ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA NUKLEOUS PULPOSUS
MAKALAH
oleh
Istna Abidah Mardiyah NIM 152310101070
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNVERSITAS JEMBER
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA NUKLEOUS PULPOSUS
MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Bedah dengan dosen pengampu Ns. Mulia Hakam,M.Kep., Sp.Kep.MB
oleh :
Istna Abidah Mardiyah NIM 152310101070
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Hernia Nukleous Pulposus”. Makalah ini disusun berdasarkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak. Oleh karenaitu,penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Mulia Hakam,M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen mata kuliah keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
2. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Jember, Mei 2017
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PRAKATA ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 2
1.3Tujuan Penulisan ... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Pengertian ... 4
2.2 Epidemiologi... 5
2.3 Etiologi... 6
2.4 Klasifikasi... 7
2.5 Phatogenesis... 8
2.6 Phatofisiologi... 9
2.7 Manifestasi klinis... 9
2.8 Pemeriksaan penunjang...10
2.9 Penatalaksanaan medis...10
BAB 3.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...11
3.1 Pengkajian...11
3.2 Diagnosis...12
3.3 Intervensi...15
3.4 Implementasi...16
3.5 Evaluasi...17
BAB 4.PENUTUP...18
4.1 Simpulan ...18
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi pada priadan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. HNP pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun danlebih banyak pada wanita dibanding pria. HNP servikal lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun. HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada wanitadan pria sama. Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar HNP terjadi padadiskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20% dari insiden HNP.HNP servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5. Selain pada daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal namun sangat jarangditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus T9-T10, T10-T11, T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat padabagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah posterolateral, dengankompresi radiks saraf.Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat.
Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani.
tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga proses penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian hernia nukleous pulposus ?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi hernia nukleous pulposus ? 1.2.3 Bagaimana etiologi dari hernia nukleous pulposus ? 1.2.4 Bagaimana klasifikasi hernia nukleous pulposus ? 1.2.5 Bagaimana pathogenesis hernia nukleous pulposus ? 1.2.6 Bagaimana patofisiologi hernia nukleous pulposus ? 1.2.7 Bagaimana manifestasi klinis hernia nukleous pulposus ? 1.2.8 Bagaimana pemeriksaan penunjang hernia nukleous pulposus ? 1.2.9 Bagaimana penatalaksanakan medis hernia nukleous pulposus ? 1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan hernia nukleous pulposus.
1.3.2 Tujuan Khusus
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis dengan piotusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan penekanan pada radiks atau cauda equina (2014). Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menjebolnya nucleus pulposus ke dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus korpus vertebralis. HNP mempunyai banyak sinonim antara lain Herniasi Diskus Intervertebralis, ruptured disc, slipped disc, prolapsus disc dan sebagainya. HNP sering menyebabkan nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada region lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal. Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002).
HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol dan menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. Jadi berdasarkan pengertian para peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa hernia nukleous pulposus adalah kelainan akibat dari kanalis spinalis yang menonjol sehingga menekan arah kranialis dan biasanya menyebabkan nyeri pada punggung.
2.2 Epidemiologi
nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani.
HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada wanitadan pria sama. Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar HNP terjadi padadiskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20% dari insiden HNP.HNP servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5. Selain pada daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal namun sangat jarangditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus T9-T10, T10-T11, T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat padabagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah posterolateral, dengankompresi radiks saraf.
2.3 Etiologi
HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis. Keadaan patologis dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk terjadinya herniasi. Banyak kasus bersangkutan dengan trauma sepele yang timbul dari tekanan yang berulang. Tetesan annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat dari tekanan normal yang berulang dari aktivitas biasa atau dari aktivitas fisik yang berat.
Menurut ana 2014, etiologi dari hernia nukleous pulposus disebabkan karena : 1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
2. Spinal stenosis.
3. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll. 4. Pembentukan osteophyte.
5. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.
6. Keadaan akut, injuri pada ligamen, otot dan degenerasi spinal ini akan menyebabkan nyeri punggung.
7. Degenerasi pada tulang belakang normal pada proses ketuaan, akselerasi trauma. 8. Nyeri punggung akibat spasme otot sehubungan dengan stress.
Menurut Lya R., dkk tahun 2008 hernia nukleous pulposusu terjadi karena proses degeneratif diskus intervetebralis. Beberapa faktor yangmempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai berikut :
1. Riwayat trauma
2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalamwaktu lama
3. Sering membungkuk 4. Posisi tubuh saat berjalan
5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun) 6. Struktur tulang belakang
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang 2.4 Klasifikasi
2.4.1 Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf.
2.4.2 Hernia Servikalis
(kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf.
2.4.3 Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese. Penonjolan pada sendi intervertebral thorakal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thorakal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
2.5 Patogenesis
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus, kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1. Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
2.6 Patofisiologi/patolog
diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera. Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Pathway
2.7 Manifestasi Klinis
Nyeri spontan : sifat nyeri adalah khas yaitu dari posisi berbaring-duduk nyeri bertambah hebat. Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang. Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebelakang lutut hingga kemudian ke tungkai. Nyeri bertambah apabila mengejan, batuk, dan angkat beban berat. Nyeri bertambah bila ditekan pada Lumbal 5 sampai Sacrum 1 (garis antara 2 krista iliaka).
1. Nyeri spontan : sifat nyeri adalah khas yaitu dari posisi berbaring-duduk nyeri bertambah hebat. Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.
2. Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebelakang lutut hingga kemudian ke tungkai. 3. Nyeri bertambah apabila mengejan, batuk, dan angkat beban berat.
Penyempitan ligament longitudinalis Beban
berat Aliran darah
ke discus menurun
Discus tidak kuat menahan beban
Discus menjadi rapuh dan terus tertekan
Annulus fbrosus keluar
Menekan radiks
Gangguan Kontraksi Otot
4. Nyeri bertambah bila ditekan pada Lumbal 5 sampai Sacrum 1 (garis antara 2 krista iliaka).
2.8 Pemeriksaan Penunjang 2.8.1 Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI sangat berguna bila vertebra dan level neurologis belum jelas.
1. Foto rontgen (foto rontgen dari depan, samping dan serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit.
2. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahui adanya penyumbatan. Hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP. 3. ENMG (Elektroneuromiografi) untuk mengetahui radiks mana yang
terkena.
4. CT Scan : melihat gambaran vertebra. 3. Penatalaksanakan Medis
Terapi konservatif
dianggap cukup maka dilakukan latihan/dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
Medikamentosa
Symtomatik :Analgesik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik (amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepolsid). Kausal : Kolagenese.
Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik.
Rehabilitasi
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian
a. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat benda berat atau mendorong benda berat). b. Keluhan Utama (Lihat Gejala)
Pengaruh posisi tubu atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat yang sedang diminum. Waktu: Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri.
c. Riwayat Keperawatan
Klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis). Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah.
d. Status mental
Pada umumnya klien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijaksana bila kita menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (faktor-faktor stress).
3.1.1 Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum : Tanda-tanda vital, pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.
Inspeksi : Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi neurologik.
Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak
Klien dapat mengenakan pakaian secara wajar/tidak.
Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan,perubahan warnakulit.
Neurologik b. Pemeriksaan motorik
Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah,kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan. Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan kanan kiri.
Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
c. Pemeriksaan ROM
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
d. Pemeriksaan penunjang
Foto rontgen (foto rontgen dari depan, samping dan serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahui adanya penyumbatan. Hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP. ENMG (Elektroneuromiografi) untuk mengetahui radiks mana yang terkena. CT Scan : melihat gambaran vertebra.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Data Subjektif Data Objektif 1. Nyeri b.d Penjepitan
saraf pada diskus intervertebralis.
Klien mengeluh :
nyeri, insomnia, perubahan pola tidur.
Klien tampak :
2. Cemas b.d gangguan
3. Perubahaan mobilitas
fisik b.d
Setelah diberikan tindakan keperawatan 1 x 24 jam nyeri klien dapat teratasi. Dengan
4. Indikator nyeri verbal dan nonverbal (tidak menyeringai).
Menejemen nyeri
Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinya
Berikan informasi tentang penyebab dan
Setelah diberikan tindakan keperawatan 1 x 24 jam klien tidak merasa cemas, dengan
Mengurangi kecemasan Kaji tingkat ansietas
kriteria hasil :
3.4 Implementasi
Mengidentifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinya
Memberikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya
Memberikan tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi.
Mengkaji tingkat ansietas pasien
Memberikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur
Memberikan support system (perawat, keluarga atau teman dekat dan pendekatan spiritual)
Memberikan informasi mengenai klien yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialamu klien dan
Mengubah posisi klien tiap 2 jam Mengajarkan klien untuk melakukan
latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit Mengajarkan klien utnuk melakukan
latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit Borkolaborasi dengan ahli fisioterapi
3.1 Evaluasi
Nyeri S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang O : Ekspresi wajah tenang
A : Nyeri teratasi P : lanjutkan intervensi
Ansietas S : Klien mengatakan sudah tidak cemas O : ekspresi wajah tenang
A : ansietas klien sudah teratasi P : lanjutkan intervensi
Mobilitas fisik S : klien mengatakan susah untuk bergerak O : klien hanya diam di tempat tidur A : masalah belum teratasi teratasi
BAB 4. PENUTUP 4. 1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan makalah diatas di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Hernia Nukleus Pulposus adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada disus intervertebralis atau diskogeni. Biasanya terasa pada punggung bagian belakag nyerinya tersebut. Klien yang mengalami HNP dapat mengalami gangguan mobilitas fisik dikarenakan terasa nyeri di bagian punggung belakang klien. Hernia Nukleus Pulposus adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol dan menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. Penyebab utama dari HNP adalah adanya beban berat yang menumpu di punggung sehinggan dapat memberikan tekanan pada kanal spinal sehingga menyebabkan robekan pada fibrosis. Hernia Nnukleous pulposus kebanyakan terjadi pada klien dengan pekerja berat seperti mengguluk, memikul dan lain-lain.
4. 2 Saran
robek. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari terutama saat bekerja, diharapkan klien mengatur posisi yang tepat saat duduk maupun mengangkat beban, sehingga tumpuan beban berada pada satu titik yaitu di kaki tidak di punggung. Hal tersebut dapat mencegah terjadinya hernia nukleous pulposus.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth.2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Carpenito – moyet,L.J. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. Corwin J. Elisabet.2004.patofisiologi untuk perawat.EGC,Jakarta.
Doenges, Marilyn E, dkk.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, 3 th ed. Jakarta : EGC.
Pierce,A,.Grace,.Neil R. Borley,.2006. At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : EGC Tambayong, Jan,2000.Patofisiologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC
Sabiston, & David. 2000. Buku Teks Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara Sabiston. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC
Schwartz. 2007. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC