1 Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap IPM di Kabupaten Gresik
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS EKONOMI REGIONAL
DIAJUKAN OLEH:
ADINDHA NUR RIZKY
041511133107
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2 Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap IPM di Kabupaten Gresik
Adindha Nur Rizky (041511133107)
Ekonomi Pembangunan, Universitas Airlangga
adindhanr@gmail.com
Abstrak
Kabupaten Gresik yang dikenal sebagai daerah industri. Pada tahun 2011 di Kabupaten Gresik
telah diterbitkan 61 Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nilai investasi sebesar Rp 9,8 Milliar
yang menyerap 573 orang tenaga kerja dan nilai produksi sebesar Rp 10,2 Trilliun. Tidak dapat
dipungkiri dengan banyaknya industri yang ada di Kabupaten Gresik, maka PDRB Kabupaten
Gresik juga tinggi. Namun apakah tingginya PDRB ini mempengaruhi secara signifikan
terhadap IPM Kabupaten Gresik. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan
menggunakan regresi sederhana untuk menggambarkan pengaruh antara PDRB terhadap IPM
di Kabupaten Gresik tahun 2005-2013. Data dan informasi penulisan diperoleh melalui
publikasi Badan Pusat Statistik (BPS).
3
DAFTAR ISI.
Abstrak ………..……….1
DAFTAR ISI ………..2
BAB I PENDAHULUAN ...………3
1.1Latar belakang ……….……….3
1.2Rumusan masalah ………3
1.3Tujuan penelitian ……….4
1.4Manfaat penelitian .………..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………5
2.1 Overview Kabupaten Gresik ………5
2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ………..6
2.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ………..7
2.4. Penelitian Terdahulu ………...7
BAB III METODE PENELITIAN ..……….….8
BAB IV PEMBAHASAN ……… 4.1Sektor yang berkontribusi besar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Gresik dari tahun 2005 – 2013………..9
4.2Pengaruh PDRB terhadap IPM ………..11
BAB V PENUTUP ………..…13
5.1 Kesimpulan ………....13 5.2 Saran ………. 13
DAFTAR PUSTAKA ……….14
LAMPIRAN …………...……….15
BAB I
PENDAHULUAN
4
PDRB suatu daerah dihasilkan dari potensi yang ada didaerah tersebut. Dimana
dalam definisnya PDRB merupakan nilai jumlah tambah bruto yang timbul dari
seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Suatu daerah yang memiliki kegiatan
perekonomian yang pesat dapat diprediksi bahwa PDRB daerah tersebut tinggi. Begitu
pula pada daerah Gresik. Daerah ini dikenal sebagai daerah industri, yang memiliki
berbagai industri mulai dari makanan instan sampai dengan pupuk. Melihat
perekonomian di Kabupaten Gresik yang pesat tersebut, maka dapat diprediksi bahwa
PDRB ynag diterima Kabupaten Gresik tinggi pula.
Selain itu Gresik merupakan daerah yang cukup strategis untuk dijadikannya
sebagai daerah industri. Hal ini dikarenakan letaknya sekitar 150 km lepas pantai Laut
Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kota Surabaya dan Selat Madura, membuat
Gresik padat akan kegiatan ekonomi yakni industri.
Sejalan dengan PDRB yang tinggi, dimana Kabupaten Gresik merupakan
penyangga utama Kota Surabaya karena adanya dua pabrik besar yakni PT. Semen
Gresik dan PT. Petrokimia Gresik. Maka apakah PDRB yang tinggi tersebut
berimbang dengan tinggi nya IPM di Kabupaten Gresik pula. Dimana dalam IPM
terdapat kontribusi yang salah satunya adalah ekonomi yang penulis dapatkan dari
PDRB.
Maka dari itu penulis ingin mengetahui pengaruh PDRB terhadap IPM
Kabupaten Gresik dari tahun 2005-2013
1.2.Rumusan masalah
1. Apa saja sektor yang berkontribusi besar terhadap pembentukan PDRB
Kabupaten Gresik dari tahun 2005 – 2013.
2. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap IPM Kabupaten Gresik.
