• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI BELAJAR THORNDIKE DAN BRUNER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI BELAJAR THORNDIKE DAN BRUNER"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan aspek penting dalam keberhasilan suatu peserta didik dan selama proses pembelajaran pendidik memegang peran utama. Pendidik harus menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga peserta didik merasa nyaman selama proses pembelajaran. Seperti dalam pembelajaran matematika, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda untuk memahami materi yang dijelaskan oleh pendidik. Saat kita memberikan pembelajaran secara sama rata tanpa tahu perbedaan dari masing-masing karakter peserta didik yang dapat menyebabkan jenuh atau bahkan tidak memerhatikan selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, pendidik diharapkan dapat mengenali kepribadian atau karakteristik setiap siswanya .

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?

2. Apa isi teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike? 3. Apa hukum-hukum yang digunakan dalam teori Thorndike? 4. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori Thorndike?

5. Bagaimana implementasi Teori Thorndike dalam pembelajaran matematika?

6. Apa isi teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner? 7. Apa isi teori instruksi Bruner?

8. Bagaimana implementasi Teori Bruner dalam bidang matematika?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari teori belajar

(2)

3. Mengetahui hukum-hukum yang berlaku dalam teori Thorndike 4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori Thorndike

5. Mengetahui implementassi dari teori Thorndike dalam pemebelajaran Matematika

6. Mengetahui isis teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner 7. Mengetahui isi dari teori instruksi Bruner

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar

Pengertian teori belajar menrupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh perubahan yang meliputi kecakapan, keterampilan dan sikap, pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya. Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan psikomotor, dan perubahan afektif.1

Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya berkaitan dengan potensi yang bersifat manusiawi dan kelakuan. Belajar membutuhkan proses dan tahapan serta kematangan mereka yang belajar. Belajar lebih baik dan efektif jika didorong oleh motivasi, khususnya motivasi dari dalam diri karena akan berbeda dengan belajar karena terpaksa atau memiliki rasa takut.

Disisi lain belajar adalah proses mencoba dengan kemungkinan untuk keliru dan pembiasaan. Kemampuan belajar seseorang harus bisa diperhitungkan dalam menentukan isi pelajaran. Belajar bisa dilakukan melalui tiga cara yaitu diajar secara langsung, kontrol, penghayatan, kontak, pengalaman langsung dan dengan pengenalan atau peniruan.2

1 Seputar Pendidikan003. Pengertian Teori Belajar diakses dari

http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/07/pengertian-teori-belajar.html

pada 08 September 2015 pukul 09:30 WIB

(4)

B. Teori Belajar Edward L Thorndike 1. Teori Belajar Thorndike

Edward Lee Thorndike mendapatkan gelar PhD-nya pada tahun 1898 di Colombia, kemudian dia tinggal sekaligus mengajar disana. Dia telah menerbitkan buku yang berjudul “Animal intelligence, An esperimental

study of associationprocess in Animal”. Buku tersebut merupakan hasil

dari penelitiannya dengan menggunakan objek dari beberapa tingkah hewan, seperti kucing, anjing dan burung. Salah satu hasil penelitiannya yakni setiap tingkah hewan tersebut mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yaitu asosiasi, suatu stimulus akan menimbulkan suatu respon tertentu.

Thorndike terkenal dengan teorinya berupa Stimulus-Respon. Teori ini mengemukakan bahwa proses belajar pertama kali organisme dengan cara

Trial and eror. Seseorang dalam memahami pembelajaran pasti mengalami

proses mencoba dan menumukan kesalahan. Namun, dalam proses tersebut itulah peserta didik dapat menerima pembelajaran secara maksimal.

Eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike menggunakan seekor kucing yang lapar. Kucing tersebut ditempatkan dalam kotak yang dibentuk berliku-liku seperti labirin (puzzle box). Di akhir jalan dari labirin tersebut disediakan makanan. Kucing yang lapar akan menerima stimulus dan akan memberikan respon sehingga dengan instingnya untuk mencari jalan keluar menuju makanan. Selama perjalanan menuju makanan ia banyak mengalami hambatan seperti salah jalan atau tersesat.

(5)

perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan perserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat terwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan begaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.3 Selain itu, apabila kita perhatikan secara seksama dalam eksperimen Thorndike tadi akan kita dapati 2 hal pokok yang mendorong timbulnya fenomena belajar.

Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang, sudah tentu tidak akan berusaha keras untuk keluar. Bahkan, barangkali ia akan tidur saja dalam puzzle box yang mengurungnya. Dengan kata lain, kucing itu tidak akan menampakkan gejala belajar untuk keluar. Sehubung dengan hal ini, hampir dapat dipastikan bahwa motivasi (seperti rasa lapar) merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.

Kedua, tersedianya makanan di muka pintu puzzle box, merupakan efek positif atau memuaskan yang dicapai oleh respon dan kemudian menjadi dasar timbulnya hukum belajar yang disebutlaw of effect. Artinya, jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan (mengganggu) efek yang dicapai respon, semakin lemah pula hubungan stimulus dan respon tersebut.4

3 Erna Suwangsih, Teori Belajar Matematika, http://file.upi.edu/Direktori/DUAL--MODES/MO DE-_PEMBE-LJLRLN_MLTEMLTIKL/BBM, diunduh 09 September 2015 pkl.09.32 WIB

4 Yulista. Teori Belajar yang Dikemukakan oleh Edward - Thorndike diakses dari

(6)

2. Hukum-hukum yang digunakan Edward Lee Thorndike

Adapun dari hasil percobaan Thorndike maka dikenal 3 hukum pokok5, yaitu:

a. Hukum Latihan (Law or Exercise)

Hukum ini mengandung dua hal yaitu:

The Law of Use, yaitu hukum yang menyatakan hubungan antara

stimulus dan respon akan menjadi kuat bila sering digunakan (latihan).

The Law of Disuse, yaitu suatu hukum yang menyatakan bahwa

hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi lemah bila tidak ada latihan.

Prinsip ini menunjukan bahwa semakin sering suatu pelajaran diulang semakin baik bahan pelajaran tersebut dalam diri siswa. Selain itu, pengaturan waktu frekuensi ulangan dapat menentukan hasil belajar.

b. Hukum Akibat (Law of Effect)

(7)

menyebabkan seseorang menghentikan perbuatan, atau tidak mengulangi perbuatan.

c. Hukum Kesiapan (The law of readiness)

Hukum ini menjelaskan tentang kesiapan individu dalam melakukan sesuatu. Yang dimaksud dengan kesiapan adalah kecenderungan untuk bertindak. Agar proses belajar mencapai hasil yang sebaik-baiknya, maka diperlukan adanya kesiapan organisme yang bersangkutan untuk melakukan belajar tersebut. Terdapat tiga keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum ini. Yaitu :

1. Bila pada organisme adanya kesiapan untuk bertindak atau berprilaku, dan bila organisme itu dapat melakukan kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami kepuasan.

2. Bila pada organisme ada kesiapan organisme untuk bertindak atau berperilaku, dan organisme tersebut tidak dapat melaksanakan kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami kekecewaan. 3. Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk bertindak dan

organisme itu dipaksa untuk melakukannya maka hal tersebut akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.

3. Kelebihan dan Kelemahan Thorndike

a. Kelebihan Teori Thorndike

Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.6

b. Kelemahan-kelemahan dari Teori Thorndike

6 Drs. M Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT

(8)

1. Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia.

2. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan repon. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan, atau ulangan-ulangan yang terus –menerus.

3. Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan pengertian sebagai unsur yang pokok dalam belajar.7

Implikasi dari teori behavioris dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi peserta didik untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya peserta didik kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.

4. Aplikasi Teori Belajar Thorndike dalam Matematika

Aplikasi teori Thorndike sebagai salah satu aliran teori belajar tingkah laku dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti : tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran, karateristik siswa, media, dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

Penerapan yang sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran matematika menurut thorndike ini adalah sebagai berikut :

1. Sebelum memulai proses belajar mengajar, pendidik harus memastikan siswanya siap mengikuti pembelajaran tersebut.

(9)

4. Pengulangan terhadap penyampaian materi dan latihan dapat membantu siswa mengingat materi

5. Untuk mengajarkan konsep pemetaan pada siswa, pendidik menguji apakah siswa sudah benar-benarp menguasai konsep pemetaan

6. Peserta didik yang telah belajar dengan baik diberi hadiah dan yang belum baik diberi hukuman dan harus segera diperbaiki.

7. Dalam belajar, motivasi tidak begitu penting, karena perilaku peserta didik tterutama ditentukan oleh penghargaan eksternal.8

(10)

C. Teori Belajar Jerome S Bruner 1. Teori Belajar Bruner

Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, menurut Bruner hal terpenting dalam belajar adalah bagaimana seorang manusia memilih suatu pelajaran, sehingga ia memperoleh pengetahuan, kemudian ia menyimpan dan mempertahankan pengetahuannya, dan menyampaikan pengetahuan yang ia miliki secara aktif

Bruner dalam dasar pemikiran teori memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Menurut Bruner, proses kognitif manusia terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu: (1) memperoleh informasi baru, (2) mentranformasikan ilmu yang diterima, (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.9 Bruner memiliki empat teori yang dikemukakan :

a. Empat tema tentang pendidikan

Bruner menerbitkan buku yang berjudul The Process Of Education yang diterbitkan pada tahun 1960. Di dalam buku ini Bruner mengemukakan empat tema tentang pendidikan.

Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain. Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang

(11)

untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi. Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan yang benar atau tidak. Tema keempat adalah tentang

motivasi dan keinginan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

b. Model dan Kategori

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Asumsi kedua adalah bahwa orang mengontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world).

c. Belajar sebagai Proses Kognitif 1) Tahap Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik) objek.Pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkrit atau menggunakan situasi yang nyata.

2) Tahap Ikonik

(12)

dari objek-objek yang dimanipulasinya pada tahap enaktif tersebut di atas.

3) Tahap Simbolis

Tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols, yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.

d. Belajar Penemuan

Belajar penemuan merupakan salah satu model konstruksional kognitif yang sangat berpengaruh dari Bruner. Menurut Bruner, belajar penemuan merupakan metode yang paling baik bagi manusia, karena manusia mencari pengetahuan secara aktif, dan menemukan hasil dengan sendirinya.

Adapun tahap-tahap Penerapan Belajar Penemuan

1) Stimulus (pemberian perangsang/stimulus), kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Problem statement (mengidentifikasi masalah), memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian memilih dan merumuskan dalam betuk hipotesa (jawaban sementara dari masalah tersebut).

(13)

sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut.

4) Data processing (pengolahan data), yakni mengolah data yang telah diperolah siswa melalui kegiatan wawancara, observasi, dll. Kemudian data tersebut ditafsirkan.

5) Verifikasi, mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yangt ditetapkan dan hubungkan dengan hasil dan processing.

6) Generalisasi,, mengadakn penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi.10

2. Teori Instruksi Bruner

Menurut Bruner teori instruksi hendaknya meliputi : a. Pengalaman Optimal untuk Mau dan Dapat Belajar

Menurut Bruner, belajar dan pemecahan masalah bergantung pada penyelidikan alternatif. Oleh karena itu pengajaran dan intruksi harus memperlancar dan mengatur penyelidikan-penyelidikan alternatif ditinjau dari segi siswa. Arah pendidikan bergantung pada dua hal yang saling berkaitan yaitu tujuan tugas yang diberikan sampai batas-batas tertentu harus diketahui dan sampai berapa jauh tujuan itu telah tercapai pun harus diketahui.

b. Penstrukturan Pengetahuan untuk Pemahaman Optimal

Struktur suatu domain pengetahuan mempunyai tiga ciri dan setiap ciri itu mempengaruhi kemampuan siswa untuk menguasainya. Ketiga ciri itu ialah:

1) Cara penyajian

Ada tiga cara penyajian, yaitu cara enaktif, ikonik, dan simbolik. 2) Ekonomi

(14)

Ekonomi dalam penyajian pengetahuan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman.

3) Kuasa

Kuasa suatu penyajian dapat dikatakan juga kemampuan penyajian itu untuk menghubung-hubungkan hal-hal yang kelihatannya sangat terpisah-pisah.

c. Perincian Urutan-urutan Penyajian Materi Pelajaran Secara Optimal Dikemukakan oleh Bruner bahwa perkembangan intektual bergerak dari penyajian enaktif melalui penyajian ekonik ke penyajian simbolis. Oleh karena itu, urutan optimum materi pelajaran juga mengikuti arah yang sama. Urutan yang optimal bergantung pada beberapa faktor misalnya; belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran, dan perbedaan individu.

d. Bentuk dan Pemberian Reinforcement

Dalam teorinya Bruner mengemukakan bahwa bentuk hadiah atau pujian dan hukuman harus dipikirkan. Demikian pula bila pujian atau hukuman itu diberikan selama proses belajar mengajar. Secara intuitif, jelas bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung ada suatu ketika hadiah ekstrinsik bergeser ke hadiah instrinsik. Sebagai hadiak ekstrinsik misalnya berupa pujian dari guru, sedangkan hadiah instrinsik timbul karena berhasil memecahkan masalah.11

(15)

Langkah-langkah teori Bruner dapat juga dilihat pada pembelajaran kubus yakni membuat dan menggambar jaring-jaring kubus. Langkah kegiatan pembelajarannya sebagai berikut:

a. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan menugasi siswa membawa paling sedikit 3 doos kecil berbentuk kubus dari rumah. Di kelas tiap siswa dengan caranya sendiri diminta untuk megiris doos itu menurut rusuknya sehingga dperoleh babaran atau rebahannya. Babaran atau rebahan doos itu harus berbentuk bangun datar gabungan yang bila dilipat menurut rusuk yang teriris akan membentuk kubus seperti semula.

