• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN PEKERJAAN KEGEMUKAN DAN FAKTOR KETURUNAN DENGAN KEJADIAN REMATIK DI DESA KOTA BARU Nelly

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN PEKERJAAN KEGEMUKAN DAN FAKTOR KETURUNAN DENGAN KEJADIAN REMATIK DI DESA KOTA BARU Nelly"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN PEKERJAAN, KEGEMUKAN, DAN FAKTOR KETURUNAN DENGAN KEJADIAN REMATIK DI DESA KOTA BARU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN 2015

Nelly Rustiati, SKM, MKes

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit Rheumatoid Arthritis di kenal masyarakat awam dengan sebutan

Rematik Tulang. Arthritis di derita oleh hampir 1 milyar orang dari jumlah penduduk dunia. Walaupun penyebabnya masih belum diketahui, satu hal penting adalah tidak ada orang dewasa yang kebal dari ancaman rasa sakitnya. Data WHO menunjukkan sekitar 80 persen penduduk dunia pernah mengalami nyeri pinggang. Hal itu berarti 8 dari 10 orang di dunia pernah mengalami sakit Rematik yang ditandai dengan nyeri pinggang sebagai gejala awal.

WHO mencatat penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari total populasi. Yang memprihatinkan dari jumlah tersebut hanya 29% yang pergi ke dokter, sedangkan 52% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang di jual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara penduduknya paling tinggi menderita gangguan sendi jika jika di bandingkan Negara-negara di Asia seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan (Kompas.com, 2011).

Penelitian dari Zeng QY et al 2006 melaporkan prevalensi nyeri Rematik di Indonesia mencapai 23,6 % – 31,3%. Hal ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat Rematik cukup mengganggu aktvitas masyarakat, terutama warga perkotaan dengan aktivitas padat seperti mengendarai kendaraaan ditengah macet, duduk berjam-jam tanpa aktivitas gerak tubuh yang berarti, kurangnya porsi dan bertambahnya usia (http : Tempo Interaktif, diakses 13 Februari 2011).

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mencari adanya hubungan antara Pekerjaan,

Kegemukan dan Faktor Keturunan Dengan Kajadian Penyakit Rematik di Desa Kota Baru Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur.

Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi korelasi dengan pendekatan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki lansia. Jumlah sampel penelitian keluarga, dan pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sample. Instrumen yang digunakan adalah questioner upaya keluarga dalam menjaga kebugaran lansia di rumah.

Hasil : Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden terhadap kejadian

Rematik di desa Kota Baru (p.value 0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara faktor kegemukan responden terhadap kejadian Rematik di desa Kota Baru (p.value 0,05). Dan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor Keturunan terhadap kejadian Rematik di desa Kota Baru (p.value 0,006).

Kesimpulan : Pekerjaan, Kegemukan dan Faktor Keturunan Dengan Kajadian Penyakit

Rematik di Desa Kota Baru Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur.

Hubungan bersifat positif, yang artinya semakin tinggi pengetahuan keluarga, maka semakin tinggi dalam upaya keluarga dalam menjaga kebugaran lansianya.

(2)

A.

PENDAHULUAN

Penyakit Rheumatoid Arthritis di kenal masyarakat awam dengan sebutan Rematik Tulang. Penderita Rheumatoid Arthritis di dunia berjumlah sekitar 1 persen, dan terus meningkat terutama di derita oleh wanita. Pada studi Mayo Clinik menunjukkan terjadi kenaikan setelah empat dekade, kemudian terjadi penurunan mulai pertengahan 1990-an, menurut study kasus antara 1995 penderita wanita mencapai 54 dari 100 ribu orang, sedangkan pada pria rasionya tetap 29 per 100 ribu orang, rata-rata responden berusia 56,5 tahun (Kompas.com., 2011 ) .

Arthritis di derita oleh hampir 1 milyar orang dari jumlah penduduk dunia. Walaupun penyebabnya masih belum diketahui, satu hal penting adalah tidak ada orang dewasa yang kebal dari ancaman rasa sakitnya. Data WHO menunjukkan sekitar 80 persen penduduk dunia pernah mengalami nyeri pinggang. Hal itu berarti 8 dari 10 orang di dunia pernah mengalami sakit Rematik yang ditandai dengan nyeri pinggang sebagai gejala awal.

WHO mencatat penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari total populasi. Yang memprihatinkan dari jumlah tersebut hanya 29% yang pergi ke dokter, sedangkan 52% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang di jual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara penduduknya paling tinggi menderita gangguan sendi jika jika di bandingkan Negara-negara di Asia seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan (Kompas.com, 2011).

Data Devisi penyakit Rheumatologi Dalam RSCM 2008 mencatat sekitar 14 lebih jenis penyakit tulang dan persendian dari total 844 kasus terkumpul. Kasus yang terkumpul sering adalah Rematik akibat Osteoarthitis (pengapuran) 28 persen. Diikuti oleh rematik ekstra artikuler (Rematik jaringan lunak) sebanyak 21 persen (http : Tempo interaktif, diakses 13 Februari 2011).

