu dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pembekalan untuk mengkaji Pedagogical Content Knowledge lebih dalam lagi baik pada materi,

Dari hasil analisis diperoleh temuan penting sebagai berikut: 1. Pada kelompok sektor produksi pertanian dalam arti luas, sub sektor tanaman pangan memiliki keterkaitan paling

Walau bagaimanapun pada komposisi yang sama, kesan gabungan pemvulkanan dinamik dan pelbagai pengserasi telah menunjukkan sifat-sifat mekanik, ketahanan terhadap pembengkakan

Hal ini dimaksudkan untuk membimbing para anggota yang terkait guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah dirumuskan untuk menghindari penyimpangan (Munir 2006:

Dari kedua contoh diatas dapat dipahami bahwa yang bersangkutan dikenakan Pasal 78 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian mengenai: (1) Orang Asing