IMPLEMENTSI IJARAH DALAM LEMBAGA KUANGAN SYARIAH
Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Fiqih Mu‟amalah
Dosen Pengampu: Imam Mustofa ,S.H.I., M.SI.
Disusun Oleh :
VIVI APRILIA (1502100139)
Kelas A
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO
A. PENDAHULUAN
Makalah ini membahas tentang Ijarah.
Kajian tentang mudharabah penting untuk disajikan pada kelas Perbankan Syariah,
karena agar kita mengetahui bagaimana akad ijarah itu terjadi dalam Lembaga
Keuangan Syariah dan bagaimana mengaplikasikan ijarah dalam Lembaga Keuangan
Syariah.
Kajian dalam makalah ini berdasarkan kajian dalam kitab, buku dan jurnal yang
berkaitan langsung dengan masalah mudharabah.
Pembahasan dalam makalah ini dimulai dari...Dengan beralihnya dunia perbankan dari
konvensional ke syari'at, memberi motivasi terhadap penulis untuk mengkaji salah satu transaksi yang dilakukan oleh perbankan syari‟ah yaitu akad ijarah, dengan beralihnya ke sistem syari‟at islam pastilah banyak hal-hal yang perlu dikaji lagi terutama dalam akad ijarah ini. Dan memang masih banyak kalangan masyarakat yang belum mengerti
cara kerja transaksi ijarah ini. Dari persoalan yang sedang terjadi menjadi daya tarik si
penulis untuk mengkaji tentang akad ijarah.
Dalam lalu lintas ekonomi, ijarah memiliki intensitas yang tinggi, baik dilakukan orang
perorang, lembaga keuangan dengan orang perorang maupun lembaga keuangan
dengan lembaga hukum lainnya. Ijarah yang merupakan jual beli manfaat barang
maupun jasa (baik jasa profesional maupun non profesional) mengfharuskan adanya
dua pihak yang mengikatkan diri dalam suatu diktum-diktum kesepakatan dan tujuan
tertentu. sehingga ia memiliki syarat dan rukun tertentu sebagai parameter
keabsahannya, para pakar hukum islam klasik dan kontenporer berkonsensus bahwa
syarat ijarah adalah: kerelaan kedua belah pihak, manfaat objek ijarah diketahui
dengan pasti, barang sewaaan berspesifikasi tertentu, objek sewaan suatu yang
mubah, bisa diserah-terimakan, bukan suatu kewajiban dan uapah adalah suatu yang
bernilai, adapun rukunnya adalah: dua pihak yang bertransaksi, redaksi transaks,
manfaat dan upah. Dalam kajian hukum islam kontemporer, kajian ijarah meliputi
sektor perburuhan dan perbakkan dan non perbakkan. Transaksi ijarah berakhir bila
ada ha-hal berikut: adanya cacat atau kerusakan pada barang sewaan, meninggalnya
salah satu pihak dan tujuan transaksi telah tercapai.1
1
B. DEFINISI IJARAH
Kata ijarah berasal dari kata ajr yang berarti “imbalan”. Dari sinilah pahala
dinamakan dengan ajr. Namun dalam bab ini, ijarah diartikan sewa-menyewa.
Sedangkan menurut syara‟ iyalah sewa-menyewa yang diartikan melakukan akad
mengambil manfaat sesuatu yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar
sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan dengan syarat-syarat.2 Oleh karena itu,
tidak boleh menyewa pohon untuk dimakan buahnya karena pohon bukanlah manfaat.
Tidak boleh juga menyewa emas dan perak, menyewa makanan untuk dimakan, serta
menyewa barang yang biasanya ditakar dan ditimbang karena semua ini tidak bisa
dimanfaatkan kecuali dengan menghabiskannya. Tidak boleh juga menyewa sapi,
kambing, atau unta untuk diperah susunya karena penyewaan memberikan
kepemilikan atas manfaat, sementara dalam kondisi ini ia memberikan manfaat atas
susu yang merupakan benda, padahal akad penyewaan berlaku pada manfaat dan
bukan pada benda.3
Manfaat terdiri dari beberapa bentuk. Pertama, manfaat benda, seperti penghunian
rumah dan pemakaian mobil. Kedua manfaat pekerjaan,seperti pekerja arsitek, tukang
bangunan, tukang tenun, tukang jahit, dan tukang setrika. Dan ketiga, manfaat orang
yang mengerahkan tenaganya, seperti pembantu dan buruh.4
Pemilik manfaat yang menyewakannya dinamakan dinamakan dengan mu’ajjir.
Pihak lain yang mengeluarkan imbalan dinamakan dengan musta’jir (penyewa).
Sesuatu yang manfaatnya diakadkan dinamakan dengan ma’jur. Dan imbalan yang
dikeluarkan sebagai konpensasi manfaat dinamakan dengan ajr atau ujrah. Apabila
akad penyewaan dilakukan dengan sah maka tetaplah kepemilikan penyewa atas
sewa karena ini adalah akad untuk tukar menukar.5
C. IMPLEMENTASI IJARAH DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
Ijarah dalam teknis perbankan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Transaksi ijarah di tandai dengan adanya pemindahan manfaat. Jadi
dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan primdip jual beli. Namun
perbedaan terletak pada objek transaksinya. Bila pada objek jual-beli objek
transaksinya adalah barang. Maka pada ijarah objek transaksinya adalah
jasa.
2
Moh Rifai, Mutiara Fiqih,jilid II.(Semarang: CV Wicaksana, 1998), h. 723-724. 3
Syayid Sabiq, Fiqih Sunah, (Mekah: Tita Abadi Gemilang, 2013), h. 145. 4
Ibid. 5
b) Pada ahir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan
kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenai ijarah
al-mutahiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan).
c) Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank dan
nasabah.6
7
Implementasi akad ijarah dalam produk pembiayaan perbankan syariah
Ijarah sebagai produk pembiayaan syariah termuat dalam UU No. 21 Tahun 2008
dan peraturan lainnya. Di dalan UU terdapat di pasal 1 ayat (25) huruf b dan e, pasal 19 ayat
(1) huruf f dan i, pasal 19 ayat (2) huruf f dan i dan pasal 21 huruf b, angka 4. Makna ijarah dalam peraturan perbankkan syari‟ahmengacukepada dan bersumber dari fatwa DSN MUI dan hukum islam. Maka dalam konteks perbankkan syri‟ah, ijarah adalah suatu lase contrak dimana bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan seperti gudang atau alat
transportasi kepada nasabah berdasarkan pembebanan biaya yang telah ditentukan secara
pasti sebelumnya. Dengan demikian ijarah tidak lain adalah kegiatan lesing yang dikenal
dalam sistem keuangan tradisional. Persamaan dan perbedaannya terdapat dalam objek,
cara pembayaran dan pemindahan kepemilikan. Objek leasing hanya terbatas pada
pemanfaatan barang, sedangkan objek ijarah adalah pemanfaatan barang dan tenaga kerja
6I a Mustofa, Fi ih Mu’a alah Ko te po e , Depok:Rajawali P es, 6 , h. .
7
atua jasa. Dari cara pembayaran leasing hanya memiliki satu metode pembayaran, yakni
bersifat not coontingent to perpromance. Artinya pembataran sewa pada leasing tidak
tergantung pada kinerja objek yang di sewa.
Dalam ijarah, metode pembayaran dibagi menjadi dua bagian. Pertama, ijarah yang
pembayarannya tergantung pada kinerja objeknya sewa. Jemis pembayaran ini disebut
Ujrah. Kedua, ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang di sewa
dalam perfektif fiqih disebut ju‟alah. Aturan yang terkait dengan bank dipersentasikan
sebagai berikut:
1. Bank diposisikan sebagai pemilik atau pihak yang memiliki penguasaan atas
objek sewa, baik berupa barang maupun jasa dan penyewaan terhadap
nasabah.
2. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah karakteristik pembiayaan ijarah dan
hak kewajiban nasabah.
3. Bank melakukan analisis atau rencana pembiyaan ijarah yang diajukan nasabah
meliputi persoalan berupa karakter, dan aspek usaha berupa kapasitas usaha,
keuangan, serta prospek usaha.
4. Sebagai pihak yang menyediakan objek sewa, bank wajib memenuhi kualitas
dan kuantitas objek sewa, serta ketepatan waktu penyediaan objek sewa.
Disamping itu, bank wajib menyediakan dana guna merealisasikan penyediaan
objek dana.
5. Bank dapat meminta nasabah untuk menjaga kebutuhan objek sewa dan
menggangu pemeliharaannya sesuai kesepakatan.
6. Bank tidak dapat membebankan kepada nasabah untuk menanggung biaya
kerusakan objek sewa jika kerusakan bukan disebabkan pelanggaran akad atau
kelalaian nasabah.
Aturan teknis yang terkait dengan nasabah adalah nasabah wajib membayar uang
sewa. Pembayaran tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang atau pembebasan
utang. Disamping untuk pembiayaan transaksi sewa menyewa dan sewa beli. Akad
ijarah juga dipergunakan untuk pembiayaan transaksi sewa menyewa multijasa.
Pemberlakuan ijarah dalam jasa, karena jasa merupakan salah satu objek ijarah,
disamping manfaat barang. Perbedaan teknis transaksi ijarah yang objeknya manfaat
dengan ijarah yang objeknya jasa adalah, dalam jasa nasabah tidak dikenakan
kewajiban untuk menjaga kebutuhan objek sewa, dan tidak pula dibebani tanggumg
jawab atas kerusakan objek sewa. Dalam konteks perbakkan syari‟ah, aturan ijarah
nasabah yang menggunakan akad ijarah untuk multijasa dapat memperoleh imabalan
jasa.8
Dalam istilah perbakkan syari‟ah, ijarah dapat diartikan sebagai leasecontrac dan
juga hirecontract. Leasecontract adalah suatu lembaga keuangan penyewaan peralatan
(eguipment) baik dalam sebuah banguanan maupun barang-barang, seperti mesin, pesawat
terbang dan lain misalnya. Sedangkan hirecontract adalah akad sewa sebagaimana dalam
kajian sewa menyewa pada hukum perdata. Dan hukum islam pada umumnya dalam praktik
perbakkan , akad ijarah diartikan sebagai akad yang memberikan kesempatan kepada
penyewa, untuk mengambil manfaat dari barang sewaan, untuk jangka waktu tertentu
dengan imbalan yang besarnya telah disepakati. Dalam kasus sewa atas tanah, ijarah atau
sewa berarti nilai surplus sebidang tanah.
Dari beberapa terminologi tersebut diatas, dapat dipahami bahwa:
1. Akad ijarah adalah akad atau transaksi pemindahan hak guna atas suatu
barang atau jasa ketrampilan tertentu melalui pembayaran upah (sewa)
secara proporsional;
2. Akad ijarah tidak berakibat pada pemindahan kepemilikan atas barang
tertentu atau jasa ketrampilan tertentu;
3. Akad ijarah ditentukan untuk masa tertentu dan tujuan tertentu dari barang
atau jasa yang disewa.9
8Muha ad Syafi’i A to io,”Ba k sya iah: Da i teo i ke P aktik”, Jaka ta:Ge a I sa i P ess, h.
9I dah Yulia a,”Ki e ja Keua ga Pe usahaa Te hadap Pe etapa Ti gkat Sewa Ija ah di I do esia” akalah
Keterangan sekema:
1. Nasabah mengajukan pembiyaaan ijarah ke bank syariah
2. Bank kemudian memberi/ menyewa barang yang diinginkan oleh
nasabah, sebagai objek ijarah, tarif ijarah, dari suplayer/ penjual /
pemilik.
3. Setelah dicapai kesepakatan anatara nasabah dengan bank
mengenai baranf objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah, dan biaya
pemelihaannya, maka akad ijarah ditandatangani. Nasabah
diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.
4. Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang
disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan
objek ijarah tersebut kepada bamk.
5. Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai‟u wal ijarah) setelah
periode ijarah berakhir, objek ijarah tersebut disimpan oleh bank
sebagai aset yang dapat disewakan kembali.
6. Bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al-ijarah wal ijarah, atau
ijarah paralel) setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut
dikembalikan oleh bank kepada suplayer/penjual/ pemilik.10
Fatwa DSN MUI No: 09/DSN-MUI/IV/2000 menetapkan mengenai ketentuan ijarah
dalam Lembaga Keuangan Syariah sebagai berikut:
10
a. Kewajiban Lembaga Keuangan Syariah sebagai pemberi manfaat barang
atau jasa:
a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang.
c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
b. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:
a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak).
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak
materil).
c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak
penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab
atas kerusakan tersebut.11
Jenis barang atau jasa yang dapat disewakan adalah sebagai berikut:
a. Barang modal; aset tetap, seperti bangunan, gedung, kantor, dan
ruko.
b. Barang produksi; mesin, alat alat berat, dan lain-lain
c. Barang kendaraan transportasi; darat, laut, dan udara
d. Jasa untuk mmebayar ongkos; uang sekolah/kuliah, tenga kerja, hote,
angkutan/ transportasi, dan sebagainya.12
Bank- bank Islam yang mengoperasikan produk al –ijarah, dapat
melakukan leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun financial lease. Akan
tetapi, pada umumnya, bank- bank tersebut lebih banyak menggunakan al- ijarah al-
muntahia bit- tamlik karena lebih sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu, bank pun
tidakdirepotkan untuk mengurus pemeliharaan aset, baik pada saat leasing maupun
sesudahnya.13
Sifat Akad Ijarah
Para ulama fiqih berbeda pendapat tentang sifat akad al-ijarah, apakah bersifat
mengikat kedua belah pihak atau tidak. Ulama hanafiah berpendirian bahwa akad ijarah itu
bersifat mengikat, tetapi boleh dibatalkan secara sepihak apabila terdapat uzur dari salah
satu pihak yang berakad, seperti salah satu pihak wafat atau kehilangan kecakapan untuk
bertindak hukum. Akan tetapi jmhur ulama berpendapat bahwa akad ijarah itu bersifat
mengikat, kecuali ada cacat atau barang itu tidak boleh dimanfaatkan. Akibat perbedaan
pendapat ini terlihat dalam kasus apabila salah seorang meninggal dunia. Menurut ulama
Hanafiayah, apabila apabila salah seorang yang berakat meninggal dunia, maka akad
ijarah batal, karena manfaat tidak boleh diwariskan. Akan tetapi, jumhur ulama
mengatakan bahwa manfaat itu dapat diwariskan karena termasuk harta (al-mal). Oleh
karena itu kematian salah satu pihak yang berakat tidak membatalkan akad ijarah.14
Pengembalian sewaan
Jika ijarah telah berakhir, penyewa berkewajiban mengembalikan barang sewaan, jika
barang itu dapat dipindahkan, ia wajib menyerahkannya kepada pemiliknya. Dan jika bentuk
barang sewaan adalah benda tetap („iqar), ia wajib menyerahkan kembali dalam keadaan
kosong, jika barang sewaan itu tanah, ia wajib menyerahkan kepada pemiliknya dalam
keadaan kosong dari tanaman, kecuali bila ada kesulitan untuk menghilangkannya. Mazhab
Hanbali berpendapat bahwa ketika ijarah telah berakhir, penyewa harus melepaskan
barang sewaan dan tidak ada kemestian mengembalikan untuk menyerahkannya, seperti
barang titipan.
Metode Pembayaran Ijarah
Pembayaran ijarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang pembayarannya
tergantung pada kinerja objek yang disewa (contingent to formance) dan ijarah yang
pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa (not contingent to
formance). Ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa disebut
ijarah gaji, ijarah sewa. Sedangkan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada
kinerja objek yang disewa disebut jualah atau success fee.15
Manfaat dan Risiko yang Harus diantisipasi
Manfaat dari transaksi al- ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa dan kembalinya uang
pokok. Adapun risiko yang mungkin terjadi dalam al- ijarah adalah sebagai berikut:
a. Default; nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja.
14
Hasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2007), h. 236. 15
b. Rusak; aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan bartambah,
terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa pemeliharaaan harus dilakukan oleh bank.
c. Berhenti; nasabah berhenti di tengah kontrak dan tidak mau membali aset tersebut.
Akibatnya, bank harus menghitung kembali keuntungan dan mengembalikan sebagian
kepada nasabah16.
D. PENUTUP
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Dalam istilah perbakkan syari‟ah, ijarah dapat diartikan sebagai leasecontrac dan juga hirecontract. Leasecontract adalah suatu lembaga keuangan penyewaan peralatan (eguipment) baik dalam sebuah
banguanan maupun barang-barang, seperti mesin, pesawat terbang dan lain misalnya.
Sedangkan hirecontract adalah akad sewa sebagaimana dalam kajian sewa menyewa pada
hukum perdata. Dan hukum islam pada umumnya dalam praktik perbakkan , akad ijarah
diartikan sebagai akad yang memberikan kesempatan kepada penyewa, untuk mengambil
manfaat dari barang sewaan, untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan yang besarnya
telah disepakati. Dalam kasus sewa atas tanah, ijarah atau sewa berarti nilai surplus
sebidang tanah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Syamsul Hilal, artikel konsep dasar ijarah,tuntunanislamAgustus 132015Replay
Moh Rifai, Mutiara Fiqih,jilid II. Semarang : CV Wicaksana, 1998
Syayid Sabiq, Fiqih Sunah, Mekah: Tita Abadi Gemilang, 2013
Imam Mustofa, Fiqih Mu‟amalah Kontenporer,Jakatra : Rajawali Pres, 2016.
http://irhamanas.blogspot.com/2013/aplikasi-pembiyaan-ijarah-dalam-perbakkan.html
akses 09 Oktober 2016
Muhamad Syafi‟i Antonio,”Bank syariah: Dari teori ke Praktik”,Jakarta:Gema Insani Press,2001
Indah Yuliana,”Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Penetapan Tingkat Sewa Ijarah di Indonesia”makalah dipresentasikan pada UIN Malang,
Hasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Jakarta:Gaya Media Pratama, 2007
Ahmad Pahrudin,”Analisia Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiyaan Ijarah di Koprasi Jasa Keuangan Syariah Pekerja Pos Indonesia, sekripsi di Universitas Islam Negri Syarif