Penelitian dari Zeng QY et al 2006 melaporkan prevalensi nyeri Rematik di Indonesia mencapai 23,6 % – 31,3%. Hal ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat Rematik cukup mengganggu aktvitas masyarakat, terutama warga perkotaan dengan aktivitas padat seperti mengendarai kendaraaan ditengah macet, duduk berjam-jam tanpa aktivitas gerak tubuh yang berarti, kurangnya porsi dan bertambahnya usia (http : Tempo Interaktif, diakses 13 Februari2011).

Berdasarkan data dinas kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur tahun 2009-2011 dengan sepuluh penyakit terbanyak, Rematik pada tahun 2009 menempati urutan ke tiga dengan penderita sebanyak 13.618 orang, pada tahun 2010 tetap pada urutan ke tiga dengan jumlah penderita 10.710 orang, sedangkan pada tahun 2011 masih di urutan ke tiga dengan jumlah penderita 10.076 orang. (Data Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu Timur ).

Berdasarkan data Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur angka kejadian Rematik pada tahun 2009 sebanyak 619 orang, pada tahun 2010 sebanyak 285 orang, dan pada tahun 2011 sebanyak 273 orang. Di desa Kotabaru Induk Wilayah Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur tahun 2011 tercatat sebanyak 250 orang yang menderita Rematik (Rekapitulasi data Puskesmas Kotabaru Martapura)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

(3)

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Rematik di Desa Kotabaru b. Diketahuinya hubungan

kegemukan dengan Kejadian Rematik di Desa Kotabaru c. Diketahuinya hubungan faktor

keturunan dengan Kejadian Rematik di Desa Kotabaru

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat dapat lebih aktif dalam menambah wawasan pengetahuan, dan lebih mandiri dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan.

2. Bagi Instansi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam perencanaan Program kesehatan, terutama motivasi dalam

meningkatkan kegiatan promosi kesehatan.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kotabaru wilayah kerja Puskesmas Kotabaru dengan variabel Independen faktor keturunan dan kegemukan serta variabel dependen kejadian Rematik dengan alat ukur kuisioner / lembar pertanyaan yang disiapkan.

E. Konsep Penyakit Rematik

Rematik adalah penyakit persendian yang terutama mengenai otot-otot sekelet, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki maupun pada wanita. (Brunner &Suddarth,2002: 1781)

Penyakit Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang diserang biasanya persendian pada jari, lutut, pinggul, dan tulang

punggung. (Th. Endang Purwoastuti,2009: 3)

Rematik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya. (Dra. Adelia S,2011 : 5)

Gejala Penyakit Rematik

Gejala utama Rematik biasa terjadi pada otot dan tulang, termasuk di dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung menyebabakan aktivitas sehari-hari terhambat. Menurut American Rheumatism Association pada tahun 1987, gejala khas Artritis Reumatooid adalah sebagai berikut :

a. Kekakuan pada pagi hari ( morning stiffnes) pada persendian dan

sekitarnya, selama satu jam sebelum perbaikan.

b. Rasa nyeri dan pembengkakan pada persendian pada sekurang-kurangnya tiga sendi secara bersamaan.

c. Pembengkakan sekurang-kurangnya pada satu persendian tangan.

d. Pembengkakan pada kedua belah sendi yang sama (simetris). e. Nodul Rhematoid ( benjolan ) di

bawah kulit pada penonjolan tulang. f. Pada pemeriksaan darah terdapat titer

abnormal faktor rematoid kurang dari 5%.

g. Pada pemeriksaan radiologis pada pergelangan tangan yang lurus menunjukan adanya erosi yang berlokasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

(4)

Jenis Penyakit Rematik

Jenis rematik lebih dari seratus, namun ada empat jenis reumatik yang paling sering dijumpai di masyarakat kita, yaitu Rematik karen pengapuran (Osteoarthritis), Rematik yang disebabkan oleh peradangan di antaranya karena asam urat (Gout arthritis), karena autoimun (Sistemik Lupus Erimatosus) dan tidak diketahui penyebabnya (Rhematoid arthritis).

1. Reumatik jenis Pengapuran atau pengeroposan (Osteoarthritis)

Osteoathritis adalah kekakuan pada daerah sendi yang banyak terjadi pada kaum lanjut usia. Osteoathiritis merupakan peradangan pada sendi yang disebabkan karena rapuhnya atau pengeroposan kapsul sendi, sehingga merusak lapisan tulang rawan yang menutup permukaan ujung-ujung tulang.

Osteoarthiritis bisa menyerang sendi-sendi tubuh, seperti lutut, pinggul dan tulang belakang. Gejala Osteoarthiritis berupa nyeri dan kaku pada sendi, terutama pada waktu akan berdiri dan berjalan setelah lama duduk, apabila lutut dan pinggul yang terserang. Penyebab Osteoarthiritis karena degenerasi atau ausnya kartilago (jaringan elastis) yang seharusnya melingkari ujung-ujung tulang pada persendian.

2. Reumatik jenis Peradangan

Rematik jenis peradangan yang sering terjadi di Indonesia ada 3 di antaranya :

a. Gout arthiritis

Adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi).

(Minsadiarly,2007: 37)

Gout arthiritis adalah rematik yang disebabkan oleh asam urat. Rematik karena asam urat ini banyak dijumpai pada pria berusia 30-an dan 40-an tahun. (Dra.AdelliaS,2011: 14)

b. Sistemik Lupus Erimatosus (SLE)

Sistemik Lupus Erimatosus merupakan gangguan autoimun (kekebalan) juga termasuk jenis Rematik yang disebabkan oleh peradangan. (Th. Endang Purwoastuti,2009: 22). Pada Rematik jenis ini sistem kekebalan tubuh menyerang persendian dari tubuh penderita, sehingga disebut sebagai

autoimun

c. Rheumatoid Arthiritis (RA) Peradangan pada Rheumatoid Arthiritis bersifat kronis , sistemik dan progresif dan terjadi pada jaringan synovial yang terdapat di dalam persendeian. Jaringan ini berfungsi untuk menghasilkan cairan pelumas sendi. (Dra.Adellia S,2011: 15)

F. Faktor – faktor Resiko Rematik

1. Infeksi

Rematik pada persendian dapat disebabkan karena adanya infeksi virus atau bakteri. Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang mendadak. Tanda-tanda berupa demam , nyeri pada persendian tulang dan otot, disertai dengan peradangan. 3. Jenis kelamin

(5)

4. Pekerjaan

Sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari memudahkan timbulnya rematik nonartikuler. Mengangkat beban berat dari lantai dengan badan membungkuk dapat mengakibatkan sakit pinggang. Pada pemain tenis, karena seringnya melakukan pukulan back hand yang keras atau cidera lain dapat menimbulkan rasa nyeri dan peradangan pada jaringan otot siku yang disebut dengan teniss elbow. Penelitian Cooper (2006) bahwa aktifitas fisik yang berulang-ulang/beberapa jenis pekerjaan tertentu akan menimbulkan proses Osteoarthritis pada lutut.

Mereka yang bekerja dikantor mengetik, menerima telefon dengan menjepit disisi kepala sambil menulis, duduk sepanjang hari dengan posisi yang sama atau hampir tidak beranjak dari kursi mempunyai risiko yang tinggi untuk menderita Muscle Strain

atau tegang otot atau “salah urat” yang

bila terjadi berkali-kali dapat menjadi pencetus timbulnya Arthritis, namun ini adalah faktor yang bisa kita ubah menjadi lingkungan ramah dalam menghindari Arthritis (http://wrm-Indonesia.org, diakses 13 Februari 2011).

5. Lingkungan

Kondisi lingkungan yang tidak sehat dapat mempegaruhi Rematik, pencemaran lingkungan yang mengandung zat aditif atau bahan menjadi kecil akibatnya, perbaikan jaringan tidak efisien. Racun dalam darah tersebut dapat memburuk kerusakan jaringan tubuh dan munculnya gejala Arhritis.(Hembing Wijayakusuma, 2006: 5)

Seorang tokoh di Dunia kedokteran, Hippocrates (460-377 SM) adalah tokoh yang pertama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubunganya dengan fenomena alam dan lingkunganya. Dilihat dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit ini terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan ligkungan hidupnya. 6. Makanan

Menurut ahli gizi Hera Nurlita, salah satu pencetus utama tingginya asam urat adalah pola makan yang tidak tepat. Penyebabnya adalah metabolisme abnormal purin, purin sebagai salah satu bagian dari protein. Kandungan purin banyak terdapat dalam sumber-sumber protein seperti daging dan jeroan sehingga pola makan yang tidak seimbang dengan jumlah protein yang sangat tinggi dan dalam kurun waktu yang panjang bisa mencetus terbentuknya penumpukan asam urat.

Menurut Hera, ada beberapa pola diet yang bisa dilakukan berdasarkan tingkat keparahan penyakit. Pertama, manajemen nutrisi satu, diberikan sampai dengan kadar asam urat darah dan berat badan normal. Dimana Rendah Purin I adalah 1.500 kkal dan Rendah Purin II adalah 1.700 kkal. Diet Protein 10-15% kebutuhan energi. Untuk kelompok ini hindari bahan makanan kandungan purin diatas 150mg/100 gr dan lemak 10-12 total energi.

Makanan yang perlu dipantang untuk penderita Asam Urat adalah :

1. Sayuran : daun bayam, kangkung, daun singkong, daun jambu mente, asparagus, buncis dan kembang kol.

2. Buah-buahan : durian, alpukat, nanas, air kelapa.

(6)

4. Kacang-kacangan dan emping melinjo : kacang tanah. Kacang hijau, kacang kedelai,

tempe, toucho, tauge, oncom, susu kedelai.

5. Minuman dan makanan beralkohol : bir, wiski, anggur, tape, tuak. 6. Menghisap rokok

juga dapat memberi beban pada jaringan tulang rawan di sendi lutut. Ia menganalogikan ban truk yang sering dipakai mengangkut beban berat lebih mudah aus daripada ban yang jarang mengangkut beban.

