• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA(BRUNER, AUSUBEL, DAN BANDURA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA(BRUNER, AUSUBEL, DAN BANDURA)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Dr. Raden Bambang Sumarsono, S.Pd., M.Pd.

Oleh: Kelompok 6

Dehfi Yuhwaningsih NIM 170131601087 Dewi Rahayu NIM 170131601017 Rizky Fitra Sanjaya NIM 170131601048 Rosa Melani NIM 170131601082

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN Agustus, 2018

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ―Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya ( Bruner, Ausubel, dan Bandura)‖ ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi semua umat di muka bumi ini dengan cahaya kebenaran.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian penyusunan makalah ini. Khususnya kepada dosen pembimbing yaituDr. Raden Bambang Sumarsono, S.Pd., M.Pd yang telah membimbing dan membagikan ilmunya kepada kami.

Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini.Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 8 September 2018

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan Penulisan ... 2

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Teori Belajar Kognitif ...3

B. Prinsip-prinsip Teori Belajar Kognitif ...4

C. Teori Belajar Kognitif Menurut Bruner dan Penerapannya ...5

D. Teori Belajar Kognitif Menurut Ausubel dan Penerapannya ...12

E. Teori Belajar Kognitif Menurut Bandura dan Penerapannya ...17

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...20

B. Saran ...20

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan proses mendidik, yakni proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Dalam proses pendidikan, belajar merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan. Dimana belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami oleh seseorang, misalnya dari suatu hal yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tau menjadi tau. Selama proses belajar manusia pasti tidak luput dari kesalahan. Untuk itu perlu adanya teori-teori belajar yang tepat yang diterapkan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai dengan maksimal.

Teori-teori belajar berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajran yang dihasilkan daripada kajian-kajian ahli psikologi pendidikan. Teori ini merupakan azas kepada para pendidik agar dapat memahami tentang cara belajar. Dari berbagai jenis teori belajar salah satunya adalah teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar kognitif?

2. Apa prinsip-prinsip teori belajar kognitif?

3. Apa yang dimaksud teori belajar kognitif menurut Bruner dan bagaimana penerapannya?

(5)

4. Apa yang dimaksud teori belajar kognitif menurut Ausubel dan bagaimana penerapannya?

5. Apa yang dimaksud teori belajar kognitif menurut Bandura dan bagaimana penerapannya?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar kognitif. 2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori belajar kognitif.

3. Untuk mengetahui teori dan penerapan belajar kognitif menurut Bruner. 4. Untuk mengetahui teori dan penerapan belajar kognitif menurut Ausubel. 5. Untuk mengetahui teori dan penerapan belajar kognitif menurut Bandura.

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori Belajar Kognitif

Belajar dalam pandangan kognitif menurut Eggen & Kauchak (1994) adalah ―suatu proses perubahan dalam struktur mentalseseorang yang menciptakan kapasitas (creates the capacity) untuk memeragakan berbagai perilaku.‖ Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa belajar dalam pandangan kognitif dapat terjadi pada seseorang tanpa selalu diikuti adanya perubahan tingkah laku, perubahan dalam struktur mental yang meliputi skema berpikir, pengetahuan, dan ekspektasi namun akan terjadi kelak dengan adanya

pengalaman baru. Dalam belajar kognitif melihat pembelajar sebagai individu yang aktif sebaliknya beharioristik melihat pembelajar sebagai individu pasif yang dipengaruhi oleh lingkungan.

Teori-teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan fokus pada perubahan dalam proses mental dan dalam struktur mental yang terjadi sebagai akibat adanya usaha manusia untuk memahami dunianya. Teori-teori belajar ini digunakan untuk menjelaskan berbagai hal mulai dari hal-hal yang sederhana berupa mengingat nomor telepon sampai ke hal-hal yang kompleks berupa menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah yang sulit.

Menurut Friedman dan Schustack (2006) Kelebihan dari belajar dengan pendekatan kognisi terhadap kepribadian, meliputi: (a) dapat menjelaskan kepribadian dengan meneliti proses kognisi manusia; (b) dapat menangkap asal pikiran manusia; (c) perbedaan dalam kemampuan kognisi dipandang sebagai inti individualitas; (d) dapat mempelajari persepsi, kognisi, dan atribusi melalui penelitian empiris. Sedangkan kekurangan dari belajar dengan pendekatan kognisi terhadap kepribadian, diantaranya: (a) terkadang mengabaikan aspek ketidaksamaan dan emosionalitas dari kepribadian; (b) beberapa teori (teori pembelajaran sosial) cenderung terlalu

menyederhanakan proses berpikir yang rumit; (c) kurang menekankan pengaruh situasi terhadap perilaku.