1.3.Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
5
2. Mengetahui sektor apa sajakah yang berkontribusi besar terhadap pembentukan
PDRB Kabupaten Gresik dari tahun 2005-2015
3. Mengetahui pengaruh PDRB terhadap IPM Kabupaten Gresik
1.4. Manfaat penelitian
1. Pemerintah
Sebagai pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
yang berguna dan menguntungkan semua pihak yang terkait.
2. Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan penulisan.
3. Penulis
Penelitian ini dijadikan sebagai penambah ilmu pengetahuan akan pengaruh PDRB
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Overview Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Ibu kotanya adalah Gresik. Kabupaten Gresik memiliki luas 1.191,25 km². Wilayah
Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km lepas pantai Laut
Jawa. Kabupaten Gresik berbatasan dengan Kota Surabaya dan Selat Madura di sebelah
timur, Kabupaten Lamongan di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten
Sidoarjo dan Mojokerto di sebelah selatan. Gresik dikenal sebagai kota tempat berdirinya
pabrik semen pertama dan perusahaan semen terbesar di Indonesia, yaitu Semen Gresik.
Bersama dengan Sidoarjo, Gresik merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya,
dan termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila.
Lokasi Kabupaten Gresik terletak di sebelah barat laut Kota Surabaya, ibu kota
Provinsi Jawa Timur. Pusat pemerintahan Kabupaten Gresik yaitu Kecamatan
Gresik berada 20 km sebelah utara Kota Surabaya. Kabupaten Gresik terbagi dalam
18 kecamatan dan terdiri dari 330 desa dan 26 kelurahan. Secara geografis, wilayah
Kabupaten Gresik terletak antara 112° sampai 113° Bujur Timur dan 7° sampai 8° Lintang
Selatan dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 sampai 12 meter di atas
permukaan air laut, kecuali Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter di
atas permukaan laut. Sebagian wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir
pantai, yaitu memanjang mulai dari Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah,
Sidayu, Ujungpangkah dan Panceng serta Kecamatan Sangkapura dan Tambak yang
lokasinya berada di Pulau Bawean. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Gresik sebagian
besar merupakan tanah kapur yang relatif tandus.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, dan Sosial Kabupaten
Gresik jumlah penduduk Kabupaten Gresik pada akhir tahun 2012 sebesar 1.307.995 jiwa
yang terdiri dari 658.786 laki-laki dan 649.209 perempuan. Jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk tahun 2011 sebesar 1.270.351 jiwa, maka terjadi kenaikan jumlah
penduduk sebesar 37.644 jiwa atau 2,9%. Dengan luas wilayah Kabupaten Gresik sebesar
7
Gresik dikenal sebagai salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Beberapa
industri di Gresik antara lain Semen Gresik, Petrokimia Gresik, Nippon Paint,
BHS-Tex, Industri perkayuan/ Plywood dan Maspion. Gresik juga merupakan penghasil
perikanan yang cukup signifikan, baik perikanan laut, tambak, maupun perikanan darat.
Gresik juga terdapat sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap berkapasitas 2.200
MW. Antara Gresik dan Surabaya dihubungkan oleh sebuah Jalan Tol Surabaya-Manyar,
yang terhubung dengan Jalan Tol Surabaya-Gempol. Selain itu perekonomian
ma-syarakat Gresik banyak ditopang dari sektor wiraswasta. Salah satunya yaitu Industri
Songkok, Pengrajin Tas, Pengrajin Perhiasan Emas & Perak, Industri Garment (konveksi).
Di utara Kota Gresik juga tepatnya di Kota Sedayu merupakan penghasil
sarang burung walet terbesar di Indonesia. (Katalog BPS kab. Gresik 2016)
2.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Untuk mengukur aktivitas ekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB) sering
dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan PDB adalah
meringkas aktivitas ekonomi dalam nilai uang tunggal dalam periode waktu tertentu (N.
Gregory Mankiw,2000)
Menurut Biro Pusat statistik (BPS,2003) gambaran secara menyeluruh tentang
kondisi perekonomian suatu daerah dapat diperoleh dari Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB. Sebagai salah satu indicator makro ekonom, pada dasarnya PDRB merupakan
jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah
tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruhh
unit ekonomi.
