• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produk bersih 4 1 1 metode (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Produk bersih 4 1 1 metode (1)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH

ABSTRAK

Produksi Bersih (Cleaner Production) merupakan suatu strategi untuk menghindari timbulnya pencemaran industri melalui pengurangan timbulan limbah (waste generation) pada setiap tahap dari proses produksi untuk meminimalkan atau mengeliminasi limbah sebelum segala jenis potensi pencemaran terbentuk. Istilah-istilah seperti Pencegaha Pencemaran (Pollution Prevention), Pengurangan pada sumber (Source Reduction), dan Minimasi Limbah (Waste Minimization) sering disertakan dengan istilah Produksi Bersih (Cleaner Production)

Cleaner Production berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Dimana limbah merupakan salah satu indikator inefisiensi, karena itu usaha pencegahan tersebut harus dilakukan mulai dari awal (Waste avoidance), pengurangan terbentuknya limbah (waste reduction) dan pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang (recycle). Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan pebghematan (saving) yang luar biasa karena penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini menjadi sumber pendapatan (revenue generator).

PENDAHULUAN

(2)

A. Definisi Produksi Bersih

Di era globalisasi seperti sekarang ini pertumbuhan indusri pada berbagai sekala menjadi suatu tren di berbagai negara mulai dari industri makanan, hingga indstri kimia. Keberadaan industry dalam berbagai sekala dan jenis ditujukan sebagai solusi dalam mengatasi persoaalan ekonomi pada masing-masing Negara.

Perkembangan pembangunan disamping meningkatkan kesejahteraan manusia juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Industrialisasi dan urbanisasi yang cepat di banyak negara juga telah mengakibatkan pencemaran yang serius. Untuk mengatasi pencemaran yang dihasilkan, saat ini industri telah menitik beratkan pada pengolahan limbah sebagai pengelolaan lingkungan pada proses tahap akhir (end-of-pipe). Namun metoda pengolahan tahap akhir ini sangatlah mahal. Oleh karena itu timbul pemikiran perlunya konsep pencegahan pencemaran, yang akhirnya menuju kepada “Produksi Bersih”. Produksi bersih adalah alternatif untuk strategi manajemen lingkungan. (Suhartini, 2008)

Produksi Bersih merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan secara konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan jasa, dimana dampaknya dari keseluruhan daur hidup produk terhadap lingkungan dan manusia diupayakan sekecil mungkin. Strategi Produksi Bersih mempunyai arti yang sangat luas karena didalamnya termasuk upaya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pilihan jenis proses, yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup dan teknologi bersih.

Produksi bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang diterapkan untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan. Strategi konvensional dalam pengelolaan limbah didasarkan pada pendekatan pengelolaan limbah yang terbentuk (end-of pipe treatment). Pendekatan ini terkonsentrasi pada upaya pengolahan dan pembuangan limbah dan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Strategi ini dinilai kurang efektif karena bobot pencemaran dan kerusakan lingkungan terus meningkat. Kelemahan yang terdapat pada pendekatan pengolahan limbah secara konvensional adalah :

 Tidak efektif memecahkan masalah lingkungan karena hanya mengubah bentuk limbah dan

memindahkannya dari suatu media ke media lain.

 Bersifat reaktif yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah.  Karakteristik limbah semakin kompleks dan semakin sulit diolah.

 Tidak dapat mengatasi masalah pencemaran yang sifatnya non-point sources pollution.

 Inovestasi dan biaya operasi pengolahan limbah relatif mahal dan hal ini sering dijadikan alasan oleh

(3)

 Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada pembuangan limbah, belum mencakup

upaya pencegahan. (Konsep Umum Produksi Bersih )

Dasar Hukum Pelaksanaan Produksi Bersih adalah UU RI No. 23 Tabun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 14 dan Pasal 17. Pelaksanaan Produksi Bersih juga tercantum di dalam Dokumen ISO 14001 Butir 3.13

B. Teknik Penerapan Teknologi Bersih

Secara garis besar pilihan penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Perubahan bahan Baku

a. Mengurangi atau menghilangkan bahan baku yang mengandung bahan berbahaya dan beracun seperti

logam berat dari zat warna pelarut (B3).

b. Menggunakan bahan baku yang kualitasnya baik dan murni untuk menghindari komtaminan dalam proses.

2. Tata Cara Operasi dan Housekeeping

a. Mencegah kehilangan bahan baku, produk maupun energi dari pemborosan, kebocoran dan tercecer.

b. Penanganan material untuk mengurangi kehilangan material akibat kesalahan penanganan, habisnya

waktu tinggal bagi bahan yang sensetif terhadap waktu.

c. Penjadwalan produksi membentu mencegah pembororsan (energi, material dan air) dan koordinasi

pengelolaan limbah.

d. Segregasi/ memisahkan limbah menurut jenisnya untuk mengurangi volume limbah B3.

e. Mengembangkan manajemen perawatan sehingga mengurangi kehilangan akibat kerusakan.

3. Penggunaan Kembali

a. Menggunakan kembali sisa air proses, air pendingin dan material lain didalam pabrik.

b. Mengambil kembali bahan buangan sebagai energi. enciptakan kegunaan limbah sebagai produk lain

yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar.

4. Perubahan Teknologi

a. Merubah peralatan, tata letak dan perpipaan untuk memperbaiki aliran proses dan meningkatkan

efesiensi.

b. Memeperbaiki kondisi proses sehingga meningkatkan kualitas produksi dan mengurangi jumlah limbah.

5. Perubahan Produk

a. Merubah formulasi produk untuk mengurangi dampak lingkungan pada waktu digunakan oleh konsumen.

b. Merancang produksi sedemikian rupa sehingga mudah untuk di daur ulang.

c. Mengurangi kemasan yang tidak perlu. (Artiningsih)

(4)

 Dirancang secara komprehensif dan pada tahap sedini mungkin. Produksi Bersih dipertimbangkan pada

tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyek-proyek baru atau pada saat mengkaji proses atau aktivitas yang sedang berlangsung.

 Bersifat proaktif, harus diprakarsai oleh industri dan kepentingan-kepentingan yang terkait.

 Bersifat fleksibel, dapat mengakomodasi berbagai perubahan, perkembangan di bidang politik, ekonomi,

sosial-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat.

 Perbaikan berlanjut.

D. Konsep Penerapan Produksi Bersih

Konsep Produksi Bersih memiliki 4 (empat) prinsip dasar, yaitu:

1. Prinsip kehati-hatian (precautionary), tanggung jawab yang utuh dari produsen agar tidak menimbulkan

dampak yang merugikan sekecil apapun.

2. Prinsip pencegahan (preventive), penting untuk memahami siklus hidup produk (product life cycle) dari

pemilihan bagan baku hingga terbentuknya limbah.

3. Prinsip demokrasi, komitmen dan keterlibatan semua pihak dalam rantai produksi dan konsumsi.

4. Prinsip holistic, pentingnya keterpaduan dalam pemanfaatan sumber daya lingkungan dan konsumsi

sebagai satu daur yang tidak dapat dipisahpisahkan.

Strategi yang digunakan dalam penerapan Produksi Bersih adalah: 1. Pencegahan terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan

2. Program daur ulang,

3. Pengolahan dan pembuangan limbah tetap diperlukan sehingga dapat saling melengkapi satu dengan

lainnya.

Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi (preventive strategy), lebih disukai daripada strategi yang berurusan dengan pengolahan limbah atau pembuangan limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy). Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan strategi berikut ini:

1. Eliminasi

Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu tidak mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge). Didalam konsep penerapan Produksi Bersih hal ini dimasukkan sebagai metode pencegahan pencemaran.

2. Minimisasi Limbah (mengurangi sumber limbah)

(5)

3. Daur Ulang

Jika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka strategi-strategi untuk meminimkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin dilakukan harus dicari, seperti misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali (re-use). Jika limbah tidak dapat dicegah, pengolahan limbah dapat dilakukan.

4. Pengendalian Pencemaran

Strategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi perusahaan belum mengantisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas terjadinya limbah.

5. Pengolahan dan Pembuangan

Strategi terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah metoda-metoda pembuangan altematif. Pembuangan limbah yang tepat merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan program manajemen lingkungan; tetapi, ini adalah teknik yang paling tidak efektif.

6. Remediasi

Strategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar peracunan dan kuantitas limbah yang ada.

Esensi dasar dari produksi bersih adalah:

 Pencegahan, pengurangan dan penghilangan limbah dari sumbernya.  Perubahan mendasar pada sikap manajemen dan diperlukan komitmen.

 Pencegahan polusi harus dilaksanakan sedini mungkin, pada setiap tahapan kegiatan yaitu pada

pembuatan peraturan., kebijakan, implementasi proyek, proses produksi dan desain produk.

 Program harus dilaksanakan secara kontinyu dan selaras dengan perkembangan sains dan teknologi  Penerapan strategi yang komprehensif dan terpadu, agar produk dapat bersaing di pasar lokal maupun

internasional.

 Produksi bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatu produk.

 Program multi media dan multi desain. Diterapkan di seluruh sektor: industri, pemerintah, pertanian,

energi, transportasi, para konsumen.

Pada dasarnya, fokus dari teknik Produksi Bersih adalah tentang “bagaimana mengurangi limbah dari sumbernya”. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan teknik pengurangan limbah ini adalah:

a. Manajemen inventaris  Pengendalian inventaris  Pengendalian bahan

b. Modifikasi proses produksi

(6)

 Modifikasi peralatan proses

c. Pengurangan volume  Pemilahan sumber  Pengentalan

d. Recovery

 Recovery on – site (di lokasi)  Recovery off – site (diluar lokasi)

E. Aspek-Aspek Dalam Pelaksanaan Produksi Bersih

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya pelaksanaan Produksi Bersih adalah: 1. Proses

Mencakup upaya konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.

2. Produk

Menitik beratkan pada upaya pengurangan dampak pada keseluruhan daur hidup produk, mulai dari ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan.

3. Jasa

Menitik beratkan pada upaya penggunaan proses 3R (Reduce, Re-use dan Recycle) diseluruh kegiatannya, mulai dari penggunaan bahan baku sampai ke pembuangan akhir.

Penerapan produksi bersih dalam proses produksi dapat dilakukan dengan mengintegrasikan aspek-aspek tersebut di atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

F. Peluang Penerapan Produksi Bersih

Peluang penerapan Produksi Bersih adalah:

1. Memberi keuntungan ekonomi, sebab didalam Produksi Bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran

pada sumbernya (source reduction dan inprocess recycling) yaitu pencegahan terbentuknya limbah secara dini dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.

2. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.

3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui konservasi sumber

daya, bahan baku dan energi.

4. Mendorong pengembangan teknologi baru yang lebih efisien dan akrab lingkungan

(7)

6. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya

alam.

7. Memelihara ekosistem lingkungan.

8. Memperkuat daya saing produk dipasar intemasional.

G. Penerapan Produksi Bersih di Industri 1. Industri Kelapa Sawit

Table 1. jenis, dan pemanfaatan limbah kelapa sawit :

Jenis Pemanfaatan

Tandan kosong Pupuk kompos, pulp kertas, papan patikel, energy

Wet decanter solid Pupuk kompos, makanan ternak,

Cangkang Arang, karbon aktif, papan partikel

Serabut Energi, papan partikel, pulp kertas

Limbah cair Pupuk, Air irigasi

Slude Sabun, pakan ternak

Tempurung Arang, briket, karbon aktif

Air kondensat Air umpan boiler

(Pertanian, 2006)

2. Pengolahan Limbah PT. Indo Acidatama

(8)

karena telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu dengan kandungan BOD 80 ppm. Untuk pengukuran kandungan BOD, COD, dan pH dilakukan setiap 2 jam sekali.

Stilage yang dihasilkan stiap harinya sekitar 25% dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk. Di Pt. Indo AcidatamaTbk, pupuk yang dihasilkan adalah pupuk kompos, super alfinase, granulair alfinase. Pupuk super alfinase dibuat dari pupuk kompos yang ditambah denga phospat, dolomite, abu sekam, bekatul, tembakau yang rusak, kotoran ayam dan efektif mikro organisme (EM4). Sedang pupuk kompos sendiri dibuat dari dedaunan dan grajen yang prosesnya dilakukan selama 26 hari dan diaduk setiap hari, setelah menjadi kompos (C-N ratio < 20) diperkaya dengan bahan tertentu sampai kandungan N, P, K nya sesuai standar. Pupuk granulair alfinase dibuat darisuper alfinase ditambah sludge yang dipadatkan. (Novianingsih)

3. Pengolahan Industri Otomotif Pt-X Jakarta

Pada awalnya, proses yang digunakan oleh proses produksi yang digunakan adalah wet sanding. Pada pelaksanaannya proses wet sanding menghasilkan limbah cair sebesar 68,9 l/unit. Dengan diterapkannya produksi bersih yang diimplementasikan dengan perubahan proses produksi, yaitu slight sanding, maka limbah cair yang dihasilkan menjadi 12,2 l/unit. Berdasarkan uraian singkat di atas dapat diketahui bahwa dengan perubahan proses produksi, limbah cair yang dihasilkan menjadi menurun. Hal ini sesuai dengan konsep produksi bersih, yaitu mengurangi limbah langsung dari sumbernya. (Implementasi Produksi Bersih di Bidang Industri, 2009)

4. Pengolahan Limbah Industri Susu Pt. Ultra Jaya Milk

Limbah cair, limbah ini berasal dari hasil pencucian alat, limbah tersebut di tamping dilakukan peroses penguraian bakteri aerobic. Setelah itu dilakukan aerasi dan di diamkan selama 48 jam supaya bakteri mengurai zat-zat organic. Kemudian dipisahkan air dan lumpur aktif untuk dilakukan foltasi, ciran dimasukan kedalam bak sedimentasi sehingga cairan yang dihasilkan menjadi tidak berwarna.

Limbah padat, limbah ini berasal dari kemasan produk yang sudah terpakai, kemasan tersebut dikirimkan pada badan pengolah kertas kemudian di campur dengan air selama kurang lebih 1 jam, hasilnya dapat digunakan untuk kertas tulis.

Limbah gas, limbah ini berasal dari hasil pembakaran, dari hasil pembakaran tersebut dibekukan untuk kebutuhan ice cream campina di Surabaya. (Siregar, Kurniawan, & Primasri)

5. Pengolahan Limbah Radio Aktif

(9)

yang dilakukan meliputi mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah dan menyimpan sementara. Pengumpulan dan pengelompokkan limbah berdasarkan aktivitas, waktu paro, jenis radiasi, bentuk fisik-dan kimia, sifat racun fisik-dan asal limbah radioaktif atau mengolah limbahnya apabila memiliki fasilitas pengolahan.

Limbah padat dipisahkan menjadi dapat terbakar - tidak dapat terbakar, terkompaksi – tidak terkompaksi, aktivitas rendah dan tinggi, umur paro panjang dan pendek, serta jenis radiasi. Limbah tersebut ditempatkan pada lokasi khusus yang diberi tanda bahaya radiasi sehingga hanya petugas tertentu yang dapat masuk ke ruangan.

Limbah cair yang berupa sisa zat radioaktif dan limbah cair hasil samping kegiatan dekontaminasi yang memiliki aktivitas tinggi atau umur paro panjang ditempatkan secara terpisah dengan limbah aktivitas rendah atau umur paro pendek. Untuk limbah cair hasil ekskresi atau hasil kegiatan mandi dan cuci disalurkan secara terpisah dengan saluran grey water dan disalurkan ke tempat penampungan sementara untuk mengetahui dosis paparan radiasi yang ditimbulkan, limbah radioaktif tersebut dapat di lepaskan ke badan air apabila memenuhi persyaratan pelepasan.

Limbah berbentuk gas sangat jarang terjadi. Seperti yang telah disampaikan di muka untuk mengendalikan limbah radioaktif berbentuk gas, maka sumber penghasil limbah ditempatkan pada tempat khusus sehingga gas tidak mudah keluar ke lingkungan. Gas dapat di lepaskan ke lingkungan setelah memenuhi persyaratan pelepasan. Penghasil limbah wajib memberikan informasi dengan lengkap dan benar secara tertulis (dalam manifes dokumen) kepada pengangkut tentang identitas limbah, bahaya radiasi, dan sifat bahaya lain yang mungkin terjadi dan cara penanggulangannya. Penghasil limbah juga berkewajiban memberikan tanda, label, atau plakat pada kendaraan angkutan.

(10)

Pengolahan limbah radioaktif yang dilakukan oleh pihak pengolah dimaksudkan untuk mereduksi volume limbah dan mengurangi paparan radiasi dari limbah radioaktif agar tidak membahayakan manusia dan lingkungan sehingga dosis radiasi yang diterima oleh pekerja akibat adanya limbah tersebut tidak akan melebihi ketentuan dossis tahunan yang telah ditetapkan.

Jenis pengolahan limbah radioaktif berbentuk padat yang telah dipraktekkan, antara lain: kompaksi, insenerasi dan imobilisasi tetapi tidak berlaku untuk sumber radioaktif bekas. (Alfian & Akhmad, 2010)

6. Pengolahan Limbah Industri Baja

Untuk pengelolaan limbah industri baja ini, para pakar menilai, bahwa model penanganan limbah baja terdapat 2 (dua) opsi skenario. Skenario pertama, perusahaan dapat mengolah limbah baja menjadi produk yang mempunyai nilai tambah (value added). Opsi ini, perusahaan harus mengeluarkan dana untuk investasi awal yang cukup besar dalam arti perusahaan mendirikan pabrik baru dengan bahan substitusi (campuran) limbah. Berapa negara seperti Jepang sudah memanfaatkan limbah baja untuk bahan substitusi (campuran) membuat produk tersebut, seperti batako, genteng, paving block, lantai keramik, dan sebagainya. Skenario kedua, perusahaan dapat menjual langsung limbah yang dihasilkan oleh pabrik saat beroperasi proses produksi. Opsi ini telah dilakukan oleh perusahan dengan cara menjual limbah baja ke perusahaan lain di dalam dan luar negeri. Setiap bulannya perusahaan dapat menjual + 3.000 ton untuk pabrik semen di Indonesia dan pabrik baja di negara Cina. Skenario opsi kedua dianggap mendukung program lingkungan bersih, karena secara berangsur-angsur limbah yang berada di area penampungan semakin berkurang, maka sejak tahun 2007 perusahaan memulai melaksanakan penanganan limbah baja dengan cara menjual. (Salim, 2009)

DAFTAR PUSTAKA

(2009). Implementasi Produksi Bersih di Bidang Industri.

Alfian, M., & Akhmad, Y. R. (2010). Strategi Pengolahan Limbah Radio Aktif di Indonesia di Tinjau

dari Konsep Cradle To Grave. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah .

Artiningsih, N. K. (n.d.). Penerapan Produksi Bersih Berdamapak Positif . Semarang: Universitas 17

Agustus 1945.

(n.d.). Konsep Umum Produksi Bersih .

Novianingsih, C. R. (n.d.). Laporan PKL di PT. Indo Acidatama. Surakarta: Universitas Setia Budi.

Pertanian, D. (2006). Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdid Pengelolaan

lingkungan Ditjen PPHP.

Salim, J. (2009). Model Pengelolaan Limbah Industri Baja. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Siregar, S. D., Kurniawan, S., & Primasri, Y. P. (n.d.). Laporan PKL di PT. Ultra Jaya Milk. Surakarta:

(11)

Suhartini. (2008). Pengolahan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta.

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH DI INDONESIA

UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN

Latar belakang dan alasan perlunya implementasi Produksi Bersih Di Indonesia

Indonesia merupakan negara berkembang dengan kegiatan ekonomi yang terus meningkat, hal ini bisa dilihat dari jumlah industri yang ada di Indonesia yang terus bertambah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2001, jumlah perusahaan industri dari berbagai sub sektor mencapai 21.396, kemudian pada tahun 2009 diperkirakan meningkat menjadi 25.077 unit perusahaan. Dengan kemajuan industri tersebut, salah satu dampak yang dapat dirasakan saat ini adalah makin meningkatnya pencemaran akibat kegiatan industri. Namun demikian sumber pencemaran tidak hanya berasal dari sektor formal seperti industri, tetapi bisa juga dari sektor non formal, yang justru dari sisi pengelolaannya lebih sulit karena tidak ada mekanisme pemantauan dan pengelolaan efektif untuk diterapkan, karena menyangkut pola hidup dari masyarakat, misalnya sub sektor rumah tangga, pertanian dan transportasi.

(12)

demikian produk ataupun jasa yang dihasilkan dapat menjaga kualitas lingkungan sebagaimana yang diperlukan masyarakat. Saat ini sumber daya alam di Indonesia makin berkurang karena pemanfaatan yang kurang bijak, oleh karena itu perlu dilakukan program penghematan sumber daya, baik sumber daya alam dan energi, terbarukan dan tidak terbarukan.

Dalam suatu kegiatan industri dihasilkan limbah produksi yang berupa limbah cair, padat maupun limbah dalam bentuk uap atau gas yang teremisikan ke udara. Selain itu juga untuk menghasilkan output berupa produk diperlukan input yang berupa bahan baku, bahan pendorong maupun sumber daya. Sumber daya yang digunakan bisa berupa air, panas, atau listrik.

Jumlah limbah yang dihasilkan juga tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan, misalnya untuk industri ikan dan makanan laut, limbah cair yang dihasilkan bisa

mencapai 79 m3 sampai 500 m3 per hari, sedangkan untuk industri pengolahan crumb

rubber, limbah air yang dihasilkan antara 100 – 200- m3 per hari.

(13)

4.500 m3, Tangerang 3.367 m3, Bekasi 2.790 m3, dan Depok 3.764 m3. Diperkirakan bahwa total produksi limbah padat di 170 kota dan kabupaten di Indonesia pada tahun 2007 mencapai angka 45.764.364,30 m3 per tahun atau setara dengan 11.441.091,08 ton per tahun. Potensi gas Metana (CH4) yang diproduksi dari total produksi limbah padat sebesar 517.366.138,15 Gg per tahun atau setara dengan 517.366,14 ton per tahun. Kurang lebih 41% limbah padat diangkut dan dibuat ke lokasi pembuangan akhir. Sekitar 36% limbah padat diperlakukan dengan pembakaran, sedangkan 8% ditimbun, dan 1% didaur ulang dan diperlakukan sebagai kompos, dan 14% dibuang dimana saja, seperti sungai, lahan terbuka, jalanan, dll. Berdasarkan data yang diperoleh program Adipura Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2007, hampir semua kota yang disurvey

menggunakan metode open dumping untuk perlakuan akhir limbah padat (99,7%).

Zat pencemar yang teremisikan ke udara bisa berupa partikel maupun gas. Gas-gas

yang dapat menjadi pencemar antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon, asap

pembakaram, asbes, semen, uap air dll. Pencemaran yang ditimbulkan tergantung jenis limbah, volume dan lamanya berada di udara. Jangkauannya juga luas karena faktor cuaca dan iklim juga turut berperan, dan akibatnya dapat terjadi deposisi asam.

Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah jenis limbah yang harus mendapat perhatian ekstra dalam pengelolaannya. Kandungan kimia yang berbahaya yang terdapat didalam limbah tersebut berpotensi memberikan dampak merugikan bagi masyarakat, misalnya dapat menyebabkan kanker ataupun penyakit berbahaya lain. Di Indonesia, volume limbah berbahaya dan beracun pada tahun 2007 sebesar

3.023.585,37 ton, terutama mengandung fuel sludge, coal ashes, treatment sludge,

(14)

memberikan kontribusi sangat besar limbah berbahaya dan beracun di Indonesia. Pada tahun 2007, industri pertambangan menghasilkan limbah berbahaya dan beracun

berupa fuel sludge dengan jumlah 329,13 ton, aki bekas 183,6 ton, material

terkontaminasi minyak 914,02 ton, dan oli bekas 19.471.604,5 liter. Banyak limbah yang diproduksi oleh sektor pertambangan, energi, dan minyak yang berada di Jawa dan Sumatera.

Transportasi, terutama di kota besar merupakan salah satu sub sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pencemaran udara, karena kandungan gas yang diemisikan dari kendaraan baik pesawat udara, kapal laut, kereta api maupun kendaraan bermotor. Kontribusi gas buang kendaraan bermotor di kota besar mencapai 6-70%, sementara kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar antara 10-15%. Selain menjadi sumber pencemar udara, sektor transportasi juga mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya alam berupa bahan bakar fosil, bahan bakar inilah yang menjadi penyebab gas buang yang teremisi ke udara karena mengeluarkan senyawa seperti CO, TSP, NOx, SOx, dll.

Salah satu strategi merealisasikan pembangunan berkelanjutan seperti yang disampaikan di atas adalah melalui pengembangan dan menerapkan prinsip-prinsip Produksi Bersih.

Komitmen dan Kebijakan Nasional Terkait Dengan Penerapan Produksi Bersih Di Indonesia

(15)

 UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

 PP No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Permenlh No. 31 Tahun 2009 Tentang Pembinaan dan Pengawasan

Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih, dan Teknologi Berwawasan Lingkungan di Daerah

 Permenlh No. 35 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Halon

 Permenlh No. 23 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pencegahan

Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat

 Permenlh No. 2 Tahun 2008 Tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya

dan Beracun

 Kepmenlh No.111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata

Cara Perijinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air/Atau Sumber Air

· Berbagai peraturan yang mengatur nilai ambang batas atau baku mutu pencemaran

yang menjadi acuan bagi para pelaku usaha untuk mengelola limbah yang dihasilkannya.

Produksi bersih merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya limbah yang dikembangkan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) mulai tahun 1993. Pada tahun 1995, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Komitmen Nasional Penerapan Produksi Bersih, dan sampai saat ini penerapan produksi bersih sudah dilakukan di beberapa kegiatan, seperti tekstil, penyamakan kulit, kelapa sawit,

(16)

Dalam upaya meningkatkan penerapan Produksi Bersih di tingkat nasional, Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam rencana jangka menengah dan jangka panjang, sebagai berikut:

1. Melibatkan dan mengikutsertakan seluruh pihak-pihak yang berkepentingan

dalam pengembangan Produksi Bersih untuk mengharmonisasikan setiap persepsi dan pendekatan pelaksanaan produksi bersih dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama ini. Harmonisasi ini harus mendorong perubahan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan dimana

pelaksanaannya harus secara terus menerus sesuai dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi.

2. Meningkatkan pemahaman konsep Produksi Bersih agar dapat

diimplementasikan oleh seluruh pihak yang berkepentingan baik secara individu, kelompok maupun institusi sehingga dapat merancang suatu mekanisme kontrol peraturan yang saling menguntungkan (win-win solution).

3. Pemerintah menyediakan dukungan sarana dan prasarana baik fisik (pilot

project, tenaga ahli, informasi, dll) maupun nonfisik (peraturan, kebijakan, dll) untuk mengimplementasikan dan mengembangkan Produksi Bersih untuk mencapai konsensus nasional dalam mecari solusi terbaik bagi penaatan dan penangan masalah-masalah lingkungan hidup.

4. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dan Peranserta masyarakat di

tingkat sektoral dan daerah.

5. Melaksanakan Program Produksi Bersih secara holistik, komprehensif,

terintegrasi dan berkesinambungan dalam upaya pengelolaan lingkungan sehingga berjalan sinergis dengan aspek ekonomi dan sosial.

6. Mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk menghasilkan dan

menggunakan produk-produk dan jasa-jasa yang ramah lingkungan (green

producers and consumers).

Untuk mendorong penerapan produksi bersih dalam upaya mewujudukan

pembangunan yang berkelanjutan, ada beberapa strategi yang dilaksanakan, yaitu :

1. Mensosialisasikan dan mempromosikan konsep Produksi Bersih kepada

stakeholders;

2. Menerapkan analisis daur hidup produk pada semua sektor;

(17)

4. Meningkatkan kerjasama dengan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan produksi bersih

5. baik di forum nasional maupun internasional;

6. Meningkatkan pertukaran informasi dan mengembangkan jejaring kerja dengan

seluruh stakeholders;

7. Menyelenggarakan pelatihan, seminar, lokakarya yang berhubungan dengan

Produksi Bersih;

8. Mengkaji, mengembangkan dan menerapkan Produksi Bersih secara terus

menerus melalui koordinasi, komunikasi, benchmarking, edukasi dan diseminasi informasi pada seluruh aktivitas di semua sektor serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

9. Menciptakan program bersama yang melibatkan seluruh stakeholders dalam

rangka penerapan Produksi Bersih.

Untuk mendorong implementasi dari produksi bersih di semua sektor kegiatan, Kementerian Lingkungan Hidup sudah membentuk Pusat Produksi Bersih Nasional (PPBN), dengan fungsi sebagai berikut :

1. Menampung semua informasi mengenai Produksi Bersih, dari sisi kebijakan,

pelaksanaan, status kemajuan, penerapan PB di industri, yang bertujuan untuk

transfer teknologi bersih Menjadi akses bagi para industri yang ingin

mengaplikasikan PB dan pihak-pihak lain yang akan melakukan kajian PB

2. Menjadi media untuk tukar informasi dan dialog kebijakan penerapan PB

3. Mendorong dan memotivasi seluruh sektor industri untuk mengaplikasikan PB

sehingga dapat menjadi wadah untuk menyamakan persepsi antara pemerintah, industri, akademisi, Ornop, dll dalam melakukan pengelolaan lingkungan

4. Menjadi salah satu wadah pemberian insentif bagi industri-industri yang telah

menerapkan PB dan benchmarking

5. Menjadi sarana untuk pelatihan

6. Menjadi katalisator pertumbuhan lembaga-lembaga jasa PB

(18)

1. Kementerian Lingkungan Hidup

 Penyusunan Pedoman Teknis Penerapan Produksi Bersih untuk industri tekstil,

kulit, kelapa sawit, electroplating, karet, tapioka, gula, hotel dan perkotaan

 Penyusunan Pedoman Teknis Penerapan Produksi Bersih melalui Chemical

Management dan Good House Keeping

 Implementasi Produksi Bersih melalui pilot project pada industri tekstil, kelapa

sawit, kulit dan lingkungan industri kecil

 Implementasi Produksi Bersih melalui konsultasi dan bimbingan teknis pada

kurang lebih 500 industri, antara lain: automotive, agrobisnis, electroplating, tekstil, kulit, karet, CPO, gula, dll.

 Pelatihan Produksi Bersih, Good House Keeping, Chemical Management, Life

Cycle Analysis

2. Departemen Pertanian

 Mengembangkan penggunaan pupuk organik pada on-farm dan off-farm

 Mengurangi pemakaian pupuk kimia dan pestisida

 Mencanangkan "Go Organic 2010"

3. Departemen Perhubungan

 Mendorong penggunaan bensin tanpa timbal

 Meningkatkan pengujian tipe maupun berkala kendaraan bermotor

 Mendorong penggunaan bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor

seperti: BBG, elpiji dan biodesel

 Mengadopsi standar Eropa untuk pengujian emisi secara bertahap

 Mengajukan usulan pengurangan bea masuk atau pajak bagi kendaraan yang

ramah lingkungan

 Menerapkan penggunaan angkutan massal

(19)

 Mempersyaratkan penerapan Produksi Bersih pada setiap kontrak karya di bidang pertambangan

 Mempromosikan pengembangan pertambangan ramah lingkungan

 Meminimisasi kerusakan bentang alam dan pemulihan perubahan bentang alam

agar lebih bermanfaat

5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan

 Mengharmonisasikan Produksi Bersih pada peraturan dibidang perindustrian dan

perdagangan

 Mengupayakan substitusi pemakaian bahan kimia yang bersifat berbahaya dan

beracun

 Pemberian insentif berupa penghargaan bagi industri-industri yang telah

menerapkan Produksi Bersih

 Mengembangkan proses produksi ramah lingkungan

6. Kementerian Pariwisata

 Meningkatkan effisiensi pada fasilitas-fasilitas wisata

 Mengembangkan konsep wisata-lingkungan (eco-tourism)

 Meningkatkan penghematan pemakaian air, bahan-bahan pembersih, listrik dan

utilitas lainnya pada fasilitas-fasilitas wisata

Insentif dan Kendala Dalam Implementasi Pencegahan Pencemaran Melalui Produksi

Bersih

(20)

a) Pinjaman Lunak Lingkungan

Pollution Abatement Equipment - Japan Bank International Cooperation (PAE-JBIC)

Industrial Efficiency and Pollution Control-Kreditanstalt fur Wiederaufbau (IEPC-KfW) Tahap I

Industrial Efficiency and Pollution Control-Kreditanstalt fur Wiederaufbau (IEPC-KfW) Tahap II

 Pembiayaan investasi lingkungan bagi UMK (Skema DNS)

b) Program Perlindungan Lapisan Ozon melalui bantuan hibah berupa alih teknologi

peralatan yang masih menggunakan bahan perusak ozon (BPO) menjadi non BPO, dan juga bantuan hibah peralatan daur ulang CFC

c) Pembebasan Bea Impor, terutama untuk peralatan yang digunakan untuk mencegah

atau mengurangi pencemaran

d) CDM (Mekanisme Pembangunan Bersih), dimana upaya perusahaan atau industri di

negara berkembang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui implementasi teknologi bersih GRK yang dihargai dalam bentuk sertifikat yang dapat dijual untuk mendapatkan pendanaan dari negara maju.

e) Global Environmental Financing (GEF), merupakan skema pendanaan untuk

pengelolaan lingkungan, termasuk pencegahan dan penurunan pencemaran/kerusakan lingkungan

f) Subsidi Kompos, yang diberikan untuk upaya mengurangi limbah organik yang diolah

menjadi kompos. Salah satu program yang sudah dilakukan adalah Western Java

Environment Management Project (WJEMP))

g) Dana Alokasi Khusus, diberikan kepada pemerintah daerah untuk tujuan kegiatan

tertentu, salah satunya untuk pengelolaan lingkungan di wilayahnya

h) Peluang pengurangan pajak penghasilan atas biaya pengolahan limbah

Contoh pemberian insentif ekonomi untuk pencegahan pencemaran melalui produksi bersih :

 Pinjaman lunak untuk alih teknologi/peralatan pada industri jamu, industri

(21)

 Pinjaman lunak untuk peralatan daur ulang tanaman enceng gondok, alat daur ulang plastik, alat daur ulang metal, alat daur ulang batok kelapa, alat daur ulang parafin, mesin daur ulang ban bekas, mesin pengering padi berbahan bakar sekam

 Pinjaman lunak untuk pembangunan IPAL, kolam aerasi, insinerator, dust

collector, mesin pengolah sampah

 Pinjaman lunak untuk penggantian unit kompresor, unit pendingin udara dan air,

serta unit penghantar panas, yang menggantikan penggunaan pendingin yang merusak ozon dengan bahan pendingin non BPO

 Pinjaman lunak pemanfaatan kotoran sapi dengan membangun reaktor biogas

 Bantuan hibah mesin produksi non BPO untuk industri foam dan manufaktur

peralatan pendingin

 Bantuan hibah daur ulang pendingin CFC untuk bengkel servis peralatan

pendingin

Namun demikian, upaya penerapan produksi bersih masih menghadapi beberapa kendala, antara lain:

1. Pengertian Produksi Bersih yang belum sepenuhnya dipahami dengan baik

sehingga terkesan kurang menarik karena keuntungan dan kesempatan potensial perbaikan belum diidentifikasi;

2. Piranti dan insentif keuangan terhadap penerapan Produksi Bersih belum

tersebarluaskan;

3. Kurangnya kebijakan yang mendukung penerapan Produksi Bersih dan

pemberian penghargaan bagi perusahaan maupun lembaga yang telah berhasil melaksanakannya;

4. Ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkan informasi teknologi Produksi

Bersih (best practice and best available technology) relatif masih terbatas;

5. Terbatasnya kapasitas dan pengetahuan tentang Produksi Bersih pada sektor

industri, asosiasi, aparat pemerintah, lembaga jasa/konsultan;

6. Penerapan dan pengembangan Produksi Bersih yang terfokus hanya pada

sektor manufaktur;

7. Belum adanya pengakuan dan penghargaan bagi kegiatan-kegiatan yang telah

(22)

Keuntungan Dari Pencegahan Polusi Dibandingkan Dengan Pengaturan Polusi

Dengan menerapkan produksi bersih, limbah yang dihasilkan akan diubah tidak hanya bentuknya saja tetapi juga kandungan yang ada didalamnya, karena dapat melalui proses daur ulang, recovery, pemurnian kembali. Dengan pencegahan terjadinya limbah di tiap tahapan produksi akan mengurangi biaya investasi untuk pengolahan dan pembuangan limbah, dengan demikian mengurangi biaya perusahaan dan juga dapat berpengaruh terhadap harga jual produk yang bisa dikurangi karena berkurangnya biaya pengolahan limbah.

Dari penerapan produksi bersih di Indonesia yang sudah dilakukan di beberapa jenis industri, contoh hasil yang diperoleh adalah :

a) Mengurangi biaya pengolahan limbah

b) Mengurangi limbah padat. Dari 19 industri yang sudah menerapkan PB dapat

mengurangi limbah padat sebanyak 10.109 ton/bulan. Industri furniture yang sudah

menerapkan PB dapat mengurangi limbah padatnya sebanyak 1.050 m3/bulan

c) Mengurangi beban limbah

· Dari upaya implementasi PB di 17 industri skala UKM diperoleh pengurangan beban

BOD sebanyak 1.838 ton/bulan. Sedangkan beban COD berkurang sebanyak

4.158,5 ton/bulan

d) Meningkatkan pendapatan perusahaan melalui penghematan, misalnya:

No. Nama Alat Sebelum Sesudah Keuntungan

(23)

=$23.760

Program Teknologi dan Teknik Pencegahan Yang Diterapkan

Dalam kebijakan nasional Produksi Bersih yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2003, teknik pencegahan pencemaran yang diterapkan dalam

PB mencakup 5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery dan Recycle), sebagai

berikut:

1. Re-think (berpikir kembali), konsep pemikiran yang harus dimiliki oleh tiap pelaku usaha

pada saat awal operasional kegiatan, dengan implikasi :

 Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi yang terjadi pada saat proses

maupun terkait dengan produk yang dihasilkan, harus dipahami benar tentang analisis daur hidup produk yang dihasilkannya

 Upaya produksi bersih harus diikuti dengan perubahan pola pikir, sikap dan

tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun pelaku usaha

2. Reduce (Pengurangan), merupakan upaya untuk mengurangi jenis dan volume

(24)

 Tata laksana rumah tangga yang baik (good housekeeping), merupakan usaha

yang dilakukan oleh suatu kegiatan usaha untuk menjaga kebersihan lingkungannya dan mencegah terjadi ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta melakukan penanganan limbah yang timbul sebaik mungkin.

 Segregasi aliran limbah, memisahkan berbagai jenis aliran limbah sesuai dengan

jenis komponennya, konsentrasi dan kondisinya, sehingga dapat memudahkan dalam mengurangi volume limbah yang dihasilkan, dengan demikian dapat mengurangi biaya pengolahan limbah. Limbah yang encer lebih mudah dimurnikan karena mengandung kontaminan yang lebih sedikit, sedangkan limbah dengan konsentrasi yang pekat lebih mudah untuk didaur ulang atau direcovery karena konsentrasi aliran tersebut besar.

Preventive maintenance, melakukan pemeliharaan/penggantian sesuai waktu yang dijadwalkan. Dengan jadwal pemeliharaan yang ketat akan mengurangi kemungkinan kerusakan yang cukup parah yang akhirnya akan mengurangi biaya pemeliharaan dan mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan

 Pengelolaan bahan, merupakan suatu upaya untuk menjaga agar persediaan

bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran produksi tetapi juga tidak berlebihan jumlahnya sehingga mengurangi penyimpanan yang berpotensi pada kerusakan bahan akibat bahan yang disimpan tidak terpakai sehingga habis masa pakainya. Penyimpanan yang dilakukan juga harus dalam keadaan rapi dan terkontrol.

 Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik, pelaksanaan proses produksi

yang dilakukan dalam kondisi optimum dan pengoperasian alat sesuai dengan manual operasional peralatan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi kehilangan bahan akibat kebocoran dan tumpahan.

 Modifikasi proses dan/atau alat, melakukan modifikasi peralatan produksi

sehingga lebih efisien, dan limbah yang dihasilkan akan semakin berkurang

 Modifikasi/substitusi bahan, mengganti bahan yang digunakan dengan bahan

lain yang mempunyai potensi merusak lingkungan lebih kecil dibanding bahan sebelumnya. Penggantian bahan juga dapat mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan.

 Pengubahan produk, melakukan perubahan jenis atau desain produk dengan

(25)

membantu mengurangi jumlah limbah yang keluar dari proses produksi, maupun pada saat pemakaian produk oleh konsumen.

 Penggunaan teknologi bersih, memilih jenis teknologi yang dianggap bersih atau

teknologi yang memberikan peluang pengurangan jenis dan volume limbah dengan efisiensi yang cukup tinggi.

3. Re-use (penggunaan kembali), merupakan suatu upaya pengurangan limbah melalui

penggunaan kembali suatu jenis limbah tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi

4. Recycle (daur ulang), memanfaatkan limbah dengan memproses kembali limbah

tersebut kedalam proses semula dengan perlakuan fisika, kimia dan biologi

5. Recovery (pengambilan ulang), mengambil kembali bahan atau kandungan bahan yang

masih mempunyai nilai ekonomi, dan menggunakannya kembali ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia dan biologi

Perangkat dan program yang dikembangkan Pemerintah Indonesia untuk penerapan produksi bersih di Indonesia adalah :

 Eko-Efisiensi yang menggabungkan metode Good Housekeeping (Tata Kelola

yang Apik), Chemical Management (Pengelolaan Bahan Kimia) dan

Environmental Oriented Cost Management (Manajemen Biaya berorientasi Lingkungan). Penerapan eko-Efisiensi ini dapat meningkatkan produktivitas, penghematan biaya, mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan prosedur organisasi serta keselamatan kerja

 Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML), namun sistem ini masih

bersifat sukarela dan tergantung pada komitmen manajemen puncak perusahaan dalam pengelolaan lingkungannya.

Environment – Oriented Cost Management (EoCM) atau Manajemen Lingkungan Berbasis Keuntungan (MeLOK) yang bertujuan meningkatkan kemampuan industri untuk mengurangi biaya produksi melalui pengurangan biaya bahan baku dan energi dalam produksi, mengurangi dampak lingkungan yang

merugikan, dan meningkatkan efisiensi organisasi secara keseluruhan. Contoh perusahaan yang sudah menerapkan MeLOK adalah PT. Indonesia Power UBP Suralaya; PT. International Chemical Industry / Intercallin (Baterei ABC); PT. Indonesia Power UBP Priok; PT. Bando Indonesia (Group Gajah Tunggal) dan PT. Tri Darma Wisesa / TDW (automotive spare part )

(26)

dapat membantu perusahaan untuk mempertimbangkan dampak finansial di masa datang yang terimbas dari dampak lingkungan

Green Procurement atau Green Purchasing, untuk meminimalkan risiko

lingkungan dari suatu produk atau bahan yang digunakan dalam suatu kegiatan industri. Disini berlaku pembagian tanggung jawab dan kesadaran dari pemasok dan pembeli untuk meminimalkan risiko lingkungan dalam produk demi

kesinambungan usaha.

 Pedoman Good Housekeeping untuk beberapa sektor, yang terkait dengan

Referensi

Dokumen terkait

Terjadinya sengketa mengenai hak cipta karena adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun

kamu sudah belajar tentang • menyebutkan isi dongeng • menjelaskan isi gambar seri • membaca puisi. • memperagakan

memberikan persepsi nilai yang baik terhadap keempat merek sepeda motor tersebut. Nilai rata-rata yang berhasil didapatkan merek sepeda motor Suzuki

MATA Bisa menyebabkan iritasi mata pada orang yang rentan.. Efek spesifik

Implementasi tahun ke-2 proyek PHK-PKPD Fakultas Kedokteran UMI resminya dimulai bulan Januari 2012 tetapi karena masalah revisi TOR yang baru mulai dilakukan pada bulan

Variabel adversity quotient, lingkungan keluarga, dan minat berwirausaha diukur dengan skala Likert, yaitu skala dipergunakan untuk mengetahui setuju atau tidak

Tabel 4.24 menyatakan bahwa sebagian besar industri (82%) menyatakan bahwa penggantian HCFC dilakukan karena adanya penerapan peraturan tentang pengurangan konsumsi

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan yaitu 1) Iradiasi sinar gamma pada kalus embriogenik jeruk keprok SoE untuk mendapatkan nilai LD 50. 2) Seleksi untuk mendapatkan