(Sumber: http://www.suarakarya.com) 8. Faktor Keturunan

Faktor keturunan hanya berpengaruh pada beberapa jenis rematik tertentu, tidak pada semua jenis rematik, misalnya pada ankylosing spondylitis. Jenis rematik artikuler ini menyerang tulang belakang yang disebabakan oleh gen HLA-B27 yang terdapat dalam tubuh penderita. Faktor keturunan juga berpengaruh pada nodus hebreden, yaitu salah satu bentuk kelainan dari osteoartritis.(Hembing

Wijayakusuma, 2006: 5)

Penatalaksanaan

a. Terapi panas dan dingin, yaitu : mandi air hagat, berendam, mandi uap panas atau kompres dengan es. b. Laser untuk mengurangi nyeri. c. Pemberian alat bantu/ortose yang

berguna untuk mencegah deformitas, terutama sendi penopang berat badan.

d. Latihan fisik, sangat membantu untuk menghindari rematik kambuh dengan beberapa pola gerak dan ketentuan : latihan lingkup gerak sendi, latihan aerobic jalan di alam terbuka sepeda statis/dinamis, sebelum melakukan latihan fisik bila perlu minum obat.

(http://Tanbiyah.blog.friendster.co m,13 februari 2011)

Pengobatan

Obat anlgesik (penghilang rasa nyeri), yang bisa menekan prostaglandin penyebab timbulnya peradangan, Atau golongan obat lain yaitu kortikosteroid untuk mengatasi inflamasi dan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada rematik berkurang.

Obat tradisional pada penderita rematik :

a. Obat dalam

Bawang putih 5 dimemarkan, + 1 genggam daun kumis kucing, direbus, dari 1 menjadi ½ gelas di minum tiap sebelum tidur.

b. Obat gosok

2 ruas jahe diparut, + 2 sendok makan minyak tanah, dioles. c. Parem

5 siung bawang merah, + 2 ruas jahe yang ditumbuk, + ½ cangkir tepung terigu, + air, dibutuhkan. (http://

Tanbiyah.blog.friendster.com13 februari 2011).

Konsep Pekerjaan

(7)

Penelitian Cooper C memperlihatkan bahwa aktifitas fisik yang berulang-ulang/beberapa jenis pekerjaan tertentu akan menimbulkan proses Osteoarthritis pada lutut.

Mereka yang bekerja dikantor mengetik, menerima telefon dengan menjepit disisi kepala sambil menulis, duduk sepanjang hari dengan posisi yang sama atau hampir tidak beranjak dari kursi mempunyai risiko yang tinggi untuk menderita Muscle Strain atau tegang otot

atau “salah urat” yang bila terjadi berkali -kali dapat menjadi pencetus timbulnya Arthritis, namun ini adalah faktor yang bisa kita ubah menjadi lingkungan ramah dalam menghindari Arthritis (http : // wrm-Indonesia.org, diakses 10 Maret 2011)

Konsep Obesitas

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. (Sutanto, 2010: 92)

Berat badan berlebih dan obesitas dapat didefinisikan sebagai akumulasi lemak tubuh sevara berlebihan. Pada pria, kandungan lemak tubuh yang sehat berjumlah 15% dari keseluruhan berat badan; sedangkan pada wanita berjumlah 25%, perbedaan kadar ini mencerminkan perbedaan hormonal dan kebutuhan antar jenis kelamin (Mary E. Barasi, 2007:102)

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%

b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 40-100%

c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%

Cara pengukuran dengan rumus Indeks Masa Tubuh (IMT) : IMT = Berat Badan (Kg) )2 (Tinggi Badan(cm/100)

1. Penyebab Kegemukan / Obesitas

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat konsumsi kalori lebih banyak dari

yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidak seimbangan antara asupan dan pembakaran kalori tersebut masih belum jelas, namun Obesitas terjadi karena beberapa faktor berikut : a. Faktor Genetik

Obesitas cenderung diturunkan atau di wariskan secara genetik. Meski demikian, anggota

keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan atau gaya hidup yang

berpotensi mendorong terjadinya obesitas. b. Faktor Lingkungan

Gen merupakan faktor yang penting, tetapi lingkungan juga banyak berperan dalam berbagai kasus obesitas, yang dimaksud dengan lingkungan adalah termasuk perilaku atau gaya hidup. c. Faktor Psikis Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan cara makan.

d. Faktor Kesehatan

Beberapa penyakit bisa menyebabakan obesitas, antara lain hipotiroidisme, sindron cushing, dan beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

e. Obat-obatan

Obat-obatan tertentu seperti steroid dan beberapa antidepresi bisa menyebabkan penambahan berat badan. (Sutanto, 2010: 94-95)

Konsep Keturunan

Penyakit rematik sangat banyak jenisnya. Di antara berbagai jenis Rematik, ada yang erat kaitannya dengan faktor genetik. Kelompok penyakit yang ditimbulkan oleh faktor genetik ini berhubungan dengan faktor imunogenetik yang disebut human leukocyte antigens (HLA).

