• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SWOT PENEGAKAN HAM DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS SWOT PENEGAKAN HAM DI INDONESIA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SWOT

PENEGAKAN HAM DI INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah HAK ASASI MANUSIA

Dosen :

Dr. Hj. Rabiatul Adawiah, M.Si

Reja Fahlevi, S.Pd, M.Pd

OLEH :

ANDYA AGISA

[1610112220003]

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

(2)

ANALISIS SWOT

PENEGAKAN HAM DI INDONESIA

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati, universal dan abadi sebagai anugerah tuhan yang maha esa meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan dan hak kesejahteraan yang tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun. Dalam perjalanan kehidupan manusia, hak asasi manusia digolongkan menjadi beberapa macam, yaitu:

 Hak asasi pribadi (Personal Rights)

 Hak asasi politik (Political Rights)

 Hak asasi hukum (Rights of Legal Equality)

 Hak asasi ekonomi (Property Rights)

 Hak asasi peradilan (Procedural Rights)

 Hak asasi sosial budaya (Social-Culture Rights)

Sejak bulan januari tahun 1999, perhatian terhadap hak asasi manusia (HAM) dan penegakan hukumnya di Indonesia menunjukkan arah peningkatan yang menggembirakan. HAM telah dinyatakan sebagai salah satu kebutuhan yang mendasar dalam konsep pembangunan kemanusian terhadap seluruh masyarakat. Saat ini HAM merupakan permasalahan yang hangat dalam tingkatan nasional suatu Negara maupun internasional. HAM bukan lagi dianggap sebagai masalah domestik atau dalam negeri tetapi HAM sudah menjadi permasalahan yang bersifat universal dan masyarakat internasional.

(3)

Kekuatan (Strengths)

a) Adanya Undang-undang (kontitusi) yang mengatur mengenai HAM, yakni Undang- undang Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999, Undang-Undang No. 23 Tahun 2004, Undang-Undang No. 35 Tahun 2014, dan UUD 1945 Pasal 27 – 34.

Konstitusi atau UUD adalah hukum tertinggi (supreme law) yang memiliki posisi lebih tinggi dan harus ditaati baik oleh rakyat maupun oleh alat-alat perlengkapan Negara. Maka dari itu fungsi konstitusi disini ialah sebagai pelindung HAM dan kebebasan warga Negara Republik Indonesia. Dalam fungsi ini bahwa konstitusi memberikan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia dan hak-hak kebebasan warga negara. Rumusan HAM ke dalam UUD 1945 Indonesia bukan semata-mata karena kehendak untuk mengakomodasikan perkembangan pandangan mengenai HAM melainkan karena hal itu merupakan salah satu syarat negara hukum. Dengan adanya rumusan HAM dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka secara konstitusional hak asasi setiap warga negara dan penduduk Indonesia telah dijamin. Adapun pasal-passal yang mengatur tentang HAM yaitu UUD 1945 Pasal 28 A-J, Pasal 29, 31, 32, 33, 34 serta UU No. 39 Tahun 1999. Mengenai Hak Asasi Manusia di Indonesia, Peraturan perundang-undangan yang diberlakukan di Indonesia juga harus senantiasa mencerminkan adanya perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), dengan kata lain tidak boleh bertentangan dengan HAM sebagaimana yang telah diatur dalam konstitusi (UUD 1945), karena HAM ialah hak-hak yang melekat pada manusia yang tujuannya ialah memanusiakan manusia.

b) Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), sebagai upaya perlindungan terhadap kasus pelanggaran HAM

Terjaminnya perlindungan akan HAM berkaitan erat dengan perlindungan hukum bagi rakyat sebab pada dasarnya perlindungan hukum merupakan satu langkah konkret untuk menguatkan HAM dalam hukum positif. Namun, perlindungan HAM tidak cukup dengan dibuatnya hukum normatif, tetapi juga harus didukung dengan instrumen kelembagaan. Oleh karena itu, selain lembaga peradilan HAM, diperlukan juga lembaga atau komisi khusus yang menangani masalah HAM.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM adalah sebuah lembaga mandiri di Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya dengan fungsi melaksanakan kajian, perlindungan, penelitian, penyuluhan, pemantauan, investigasi, dan mediasi terhadap persoalan-persoalan hak asasi manusia.