Dalam perhitungan PDRB digunakan dua macam harga, yaitu PDRB atas dasar
harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga
yang berlaku setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan
menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB atas dasar harga
berlaku dapat digunakan untuk melihat struktur ekonomi sedangkan PDRB harga konstan
untuk melihat pertumbuhan ekonomi. PDRB diklasifikasikan menjadi 9 sektor yakni
sektor pertanian, Pengolahan, pertambangan & penggalian, listrik,gas & air bersih,
bangunan, Perdagangan, hotel & restoran, pengangkutan & transportasi, Keuangan,
8
2.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM dikembangkan dalam rangka menjawab kebutuhan akan suatu alternatif PDRB per kapita yang pas. Di sini dibutuhkan suatu indeks yang “mudah dihitung. Mengukur baik dimensi ekonomi maupun dimensi sosial. Dapat diperpandingkan secara
nasional dan internasional. IPM lebih difokuskan pada indikator pencapaian dari pada
indikator masukan (input). IPM mengukur prestasi keseluruhan suatu provinsi menurut
tiga dimensi pembangunan manusia, yaitu :
1. Panjangnya usia
Diukur berdasarkan angka harapan hidup saat lahir.
2. Pengetahuan
Diukur berdasarkan angka melek huruf orang dewasa dan gabungan partisipasi sekolah
di tingkat dasar, menengah, dan perguruan tinggi (dengan pembobotan yang sama pada
kedua indikator).
3. Standar hidup layak
Diukur oleh pendapatan riil per kapita.
2.4. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian oleh lotulung. C. J, dkk tahun 2012, dikatakan bahwa dalam
ujinya diketahui bahwa variabel PDRB dan kemiskinan berpengaruh terhadap IPM daerah
Bangka Belitung. Penelitian tersebut menggunakan aplikasi eviews untuk mengujinya dan menggunkan data PDRB dan kemiskinan Kabupaten Bangka Belitung dari tahun
2001-2010. Sehingga dalam model nya dapat dituliskan sebagai berikut :
9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder yang berasal dari internet, jurnal,
penelitian, hasil survei, buku referensi atau artikel-artikel ilmiah dari sumber yang
kredibel.
3.2. Jenis dan sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang
diguunakan berasal dari data yang dikoleksi oleh World Bank yang dikumpulkan dalam
data INDO-DAPOER (Indonesia Database for Policy and Economic Research) dari tahun
2005 2013. Data dari INDO-DAPOER ini berasal dari data BPS. Selain itu data yang
digunakan juga berasal dari website BPS Kabupaten Gresik.
3.3. Teknik Pengolahan Data
Input : Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder yang berasal dari jurnal
penelitian dan hasil survei baik cetak maupun elektronik (internet), literatur buku maupun
dari situs-situs koran online.
Proses : Menganalisis data yang terkumpul dengan dilakukan regresi menggunakan
aplikasi stata kemudian disimpulkan hasil regresinya.
Output : Berupa hasil analisis data yang telah diregresi dan disajikan data tersebut
berupa makalah karya tulis.
3.4. Teknik Analisis Data
Berdasarkan karakteristiknya, penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif
kuantitatif. Dimana mendeskripsikan hasil data yang telah diolah dalam bentuk tulisan dan
10
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sektor yang berkontribusi besar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Gresik dari
tahun 2005 – 2013.
Pertumbuhan ekonomi mengacu pada peningkatan produk domestik bruto dan total
pendapatan, sedangkan pembangunan ekonomi melibatkan, perbaikan kesehatan dan
pendidikan, perubahan structural utama, seperti industrialisasi dan urbanisasi.