HLA merupakan faktor genetik yang ada di dalam sel darah putih. Pada Rematik genetik, terdapat HLA-B27. Jika

(8)

Namun, kecenderungannya orang dengan HLA-B27 lebih banyak yang terkena Rematik genetik. Penyakit ini terdapat dalam darah, jadi dapat diturunkan orang tua pada anaknya. Jika darah orang tua mengandung HLA B27 maka bisa jadi si anakpun akan terserang.

HLA-B27 juga memiliki kelaziman yang berbeda pada tiap-tiap ras. Contohnya, bangsa Afrika, yang kelaziman HLA-B27-nya 0. Pada ras kulit putih seperti Kanada dan Amerika, kelaziman HLA-B27-nya 40-50 persen, dan pada ras Cina, kelazimannya 2-9 persen. Jadi kelazimannya memang cenderung menyerang ras kulit putih (Kaukasia). Itulah sebabnya, di Indonesia yang terkena penyakit ini kebanyakan keturunan kulit putih atau mereka yang berdarah campuran. Meski tak ada data pasti, di Indonesia penyakit ini juga banyak menyerang keturunan Cina. (Sumber: Tabloid nova,2011)

F. Kerangka Teori

Menurut teori Hendrik L. Blum kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yitu : layanan kesehatan, herediter, lingkungan dan perilaku. (Notoatmojo, 2007)

G. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis yang dikemukakan sebelumnya menurut teori H.L. Blum, kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: lingkungan, keturunan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.

Perilaku : Pekerjaan

Kejadian Penyakit Rematik Perilaku : Kegemukan

Keturunan

Variabel independen Variabel dependen

H. Definisi Operasional

Definisi Operasional :

Keadaan yang terjadi di sekitar sendi responden yang di tandai dengan rasa sakit, sendi menjadi kaku bengkak dan kelemahan pada sendi

Cara Ukur : Wawancara

Alat ukur : Lembar pertanyaan

Skala Ukur : Nominal

1.Variable Independen

a. Pekerjaan

Definisi Operasional :

Kegiatan sehari – hari yang dilakukan oleh responden di luar rumah

Cara Ukur :

Wawanca ra

Alat ukur : Lembar pertanyaan

Hasil ukur : Beresiko,bilaresponden

menjawab pertanyaan “YA”≥Mean (2)

Tidak Beresiko, bila

responden menjawab pertanyaan “YA” <Mean (1)

Skala Ukur : Nominal

b. Kegemukan

Definisi Operasional :

Kelebihan berat badan akibat penumpukan lemak tubuh yang berlebihan yang di alami responden

Cara Ukur : Observasi

Alat ukur : Lembar pertanyaan

Hasil ukur : Obesitas,bila responden

memiliki berat badan lebih dari normal.(2)

Tidak, bila berat badan

responden dalm batas normal (1)

(9)

c. Keturunan

Definisi Operasional :

Suatu Keadaan yang didapat / diturunkan dari orang tua responden

Cara Ukur : Wawancara

Alat ukur : Lembar pertanyaan

Hasil ukur : Ada Keturunan,

jika ada riwayat keluarga yang menderita rematik

(2) Tidak Ada

Keturunan, jika

tidak ada riwayat keluarga yang menderita rematik (1)

Skala Ukur : Nominal

I. Hipotesis

1. Ada Hubungan antara Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik 2. Ada Hubungan antaraKegemukkan

Dengan Kejadian Penyakit Rematik 3. Ada Hubungan antara Keturunan

Dengan Kejadian Penyakit Rematik

J. Metode Penelitian

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif dengan desain adalah rancangan cros sectional. Tujuannya adalah untuk melihat dinamika hubungan antara pekerjaan, faktor keturunan dan kegemukan sebagai variabel independent dan kejadian penyakit Rematik sebagai variable dependent.

Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di desa Kotabaru Induk di wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, dengan jumlah 621 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah sebagian masyarakat desa Kotabaru Induk diwilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu

Timur yang diolah dengan cara pengambilan sampel secara acak (Sample Random Sampling).

Jadi sampel penelitian masyarakat yang ada di desa Kotabaru di Wilayah kerja Puskesmas Martapura adalah 84 orang.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Kotabaru wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Martapura Kabubaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2015.

Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan April tahun 2015.

Etika Penelitian

1. Informed Concent

Persetujuan pihak Puskesmas Kotabaru untuk melakukan penelitian dan setiap responden yang ikut dalam penelitian ini diberi lembar persetujuan agar responden dapat mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama proses penelitian ini berlangsung. Jika responden bersedia ikut dalam penelitian ini maka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan menghormati haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data (lembar pertanyaan) yang diisi oleh responden.

Lembar tersebut hanya diberi nomor atau kode tertentu.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

(10)

peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya.

Teknik pengumpulan data a. Data Primer

Data yang diperoleh melalui pengisian lembar pertanyaan yang telah

disiapkan, peneliti

membantu mengarahkan responden dalam melakukan pengisian kuisioner tanpa mempengaruhi jawaban responden. b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur dan Puskesmas

Kotabaru.

Instrumen Penelitian dalam penelitian ini menggunakan lembar pertanyaan

(kuesioner).

Teknik Pengolahan Data

1. Editing (pengeditan)

Meneliti kembali isian formulir atau kuesioner apakah sudah lengkap, jelas, relevan dan kosisten. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan. 2. Coding ( Pengkodean)

Memberi kode atau menandai jawaban-jawaban respoden atas pertanyaan yang ada padakuesioner. 3. Processing (Pemasukan data)

Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria. 4. Cleaning (Pembersihan Data)

Data yang telah yang telah dimasukkan ke dalam perangkat komputer diperiksa kembali

untuk mengoreksi kemungkinan kesalahan yang terjadi. (Hastono, 2001)

Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat yaitu analisa yang berguna mengetahui distribusi frekuensi masing-

masing variable.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dinyatakan untuk melihat ada hubungan antara variabel independent yaitu

faktor Keturunan dan Obesitas dengan variabel dependent kejadian penyakit Rematik menggunakan uji statistic chi-squaredengan batasan kemaknaan (α 0,05) artinya diperoleh dari p.value ≤ α ada hubungan yang bermakna antara variable independent dengan variable dependent, bila p.value > α berarti tidak ada hubungan yang bermakna, dengan tingkat kepercayaan 95%.

K. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Kota Baru merupakan salah satu Pusat Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Puskesmas Kota Baru didirikan pada tahun 1992 dan diresmikan menjadi puskesmas rawat jalan pada tahun 1993. Pada tahun 1993 Puskesmas Kota Baru di pimpin oleh Dr. Destri Ariani, pada tahun 1996 digantikan oleh Dr. Ida Trikandiani, setelah itu pada tahun 1999 dipimpin oleh Dr. Ratna Maladewi Anggraini, pada tahun 2000 dipimpin oleh Dr. Firda Arianti, sedangkan pada tahun 2006 sampai sekarang Puskesmas Kota Baru dipimpin oleh Dr. Eka Meiliastini, MM.Kes.

2. Visi dan Misi Puskesmas

Visi : Tercapainya Puskesmas Kota Baru sebagai pusat pelayanan prima, aman dan bermartabat. Misi :

1) Meningkatkan kemitraan dengan semua pihak.

(11)

3) Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu.

4) Menetapkan standar pelayanan kesehatan.

3. Letak Geografis

Wilayah Puskesmas Kota Baru berada dibawah wilayah kerja dinas kesehatan Kabupaten OKU Timur yang terletaknya sangat strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat, dengan luas wilayah ± 415 KM2 dan berbatasan dengan:

Sebelah utara : Desa Tanjung Kemala

Sebelah selatan : Kecamatan Waytuba Lampung

Sebelah timur : Desa Perjaya

Sebelah barat : Desa Peracak

Wilayah kerja Puskesmas Kota Baru meliputi satu kecamatan yang terdiri dari 4 desa yaitu: Desa Kota Baru Induk, Desa Kota Baru Barat, Desa Kota Baru Selatan dan Desa Sukomulyo.

Tabel 5.1

Data demografi luas wilayah kerja Puskesmas Kota Baru Tahun 2015

Desa Luas Wilayah (KM2)

Kota Baru Induk 40

Kota Baru Barat 140

Kota Baru Selatan 175

Sukomulyo 60

Jumlah 415

4. Penduduk

Jumlah penduduk yang ada di wilyah kerja Puskesmas Kota Baru dapat dilihat dari tabel berikut ini:

T a b e l

5

. 2 Data demografi penduduk

wilayah kerja Puskesmas Kota Baru tahun 2015

Desa Jumlah Penduduk

Kota Baru Induk 4.536 Jiwa Kota Baru Barat 2.941 Jiwa Kota Baru Selatan 2.062 Jiwa

Sukomulyo 1.467 Jiwa

Jumlah 11.006 Jiwa

5. Jenis Pelayanan

Jenis pelayanan di Puskesmas Kota Baru terdiri dari : unit rawat jalan (balai pengobatan), poli gigi, poli MTBS, poli KIA-KB, gizi, imunisasi, laboratorium, dan apotek.

(12)

2. Gambaran Umum Desa Kota Baru Induk

Desa Kota Baru Induk memiliki luas wilayah ± 40 KM2. Desa ini terdiri dari 3 kampung yaitu I, II, III Secara Umum Desa Kota Baru Induk berbatasan dengan :

1 .

Sebelah Timur

: Berbatasan dengan Desa Suko Mulyo

2 .

Sebelah Barat

: Berbatasan dengan Desa Kota Baru Barat

3 .

Sebelah Utara

: Berbatasan dengan Sungai Komering dan Ds. Tj. Kemala 4

.

Sebelah Selatan

: Berbatasan dengan Kota Baru Selatan

C. Analisa Univariat

Analisa Univariat dilakukan pada semua variabel yaitu rematik, pekerjaan, kegemukkan, faktor

keturunan dengan menggunakan tabel frekuensi.

1. Kejadian Penyakit Rematik Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Tingkat Kejadian Penyakit Rematik

Di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015

Rematik Jumlah Persentase (%)

Ya 67 79,8

Tidak 17 20,2

Jumlah 84 100

Tabel diatas menunjukan bahwa dari 84 Responden ada 67 responden (79,8 %) yang menderita penyakit rematik dan ada 17 responden (20,2%) yang memiliki penyakit rematik.

2. Pekerjaan

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik di Desa Kota

Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015 .Tabel diatas menunjukan bahwa dari 84 responden ada 60 responden (71,4%) yang memiliki pekerjaan yang beresiko dan ada 24 responden (28,6%) yang tidak memiliki pekerjaan yang beresiko.

3. Obesitas

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Obesitas Dengan Kejadian Penyakit Rematik di Desa Kota Baru Induk Kecamatan

Martapura Tahun 2015

Obesitas Jumlah Persentase (%)

Tidak 77 91,7

Ya 7 8,3

Jumlah 84 100

Tabel diatas menunjukan bahwa dari 84 responden ada 77 responden (91,7%) yang tidak menderita Obesitas dan ada 7

responden (8,3%) yang menderita Obesitas.

4. Keturunan

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Keturunan Dengan Kejadian Penyakit Rematik di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015 responden ada 61 responden (72,6 %) yang memiliki keturunan yang menderita rematik dan 23 responden (27,4%) yang tidak memiliki keturunan yang menderita rematik.

D. Analisa Bivariat

Analisa yang dilakukan adalah menghubungkan masing-masing variabel independen dengan variabel dependen.

(13)

Metode uji statistic yang digunakan adalah chi-squaredengan batasan kemaknaan (α ≥ 0,05) artinya diperoleh p.value < α berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen dan bila p.value >α berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen.

1. Hubungan Pekerjaan Dengan

Kejadian Penyakit Rematik Tabel 5.8

Hubungan Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik

di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015

Kejadian

Dari tabel diatas didapatkan bahwa responden dengan pekerjaan yang beresiko lebih banyak mengalami rematik yaitu sejumlah 54 responden (90%) dibandingkan dengan responden yang beraktivitas tidak beresiko yaitu sejumlah 13 responden (54,2%). Dan berdasarkan hasil uji chi square didapatkan p.value 0,001 (p.value < 0,05) jadi H0 di Tolak dan bermakna. Berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian rematik. Responden yang memiliki pekerjaan yang beresiko memiliki peluang lebih besar menderita

rematik di banding responden yang memiliki pekerjaan tidak beresiko.

2. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Penyakit Rematik

Tabel 5.9

Hubungan Kegemukkan dengan Kejadian Penyakit Rematik di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015

Kejadian Rematik

Obesitas Rema

tik Tidak Jum p.value

Remat

Dari tabel diatas didapatkan bahwa responden yang tidak menderita obesitas lebih banyak menderita rematik sejumlah 61 responden (79,2%) dan yang menderita obesitas lebih sedikit yang menderita rematik sejumlah 6 responden (85,7%) Dan berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan p.value 1,000 (p.value > 0,05). Jadi H0 Gagal, di Tolak dan tidak bermakna. Maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian penyakit rematik.

3. Hubungan Keturunan dengan Kejadian Penyakit Rematik

Tabel 5.10

Hubungan Keturunan Dengan Kejadian Penyakit Rematik

(14)

Didapatkan bahwa ada 53 responden (86,9%) yang memiliki keturunan rematik juga menderita rematik dan ada 14 responden (60,9%) yang tidak memiliki keturunan rematik juga menderita rematik. Dan berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan p.value 0,019 (p.value < 0,05), Jadi H0 di tolak dan bermakna. Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara faktor keturunan dengan kejadian rematik. Responden yang memiliki keturunan rematik memiliki peluang lebih besar menderita rematik di banding responden yang tidak memiliki keturunan rematik.

L.PEMBAHASAN

1. Hubungan Pekerjaan dengan kejadian penyakit rematik.

Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh p.value 0,001 (p < 0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara pekerjaan dengan kejadian penyakit rematik.

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa responden dengan pekerjaan yang beresiko akan memiliki peluang yang lebih besar mengidap penyakit rematik dibandingkan dengan responden yang memiliki pekerjaan tidak berisiko. Hal ini didukung oleh beberapa teori sebagai berikut :

Menurut Copper (2006) melaporkan bahwa aktivitas fisik yang berulang/beberapa jenis pekerjaan tertentu akan menimbulkan proses rematik.

Menurut Hollander (2010) Tekanan yang berlebihan pada fisik dan mental dapat memunculkan penyakit rematik, karena beban kerja yang berlebihan menyebabkan persendian menjadi aus.

2. Hubungan Kegemukkan dengan Kejadian penyakit Rematik

Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh p.value 1,000 (p > 0,05), hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara kegemukan dengan kejadian penyakit rematik.

