32
PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK PEMASANGAN INFUS UNTUK MEMENUHI
KOMPETENSI KETRAMPILAN INTI KEPERAWATAN
VIDEO LEARNING DEVELOPMENT IN SKILLS ENHANCEMENT TECHNIQUES TO MEET THE INSTALLATION OF INFUSION
COMPETENCE CORE NURSING SKILLS
Atik Aryani, Antia, Astri Charolina
Fakultas Ilmu Kesehatan, Univerisitas Sahid Surakarta aryani.atik13@gmail.com
ABSTRACT
Infuse therapy is an integral part of a nurse‟s professional practice. Technique of infuse administration is included in learning of clinical nursing skill. There are several learning methods used in clinical learning, such as, a video of learning. One of advantages of video-assisted learning is the video can show real skill and activity, reduces cost expended in presentation and the use can be repeated. The purposes of the research are to make and develop an effective and efficient learning video in attempt of improving skill of infuse administration of nursing students, to obtain a picture about acceptance and satisfaction of nursing students on materials of the learning video, to know and to test if there is a difference between students who are using the learning video and those who are not, as media of learning.The approach used in developing of the learning media was a quantitative experimental method with factorial 2 x 2 design. After an analysis with two-ways ANOVA, F test was used to examine each factor. Results: There was an effect of using the learning video on skill of infuse administration among the students, there is a different technical skill of infuse administration between students who had used the learning video and those who had not as a media of learning. It could be seen from Fcalculation=5.044 and value = 0.030<0.05. Conclusion: Students with video as a learning media in learning of infuse administration technique had better skill of infuse administration technique than those who had not used it.
Keywords: Learning video, infuse, nurse
ABSTRAK
pembelajaran dengan mahasiswa yang tidak menggunakan video pembelajaran sebagai media pembelajaran dengan Fhitung = 5,044 dengan nilai = 0,030 < 0,05. Simpulan penelitian adalah mahasiswa dengan pembelajaran menggunakan media video pemasangan infus mempunyai kemampuan teknik pemasangan infus lebih baik dibandingkan mahasiswa yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan video pemasangan infus.
Kata kunci: Video pembelajaran, infus, tenaga perawat.
PENDAHULUAN
Terapi infus merupakan bagian integral dari praktek professional seorang perawat. Ada satu hal yang perlu diingat bahwa terapi infus bukanlah terapi yang tanpa resiko sehingga tergantung dari komitmen profesional individu seorang perawat terhadap ketrampilan yang dimiliki (Gabriel et al, 2005). Teknik pema-sangan infus masuk dalam pembelajaran ketrampilan klinik keperawatan. Ada beberapa macam metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ketrampilan klinik, salah satunya adalah video (Hampton, 2002). Pem-belajaran melalui video berdasarkan materi lebih tinggi dari pembelajaran tradisional (tatap muka kelas). Akan tetapi, belum ada studi yang empirik terhadap pengembangan video pembelajaran da-lam peningkatan kemampuan teknik pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan dan pada bagian ini dibutuhkan pengkajian mendalam (Donkor, 2010).
Menurut (Hamalik, 2002), penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar me-ngajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Menurut (Sudjana dan Rifai, 2002) manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik siswa sehingga akan menimbulkan motivasi untuk belajar
2. Bahan pelajaran akan lebih dapat dipahami siswa dan memungkinkan untuk menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih variatif tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penjelasan guru.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemostrasikan, memerankan, dan lain-lain
Video sebagai media komunikasi yang memadukan unsur suara/bunyi dan gambar dengan segala teknik penyiapan yang didasarkan pada derajad kegunaannya (useware), sangat di-tentukan oleh penyiapan penggarapan perangkat lunak (software) yaitu materi/pesan dan perang-kat keras (hardware) berupa peralatan produksi. Para guru dapat melakukan penyesuaian dan meningkatkan daya kreativitas dalam proses penyampaian isi-isi pengajaran supaya menjadi lebih berkesan dan mudah seiring dengan citarasa dan karakteristik pelajar. Video bersifat interaktif tutorial membimbing peserta didik untuk mema-hami sebuah materi melalui visualisasi. Peserta didik dapat secara interaktif mengikuti kegiatan praktik sesuai dengan yang diajarkan dalam video.
34
METODE PENELITIAN1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta Jawa Tengah. Penetapan lokasi ini didahului dengan survey kelas yang menerapkan mata kuliah Kebu-tuhan Dasar Manusia (KDM) dan sarana laboratorium yang tersedia.
2. Populasi dan sampel
Penelitian ini dilaksanakan pada maha siswa kelas reguler semester IV Program Studi Ilmu Keperawatan. Sebagai subyek pene-litian dipilih 48 mahasiswa yang terdiri dari kelompok eksperimen sebanyak 24 maha-siswa dan kelompok kontrol 24 mahamaha-siswa 3. Variabel-variabel dalam Penelitian
1) Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini ada dua buah yaitu:
a) Variabel 1 adalah perlakuan berupa video ketrampilan pemasangan infus dan penggunaan alat-alat dalam pemasangan infus
b) Variabel 2 adalah frekuensi mahasiswa berlatih sendiri
2) Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan teknik ketrampilan pemasangan infus. Sebagai indikator dalam penilaian adalah kemampuan mahasiswa dalam menggunakan alat-alat dan memasang infus secara sistematis dan aseptik. Hasil belajar ini yang akan dijadikan dasar apakah video ketrampilan pemasangan infus dan penggunaan alat-alat dalam pemasangan infus itu mampu meningkatkan pemahaman dan ketram-pilan mahasiswa.
3) Variabel Pengganggu
Tidak dapat dipungkiri ada variabel lain yang dapat mempengaruhi yaitu jenis kelamin dan usia. Tetapi dalam penelitian ini, jenis kelamin dan usia dianggap sebagai variabel pengganggu dan tidak diperhitungkan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pemilihan subyek penelitian tidak berdasarkan jenis kelamin mahasiswa maupun usia mahasiswa
4. Metode pengumpulan data
Data yang dihimpun meliputi data primer dan data sekunder.Data Primer didapatkan dengan cara pengamatan langsung, memberikan soal latihan, mengirimkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disusun sebelumnya untuk diisi oleh responden dan uji ketrampilan dengan responden. Data sekunder berasal dari laporan-laporan yang tersedia dari instansi atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian maupun dari daftar nilai mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia dari mahasiswa tersebut.
5. Model dan Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2x2 dimana masing-masing faktor yang berperan adalah:
1) Faktor A adalah perlakuan berupa peng-gunaan video ketrampilan pemasangan infus dan alat –alatnya terdiri dari kelompok mahasiswa yang menggunakan video ketrampilan pemasangan infus dan alat-alat pemasangan infus (A1) dan kelompok mahasiswa yang tidak meng-gunakan video pemasangan infus tetapi menggunakan alat-alat pemasangan infus (A2)
2) Faktor B adalah frekuensi mahasiswa berlatih sendiri
Ada dua tingkat yang menyatakan frekuensi latihan sendiri, yaitu:
- Jarang (C1): range (0 – 2 kali) selama pemasangan infus (A)
Mengguna-Jadi dalam penelitian ini akan terdapat 4 kelompok yang menjadi subyek pene-litian yaitu:
Kelompok 1 : A1B1 Kelompok 2 : A1B2 Kelompok 3 : A2B1 Kelompok 4 : A2B2
Untuk perhitungan hasil belajar akan digunakan dua macam tes yaitu tes tertulis dan tes kemampuan praktik. Tes tertulis untuk menguji kemampuan mahasiswa memahami secara teoritis sedangkan tes kemampuan praktik untuk menguji kemampuan siswa menerapkan materi dengan menggunakan komputer secara langsung. Tes tertulis berupa pilihan ganda sedangkan tes kemampuan praktik berupa pemasangan alat-alat infus ke manikin.
a. Teknik Analisis
Hasil eksperimen berupa skor-skor nilai test tertulis dan hasil test praktek kemudian dianalisa. Skor-skor yang diperoleh dalam eksperimen yang menggunakan rancangan faktorial dianalis dengan menggunakan analisis varian dua arah (ANOVA dua arah). Setelah dilakukan analisis ANOVA dua arah akan dilanjutkan uji F terhadap masing-masing faktor.