Dari data yang diperoleh melalui Indo-Dapoer dibawah ini maka ada beberapa sektor
yang mempengaruhi PDRB diamana dalam data yang telah diperolah tersebut diketahui
bahwa ada tiga komoditas penyumbang PDRB Kabupaten Gresik, yaitu sebagai berikut :
Sumber : INDO-DAPOER (Indonesia Database for Policy and Economic Research)
1210226.9 1236419.2 1253646.4 1357391.9 1390620 1433600 1476440 1521140 1562700
210121.84 216089.3 220432.69 227015.58
178578.41 191780 207950 227910 249900 274070 2578954.8 2854243.1 3157860.2 2957834.9 3238440
3590000 3997480
4440000 4853190
319554.13 359586.96 403707.63 486063.48 528240 567950 610940 655040 699120 433837.83 452880.45 475943.56 549047.25242466.9 256801.83 273064.77 720729.56 576320769710 609220824230 652140881550 700670 751110 942850 1006440
Komoditas Penyumbang PDRB Kab. Gresik
GDP on Agriculture Sector (in IDR Million), Constant Price
GDP on Mining and Quarrying Sector (in IDR Million), Constant Price GDP on Manufacturing Sector (in IDR Million), Constant Price GDP on Construction Sector (in IDR Million), Constant Price
GDP on Trade, Hotel and Restaurant Sector (in IDR Million), Constant Price
GDP on Transportation and Telecommunication Sector (in IDR Million), Constant Price GDP on Financial Service Sector (in IDR Million), Constant Price
11
Dari data diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa 3 sektor penyumbang PDRB
terbesar di Kabupaten Gresik adalah :
1) Sektor industri (Manufacture)
Sektor ini menyumbang dari tahun ketahun mengalami peningkatan secara terus
menerus, sumbangan terbesarnya pada thun 2008 yang meningkat cukup pesat.
Sumbangan industry terhadap PDRB Kab Gresik sebesar 51%. Dimana dalam
realitanya terdapat 61 industri di Kabupaten Gresik, menurut laporan Tanda Daftar
Industri (TDI). Industry terbesarnya yakni PT. Semen Gresik dan juga PT.
Petrokimia Gresik.
2) Sektor perdagangan, hotel, dan restoran
Sektor menyumbang PDRB Kabupaten Gresik sebesar 23%. Dari data diatas tren
sumbangan naik secara terus menerus dari tahun 2008 - 2013. Meskipun pada tahun
2007 – 2008 terjadi penurunan tren. Di Gresik memang terkenal dengan sentra perdagangannya yang merupkan hasil penjualan sektor sebelumnya, yakni sektor
industri. Selain itu gresik juga terkenal makanannya, sehingga pendapatan untuk
restoran pun tinggi. Hotel menyumbang PDRB yang cukup. Hal ini dibuktikan
dengan mulai dibukannya wisata di Gresik, seperti Pulau Bawean, dan sebagainya.
3) Sektor pertanian (Agriculture)
Sektor ini meyumbang sebesar 9% terhadap PDRB Kabupaten Gresik. Dari data
diatas dapat diketahui bahwa tren dari tahun ke tahun meningkat. Meskipun
peningkatannya tidak tajam hal ini dikarenakan lahan untuk pertanian di Kabupaten
Gresik telah banyak beralih menjadi pemukiman warga. Selain itu, lahan juga
12
4.2. Pengaruh PDRB terhadap IPM
Data yang penulis gunakan untuk mengukur PDRB yakni berasal dari beberapa sektor
sesuai dengan perhitungan PDRB berdasarkan BPS. Namun data yang penulis ambil
berasal dari INDO-DAPOER (Indonesia Database for Policy and Economic Research). Hal
ini dikarenakan ketidaktersediaan sebagian data PDRB di BPS. Namun untuk data IPM
penulis mendapatkannya dari BPS. Berikut ini adalah rangkuman dari data yang penulis
dapatkan tersebut.
Tahun PDRB IPM
2005 11339603.17 71.64 2006 12090410.95 72.51 2007 12886676.88 73.00 2008 14132801.18 73.49
2009 15672360 73.98
2010 16502170 74.47
2011 17713270 75.17
2012 19020500 75.97
2013 20369900 76.36
Sumber : INDO-DAPOER (Indonesia Database for Policy and Economic Research) dan
BPS.go.id
Kemudian dari data tersebut, penulis melakukan regresi untuk mendapatkan hasil
pengaruhnya. Yakni PDRB sebagai variabel independen dan IPM sebagai variabel
13
Interpretasi:
Koefisien pada variabel PDRB
Jika PDRB meningkat sebesar satu-satuan maka variabel IPM akan meningkat sebesar
4.98 satu satuan. Sehingga keduanya berhubungan positif.