(7)

B. Prinsip-prinsip Teori Belajar Kognitif

Berikut prinsip-prinsip dasar teori-teori belajar kognitif (Eggen & Kauchak, 1994) adalah:

1. Pembelajar adalah pribadi yang aktif

Pembelajar tidak hanya merespon terhadap konsekuensi, tetapi juga aktif mencari informasi untuk menjawab pertanyaan yang membantunya meningkatkan pemahamannya.

2. Pemahaman bergatung kepada apa yang telah diketahui

Seorang individu melihat dunia sekitarnya dilakukan berdasarkan pemahaman yang dia miliki dan dia percayai.

3. Pembelajar adalah individu yang mengkonstruk (membangun atau

menyusun) pemahamannya dan bukannya individu yang sekedar merekam pemahaman yang sudah ada

Pembelajar tidak sama dengan alat perekam yang merekam apa yang ditangkapnya sebagaimana adanya, tetapi pembelajar lebih pada

menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pemahaman baru berdasarkan apa yang da dengar atau lihat atau rasakan. Dalam membangun pemahaman barunya pembelajar perlu memodifikasi pengetahuan

sebelumnya atau hanya meningkatkan atau memperkaya pengetahuan yang telah ada sebelumnya.

4. Belajar adalah suatu perubahan dalam struktur mental seseorang

Dalam usaha membangun pemahamannya, pembelajar perlu menyesuaikan pengetahuan sebelumnya yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang baru saja diterimanya. Tidak jarang apa yang diterimanya merupakan hal yang baru sama sekali dalam khasanah pengetahuannya sehingga mengharuskannya memodifikasi struktur pengetahuannya yang sudah ada sebelumnya. Apakah itu perubahan dalam skema berpikir, harapannya, tujuannya, keyakinannya.Yang terjadi ―dalam kepala‖ seseorang dalam bentuk peningkatan kapasitas berpikir yang mungkin tidak terlihat saat itu tetapi kelak bisa muncul.

(8)

5

C. Teori Belajar Kognitif Menurut Jerome Bruner dan Penerapannya Banyak ahli psikologi kognitif yang mempelajari bagaimana terjadinya belajar mengambil pula langkah berikutnya dan menyarankan bagaimana seharusnya belajar dilakukan. Jereme Bruner (1966), David Ausubel (1968), dan Robert Gagne ( 1970). Telah mengemukakan tiga model instruksional kognitif yang paling berpengaruh.

1. Bruner dan Teorinya

Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berfikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner rupanya tidak mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis. Hal yang penting baginya ialah bagaimana caranya orang

memilih, mempertahankan, dan menstranformasi informasi secara aktif. Dan inilah menurut Bruner inti belajar. Oleh karena itu, Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskret itu mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan kepadanya.

a. Empat Tema tentang Pendidikan

Dalam bukunya ( Bruner, 1960) Bruner mengemukakan empat tema pendidikan. Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Kurikulum seharusnya mementingkan struktur pengetahuan. Hal ini perlu, karena dengan struktur pengetahuan, kita menolong para siswa untuk melihat bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak memiliki hubungan satu dengan yang lain, dan pada informasi yang telah mereka miliki. Tema kedua ialah tentang kesiapan belajar. Menurut Bruner (1966: 29) kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai keterampilan yang lebih tinggi.