Menurut Hollander (2010) berat badan yang berlebih akan memberi beban pada jaringan tulang rawan di sendi lutut. Ia menganalogikan ban truk yang sering dipakai mengangkut beban berat lebih mudah aus daripada ban yang jarang mengangkut beban.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara kegemukkan dengan kejadian penyakit rematik. Hal ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Hollander (2010) yang menyebutkan bahwa kegemukkan berpengaruh dengan terjadinya rematik.

Dan berdasarkan pengamatan saya selama melakukan penelitian di Desa Kota Baru Induk memang responden dengan berat badan yang normal pun dapat menderita penyakit rematik.

2. Hubungan Faktor Keturunan dengan kejadian Rematik

Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh p.value 0,019 (p < 0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara faktor keturunan dengan kejadian penyakit rematik.

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa responden yang memiliki keturunan rematik memiliki peluang yang lebih besar mengidap penyakit rematik dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki keturunan rematik. Hal ini di dukung oleh teori sebagai berikut :

(15)

Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat melakukan penelitian ada 80% responden yang memiliki keturunan rematik juga menderita rematik, oleh sebab itu hasil yang didapatkan bahwa keturunan memiliki hubungan dengan kejadian rematik.

M. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada hubungan yang signifikan antara Pekerjaan dengan kejadian penyakit rematik (p.value <0,05), di Desa Kotabaru Induk wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur 2015.

2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kegemukkan dengan kejadian penyakit rematik (p.value >0,05), di Desa Kotabaru Induk wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur 2015

3. Adat hubungan yang signifikan antara faktor keturunan dengan kejadian penyakit rematik (p.value <0,05), di Desa Kotabaru Induk wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur 2015

N. SARAN

1. Bagi Masyarakat Desa Kota Baru Diharapkan kepada masyarakat untuk menghindari pekerjaan yang berat atau aktivitas sehari-hari yang dapat beresiko terhadap penyakit rematik dan makanan yang mengandung purin seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun jambu mente, kembang kol, buncis, asparagus, durian, alpokat, nanas, air kelapa, jeroan, kacang-kacangan, dan emping melinjo, minuman dan makanan yang beralkohol dan juga rokok, serta luangkanlah sedikit waktu unutuk melakukan olah raga ringan pada pagi hari sebelum beraktifitas.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

(16)

DA FT AR PU ST AK A

Adellia S. 2011. Libas Rematik & Nyeri Otot dari Hidup anda. Yogyakarta : Brilliant Books.

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 3. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Barasi, Mary E. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga.

Hastono, Susanto Pryo. 2001.Analisa Data. Jakarta : FKM UI

Hermanto, Ning. 2008. Menggempur Asam Urat dan Rematik Dengan Mahkota Dewa.

Misnadiarly. 2007. REMATIK. Jakarta : Obor Populer.

Notoatmodjo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Reika Cipta.

Purwoastuti, Endang. 2009. Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta : KANINUS.

Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta : ANDI Yogyakarta.

Tanbiyah.2010.Pengobatan Penyakit Rematik.

(http:Tanbiyah.blog.Frienster.com, diakses 13 Februari 2015, pukul 15.35)

Wijayakusuma, Hembing. 2006. Atasi Asam Urat &

Rematik ala Hembing. Jakarta : Puspa Swara.

(17)

Gambar

Tabel 5.1 Data demografi luas wilayah kerja Puskesmas Kota Baru Tahun 2015
Tabel diatas menunjukan bahwa dari 84 responden ada 61 responden (72,6 %) yang memiliki keturunan yang menderita rematik dan 23 responden (27,4%) yang tidak memiliki keturunan yang menderita rematik
Tabel 5.10

Referensi

Dokumen terkait

Diasumsikan terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari jumlah kunjungan wisatawan, didukung sepenuhnya oleh seluruh sektor dalam melaksanakan seluruh arah

Demikian pula para pengkhidmat hendaknya bersyukur kepada Allah Ta’ala yang telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengkhidmati para tamu Hadhrat Masih Mau’ud

Jika para gembala bersukacita akan kelahiran Kristus itu wajar, karena mereka diperkirakan adalah orang-orang Yahudi, namun jika para orang majus yang bersukacita, itu merupakan

Terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi komunikasi dengan prestasi belajar siswa yang diukur dari kemampuan siswa dalam melakukan diskusi mengenai pelajaran

10 Penelitian di luar negri menunjukan bahwa kebanyakan penyakit-penyakit yang menyertai pada kejang demam adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh karena

Money Bank harus dapat menjamin layanan tersebut dapat mengakses layanan kapan saja nasabah menginginkannya, sangat disarankan untuk down time karena

Pada tahun 1295, Sulthan malik al saleh menunjuk anaknya sebagai raja, yang kemudian dikenal dengan Sultan Malik Al Zahir I (1297-1326), Pada masa pemerintahannya samudra

Struktural rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan rawat inap, pelayanan observasi, diagnosis, pengobatan individu, bedah, kebidanan,