R Square (R2)
R2 yang diperoleh dari hasil regresi tersebut adalah sebesar 0.9856 atau 98.56%.
Sehingga dapat dikatakann bahwa pengaruh PDRB terhadap IPM adalah sangat
mempengaruhi sebesar 98.56% dan sisanya sebesar 1.44 % dijelaskan oleh variabel
lain.
Uji hipotesis t
1. H0 : variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen (PDRB = 0) H1 : variabel independen mempengaruhi variabel dependen (PDRB ≠ 0) 2. α = 5%
3. P Value = 0.000
4. Kriteria keputusan :
Jika P value > α maka accepted H0 Jika P value < α maka rejected H0 5. Kesimpulan :
Rejected H0, maka secara statistika dapat disimpulkan bahwa variabel
14
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel PDRB
terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Maka dari hasil penelitian dapat
disimpulkan beberapa hal berikut ini:
1. Berdasarkan uji t statistik dapat diketahui bahwa variabel PDRB sebagai variabel
independent signifikan mempengaruhi IPM.
2. Berdasarkan R Square dapat diketahui bahwa sebesar 98,56% yang berarti bahwa
variabel PDRB secara signifikan mempengaruhi IPM.
5.2. Saran
Saran terkait dengan hasil penelitian ini adalah :
1. Sebaiknya pengambil kebijakan meningkatkan produktivitas pada sektor jasa
konstruksi yang hanya menyumbang sebesar 2% terhadap PDRB. Selain itu perlu
dikembangkan juga sektor transportasi dan komunikasi yang menyumbang sebesar
3% terhadap PDRB Kabupaten Gresik.
2. Sektor yang paling banyak menyumbang PDRB adalah sektor manufaktur yakni
sebesar 51%. Yang artinya bahwa sebagian besar PDRB Kabupaten Gresik banyak
diperoleh dari sektor tersebut. Namun ada dampak negative yang dihasilkan dari
sektor industry yang meningkat pesat, yakni adanya polusi yang semakin meningkat.
Hal ini menyebabkan kehidupan di Kabupaten Gresik yang tidak sehat. Maka dari itu
sebaiknya pembuat kebijakan terkait memperhatikan aspek tersebut. Sehingga
meskipun pemdapatan masyarakatnya meningkat pun diimbangi dengan tingkat
kesehatan masyarakat yang tinggi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Academia edu. 2012. Pengaruh pengaruh PDRB terhadap Indeks Pembangunan Manusia IPM pengangguran dan kemiskinan Propinsi Daerah Kepulauan Bangka Belitung menggunakan E-VIEWS. (online). (http://www.academia.edu/9548609 /Pengaruh PDRB terhadap Indeks Pembangunan Manusia IPM pengangguran dan kemiskinan Propinsi
Daerah Kepulauan Bangka Belitung menggunakan_E-VIEWS. Diakses pada 30 Mei
2017)
BPS Kabupaten Gresik. 2016. PDRB Kabupaten Gresik. (online). (gresikkab.bps.go.id. Diakses pada 1 Juni 2017)
Badan Pusat Statistik. 2013. PDRB Kabupaten Gresik tahun 2005 – 2013. (online), (www.bps.go.id. Diakses pada 22 Mei 2017)
Jessica, Lotulung Clara, dkk. 2012. Pengaruh pengaruh PDRB terhadap Indeks Pembangunan Manusia IPM pengangguran dan kemiskinan Propinsi Daerah Kepulauan Bangka Belitung menggunakan E-VIEWS. Academia edu.
Kementerian keuangan. 2013. PDRB kabupaten di Jawa Timur. (online), (http://kemenkeu.go.id. Diakses pada 25 Mei 2017)
Mariyadi. 2016. Katalog BPS : PDRB Kabupaten Gresik menurut lapangan usaha tahun 2011 – 2015. Gresik : BPS Kabupaten Gresik.
World bank. 2015. Komponen PDRB Kabupaten Gresik tahun 2005 – 2013. (online), (http://databank.worldbank.org/data/reports.aspx?source=1266. Diakses pada 25 Mei