(4)

Dalam perkembangannya, sejarah bangsa Indonesia terus mencatat berbagai bentuk penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan sosial yang disebabkan antara lain oleh warisan konsepsi tradisional tentang hubungan feodalistik dan patriarkal antara pemerintah dengan rakyat, belum konsistennya penjabaran sistem dan aparatur penegak hukum dengan norma-norma yang diletakkan para pendiri negara dalam UUD 1945, belum tersosialisasikannya secara luas dan komprehensif instrumen hak asasi manusia, dan belum kukuhnya masyarakat warga. Singkatnya, masih didapati adanya kondisi yang belum cukup kondusif untuk perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia. Sebagai akibatnya, maka telah menimbulkan berbagai perilaku yang tidak adil dan diskriminatif.

Menyikapi berbagai pelanggaran hak asasi manusia tersebut, maka guna menghindari korban pelanggaran HAM yang lebih banyak dan untuk menciptakan kondisi yang kondusif, maka Majelis Permusyawaratan Rakyat telah mengeluarkan Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998. Dalam Ketetapan tersebut disebutkan, antara lain menugasi lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat. Selain itu, dalam Ketetapan tersebut juga disebutkan bahwa pelaksanaan penyuluhan, pengkajian, pemantauan, penelitian dan mediasi tentang hak asasi manusia dilakukan oleh suatu Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang ditetapkan dengan Undang-undang.

Menindaklanjuti amanat Ketetapan MPR tersebut, maka pada tanggal 23 September 1999 telah disahkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam Undang-undang tersebut selain mengatur mengenai hak asasi manusia, juga mengenai kelembagaan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Berdasarkan UU No 39 tahun 1999 pasal 1 (7) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. Lembaga ini dibentuk sebagai perlindungan terhadap hak hak asasi dari pelanggaran HAM.

(5)

c) Komisi Nasional Anti kekerasan terhadap Perempuan

Dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 181 Tahun 1998. Dasar pertimbangan pembentukan komisi ini adalah upaya mencegah terjadinya dan menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Tujuan dibentuknya komisi ini adalah:

- Menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan terhadap perempuan.

- Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan bentuk kekerasan terhadap perempuan. - Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan

dan hak asasi perempuan.

d) Lembaga Bantuan Hukum

Lembaga Bantuan Hukum ini bersifat membela kepentingan masyarakat tanpa memandang latar belakang suku, keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik, harta kekayaan, agama, atau kelompok orang yang membelanya. Tujuan lembaga ini adalah mencegah adanya ledakan gejolak sosial dan keresahan masyarakat.

e) Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia

Komisi ini merupakan lembaga yang bergerak dibidang perlindungan anak. Melalui lembaga ini diharapkan hak-hak anak Indonesia dapat dilindungi. Dengan adanya komisi ini diharapkan hak-hak anak tidak lagi dilanggar oleh para orangtua yang tidak bertanggung jawab atau pihak manapun.

(6)

Kelemahan (weaknesses)

HAM merupakan kata universal yang tidak asing didengar oleh masyarakat global, bisa dibilang HAM merupakan salah satu jalan bagi manusia untuk mendapat keadilan serta keamanan, dari suatu keadaan terancam maupun yang merasa dirinya diperlakukan sewenang-wenang atau merasa ditindas oleh manusia lain. Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1.

Sebagai salah satu negara yang menganut asas demokrasi yaitu asas yang mengutamakan kepentingan dan suara rakyat sudah sepatutnya HAM pun dijunjung tinggi oleh Negara yang menganut asas demokrasi. Tetapi, nyatanya banyak potret suram yang terjadi di bumi pertiwi ini yang seakan-akan menunjukan penegakan HAM belum sepenuhnya didapat seseorang secara merata.

Banyak kasus-kasus yang terjadi yang menggambarkan bagaimana lemahnya penegakan HAM di Indonesia, kebanyakan masyarakat Indonesia pun kecewa apabila melihat kembali review kasus-kasus pelanggaran HAM. Hal ini dapt disebabkan oleh Aparat Hukum maupun KOMNAS HAM di negara ini seolah-olah menutup mata dan telinga mereka, dan tidak mengusut tuntas kasus tersebut.

Kasus yang menunjukan bagaimana pelanggaran HAM terjadi salah satunya ialah kasus pembunuhan Munir. Munir Said Thalib bukan sembarang orang, dia adalah aktifis HAM yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Munir pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia seperti kasus-kasus pembunuhan Marsinah, kasus Timor-Timur dan masih banyak lagi. Munir meninggal pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia ketika ia sedang melakukan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Spekulasi mulai bermunculan, banyak berita yang mengabarkan bahwa Munir meninggal di pesawat karena dibunuh, serangan jantung bahkan diracuni. Namun, sebagian orang percaya bahwa Munir meninggal karena diracuni dengan Arsenikum di makanan atau minumannya pada saat ia berada di dalam pesawat.

Kasus munir pun sampai sekarang masih menjadi misteri, namun sayangnya kasus ini tidak diusut sampai tuntas, dan tenggelam begitu saja. Diperlukan penegakan HAM yang kuat bukan saja melalui undang-undang tetapi juga menegakan prinsip supremasi hukum, transparansi, akuntabilitas, profesionalisme serta prinsip musyawarah dan mufakat. Demikian potret kelemahan HAM di Indonesia, masih banyak kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi, di Indonesia, harapannya ialah semoga tidak ditemui lagi kejahatan kemanusiaan yang telah merusak hak- hak hidup masyarakat.

(7)

- Korupsi dan kemiskinan rakyat serta terbengkalainya kesejahteraan rakyat kalangan bawah

Salah satu gambaran mengapa lemahnya penegakan HAM di Indonesia ialah Korupsi, dimana hal ini hanya dilakukan oleh kalangan elit politik yang memiliki kekuasaan dan kepintaran, yang menjadi lemahnya penegakan HAM ialah kurang tegasnya penyelesaian kasus oleh aparat hukum yang terlalu bertele-tele dan lemahnya hukuman bagi para koruptor. hal ini pun berdampak pada rakyat, dimana ada hak rakyat yang aturannya mensejahterakan rakyat tetapi malah direnggut oleh penguasa.

- Sistem peradilan Hak Asasi Manusia (HAM) atas dasar UU Nomor 26 tahun 2000 mengandung banyak kelemahan.

Ada kekhawatiran hasil peradilan atas pelanggaran HAM dengan menggunakan undang-undang ini tidak sesuai harapan. Kelemahan undang-undang tersebut, menurut Muladi, karena meskipun UU tersebut banyak mengadopsi norma-norma hukum internasional, seperti International Crime Court (ICC), hanya mengambil sebagian. Pengambilannya juga tidak sistematis dan banyak menghilangkan hal-hal yang penting. Hal-hal penting yang tidak terambil seperti tidak masuknya kejahatan perang, perlindungan saksi yang tidak maksimal, dan hukum acaranya yang masih menggunakan hukum acara KUHP. Selain itu, UU No. 26 tahun 2000 tidak secara tuntas memperhitungkan konsekuensi penyesuaian jenis-jenis tindak pidana yang diatur dalam UU Nomor 26 tahun 2000 dengan Statuta Roma. Selain tidak lengkapnya pengambilan dokumen internasional, beberapa penerjemahan dari adopsi hukum internasional itu juga keliru. (Pakar hukum pidana, Muladi SH).

- Terjadi terorisme di Indonesia

Contohnya saja terjadi pengeboman di Bali pada tahun 2002 dan di Jakarta pada tahun 2004, hal ini juga mampu menggambarkan lemahnya penanganan aksi terror di Indonesia sehingga mampu merenggut hak hidup banyak orang terutama rakyat Indonesia bahkan termasuk juga warga Negara asing.

- Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang serta kejahatan yang marak terjadi

Pentingnya suatu pendidikan adalah agar generasi penerus bangsa Indonesia tidak terjerumus kedalam hal-hal yang negatif yang mampu merusak generasi penerus bangsa seperti narkoba dan nakotika. Hal inipun dapat disebabkan karena faktor kesenjangan sosial dan lemahnya pendidikan yang tidak tersebar secara merata seluruh Indonesia. Kemiskinan, hal inilah yang mampu menyebabkan tindak kejahatan juga marak terjadi sebab, kurang terpenuhinya hak hak rakyat oleh Negara. Maka dari itu seharusnya Negara menjamin mutu kehidupan seluruh rakyat Indonesia secara merata.

- Pemahaman HAM masih terbatas dalam pemahaman gerakan.

(8)

bertanggung jawab; 3) terbangunnya publik opini yang sehat atau tersedia sumber informasi yang jelas, 4) terbangunnya suatu kelompok pers yang berani dan bebas dalam koridor menjaga keutuhan bangsa dan negara, 5) adanya sanksi terhadap aparat yang melanggar HAM, 6) tersedianya "bantuan hukum" (legal-aid) di mana-mana, 7) terbentuknya jaringan aparat pemerintahan yang bersih, berwibawa sehingga bersinergi.

- Campur Tangan Politik.Kasus-kasus hukum di Indonesia banyak yang terhambat karena adanya campur tangan politik didalamnya.

- Peraturan perundangan yang lebih berpihak kepada kepentingan penguasa dibandingkan kepentingan rakyat.

- Rendahnya integritas moral, kredibilitas, profesionalitas dan kesadaran hukum aparat penegak hukum dalam menegakan hukum.

(9)

Peluang (opportunities)

a) Penegakan HAM di Indonesia diatur dalam peraturan tertulis yaitu Undang-Undang

Kelebihan pengaturan HAM dalam perundang-undangan tertulis memberikan jaminan kepastian hukum yang sangat kuat, karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses amandemen dan referendum. Adapun kelemahanya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi Republik Indonesia yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM melalui TAP MPR, kelemahannya tidak dapat memberikan sangsi hukum bagi pelanggarnya.

b) Penegakan HAM Melalui Proses Pendidikan

Penegakan hak asasi manusia juga dapat dilakukan melalui proses pendidikan, baik itu dalam pendidikan formal, informal, maupun non formal. Proses penegakan yang dilakukan melalui proses pendidikan merupakan penanaman konsep tentang HAM itu sendiri kepada peserta didik yang ikut di dalam proses pendidikan.

Jika penegakan itu dilakukan dalam pendidikan formal yaitu sekolah, penegakan HAM tentang penanaman konsep HAM kepada peserta didik dapat dilakukan melalui tujuan dari mata pelajaran PPKn dan agama. Harapannya, melalui penanaman konsep HAM melalui pendidikan, peserta didik dapat melakukan penegakan HAM secara sederhana misalnya dengan melakukan penerapan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Didalam pemeblajaran PPKn sendiri didalamnya terdapat materi mengenai HAM apabila kita memebrikan suatu pengetahuan menganai HAM tersebut maka para generasi muda akan mengetahu bagaimana penegakkan HAM yang benar, maka merak pun akan menjadi penerus bangsa yang mampu menjunjung tinggi nilai nilai keadilah khusunya terhadap HAM.

c) Warga negara bisa terlibat dalam hal-hal tertentu seperti pembuatan keputusan-keputusan politik, baik secara langsung maupun melalui wakil-wakil yang mereka pilih.

Indonesia memiliki sistem pemerintahan Demokrasi dimana kekuasaan tertinggi ada pada rakyat, adapun rakyat mendapatkan haknya yaitu mengeluarkan suara nya maupun aspirasinya misalnya saja seperti pemilihan umum presiden maupun gubernur, sehingga rakyat mampu menyalurkan aspirasinya melalu wakil-wakil yang dipilih oleh rakyat.

d) Warga negara memiliki kebebasan atau kemerdekaan menyangkut hak-hak kebebasan yang telah mencakup dalam hak asasi manusia (seperti hak politik,ekonomi,kesetaraan di depan hokum dan pemerintahan,ekspresi kebudayaan,dan hak pribadi).

(10)

Ancaman (threats)

Hak Asasi Manusia (Masih) Berada di Bawah Ancaman, Pemerintah belum sepenuhnya menjalankan janji dan komitmen hak asasi

Pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir tidak memperlihatkan diri sebagai penjaga komitmen hak asasi, yang dia nyatakan sendiri dalam berbagai dokumen resmi pemerintahan, maupun forum-forum baik nasional atau internasional. Dalam beberapa kesempatan, keputusan-keputusan Pemerintah bahkan muncul dari tekanan kelompok intoleran, baik yang berlatar agama, maupun ultra-nasionalis kanan, yang cenderung represif terhadap berbagai bentuk ekspresi kelompok rentan. Mulai dari tekanan terhadap kelompok LGBT, Syiah, Ahmadiyah, korban peristiwa 1965, pelaku kebudayaan, hingga represi dalam bentuk kriminalisasi terhadap kritik publik. Setahun terakhir, Pemerintah justru membiarkan aparat penegak hukum berjalan di bawah kendali kepentingan kelompok intoleran. Penggunaan pasal-pasal kriminalisasi seperti pencemaran nama baik, penistaan agama, dan makar masih menjadi pemandangan yang menghiasi perjalanan tahun 2016.

Sejumlah bentuk ancaman terhadap hak asasi manusia yang tergambar dalam setahun terakhir setidaknya terekam dalam beberapa uraian singkat berikut:

Pertama, akhir tahun 2016 ditutup dengan kegagalan Pemerintah Indonesia dalam memberikan jaminan kenyamanan dan keamanan dalam penikmatan hak atas kebebasan berekspresi online. Revisi UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang diharapkan dapat menjamin perlindungan kebebasan berpendapat dan berekspresi, justru masih menyisakan sejumlah potensi pelanggaran HAM. Selain masih memberikan legitimasi bagi tindak pidana penghinaan online, UU ini juga memberikan kekuasaan absolut bagi pemerintah untuk melakukan tindakan pemblokiran terhadap konten internet yang dinilai melanggar hukum. Tanpa diberikan cakupan ruang lingkup dan aturan prosedur yang memadai. Rumusan yang demikian tentu potensial akan menghambat penikmatan hak warga atas informasi, termasuk kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan gagasan.

Kedua, kasus penangkapan sejumlah orang dengan tuduhan makar yang terjadi menjelang akhir tahun, juga memperlihatkan tidak hati-hatinya aparat penegak hukum dalam penerapan pasal tersebut. Situasi ini terekam misalnya dari penangkapan ratusan aktivis hak-hak masyarakat Papua, yang pada 1 Desember 2016 merayakan aksi damai memperingati Hari Pembebasan Irian Barat, dan penangkapan sejumlah orang yang diduga terlibat dalam aksi 2 Desember 2016. Penggunaan pasal ini tanpa adanya kejelasan unsur-unsur dalam penerapannya, tentu akan sangat berbahaya bagi kelanjutan sistem demokrasi konstitusional, yang pada intinya menekankan pada kebebasan berpendapat dan berekspresi.

(11)

penganiayaan (Padang, Bulukumba, Lampung) terhadap jurnalis. Komitmen Pemerintah Indonesia terhadap Deklarasi Windhoek 1991 dipertanyakan, mengingat intimidasi dan kekerasan terhadap jurnalis merupakan pengabaian terhadap kemandirian dan keberagaman dalam jurnalisme. Perlindungan terhadap jurnalis adalah fondasi penting dalam demokrasi yang bertujuan untuk meningkatkan akses ke sumber informasi dan menstimulasi analisis terhadap informasi dan keberagaman opini, terutama dalam masa-masa krisis (Frank La Rue, 2012).

Keempat, pengangkatan Jenderal (Purn.) Wiranto sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan adalah sebuah kemunduran terbesar di tahun 2016. Tahun 2003 Wiranto didakwa oleh Unit Kejahatan Serius PBB telah bertanggungjawab terhadap pembantaian dan serangkaian persekusi di Timor Leste. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) juga menyatakan dalam laporannya bahwa Wiranto juga bertanggungjawab dalam Peristiwa Penembakan Mahasiswa Trisakti, Kerusuhan Mei 1998 serta Kerusuhan Semanggi 1 dan Semanggi 2. Pengangkatan Wiranto adalah kekecewan terbesar bagi masyarakat sipil karena keberadaannya dalam pemerintahan justru akan menghambat proses penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu, di mana dia sendiri diduga terlibat di dalamnya. Keputusan Pemerintah dapat diartikan sebagai bentuk pelanggengan impunitas dan memberi preseden buruk bagi usaha-usaha penciptaan perdamaian dan penegakan rule of law.

(12)

REFERENSI

Kurniawan Kunto Yuliarso dan Nunung Prajarto. (2005). Fakultas Ilmu Sosial Politik

Universitas Gajah Mada . “Hak Asasi Manusia (HAM) Di Indonesia Menuju

Democratic Governances

”.

Jurnal Ilmu Sosial Politik, Vol.8 No.3

Maret 2005:

291-308

.

Iza Fadri. (2011). Universitas Nasional Jakarta. “HAM dan Polri Dalam Penegakan Hukum Di

Indonesia”. Jurnal Hak Asasi Manusia, Volume VII No. 1 Tahun 2011,

ISSN

1693-3559.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. (2016). KOMNAS HAM. “Jurnal HAM”.

Jurnal HAM .

Vol. XII . Tahun 2016.

http://www.ilmusaudara.com/2016/05/pengertian-ham-jenis-jenis-ham-dan.html -Diakses pada

tanggal 24 Oktober 2017.

https://rumahpkn.wordpress.com/2011/01/21/170/ - Diakses pada tanggal 24 Oktober 2017.

Referensi

Dokumen terkait

PLN (Persero) ULP Manado Selatan, Menjual Meter Pascabayar dan Meter Prabayar kepada pelanggan sesuai dengan keingin pelanggan, perbedaan dalam penjualan meter

Menentukan parameter sebagai input Input yang digunakan dalam dalam penjadwalan komponen menggunakan algoritma simulated annealing selain waktu penyelesaian dan

Pembuatan dokumen presentasi melalui paket aplikasi Office merupakan metode yang paling lazim digunakan. Salah satu aplikasi dominan untuk keperluan ini adalah

Perancangan perangkat keras terdiri atas modul-modul yang berfungsi sebagai pengendali kerja dari motor konveyor dan buka/tutup sumber radiasi.. Sedangkan untuk

Interaksi antara inokulasi BPF dengan tanah nonsteril maupun steril juga tidak mempengaruhi jumlah cabang primer tanaman kedelai, namun terdapat kecenderungan inokulasi

At the same time, Bank Indonesia shared that it may maintain the benchmark rate at 7.5%, this would trigger more selling activity as market will start to

Seorang auditor internal yang telah melaksanakan tugasnya secara profesional, akan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang berkualitas sesuai dengan standar

Hasil penelitian menunjukan bahwa indikator good corporate governance (ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial), karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan dan