(9)

Tema yang ke tiga menekankan pada nilai intuisi dalam proses

pendidikan. Dengan intuisi, yang dimaksud oleh Bruner (1960: 13) adalah teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi itu merupakan kesimpulan yang salah atau tidak. Tema keempat dan terakhir ialah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu. Pengalaman-pengalaman yang merangsang motivasi itu ialah Pengalaman-pengalaman dimana para siswa berpartisispasi secara aktif dalam menghadapi alamnya. Pengalaman belajar seperti ini dapat dicontohkan oleh pengalaman belajar penemuan yang intuitif dan implikasi asumsi ini akan dibahas dalam bagian-bagian yang akan datang.

b. Model dan kategori

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi (Rosser,1984). Asumsi pertama ialah perolehan pengetahuna merupakan suatu proses interaktif berlawanan dengan para penganut teori perilaku, Bruner yakin bahwa orang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif perubahan tidak hanya terjadi dilingkungan, tetapi juga dalam orang itu sendiri. Asumsi kedua ialah orang mengontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya suatu model alam menurut dia. Model Bruner ini sangat mendekati struktur kognitif Ausubel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek pada lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan diantara hal-hal yang telah kita ketahui. Dengan model ini kita dapat menyusun hipotesis untuk memasukkan pengetahuan baru ke dalam struktur-struktur kita dengan memperluas struktur-struktur itu atau dengan mengembangkan struktur atau substruktur baru dan

mengembangkan harapan-harapan tentang apa yang akan terjadi. Dalam proses hidup - berinteraksi dengan lingkungan–orang

(10)

7

sebagaimana yang ketahuinya. Kita dapat membayangkan struktur ini sebagai suatu lemari map yang besar sekali dengan banyak laci dan map dalam setiap lacinya. Manusia mempunyai kapasitas untuk mengatasi lemari ini dengan menyimpan segala yang dimasukkan ke dalamnya sebagai waktu yang lama. Pendekatan Bruner dalam belajar dapat diuraikan sebagia suatu pendekatan kategorisasi. Bruner beranggapan bahwa semua interaksi kita dengan alam melibatkan kategori—kategori yang dibutuhkan sebagai pemfungsian manusia. Tanpa kategori-kategori kita harus mempunyai suatu laci dalam lemari map kita untuk setiap objek, benda, dan gagasan dalam pengalaman kita.

Menurut Bruner ialah kategori-kategori dapat membawa kita ke tingkat yang lebih tinggi daripada informasi yang diberikan. Kita

menentukan objek-objek dengan mengasosiasikan objek itu dengan suatu kelas. Bila kita mengklasifikasikan suatu objek, kita pengaruhi objek itu dengan sekumpulan sifat, atribut krisis, dan hubungan-hubungan. Kita melakukan hal ini melalui hal inferensi, menentukan lebih banyak daripada yang kita peroleh langsung dari objek itu. Jadi, Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengodean. Berbagai kategori saling berkaitan demikian rupa. Sehingga setiap individu mempunyai model yang unik tentang alam. c. Belajar Sebagai Proses Kognitif

Bruner mengemukakan bahwa, belajar melibatkan 3 proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu ialah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi, (3) menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan. Contoh informasi baru misalnya, seseorang telah mempelajari bahwa darah itu beredar baru ia belajar secara terperinci mengenai sistem peredaran atau sistem sirkulasi darah. Dalam

transformasi pengetahuan seseorang memperlakukan pengetahuan agar cocok atau sesuai dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memberlakukan pengetahuan, apakah dengan cara esktrapolasi atau dengan mengubah menjadi bentuk lain. Bruner mempunyai 2 prinsip, (1) pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada model-model

(11)

tentang kenyataan yang dibangunnya, (2) modal-modal semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian model itu

diadaptasikan pada kegunaan orang bersangkutan.

Menurut Bruner ada 3 pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang yaitu sebagai berikut:

1) Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respon dari sifat stimulus.

2) Pertumbuhan intelektual bergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistem simpanan yang sesuai dengan lingkungan.

3) Pertumbuhan intelektual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada diri sendiri atau pada orang lain dengan perrtolongan kata-kata atau simbol-simbol megenai apa yang

dilakukannya atau akan dilakukan.

Hampir semua orang biasa melalui penggunaan tiga sistem untuk menyatakan kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu ialah: enaktif, ikonik, dan simbolis. Cara penyajian enaktif ialah

melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Sedangkan cara penyajian ikonik didasarkan pada pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar yang mewakili suatu konsep, tetap tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Cara penyajian simbolis menggunakan kata-kata atau bahasa penyajian simbolis

dibuktikan oleh kemampuan seseorang yang lebih memperhatikan proporsi atau pernyataan daripada objek, memberikan struktur hirarkis pada

konsep-konsep, dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara yang bersifat kombinasi.

e. Belajar Penemuan

Satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jereme Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya

(12)

9

memberikan hasil yang paling baik. Dalam hal ini Bruner menyarankan agar siswa-siswi hendaknya agar belajar dengan melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka lebih memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan seperti:

1) Pengetahuan itu bertahan lama atau lebih mudah diingat bila

dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain.

2) Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil lainnya. Dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi yang baru.

3) Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.

Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selanjutnya dikemukakan bahwa belajar penemuan membangkitkan keinginan siswa, memberikan motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawabannya. Lagi pula pendekatan ini dapat mengajarkan keterampilan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain dan meminta para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya menerima saja.

Bruner menyadari bahawa belajar penemuan yang murni memerlukan waktu yang sangat lama. Jadi dia menyarankan agar penggunaan belajar dengan penemuan ini hanya diterapakan sampai batas-batas tertentu yaitu dngan mengarahkan pada bidang-bidang studi. Struktur bidang studi terutama diberikan oleh konsep-konsep dasar dan prnsip-prinsip bidang studi itu. Bila seorang siswa sudah menguasai struktur dasar, tidak akan sulit baginya untuk mempelajari bahan-bahan pelajaran lain dalam bidang studi yang sama dan ia akan lebih mudah ingat dengan bahan baru itu. Hal

(13)

ini disebabkan karena ia telah memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakana ayang dapat digunakan untuk melihat hubungan-hubungan yang esensial dalam bidang studi itu sehingga dapat memahami hal-hal yang mendetail.

2. Teori intruksi Bruner

Menurut bruner, sesuai intruksi ( Bruner, 1966) hendaknya meliputi: a. Pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar

Menurut Bruner, belajar dan pemecahan masalah tergantung pada penyelidikan alternatif. Oleh karena itu, pengajaran atau intruksi harus memperlancar dan mengatur penyelidikan-penyelidikan alternatif diinjau dari segi siswa. Penyelidikaan alternatif membutuhkan sesuatu untuk dapat memulai, sudah dimulai keadaan itu harus dipelihara atau dipertahankan, kemudian dijaga agar tidak kehilangan arah.

b. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal

Struktur suatu domain pengetahuan mempunyai 3 ciri dan setiap ciri itu mempengaruhi kemampuan siswa untuk menguasainya. ketiga ciri itu ialah: cara penyajian, ekonomi, kuasa. Cara penyajian, ekomoni dan kuasa berbeda bila dihubungkan dengan usia, ―gaya‖ para siswa, dan macam bidang studi.

c. Perincian urutan-urutan penyajian materi-materi pelajaran secara optimal Dalam mengajar siswa dibimbing dalam urutan pernyataan suatu masalah atau kumpulan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan siawa dalam menerima, menguabah, dan mentransfer apa yang

dipelajarinya. Jadi, urutan materi pelajaran dalam suatu domain

pengetahuan mempengaruhi kesulitan yang dihadap siswa dalam pencapai penguasaan

d. Bentuk dan pemberian reinforcement

Dalam teori Bruner mengemukakan bahawa bentuk hadian atau pujian dan hukuman harus dipikirkan. Demikian pula bila pujian atau hukuman itu diberikan pada proses belajar mengajar. Secara intuitif, bahahwa selama proses belajar mengajar berlangsung, ada suatu ketika hadiah ekstrinsik bergser ke hadiah intrinsik. Sebagai hadiah intrinsik misalnya,

(14)

11

berapa pujian dari guru, sedangkan hadiah intrinsik timbul karena berhasil memecahkan masalah

3. Menerapkan mengajar penemuan

Menurut Bruner 1966. bahwa salah satu model intrusional kongnitif yang paling berpengaruh ialah model belajar penemuan. Pada hal ini akan dibahas bagaimana menerapkan belajar penemuan bagi siswa ditinjau dari segi metode, tujuan, serta peranan guru.

a. Metode dan tujuan

Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya seiring. Tujuan belajar tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sebenarnya adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa serta

merangsang keingin tahuan mereka dan memotivasi mereka.

Dalam belajar penemuan siswa mendapat kebebasan sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki secara perorangan atau dalam suatu tanya jawab dengan guru dan atau siswa siswi lain untuk memecahakan masalah yang diberikan oleh guru dan siswa bersama-sama. Dengann demikian peranan guru sangat berbeda bila dibandingkan dengan peranan guru yang mengajar secara kuno dengan metode ceramah. Dalam belajar penemuan ini guru tidak begitu mengendalikan proses belajar mengajar.

b. Peranan guru

Dalam belajar penemuan, peranan guru antara lain sebagai berikut, 1) Guru merencanakan pelajaran demikian rupa seingga pelajaran itu

terpulat pada masalah-masalahyang tepat untuk diselidiki oleh siswa. 2) Guru menyajikan materi pelajaran yang diperlukan ssebagai dasar bagi

para siswa untuk memecahkan masalah.

3) Guru harus memperhatikan cara penyajian belajar yaitu cara enaktif, ikonik, dan simbolis.

4) Bila siswa memecahkan masalah dilaboratorium atau secara teoritis guru seharusnya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.

(15)

Menilai hasil belajar merupakan suatu maslah dalam belajar penemuan. Seperti kita ketahui tujuan tidak dapat dirumuskan secara mendetail dan tujuan tidak diminta sama untuk berbagai siswa.

D. Teori Belajar Kognitif Menurut Ausubel dan Penerapannya David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan.Ausubel memberi penekanan pada belajar bermakna.Ausubel mempunyai prinsip-prinsip belajar, yaitu: belajar bermakna, belajar hafalan, peristiwa subsumsi, diferensiasi progresif, penyesuaian integrative, belajar superordinat, serta pengaturan awal.

1. Belajar menurut Ausubel

MenurutAusubel belajar dapat diklarifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama hubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang sudah ada. struktur kognitif ialah fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Padatingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu kedalam bentuk final ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang

mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Dalam tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep atau lainnya) yang telah dimilikinya.Dalam hal ini terjadi belajar bermakna.Akan tetapi, siswa dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu kedalam tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada pada struktur kognitifnya.Dalam hal ini terjadi belajar hafalan.

Ausubel menyatakan banyak para ahli pendidikan menyamakan belajar penerimaan dengan belajar hafalan sebab merekan berpendapat bahwa belajar bermakana hanya terjadi bila siswa menemukan sendiri pengetahuan.

(16)

13

a. Belajar bermakna

Intiteori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna (Ausubel, 1968).Bagi Ausubel belajar merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

b. Belajar Hafalan

Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau subsumber-subsumber relevan, informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk

mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan.

c. Subsumsi-Subsumsi Obileratif

Selamabelajar bermakana berlangsung, informasi baru terkait pada konsep-konsep dalam struktur kognitif.untuk menekankan pada fenomena pengaitan ini, Ausubel mengaitkan istilah subsumber. Subsumber

memegang peran dalam proses pemerolehan informasi baru. Dalam belajar bermakna subsumber mempunyai peranan interaktif, memperlancar

gerakan informasi yang relevan melalui penghalang-penghalang perceptual dan menyediakan suatu kaitan antara informasi yang baru diterima dalam pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.proses interaktif antara materi yang baru dipelajari dengan subsumber inilah yang menjadi inti teori belajar asimilasi Ausubel.

Menurut Ausubel dan Novak (1977), ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu:

1) informasi yang dipelajari secara bermakana lebih lama diingat.

2) informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumber-subsumber, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.

3) informasi yang sudah dilupakan oleh subsumsi obliteratif meninggalkan efek residual pada subsumber sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi ―lupa‖.

(17)

Faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel (1963) adalah struktuur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan

pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat strutur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul saat informasi baru masuk kedalam struktur kognitif itu, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. jika struktur kognitif itu stabil, jelas, dan diatur dengan baik, artinya yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Akan tetapi sebaliknya jika strutur kognitif itu tidak stabil, meragukan dan tidak teratur, struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.

Prasyarat-prasyaratbelajar bermakna adalah sebagai berikut. 1) Materi yang akan dipelajari harus bermakana secara potensial.

2) Anak yang akan belajar harus mempunyai tujuan untuk melaksanakan belajar bermakna. Jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar.

Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial bergantung pada dua faktor, yaitu sebagi berikut.

1) Materi itu harus memiliki kebermaknaan logis

2) Gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa.

Materi yang memiliki kebermaknaan logis merupakan materi yang nonarbitrer dan substantif. Materi yang nonarbitrer ialah materi yang serupa dengan apa yang telah diketahui. Dan juga Materi itu harus subtantif yang berarti materi itu dapat dinyatakan dalam berbagai cara, tanpa mengubah artinya. Selanjutnya aspek bermakna potensial ialah bahwa dalam struktur kognitif siswa harus ada gagasan yang relevan. Dalam hal ini kita harus memperhatikan pengalaman anak-anak, tingkat perkembangan mereka, intelegensi dan usia. Oleh karena itu, agar terjadi belajar bermakna, materi pelajaran harus bermakna secara logis.Siswa harus bertujuan untuk memasukkan materi itu kedalam struktur

kognitifnya dan dalam struktur kognitif anak harus terdapat unsur-unsur yang cocok untuk mengaitkan atau menghubungkan materi baru secara

(18)

15

nonarbitrer dan subtantif.Jika salah satu komponen ini tidak ada, materi itu dipelajari secara hafalan.

2. Menerapakan teori Ausubel dalam mengajar

Dalam hal ini untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, selain konsep-konsep yang telah dibahas terdahulu, ada beberapa konsep dan prinsip yang perlu diperhatikan.konsep atau prinsip-prinsip itu ialah

pengaturan awal, deferensiasi progresif, penyesuaian introgratif, dan belajar superordinat.

a. Pengaturan Awal

David Ausubel (1960, 1963) memperkenalkan konsep pengaturan awal dalam teorinya.pengaturan awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat

kembali kepada informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru.

Banyak penelitian membuktikan bahawa pengatur-pengatur awal meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai macam materi

pelajaran.Akan tetapi, efek-efek pengaturan awal terhadap belajar ternyata bergantung pada bagaimana pengaturan awal itu digunakan.

b. Diferensiasi Progresif

Selama belajar bermakna berlangsung perlu terjadi pengembangan dan elaborasi konsep-konsep yang tersubsumsi.Menurut Ausubel,

pengembangan konsep berlangsung paling baik jika unsur-unsur yang paling umum, paling inklusif suatu konsep diperkenalkan terlebih dahulu, kemudian baru diberikan hal-hal yang lebih mendetail dan lebih khusus dari konsep itu. Dengan perkataan lain, model belajar menurut Ausubel pada umumnya berlangsung dari umum ke khusus. Dengan menggunakan strategi ini, guru mengajarkan konsep-konsep yang paling inklusif dahulu, kemudian konsep-konsep yang kurang inklusif, dan setelah itu baru mengajarkan hal-hal yang khusus, seperti contoh-contoh setiap konsep.

Menurut Novak (1977), untuk menyusun kurikulum yang baik, mula-mula diperkenalkan analisis konsep dalam suatu bidang studi, kemudian dipehatikan hubungan-hubungan tertentu antara konsep-konsep ini

(19)

sehingga dapat diketahui konsep yang paling umum dan superordinat dan konsep yang lebih khusus dan subordinat.

c. Belajar Superordinat

Selama informasi diterima dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif (subsumsi), konsep itu tumbuh atau mengalami

diferensiasi.Konsep subsumsi ini dapat terus berlangsung sehingga pada suatu saat ditemukan hal yang baru.Belajar superordinat terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsure-unsur suatu konsep yang leboih luas, lebih inklusif. Hal yang sam terjadi bila anak belajar bahwa tomat, buncis, wortel adalah semua sayuran, kemudian setelah mereka belajar biologi dan dikenakan konsep-konsep buah dan akar, mereka belajar bahwa wortel adalah semacam akar tanaman (plant fruits) mungkin belajar superordinat tidak biasa terjadi di sekolah sebab sebagian besar guru dan buku teks mulai dengan konsep-konsep yang lebih inklusif, tetapi kerap kali mereka gagal untuk

memperlihatkan secara eksplesit hubungan-hubungan pada konsep inklusif ini saat di kemudian hari disajikan konsep-konsep khusus subordinat. d. Penyesuaian Integratif

Terkadang seorang siswa dihadapkan pada suatu kenyataan yang disebut pertentangan kognitif. Hal ini terjadi bila dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih atau suatu konsep. Untuk mengatasi atau mengurangi sedapat mungkin pertentangan kognitif ini, Ausubel

menyarankan prinsip lain, yaitu yang dikenal dengan prinsip penyesuaian integratif. Menurut Ausubel, dalam mengajar bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan juga hanya

diperlihatkan bagaimna konsep baru dihubungkan pada konsep-konsep superprdinat. Kita harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dibandingkan dan dipertentangkan dengan arti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-konsep yang tingkatnya lebih tinggi sekarang mengalami arti baru.