Dengan cara ini siswa melakukan tahap enaktif dalam memperoleh jaring-jaring kubus dengan memperhatikan rebahan kubus. Siswa langsung menemukan cara memilih rusuk yang diiris sehingga rebahannya bila dilipat kembali akan terbentuk seperti semula. Namun ada kemungkinan siswa mengiris rusuk sedemikian rupa sehingga bila bangun rebahannya dilipat kembal tidak diperoleh kubus seperti semula, misalnya ada bagian sisi yang ompong/kosong karena menumpuk pada sisi lain/ sisi-sisi yang saling menutup. Atau mungkin rebahannya tidak lagi berbetuk bangun datar gabungan.

(16)

b. Pada tahap Ikonik, dengan berpandu pada hasil kerja siswa diminta menggabar bangun babaran atau rebahan kubus yang berupa jaring-jaring. Dengan mengingat syarat atau ciri-ciri dari suatu babaran kubus yang berupa jaring-jaring kubus. Jaring-jaring kubus adalah rangkaian bangun yang diperoleh dari enam persegi yang sama, dalam susunan tertentu. Kemudian siswa diminta untuk menggambar jaring-jaring kubus yang lain.

c.

Tahap Simbolis, untuk tahap simbolis siswa dapat ditugasi untuk membuat jaring-jaring kubus dengan kertas bufalo yang baru, kemudian membuat kubus dengan ukuran yang tertentu. 12

(17)

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1.

Teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka.

2. Teori belajar Thorndike menjelaskan tentang belajar adalah hubungan (interaksi) antara stimulus dan respon.

3. Hukum-hukum yang digunakan oleh Thorndike adalah hukum kesiapan

( law of readiness), hukum latihan ( Law of exercise), hukum kesiapan (

law of effect).

5. Aplikasi teori Thorndike sebagai salah satu aliran teori belajar tingkah laku dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti : tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran, karateristik siswa, media, dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

6. Toeri belajar Bruner menjelaskan tentang hal terpenting dalam belajar adalah bagaimana seorang manusia memilih suatu pelajaran, sehingga ia memperoleh pengetahuan, kemudian ia menyimpan dan mempertahankan pengetahuannya, dan menyampaikan pengetahuan yang ia miliki secara aktif.

7. Teori Belajar Bruner memili empat bagian : a. Empat tema tentang pendidikan

(18)

c. Belajar sebagai Proses Kognitif d. Belajar Penemuan

8. Teori Instruksi Bruner

a. Pengalaman Optimal untuk Mau dan Dapat Belajar b. Penstrukturan Pengetahuan untuk Pemahaman Optimal

c. Perincian Urutan-urutan Penyajian Materi Pelajaran Secara Optimal d. Bentuk dan Pemberian Reinforcement

9. Aplikasi Teori Belajar Bruner dalam Matematika

Pemebelajaran yang dapat diaplikasikan terhadap teori bruner yakni dalam membuat dan menggambar jarring-jaring kubus.

B. Saran

1. Pembaca diharapakan dapat menerapkan Teori Belajar Thorndike dan Teori Belajar Bruner dalam proses pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Muncul angka "3" karena terdapat dua Cagar Budaya yang berada pada dua wilayah Provinsi, yaitu Borobudur dan Prambanan yang masing-masing masuk di wilayah Provinsi

Penelitian ini sangat menekankan pada tujuan sistem pelayanan rekam medis yaitu menyediakan informasi guna memudahkan pengelolaan dalam pelayanan kepada pasien dan

(ah, jika jumlah modal usaha yang anda miliki tidak menapai angka itu, maka anda masih bisa tetap berbisnis elpiji dengan menjadi sub agen atau pangkalan agen. Sub agen

reaksi sitotoksik tipe sik tipe )), reaksi komplek imun tipe )), reaksi komplek imun tipe ))), dan reaksi ))), dan reaksi hipersensitiitas tipe lambat

--- Bahwa terdakwa ENDIH SUENDIH Bin AKHMAD, pada hari Selasa tanggal 01 Oktober 2013 sekitar pukul 12.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam bulan

Aku menjahit kain putih berenda Bukan untuk menghias peti matimu Tapi untuk menutup atas kepala kita Saat hari ijab qobul yang kau janjikan… Sapu tangan ini kuambil dari sakumu

Kadar air, lemak dan protein tidak berbeda antara ikan segar dan ikan yang disimpan beku (p>0,05); akan tetapi water holding capacity lebih rendah pada ikan yang disimpan

Tabel 1. Sedangkan untuk salinitas, tidak tercantum pada baku mutu yang digunakan menurut Pergub Jatim no. Untuk hasil uji laboratorium pada outlet 3, seluruh