• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pendekatan dan Metode Studi Isla

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pendekatan dan Metode Studi Isla"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH

PENDEKATAN DAN METODE STUDI ISLAM

URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA MILLENIAL Dosen: Zakiyuddin Baidhawy

Oleh:

Nur Winarsih: 1120100170019

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keberadaan Islam bukan hanya sebagai agama monodimensi. Islam bukan hanya agama yang didasarkan pada intuisi mistis manusia dan terbatas hanya pada hubungan antara manusia dengan Tuhan. Ini hanyalah satu dari sekian banyak dimensi agama Islam. Untuk mempelajari aspek multidimensional dari Islam, metode filosofis niscaya dipergunakan untuk menemukan sisi-sisi terdalam dari hubungan manusia dengan Tuhan dengan segenap pemikiran metafisikanya yang umum dan bebas. Dimensi lain dari agama Islam adalah masalah kehidupan manusia di bumi ini. Untuk mempelajari dimensi ini harus dipergunakan metode-metode yang selama ini dipergunakan dalam “ilmu manusia”. Agama (Islam), dengan cara pandang seperti ini, tidak lagi berwajah tunggal (Single Face) melainkan memiliki banyak wajah (Multiface).

Secara substantive-perennial agama merupakan system nilai (value system) yang bersumber dari dzat yang transhistoris, transtruktural, transcendental, realitas tertinggi, kebenaran mutlak dalam kesejatian abadi. Manusia sebagai penerima agama merupakan makhluk temporal- cultural, tidak tak terbatas dan terikat oleh ruang dan waktu. Oleh karenanya agama lebih merupakan tatanan kemanusiaan yang bersifatnormative, dan oleh karenanya dalam tataran aplikatif sangat tergantung pada bagaimana cara memahami dan menginterpretasikannya. Dalam perspektif ini, maka system nilai agama yang sacred-transcultural dan yang profane historical, antropogis-kodisional tidak dapat terpisahkan.

(3)

manusia itu sendiri. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya transformasi dan internalisasi nilai-nilai transendental (transcendental values) agama dalam kesejarahan manusia, sehingga manusia menuju tatanan kehidupan yang rahmatan lil ‘alamin.

Sementara itu, agama atau keagamaan sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang Islam khususnya, sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran kegamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya. sehingga walaupun keadaannya amat bervariasi tetapi tidak keluar dari ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an dan as-Sunnah serta sejalah dengan data-data historis yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Dalam makalah ini, pemakalah akan menjelaskan tentang Studi Islam Interdisipliner.

B. Rumusan Masalah

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan dalam Studi Islam

Dalam kamus besar bahasa Indonesia Pendekatan adalah Pertama, Proses perbuatan, cara mendekati. Kedua, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode - metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Dalam bahasa inggris pendekatan diistilahkan dengan “Approach”, dalam bahasa Arab disebut dengan “Madkhal”.1 Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hal ini adalah agama Islam. Islam dapat dilihat dalam beberapa aspek yang sesuai dengan paradigmanya.2

Islamic Studies adalah studi tentang disiplin dan tradisi intelektual keagaamaan klasik menjadi inti dari Islamic Studies, karena ada di jantung kebudayaan yang dipelajari dalam peradaban Islam dan agama Islam, dan karena banyak muslim terpelajar masih memendangnya sebagai persoalan penting.

Pengertian Islamic Studies sebagai studi tentang teks-teks Arab pra-modern utamanya karena itu mesti dipertahankan. Ketrampilan utama yang dibutuhkan adalah bahasa Arab.3

Islamic Studies adalah bukan sebuah disiplin, namun ia lebih merupakan kesalinghubungan anatara beberapa disiplin. Dalam bahasa metodologi, para peneliti meminjam serangkaian disiplin termasuk ilmu-ilmu sosial. Kurang tegasnya batasan-batasan ini justru menyediakan peluang untuk memperkaya studi interdisipliner yang beragam.4

1Dr. Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. hlm. 99. 2 M Yatimn, Abdullah. Studi Islam Kontemporer. Hli 58

(5)

Pendekatan merupakan cara pandang atau paradikma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya di gunakan dalam memahami agama. Adapun jenis-jenis pendekatan yang dibutuhkan dalam studi islam adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan Historis

Yang dimaksud dengan pendekatan historis adalah meninjau suatu permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan serta menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis sejarah. Sejarah atau histori adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan yang sebenarnya. jadi dengan mempelajari masa lalu orang dapat mempelajari masa kininya dan dengan memahami serta menyadari keadaan masa kini maka orang dapat menggambarkan masa depannya. Itulah yang dimaksud dengan perspektif sejarah.

Contoh pendekatan historis yaitu ketika seseorang ingin memahami Alquran secara benar maka hendaknya ia juga mempelajari sejarah turunnya alquran atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya alquran. Hal ini bertujuan untuk memahami hikmah dari suatu ayat yang berkenaan dengan hukum tertentu dan memelihara syariat dari kekeliruan dalam pemahamannya5

2. Pendekatan Filosofis

(6)

pengetahuan. Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah pendapat yang dikemukanan Sidi Gazalba yang menurutnya adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.6

3. Pendekatan Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.

Sarjono soekanto mengartikan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu

pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan nilai. Selanjutnya,

sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam

memahami agama, hal ini karena banyak bidang kajian agama yang baru

dapat dipahami secara proposional dengan menggunakan ilmu sosiologi.

Dalam agama islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu

budak lalu akhirnya bias jadi penguasa mesir. Mengapa dalam

melaksanakan tugasnya nabi Musa harus dibantu nabi Harun, dan masih

banyak contoh lainnya. Beberapa peristiwa tersebut dapat ditemukan

hikmahnya dengan bantuan ilmu sosiologi. Disinilah letaknya sosiologi

asebagai salah satu alat dalam memahami agama. Dalam buku

berjudul Islam Altenative, Jalaluddin Rahmat menunjukkan berapa

besarnya perhatian agama dalam masalah sosial, dengan lima alasan

sebagai berikut:

a. Al-qur’an atau kitab-kitab hadits yaitu berkenaan dalam urusan muamalab. Misal dalam surat Al-mukminun ayat 1-9 berisi mengenai

(7)

orang yang khusyuk sholaynya, menghindarkan diri ari perbuatan yang

tidak bermanfaat,menjaga amanat dan janji.

b. Ditekankan masalah muamalah (sosial) dalam ibadah adalah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah dikerjakan sesuai mestinya.

c. Bahwa ibadah mengandung segi kemasyarakatan lebih besar ganjarannya daripada perseorangan.

d. Dalam urusan ibadah ada ketentuannya. Misal apabila tidak mampu melaksanakan puasa maka jalan keluarnya membayar fidyah dalam

bentuk member makan orang miskin.

e. Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar.7

Melalui pendekatan sosiologis agama akan dapat dipahami dengan

mudah karena agama sendiri itu diturunkan untuk kepentingan sosial.

B. Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam 1. Pengertian Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah

dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang

relevan atau tepat guna secara terpadu. Dalam pemecahan masalahannya di bidang

ekonomi dengan interdisipliner hanya dengan satu ilmu saja yang serumpun.

Dari sudut ekonomi mikro di antaranya : dalam lingkup kecil “Rumah tangga”

yang tidak sedikit para rumah tangga mengalami permasalahan ekonomi

khususnya pada masalah kemiskinan, yang cara pemecahan masalahnya dengan

salah satunya mencari pekerjaan yang menjanjikan, bekerja keras, tidak putus asa,

(8)

tidak boros dalam artian tidak besar pasak dari pada tiang : besar pengeluaran dari

pada pendapatan.

Dari sudut ekonomi makro diantaranya : dalam lingkup luas “Pemerintah”

yang pernah pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikan BBM (bahan bakar

minyak) dengan tujuan tertentu, tetapi bagi para masyarakat kebijakan tersebut

tidak lah sesuai dengan kemampuan masyarakat, khusunya masyarakat

awam/kecil. Sehingga kemiskinan pun semakin merajalela. Pemecahan

masalahnya dengan pemerintah harus bisa melihat kebawah (masyarakat kecil),

dan sejahterakan masyarakat.8

Dalam kamus bahasa Indonesia Interdisipliner berarti bidang studi atau

pengelompokan sejumlah mata pelajaran yang sejenis atau memiliki ciri yang

sama (mata pelajaran yang telah berkorelasi satu dengan yang lain). Pendekatan

Interdisipliner merupakan pemahaman ilmu “agama islam” dengan

menggunakan beberapa keilmuan yang saling berkaitan. Dalam mengkaji Islam

dengan studi Interdisipliner haruslah dengan beberapa ilmu yang serumpun atau

yang saling berkaitan.

2. Sejarah Pendekatan Interdisipliner

(9)

demikian digunakan di berbagai belahan dunia Islam, khususnya di Mesir, Arab Saudi, Pakistan, Afganistan dan menjadi model kajian dominan di masyarakat Muslim di seluruh dunia. Kajian Islam secara normatif dalam pemikiran Islam terwujud dalam ilmu fiqh, ushul fiqh, hadits, ilmu hadits, tafsir, ilmu tafsir dan lain-lain. Wacana Islam secara normative, hingga saat itu menjadi bagian penting dalam kerangka keilmuan yang digunakan di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) terlebih di daerah-daerah).

Paradigma yang bekerja dalam kajian normative sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Abed al-Jabiri adalah paradigma bayani. Paradigma bayani adalah studi dan pemikiran yang berbasis pada teks (an-nash) dan mengutamakan proses berfikir deduktif-analogis-qiyas. Tumpuan utama paradigma ini adalah memahami teks melalui kaidah bahasa, yang kemudian menghadirkan kajian ushul fiqh klasik, sebagaimana diletakkan dasar-dasarnya oleh Imam Syafi’i. Meskipun tetap diperlukan, paradigma bayani yang normative memiliki kelemahan: Pertama, paradigma bayani kurang memiliki pijakan realitas historis, sosiologis dan antropologis sehingga menimbulkan kesenjangan antara teori dan praktik. Kedua, paradigma bayani kurang mampu mengapresiasi perkembangan keilmuan yang berlangsung dengan cepat. Perkembangan ilmu-ilmu sosia dan humaniora, belum lagi sains dan teknologi, akan sulit direspons oleh paradigma tersebut. Akibatnya kajian Islam akan stagnan karena tidak mau beranjak dari posisi yang mapan berabad-abad yang lampau.9

Studi Islam tidak lagi terbatas kepada penggunaan paradigma bayani, melainkan dengan paradigma-paradigma yang lain. Kajian Islam dengan mengunakan pendekatan yang lain yaitu interdisipliner atau bidang ilmu dan

9M.Aimn, Abdullah, Islam dalam Berbagai Pembacaan Konsep Kontemporer, Ahwan Fananm dan

(10)

disiplin adalah jawaban bagi tantangan dunia Islam saat ini. Tuntutan kajian Islam secara holistic sebenarnya disadari oleh para cendekiawan Islam era paruh kedua abad ke -20. Para cendekiawan muslim tersebut umumnya terdidik dalam dua tradisi keilmuan. Yaitu tradisi keilmuan Islam klasik dan sekaligus menimba ilmu dari tradisi intelektual dan keilmuan barat. Mereka mencoba melakukan sintesis antara kajian Islam klasik dengan pendekatan-pendekatan baru yang berkembang dalam studi agama dan sosial humaniora di barat. Para cendekiawan itu muncul dari berbagai penduduk muslim di berbagai dunia. Fazlur Rahman cendekiawan muslim dari Pakistan misalnya, memperkenalkan upaya pembaruan metodologi studi Islam, khususnya hukum Islam, dengan perangkat hermenuetika. Teori double movement (gerakan ganda) adalah salah satu kontribusinya. Begitu juga dengan al-hadd al a’la dan al-had al-adna yang dikenalkan oleh Syahrur adalah sebagian dari contoh yang dilakukan oleh cendekiawan muslim kontemporer dalam upaya pembaharuan pemikiran Islam.10

3. Kerangka Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Islam

(11)

keterhubungan antar disiplin keilmuan akan lebih dapat membantu manusia memahami kompleksitas kehidupan yang dijalaninya dan memecahkan persoalan yang dihadapinya.

Dalam satu studi, misalnya menggunakan pendekatan sosiologis, historis dan memecahkan persolan yang dihadapinya. Pentingnya pendekatan ini menurut Khoituddin Nasution semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual saja, tetapi harus dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus. Bahkan mungkin bisa ditambah dengan pendekatan hermenuetik. Ketika membahas masalah yang berhubungan dengan kedokteran, seharusnya tidak cukup dengan kajian normative. Kajian normative akan lengkap bila diikuti dengan kajian kedokteran. Dengan cara seperti ini, persoalan dipahami akan lebih lengkap sebelum memutuskan status hukum menurut ajaran Islam. Demikian juga menjawab atau menyelesaikan hukum (status ternak) pertanian dan semacamnya. Untuk menentukan hukumnya harus dipahami lebih dahulu secara lengkap dari sisi ilmu peternakan dan ilmu pertanian. Kemudian ditetapkan status hukumnya. Seperti ini deskripsi cara kerja pendekatan interdisipliner untuk mengungkap esensi dari kajian suatu obyek.11

(12)

terjadi, karena tidak terjadi pertanda agama semakin tidak mendapat perhatian. Pendekatan interdisipliner menurut catatan Khoituddin Nasution, bukan hal yang baru dalam sejarah keilmuan klasik. Sejumlah teori (sejarah, antropologi, sosiologi, sastra, dan arkeologi, ilmu politik, filsafat, linguistik telah digunakan sejak lama oleh para ilmuan klasik meskipun teori-teori tersebut mengalami perkembangan. Ada beberapa teori yang mendapat penekanan pada beberapa dekade terakhir. Hal ini disebabkan adanya kehausan untuk memahami ajaran Islam yang lebih sempurna. Munculnya teori-teori baru adalah sebagai respon terhadap fenomena kaum muslim yang semakin hari semakin maju dan kompleks.

4. Beberapa Pendekatan Interdisipliner a. Pendekatan Filsafat

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran , ilmu dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebat dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, poerwardaminta mengartikan filsafat sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum dan sebagainya terhadap segala yang ada dialam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti “adanya” sesuatu. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik obyek fenomena.12

Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi berikut:

(13)

Jadiphilosophia berarti cinta pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Maksudnya adalah orang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

2). Segi praktis; filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berpikir.

Orang yang berpikir tentang filsafat disebut filosof. Yaitu orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh di dalam tugasnya filsafat merupakan hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

Contoh pendekatan filsafat agama Islam, ajaran agama Islam mengajarkan agar shalat berjamaah. Tujuan antara lain agar seseorang merasakan hidup berdampingan dengan orang lain, dengan mengajarkan puasa misalkan agar seorang dapat merasakan lapar yang selanjutnya menimbulkan rasa iba kepada sesamanya yang hidup serba kekurangan, dengan menggunakan pendekatan filosofis ini seseorang akan dapat memberikan makna terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan dapat pula mendapat hikmah dan ajaran yang terkandung didalamnya. Dengan demikian ketika seoarang mengerjakan suatu amal ibadah tidak akan merasa kekeringan dan kebosanan, semakin mampu mengenali makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula sikap, penghayatan, dan daya spiritual yang dimiliki seseorang.13

Contoh yang kedua tentang kontroversi penafsiran iblis dalam al-Quran berawal dari rencana Tuhan untuk menciptakan dan mempersiapkan seorang khalifat di bumi. Dalam al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 30-34, peristiwa ini dijelaskan:

(14)

Kisah iblis pada surat di atas, pada awalnya menggambarkan narasi penciptaan Adam yang oleh tuhan dianggap sebagai “the only one caliph on the earth”. Amanah kekhalifahan ini rupanya kurang mendapat simpatik di kalangan malaikat karena itu mereka “memprotes” dan “menolak” kebijakan tersebut. Dalam wacana tafsir klasik dan modern, persoalan pertama yang muncul ketika memperbincangkan eksistensi iblis itu adalah makna sujud,

yasjudu.Terhadap kata ini semua mufasir baik klasik dan modern sependapat

bahwa makna kata sujud yang dimaksud adalah sujud tahiyyat, penghormatan, bukan sujud dalam pengertian ibadah atau menghambakan diri pada Adam.

At-tabari dan ar-Razi menafsirkan kata iblis pada ayat yasjuduberasal dari jenis malaikat.mereka berpendapat demikian dengan alasan bahwa kata “istisna”, semua malaikat sujud pada Adam kecuali iblis menunjukkan makna bahwa iblis itu berasal dari jenis mereka (malaikat).14

b. Pendekatan Sosiologi

Dari segi sosiologi ini, pendekatan terhadap agama telah melahirkan berbagai teori. Diantara teori-teori itu, yang sangat terkenal adalah tingkatan, yang salah satu implikasi teologis terhadap penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dan hadist, sebagai contoh mengenai wanita. Wanita Islam dalam kontekstual adalah munculnya rasa takut dan berdosa bagi kaum wanita bila ingin “menggugat” dan menolak penafsiran atas diri mereka yang tidak hanya disubordinasikan dari kaum laki-laki, tetapi juga dilecehkan hak dan martabatnya. Akibatnya secara sosiologis mereka terpaksa menerima kenyataan-kenyataan diskriminatif bahwa lelaki serba lebih dari perempuan, terutama dalam hal-hal seperti: pertama, wanita adalah makhluk lemah karena

(15)

tercipta dari tulang rusuk pria yang bengkok; kedua, wanita separuh harga laki-laki; ketiga, wanita boleh diperistri hingga empat; keempat: wanita tidak bisa menjadi pemimpin negara.15

c. Pendekatan Sejarah

Melalui pendekatan sejarah , seseorang diajak menukik dari alam idealis kea lam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini , seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada dialam empiris dan historis. Pendekatan sejarah ini amat dibutuhkan dalam memahami agama , karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social kemasyarakatan . dalam hal ini Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini Islam , menurut pendekatan sejarah . ketika ia mempelajari al-Qur’an ,ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya, kandungan al-qur’an itu terbagi menjadi dua bagian, bagian yang pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perunpamaan.

C. Generasi Millenial

Millennials atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000an. Maka ini berarti millenials adalah generasi muda yang berumur 17- 37 pada tahun ini. Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi. Generasi millennials memiliki ciri khas tersendiri yaitu, mereka lahir pada saat TV berwarna,handphone juga internet sudah diperkenalkan. Sehingga generasi ini sangat mahir dalam teknologi.

(16)

Di Indonesia sendiri dari jumlah 255 juta penduduk yang telah tercatat, terdapat 81 juta merupakan generasi millenials atau berusia 17- 37 tahun. Hal ini berarti Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk membangun negaranya. Tapi, kemanakah mereka pergi? Apakah mereka bersembunyi?

Sungguh tidak, jika kita melihat ke dunia sosial media, generasi millennials sangat mendominasi jika dibandingkan dengan generasi X. Dengan kemampuannya di dunia teknologi dan sarana yang ada, generasi millenials belum banyak yang sadar akan kesempatan dan peluang di depan mereka. Generasi millennials cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial di sekitar mereka seperti dunia politik ataupun perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari generasi millenials hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Memiliki visi yang tidak realistis dan terlalu idealistis, yang penting bisa gaya.

Tidak terima dengan kalimat-kalimat diatas? Berikut ini adalah hal yang bisa kamu lakukan, jika ingin menjadi generasi millenials yang bermanfaat :

1. Berfikir Kritis

Terbukalah dengan apa yang ada disekeliling kita, mulai dari masalah politik, ekonomi hingga sosial dan budaya. Jangan telan mentah-mentah informasi yang kamu dapatkan. Cobalah untuk berfikir kritis dan pikirkan apa yang bisa kamu kontribusikan untuk memecahkan masalah di sekitar anda.

2. Gunakan media sosial secara bijak

(17)

3. Bantu orang lain

Memikirkan orang lain bukan berarti hanya memperhatikan keluarga kamu saja. Melainkan konsep masyarakat secara keseluruhan. Jika kamu dapat membantu 10 atau bahkan 100 keluarga sekaligus, kenapa harus cuma satu?16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Generasi Millenial adalah generasi yang lahir di era perkembangan teknologi,

internet juga berperan besar dalam keberlangsungnya hidup mereka. Justru karena

generasi ini adalah generasi melek teknologi maka studi islam dapat dikembangkan

melalui teknologi. Para millenial muslim inggin menyampaikan bahwa berislam juga

bisa menjadi modren berislam juga bukan teroris, mereka terbuka dalam bergaul,

hidup berpindidikan tinggi dan survive dalam dunia modern. Mereka dilahirkan dalam

keadaan muslim sekaligus dalam dunia modern membuat mereka menjadi generasi

yang terbuka dan juga sekaligus tidak kehilangan identitas keislamannya.

(18)

Kita juga bisa berdakwah dalam dunia millenial ini dengan beberapa pendekatan studi

Islam contohnya kita menggunakan pendekatan histori yang didalamnya meninjau

suatu permasalahan dari sudut pandang sejarah. Justru di era millenial ini sejarah atau

histori bisa kita simpan dan kita dakwahkan menggunakan internet yang disitu akan

dapat di akses oleh semua orang dan semua kalangan. Disinilah keuntungan dari

generasi millenial.

DAFTAR PUSTAKA

Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: ciputat press

Abdullah, M Yamin. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah

Abdullah, M Yamin. 2009. Islam Dalam Berbagai Pembacaan Konsep Kontemporer, Ahwan Fanani dan Tolhatul Chair (ed). Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Baidhawy, Zakiyuddin. 2011. Studi Islam Pendekatan dan Metode. Jogjakarta: Bintang Pustaka Abadi

(19)

Harun, Nasution.1995. Filsafat dan Mistisme dalam Islam. Cet 9. Jakarta: Bulan Bintang

Khoiruddin, Nasution. 2009. Pengantar Studi Islam. Jogjakarta

Nata. Abuddin. 2011. Studi Islam. Jakarta: Rajawali pers

Nata, Abuddin. 2001. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Pesada.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan proses belajar mengajar teori umum dilaksanakan di dalam kelas sedangkan untuk kegiatan belajar mengajar praktik di laksanakan di BLPT (Balai Latihan Pendidikan

Keempat, bahan ajar yang dihasilkan setelah penelitian ini berupa suplemen bahan ajar tentang pemanfaatan kayu kelapa sebagai bahan konstruksi bangunan setelah dilakukan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sabun transparan bekatul beras merah ( Oryza nivara ) berbahan dasar minyak goreng bekas

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) kepada Pusat Perpustakaan IAIN Tulungag;ung

Pada uraian itu disampaikan pandangan dan pendapat tentang penerapan ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP, yang menegaskan: hak tersangka atau terdakwa didampingi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan pengaruh pemberian tepung daun bangun-bangun pada berbagai taraf (0, 1,25, 2,5, dan 3,75%) dalam ransum induk babi

Penelitian ini menggunakan 6 variabel yaitu dukungan manajemen puncak, ketepatan pemilihan software dan hardware , keberhasilan implementasi sistem Enterprise