(20)

17

E. Teori Belajar Kognitif Menurut Bandura dan Penerapannya

Dalam teori belajar yang dikemukakan, Bandura memiliki beberapa konsep yang memiliki peran penting dalam kepribadian, diantaranya meliputi: 1. Self-system (sistem diri)

Merupakansatu set proses kognitif yang individu gunakan dalam

mempersepsi, mengevaluasi, dan meregulasi perilakunya sendiri agar sesuai dengan lingkungannya dan efektif dalam mencapai tujuan yang ingin

dicapai. Individu tidak hanya dipengaruhi oleh proses reinforcement eksternal yang disediakan lingkungan, tetapi juga oleh ekspektasi,

reinforcement, pikiran, rencana, dan tujuan atau oleh proses internal dari self. Aspek kognitif yang aktif dari individu sangat penting selama

pembelajaran: selain berespons terhadap reinforcement langsung dengan mengubah perilaku di masa depan, orang dapat berpikir dan mengantisipasi pengaruh dari lingkungan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran disekolah seorang peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dengan cara

pendidik meningkatkan kesadaran bagi peserta didik bahwa suatu

pembelajaran bukan hanya untuk mendapatkan hadiah atau hukuman, tetapi suatu pembelajaran dilakukan guna peserta didik dapat mempersepsikan hal-hal baik yang harus dilakukan oleh peserta didik agar dapat meregulasi perilakunya sesuai dengan lingkungannya. Seperti halnya seorang pendidik memberikan nasihat kepada peserta didik di dalam kelas.

2. Observational learning (pembelajaran observasi) atau vicarious learning. Dalam pembelajaran observasi menjelaskan tentang bagaimana perilaku baru dapat dikuasai tanpa adanya reinforcement.Bandura menyatakan bahwa orang mempelajari begitu banyak respons kompleks yang mustahil untuk dipelajari jika hanya melalui prinsip reinforcement.Jadi ia mengembangkan jangkauan teori pembelajaran melebihi apa yang dicakup oleh pendekatan behaviorisme tradisional. Ia membuat teori tentang mekanisme dimana orang belajar dengan cara mengamati orang lain melakukan suatu tindakan belajar tanpa melakukan tindakan tersebut sendiri dan tanpa secara langsung mendapatkan reinforcementatau hukuman perilaku tersebut. Dalam hal ini juga dapat disebut sebagai modeling karena seorang individu akan belajar

(21)

untuk meniru sosok orang lain. Dari sudut pandang Bandura, orang tidak asal meniru perilaku orang lain, namun mereka memutuskan dengan sadar untuk melakukan perilaku yang dipelajari melalui observasi.Dalam

kaitannya dengan pembelajaran disekolah, dapat dikatakan bahwa seorang pendidik berperan sebagai motivator dengan memberikan dorongan atau motivasi kepada peserta didik.Disamping itu, seorang pendidik juga dituntut menjadi seorang telandan yang baik bagi peserta didik.

3. Self-efficacy

Merupakan ekspektasi-keyakinan(harapan) tentang seberapa jauh seseorang mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu.

self-efficacypositifyaitu keyakinan untuk mampu melakukan perilakuyang

dimaksud. Menurut Bandura self-efficacy menentukan apakah kita kan menunjukkan perilaku tertentu, sekuat apa kita dapat bertahan saat menghadapi kesulitan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan atau kegagalan dalam suatu tugas tertentu mempengaruhi perilaku kita di masa depan. Konsep

self-efficacyberbeda dengan lokus kontrol karena self-efficacy adalah keyakinan

bahwa kita mampu melakukan suatu perilaku dengan baik sementara lokus kontrol adalah keyakinan mengenai kemungkinan suatu perilaku tertentu mempengaruhi hasil akhir.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori pembelajaran sosial-kognitif dari bandura menarik perhatian orang melalui pembelajaran observasi

(vacarious learning) yang kurang dijelaskan oleh teori behaviorisme klasik.Ia menunjukkan bahwa pembelajaran melalui observasi tidak memerlukan

reinforcement nyata. Dalam teori Bandura, proses internal individu melalui

tujuan, perencanaan, dan self-reinforcement membentuk regulasi diri perilaku.