Pada penelitian ini pengambilan skor baik test tertulis maupun test praktek dilakukan beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap Pre Test
Yaitu tahap dimana obyek penelitian/ mahasiswa langsung disuruh menger-jakan soal-soal test baik test tertulis maupun test praktek. Pada tahap ini, mahasiswa belum dikenalkan dengan perangkat alat-alat pemasangan infus dan video pemasangan infus.Semua mahasiswa diikutkan pada tahap ini baik mahasiswa yang termasuk kelompok eksperimen maupun maha-siswa yang termasuk kelompok kontrol.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Yaitu tahap dimana mahasiswa sudah dikenalkan dengan tutorial interaktif dan video pemasangan infus dan mulai dilakukan pengamatan terhadap keaktifan mahasiswa dalam
menggu-nakan kedua perangkat penelitian tersebut untuk mengerjakan soal latihan. Mahasiswa yang diikutkan pada tahap ini hanyalah mahasiswa yang termasuk kelompok eksperimen. 3. Tahap Post Test
Yaitu tahap dimana obyek penelitian/ mahasiswa langsung diminta menger-jakan soal-soal test baik test tertulis yang sama dengan soal pada tahap pre test maupun tes praktek. Pada tahap ini mahasiswa dilarang untuk bekerja-sama maupun bertanya pada teman-nya. Semua mahasiswa diikutkan pada tahap ini baik mahasiswa yang termasuk kelompok eksperimen mau-pun mahasiswa yang termasuk kelompok kontrol. Waktu pengerjaan soal baik pada pre test dan post test dibatasi. Masing-masing soal hanya selama 15 menit.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Data kemampuan teknik pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan mahasiswa diperoleh dari hasil tes dengan mengerjakan soal-soal test baik test tertulis maupun test praktek.
Tabel 1. Kemampuan Teknik Pemasangan Infus untuk Memenuhi Kompetensi
36
Tabel 2. Data Kemampuan Teknik Ketram-pilan Pemasangan Infus menurut frekuensi latihan sendiri.Jarang Sering Jarang Sering
N 8 16 17 7
2. Deskripsi Penerimaan dan Kepuasan Mahasiswa
a. Penerimaan Mahasiswa
Tabel 3. Gambaran penerimaan mahasiswa terhadap materi video pembelajaran
Penerimaan
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil pengumpulan data terhadap tanggapan mahasiswa tentang penerimaan pengembangan video pembelajaran dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan teknik pemasangan infus dan memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan menunjukkan bahwa dari 24 mahasiswa, separuh lebih yaitu 58,30% tergolong mempunyai penerimaan terhadap materi video pembelajaran yang selama ini diterima dan digunakan tergolong baik dan hanya 41,70% tergolong cukup.
b. Kepuasan Mahasiswa
Tabel 3. Gambaran kepuasan mahasiswa terhadap materi video pembelajaran
Kepuasan
Sumber: Data primer yang diolah
Menunjukkan bahwa dari 24 maha-siswa, separuh lebih yaitu 54,20% ter-golong mempunyai kepuasan terhadap ma-teri video pembelajaran yang selama ini diterima dan digunakan tergolong baik dan hanya 45,80% tergolong mempunyai kepuasan cukup.
Penggunaan materi video yang atrak-tif juga dapat meningkatkan tingkat ke-puasan (Sudjana dan Rifai, 2002) . Efek positif dari video interaktif pada hasil keluaran pembelajaran dan pelajar merasa puas dengan e-learning (Piotrow, 2000). 3. Pengujian Prasyarat Analisis dan
Pengujian Analisis Data
Sebelum dilakukan uji hipotesis yaitu dengan Anava Dua Jalan dengan sel tak sama, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan yaitu uji prasyarat, yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Tujuan kedua uji tersebut untuk mengetahui apakah sampel-sampel penelitian merupakan sampel berdistribusi normal dan memiliki variansi-variansi yang sama atau homogen.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas tiap variabel Populasi Zhit Keputusan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal, karena nilai > 0,05
Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas Uji
Dari Tabel 5 dapat disimpulkan kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang sama atau homogen untuk variabel media pembelajaran dan frekuensi latihan sendiri mahasiswa, karena nilai > 0,05.
4. Uji Analisis Data
Setelah uji prasyarat Anava terpenuhi maka dilakukan uji hipotesis analisis dengan menggunakan Uji Anava Dua Jalan dengan
sel tak sama. Hasilnya disajikan dalam Tabel 6 dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Karena FA = 38,512 dengan nilai = 0,000 < 0,05 maka H0A ditolak atau ada perbedaan efek kolom terhadap variabel terikatnya atau penggunaan media pembelajaran berpengaruh terhadap kemampuan teknik pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan mahasiswa.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Anova Dua Jalan
Sumber Mean Of
Square df Fhit Keputusan
Penggunaan Media Pembelajaran (A)
108,000 1 38,512 0,000 Ho ditolak Frekuensi latihan (B) 2202,088 1 474,279 0,000 Ho ditolak
Interaksi (AB) 4,643 1 5,044 0,030 Ho ditolak
Sumber: Data yang diolah
b. Karena FB = 474,279 dengan nilai = 0,000 < 0,05 maka H0B ditolak atau ada perbedaan efek kolom terhadap variabel terikatnya atau frekuensi latihan sendiri mahasiswa berpengaruh terhadap kemampuan teknik pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan mahasiswa.
c. Interaksi (AB) dengan FAB = 5,044 dengan nilai = 0,030 < 0,05 maka H0AB ditolak atau ada perbedaan interaksi efek kolom terhadap variabel terikatnya atau penggunaan media pembelajaran berpengaruh terhadap kemampuan teknik pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan mahasiswa dilihat dari frekuensi latihan sendiri antara mahasiswa yang mempunyai frekuensi latihan jarang dengan mahasiswa yang mempunyai frekuensi latihan sering. Pembahasan
1. Kemampuan mahasiswa dilihat dari penggunaan media pembelajaran.
Mahasiswa dengan pembelajaran meng-gunakan media video mempunyai kemampuan teknik pemasangan infus lebih baik diban-dingkan mahasiswa yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan video. Hal ini dikarenakan pembelajaran
meng-gunakan video lebih menarik perhatian para mahasiswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar mahasiswa. Pembelajaran mengguna-kan video lebih konkrit dibanding pem-belajaran tanpa menggunakan video, sehingga materi lebih jelas dan mudah dipahami oleh mahasiswa. Menurut (Tooth, 2000) menyata-kan video sangat berguna dalam demonstrasi ketrampilan klinik.
a. Kemampuan teknik pemasangan infus mahasiswa dilihat dari frekuensi latihan sendiri.
Mahasiswa pada kelompok kontrol yang belum mendapatkan pembelajaran dengan media video teknik pemasangan infus dilihat dari frekuensi latihan sendiri, dimana mahasiswa yang mempunyai frekuensi latihan sering dalam kemampuan teknik ketrampilan pemasangan infus lebih baik dibanding mahasiswa yang memiliki frekuensi latihan sendiri jarang.
38
menunjukkan bahwa dengan frekuensi latihan sendiri kurang efektif dibandingkan dengan penggunaan media video yang dapat meningkatkan kemampuan teknik ketrampilan pemasangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan.Penggunaan video dalam pembe-lajaran klinik mempunyai beberapa keuntungan. Salah satu keuntungannya adalah video dapat menunjukkan ketrampilan dan aktifitas secara nyata. Keuntungan dari video dapat menunjukkan ketrampilan secara jelas dan mengurangi pembiayaan dalam presentasi dan penggunaan yang dapat diulang (Mishra, 2001).
SIMPULAN
a. Sebanyak 58,30% responden menerima materi video pembelajaran teknik pema-sangan infus.
b. Sebanyak 54,20% responden merasa puas terhadap materi video teknik pembelajaran pemasangan infus.
c. Terdapat pengaruh penggunaan video pembelajaran terhadap kemampuan teknik pemasangan infus yang dimiliki mahasiswa. d. Ada perbedaan kemampuan teknik
pema-sangan infus antara mahasiswa yang menggunakan video pembelajaran dengan mahasiswa yang tidak menggunakan video pembelajaran sebagai media pembelajaran. e. Ada perbedaan kemampuan teknik
pema-sangan infus untuk memenuhi kompetensi ketrampilan inti keperawatan antara maha-siswa yang mempunyai frekuensi latihan sendiri yang tergolong jarang dan sering. DAFTAR PUSTAKA
Donkor (2010) The comparative instructional effectiveness of print-based instructional materials for teaching practical skills at a distance.International Review of Research in Open and Distance Learning, 11(1), 96-115.
Gabriel J, Bravery K, Dougherty L., Kayley J, Malster M, Scales K. Vascular Access: indications and implications for patient care. Nursing Standard 19(26): 45-54. March 2005 (III).
Hamalik, Oemar. (2002). Media Pendidikan, Cetakan ke-7.Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti.
Hampton, C. (2002) Teaching practical skills. In A.K. Mishra & J. Bartram (Eds.), perspectives on distance education: Skills development through distance education (hal. 83-91). Vancouver, Canada: Commonwealth of Learning. Diambil dari http://www.col.org/siteCollectionDocumen ts/Skills_Chapter09.pdf.
Mishra, S. (2001).Designing online learning. Vancouver, Canada:Commonwealth of Learning.
Piotrow, P., Khan, O., Lozare, B., & Khan, S.(2000). Health communication programs: A distance education class within the John Hopkins University School of Public Health Distance education Program. In M. Khosrowpour (Ed.), Web-based learning and teaching technologies: Opportunites and challenges. Hershey, PA: Idea Group Publishing.
Sudjana dan Rifai .(2002). Media Pengajaran. Bandung: Penerbit C.V. Sinar Baru Bandung.