Bandura menambahkan satu elemen kognitif penting kedalam formula tersebut: karakteristik kepribadian tentang self-efficacy, yaitu keyakinan (ekspektasi) seberapa kompeten seseorang mampu melakukan perilaku dalam situasi tertentu. Semua pendekatan kognitif terhadap kepribadian memiliki pandangan bahwa persepsi manusia dan kognisi manusia adalah inti dari

(22)

19

menjadi seorang manusia. Seperti cara orang menginterprestasikan

lingkungan mereka dilihat sebagai pusat kemanusiaan mereka dan perbedaan individual dalam bagaimana mereka melakukan hal tersebut dilihat sebagai pusat individualitas mereka.

(23)

20 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Teori-teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan fokus pada

perubahan dalam proses mental dan dalam struktur mental yang terjadi sebagai akibat adanya usaha manusia untuk memahami dunianya. Teori belajar kognitif telah mengemukakan tiga model instruksional kognitif yang paling berpengaruh yaitu:

a. Teori kognitif belajar Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskret itu mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan kepadanya.

b. Teori belajar Ausubel memberi penekanan pada belajar bermakna.Ausubel mempunyai prinsip-prinsip belajar, yaitu: belajar bermakna, belajar

hafalan, peristiwa subsumsi, diferensiasi progresif, penyesuaian integrative, belajar superordinat, serta pengaturan awal.

c. Teori belajar kognitif Bandura sangat dipengaruhi oleh karya teoritikus pembelajaran Clark Hull.Dalam teori belajar yang dikemukakan, Bandura memiliki beberapa konsep yang memiliki peran penting dalam

kepribadian, seperti yang sudah dijelaskan diatas.

B. Saran

Pengetahuan tentang teori belajar kognitif hendaknya perlu dikaji secara mendalam oleh para guru dan juga calon guru demi menyukseskan proses pembelajaran di dalam kelas. Tanpa pengetahuan kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam melakukan proses pembelajaran di dalam kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi proses pembelajaran di kelas.

(24)

21

DAFTAR RUJUKAN

Ausubel, D.P. 1963. The Psychology of Meaningful Verbal Learning. New York: Grune and Straton.

Ausubel, D.P. 1968. Educational Psychology:A Cognitive View. New York: Holt, Rinehart, and Winston.

Bandura, A. 1977.Social Learning Theory.Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Bandura, A. 1977.Self-efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H.

Freeman.

Eggen, P., and Kauchak, D. 1994. Educational Psychology: Classroom

Connections. New York: Merrill.

Friedman, H. S., and Schustack, Miriam. W. 2006. Kepribadian: Teori klasik dan

Riset Modern. Jakarta: Erlangga.

Bruner, J.S. 1960. The process of Education. Cambridge: Harvard University Press.

Bruner, J.S. 1966. Toward a Theory of Instruction. New York: Norton. Novak, J.D. 1977.A Theory of Education. Ithaca: Cornell University Press. Rosser, R.A. and Nicholson, G.L. 1984. Educational Psychology,Principles in

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan mahasiswa mengolah informasi baru ten- tang fungsi tumbuhan dengan membentuk hubungan (skema-skema kognitif) dengan pengetahuan struktur tumbuhan menunjukkan beban

Menurut aliran teori belajar kognitif, belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh individu.. Sehingga

Gagné belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru (Syaiful, 2007:17).

Arti dari bermakna itu sendiri bukan berarti rote learning di mana pengetahuan baru semata dan gabungan struktur kognitif yang tidak tersubtansi, sedangkan menaingful learning

Kemampuan mahasiswa mengolah informasi baru ten- tang fungsi tumbuhan dengan membentuk hubungan (skema-skema kognitif) dengan pengetahuan struktur tumbuhan menunjukkan

Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana UNNES ISSN: 2686 6404 Penerapan Teori Sosial Kognitif Bandura Berbantu Media “Papan Dart dan Mix And Match” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar