! " # $ % & " $ # '
( & )
* + # + ,)
STIM Bisnis Gorontalo
Email: trifrida.suryati@gmail.com
Email : surya.machmud@yahoo.com
Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja portofolio Reksadana Saham
dengan cara membandingkan return portofolio Reksadana Saham dengan IHSG
dan konsistensi model pengukuran Reksadana Saham di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan model pengukuran kinerja portofolio reksadana
Saham model dari composite measure yaitu model Treynor, model Sharpe dan
model Jensen. Selanjutnya diukur konsistensi ketiga model tersebut dengan mengukur kinerja portofolio Reksadana Saham. Sampel penelitian sebanyak 43 portofolio Reksadana Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai 2010. Analisis yang digunakan adalah analisis independent sampel t-test, one sampel t-test, dan one way ANOVA dengan menggunakan program statistik SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara return
portofolio Reksadana Saham dengan return pasar (IHSG). Model Treynor, Sharpe
dan Jensen mempunyai kinerja yang berbeda dengan IHSG. Berdasarkan model pengukuran kinerja Treynor, Sharpe dan Jensen diperoleh bahwa kinerja IHSG jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja portofolio Reksadana Saham. Pengujian konsistensi menunjukkan bahwa pengukuran kinerja model Treynor dan model Jensen tidak berbeda. Sedangkan model pengukuran Treynor dan model pengukuran Jensen berbeda dengan model pengukuran kinerja Sharpe.
" # " , Return Reksadana Saham, IHSG, Composite Measure.
! *(!-*
This research aims to analyse the portfolio performance of Equity Fund by comparing the return portfolio of the equity fund with IHSG and the consistency of the measurement model of equity fund in the Indonesia Stock Exchange.
In this study, the models used to measure the portfolio performance of equity fund were models of the composite measure: Treynor’s model, Sharpe’s model, and Jensen’s model. Furthermore, the consistency of the three models in measuring the portfolio performance of equity fund was measured. The samples involved in this study were 43 equity fund fortfolio listed in the Indonesia Stock Exchange from 2008 to 2010. The analyses used were the independent sample t/test, one sample t/ test and one way ANOVA analyses, using SPSS statistical program.
the measurements of Treynor, Sharpe and Jensen’s model, it is found that the performance of IHSG is much higher than the portfolio performance of equity fund. Meanwhile. The consistency test reveals that the measurement of Treynor and Jensen models are not different, whereas the measurement models of Treynor and Jensen models are different from the Sharpe’s performance measurement model.
" + . return portfolio of the equity fund, IHSG, Composite Measure.
$/ 0!1232!
Fenomena global berupa
pergerakan pola kepemimpinan
perekonomian dari Negara barat
menuju kawasan Asia, integritas
ekonomi dalam satu zona kebersamaan dan tingkat populasi penduduk yang tinggi dikawasan Negara-negara Asia sangat melekat di Indonesia dan
memberikan kontribusi akan
pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia khususnya Indonesia walaupun tidak sesempurna yang diharapkan. Kebutuhan perusahaan-perusahaan akan dana jangka panjang
dalam bentuk equity menjadi semakin
besar. Keberadaan pasar modal
diperlukan sebagai alternatif untuk menghimpun dana eksternal jangka
panjang tanpa menggunakan
intermediasi keuangan.
Undang/Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, memberikan definisi bahwa pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan
Efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Terdapat dua cara melakukan investasi kedalam pasar modal, yaitu melalui investasi langsung maupun melalui lembaga-lembaga penghimpun dana
seperti Reksadana atau mutual fund
yang dapat menjadi mediator bagi para investor untuk melakukan investasi
kedalam pasar modal. Biasanya
perusahaan-perusahaan Reksadana
tersebut tidak hanya melakukan
penanaman modal pada satu jenis investasi saja, namun melakukan portofolio ke dalam berbagai bentuk investasi antara lain Saham, obligasi, maupun surat-surat berharga yang lain (Jogiyanto, 2009:9).
Penilaian kinerja portofolio, investor perlu menggunakan variable-variabel antara lain adalah tingkat
return dan risiko. Tingkat return
dipengaruhi oleh perubahan harga
Saham-Saham yang membentuk
portofolio serta pembayaran dividen dari masing-masing Saham tersebut. Sedangkan tingkat risiko dinyatakan dalam bentuk standar deviasi tingkat keuntungan atau disebut dengan risiko total, yang merupakan penjumlahan antara risiko sistematis yang disebut
dengan beta (IS) dan risiko tidak
sistematis (Husnan,
1998:455-456).Evaluasi kinerja portofolio ini termasuk sebagai kelanjutan kegiatan investasi serta sebagai umpan balik dan mekanisme control yang membuat proses manajemen investasi lebih efektif (Sharpe et. al, 1995).
Reksadana Pasar Uang dan Reksadana
Campuran. Masing-masing jenis
Reksadana tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda-beda
sehingga berbeda pula cara yang digunakan untuk mengukur kinerja
Reksadana(benchmark) tersebut
(Ubaidillah, 2008). Di Indonesia, khususnya untuk Pasar Saham, Indeks Pasar Saham adalah Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang
dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, dan saat ini sudah sering digunakan sebagai tolak ukur atau pembanding
dari suatu Kinerja Portofolio
Sahamatau Portofolio Reksadana
(Ubaidillah, 2008).
Ada baiknya sejenak untuk
melihat bagaimana kinerja dan
perkembangan Reksadana semester 1,
2011 ini.Dana kelolaan industri
Reksadana secara keseluruhan hingga akhir April 2011 telah mencapai rekor baru. Pencapaiannya bahkan telah melampaui total dana kelolaan di tahun 2010. Sampai 30 April 2011, dana kelolaan Reksadana mencapai Rp. 153,687 triliun. Tahun lalu, total dana
kelolaan Reksadana sebesar
Rp.149,099 triliun. “Year to date
pertumbuhan ReksadanaSaham sebesar 3,08%” ujar Ketua Asosiasi Pengelola
Reksadana Indonesia (APRDI)
Abipriyadi, Rabu (25/5).
Abipriyadi memaparkan,
ReksadanaSaham memperlihatkan
pertumbuhan paling tinggi, yakni 15,85% dari awal tahun hingga akhir April 2011. Sementara itu, Reksadana campuran dan pendapatan tetap turun masing-masing 8,24% dan 5,33%. “Penurunan ini karena beberapa factor, ada sebagian yang keluar karena tertarik investasi di SUKUK, adapula yang mengalihkan investasinya ke
ReksadanaSaham, “ujar Abi. Sampai dengan Maret 2011 jumlah pemegang unit Reksadana mencapai 324.576 nasabah atau sudah melampaui total nasabah tahun lalu yang sebanyak
353.704. Adapun jumlah unit
Reksadana hingga Maret 2011
sebanyak 621 unit.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis terdapat dua
portofolio ReksadanaSaham yang
selama tiga tahun berturut-turut
mempunyai kinerja di atas kinerja Indeks Harga Saham Gabungan yaitu Reksadana Batavia Dana Saham dan Panin Dana Maksima dimana
masing-masing memiliki nilai return 0,00435
dan memiliki tingkat risiko sebesar 0,005 untuk Reksadana Batavia Dana Saham sedangkan untuk Panin Dana
Maksima memiliki nilai return sebesar
0,00024 dan memiliki tingkat risiko sebesar 0,00743. Sedangkan untuk
portofolio ReksadanaSaham yang
mempunyai kinerja di bawah kinerja Indeks Harga Saham Gabungan yaitu Nikko Saham Nusantara dengan nilai
return sebesar -0,00024 dan tingkat risiko sebesar 0,00548.Nilai rata-rata kinerja 43 portofolio ReksadanaSaham ternyata lebih kecil dibandingkan kinerja pasar, bahkan rata-rata risiko dan 43 portofolio ReksadanaSaham ternyata lebih besar dibandingkan risiko pasar yang diukur dari baik
deviasi standar maupun variance.
Namun ketegasan mengenai apakah hal ini mengindikasikan bahwa 43 portofolio ReksadanaSaham tersebut memiliki kinerja yang lebih buruk dibandingkan dengan kinerja pasar perlu dikaji lebih mendalam secara statistik.
atau pengukuran kinerja portofolio
Reksadana, pertama dengan
mempertimbangkan return, dan kedua
adalah dengan menggunakan return
dan risiko secara bersama-sama atau
disebut dengan composite measure
dimana pada metode pengukuran ini
terdapat model Treynor, model Sharpe,
serta model Jensen
(Fabozzi,2000:1133-1134).Pedoman yang relevan bagi investor dalam mengukur risiko dapat dinyatakan dalam deviasi standar sebagai risiko total, serta beta yang merupakan risiko sistematis (Husnan, 1998:465). Deviasi standar yang dilambangkan sebagai a digunakan sebagai variable pengukur kinerja portofolio dalam model Sharpe
atau Sharpen’s measure, sedangkan
beta digunakan sebagai variable pengukur kinerja portofolio Reksadana
di dalam model Treynor atau Treynor’s
measure serta model Jensen atau
Jensen’s measure. Dengan adanya perbedaan penggunaan jenis risiko pada ketiga model tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan jenis risiko yang berbeda terhadap hasil pengukuran masing-masing model dalam mengukur kinerja Reksadana. Di samping itu tujuan penggunaan ketiga model tersebut dalam penelitian ini adalah untuk
membandingkan konsistensi hasil
pengukuran dan masing-masing model dalam mengukur kinerja portofolio
ReksadanaSaham di Bursa Efek
Indonesia, sehingga dapat diketahui suatu model yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi investor dalam
mengukur kinerja portofolio
ReksadanaSaham sebagai suatu
portofolio investasi.
Melalui beberapa perbedaan
yang berkaitan dengan sampel
penelitian, maupun model pengukuran kinerja Reksadana, maka penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan penelitian-penelitian terdahulu yang
telah dilakukan Droms dan Walker
(1994) dan Junanda (2004), Droms dan
Walker (1994) hanya menggunakan
model Jensen untuk menilai kinerja
portofolio Reksadana internasional.
Sedangkan Junanda (2004)
meggunakan ketiga model dari
composite measure yaitu model Treynor, model Sharpe, dan model Jensen untuk menilai kinerja portofolio
ReksadanaSaham.Dalam penelitian
yang saya lakukan ini model yang digunakan untuk mengukur portofolio
menggunakan ketiga model dari
composite measure yaitu model Treynor, model Sharpe dan model
Jensen yang selanjutnya diukur
konsistensi ketiga model tersebut dan
memperpanjang pengambilan data
sampel menjadi 36 bulan dan
memperbanyak sampel penelitian
menjadi 43 sampel.Composite measure
adalah metode yang menggunakan
return dan risiko secara bersama-sama untuk pengukuran kinerja portofolio Reksadana. Metode ini dianggap paling relevan dalam mengukur kinerja
Reksadana. Peneliti-peneliti
sebelumnya yang telah menggunakan
metode composite measure diantaranya
Friend dan Blume (1970), Fama
(1972), Klemkosky (1973), Leland
(1999), serta Reilly dan Brown
(2000).Friend dan Blume (1970)
memiliki asumsi awal bahwa sesuai
dengan teori, ketiga composite
measure tersebut berdiri sendiri
hubungan yang signifikan diantara ketiganya, bahkan hubungan tersebut juga terdapat antara dua jenis risiko yang digunakan yaitu standar deviasi dan beta.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya perbedaan
yang signifikan antara return
portofolio ReksadanaSaham dengan
return pasar yang dikur dari return
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia
dengan model pengukuran Treynor,
model pengukuran Sharpe dan model
pengukuran Jensen serta mengetahui ada tidaknya perbedaan konsistensi ketiga model pengukuran kinerja tersebut dalam memberikan hasil
pengukuran kinerja portofolio
ReksadanaSaham di Bursa Efek
Indonesia.
*/3!!1 3 */(!*2( 0!
$/ 4/ ! 4! 1 $5*/
( &
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) Reksadana didefinisikan sebagai
wadah yang dipergunakan untuk
menghimpundana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Perusahaan
Reksadana(mutual fund) ini adalah
perusahaan investasi yang mengelola portofolio dan menjual kepemilikan
portofolionya kepada investor.
Pemegang kepemilikan portofolio
dapat menjual kembali kepemilikan portofolionya keperusahaan Reksadana yang bersangkutan.Dengan demikian, perusahaan Reksadana ini mempunyai besarnya portofolio yang berubah-ubah
di pasar modal. Nilai total portofolio yang dibentuk disebut dengan Nilai
Aktiva Bersih atau NAB (Net Asset
Value atau NAV).
Ditinjau dari aktiva yang
diinvestasikan (Jogiyanto, 2009:26),
Reksadana dapat diklasifikasikan
menjadi 1) ReksadanaSaham(Equity
Funds): Adalah jenis
Reksadanadimana investasi
portofolionya dilakukan pada Saham-Saham dari berbagai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Fokus investasi Saham adalah
pertumbuhan dan likuiditas, sehingga disukai para spekulan. 2) Reksadana
Pendapatan Tetap (Fixed Income
Mutual Funds): adalah Reksadana ini berisi paling tidak 80% aktiva obligasi dan sisanya dapat berupa aktiva lain, misalnya Saham. Tujuannya untuk membentuk portofolio yang lebih aman. 3) Portofolio ReksadanaSaham
atau Reksadana Ekuitas (Equity
Mutual Funds): adalah Reksadana ini berisi dengan paling tidak 80% aktiva Saham dan sisanya dapat berupa aktiva lain, misalnya obligasi. Tujuannya
untuk menghasilkan return yang
tinggi. 3) Reksadana Campuran (Mixed
Mutual Funds): adalah Reksadana ini berisi dengan aktiva campuran dalam obligasi, Saham dan aktiva lainnya.
Menurut Manurung (1997),
terdapat lima faktor yang perlu
diperhatikan dalam memilih
perusahaan Reksadana yaitu: tujuan
investasi, background, reputasi,
prestasi, serta pembandingan dengan Reksadana sejenis.
( #
Para investor termotivasi untuk
melakukan investasi pada suatu
harapan memperoleh tingkat
pengembalian atau return investasi
yang sesuai. Sehingga tingkat
pengembalian atau return adalah
tingkat keuntungan yang diperoleh investor atas suatu invetsasi yang
dilakukannya (Ang, 1997).
Sedangkan yang dimaksud
dengan return portofolio
ReksadanaSaham merupakan return
harian per unit penyertaan
masing-masing dari portofolio
ReksadanaSaham di mana akan
dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Rp,t=NAVt - NAV t/1
NAVT/1 dimana:
Rp,t = return harian
portofolio ReksadanaSaham pada hari t
NAVt = nilai aktiva bersih
pada hari t
NAVt-1 = nilai aktiva bersih
sehari sebelum hari t
( &
Risiko sering dihubungkan
dengan penyimpangan atau deviasi
dari outcome yang diterima dengan
yang diekspektasi. Home dan
Wachowics (1992) mendefinisikan
risiko sebagai variabilitas return
terhadap return yang dihadapkan.
Untuk menghitung risiko, metode yang banyak digunakan adalah deviasi
standar (Standard Deviation) yang
mengukur absolute penyimpangan
nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai ekspektasinya.
Total risiko, yang
dinotasikansebagai deviasi standar
(standard deviation) dan dilambangkan dengan σ, atau apabila dalam bentuk kuadrat disebut dengan variance (σ2)
menunjukkan besarnya kemungkinan
return yang diperoleh menyimpang
dari return yang diharapkan (Husnan,
1998). Demikian halnya dengan Ang
(1997) yang menjelaskan bahwa
deviasi standar (standard deviation)
digunakan untuk mengukur tingkat
penyebaran (dispersion) atau variasi
return yang diperoleh, dengan rata-rata
return atau return yang diharapkan. Semakin besar nilai deviasi standar dari suatu Saham menunjukkan bahwa
investasi pada Saham tersebut
memiliki tingkat risiko yang semakin tinggi (Ang, 1997).
& 1 % ) 4 %
6 1 47
Suatu indeks diperlukan
sebagai sebuah indicator utama untuk menggambarkan pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas.Indeks harga Saham setiap hari dihitung menggunakan harga Saham terkahir yang terjadi di bursa. Untuk menghitung Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG), dapat
dipergunakan formula sebagai berikut (Iskandar, 2010):
Peneliti pertama yang
mengembangkan metode pengukuran
kinerja portofolio dengan
menggabungkan faktor return dan
melakukan pengukuran kinerja
portofolio dengan melakukan
perbandingan antara selisih return
portofolio dan tingkat suku bunga bebas risiko (risk/free asset), dengan beta yang merupakan risiko yang ditimbulkan oleh fluktuasi Saham secara individu yang dirumuskan sebagai berikut:
Dari hasil perbandingan
tersebut dapat ditarik suatu garis lurus dimana Treynor menyebutnya sebagai
garis kemungkinan portofolio
(portofolio possibility line).Dalam
mengembangkan konsep ini Treynor
memiliki asumsi bahwa investor yang rasional merupakan tipe investor yang
menghindari risiko (risk averse), dan
lebih memilih portofolio yang
memiliki slope garis kemungkinan portofolio yang lebih besar Reilly dan Brown, 2000: 1135-1136).
Kinerja portofolio ditunjukkan oleh nilai indeks Treynor (Tp) dimana
semakin besar nilai Tp menunjukkan
bahwa kinerja portofolio tersebut semakin baik. Variabel pembilang yang merupakan selisih antara rata-rata kinerja portofolio dan tingkat suku bunga bebas risiko (r / Rf ) dapat
disebut sebagai risk premium,
sedangkan penyebut merupakan
ukuran risiko sistematik (ftp), sehingga
Tp merupakan return dari premi risiko
per unit risiko (risk premium return
per unit of risk). Bila megacu pada
garis SML (Security Market Lines)
maka kinerja portofolio yang baik akan memiliki nilai Tp di atas garis SML,
sedangkan kinerja yang buruk
memiliki nilai Tp di bawah garisSML.
Menurut Treynor investor yang
menghindari risiko selalu berusaha
untuk memaksimalkan nilai Tp. Di
dalam model pengukuran ini Treynor memiliki asumsi bahwa portofolio telah terdiversifikasi secara baik dan menganggap bahwa risiko sistematik lebih relevan untuk digunakan (Reilly dan Brown, 2000: 1137-1139).
$ % & "
Dengan mengamati beberapa
portofolio Reksadana dan
menggunakan pendekatan konsep
Capital Market Line (CML), Sharpe
(1996) terupaya mengaplikasikan
model pengukuran kinerja portofolio yang hampir mirip dengan model
pengukuran kinerja Treynor. Hal yang
membedakan model pengukuran
Sharpe dari model Treynor adalah pada
penggunaan standar deviasi atau total risiko portofolio.
Nilai indeks sharpe (Sp) yang semakin besar menunjukkan kinerja portofolio yang semakin baik. Dalam model pengukuran kinerja portofolio yang dibentuk, Sharpe melakukan perbandingan antara selisih antara
rata-rata return portofolio dan tingkat suku
bunga bebas risiko (r/Rf) atau risk
premium, dengan total risiko portofolio
(σp) yang dirumuskan sebagai berikut:
Rp =r / Rf
σp dimana:
Sp = Indeks model Sharpe
Rf = Risk free
σp= Standar deviasi portofolio,
Sp merupakan return dari premi
risiko per unit risiko (riskpremium
return per unit of risk). Nilai
σpmerupakan slope dari garis
kemungkinan portofolio. Nilai Sp juga
dianggap sebagai return dari premi
risiko per unit total risiko (risk
premium return of total risk). Kinerja portofolio yang baik ditunjukkan
dengan nilai Sp di atas garis CML,
sedangkan kinerja yang buruk
ditunjukkan dengan nilai Sp di bawah
garis CML (reilly dan Brown, 2000:
1139-1141).
$ % & "
Model pengukuran kinerja
Jensen (1968) bertujuan untuk
mengukur perbedaan premi risiko
portofolio (portofolio riskpremium)
dari premi risiko pasar (market
riskpremium) pada tingkat beta portofolio tertentu, yang dirumuskan sebagai beriikut:
Premi risiko portofolio
merupakan tingkat kelebihan return
portofolio dibandingkan tingkat suku bunga bebas risiko, sedangkan premi
risiko pasar merupakan tingkat
kelebihan return pasar dibandingkan
tingkat suku bunga bebas risiko,
sedangkan beta merupakan risiko
sistematis CM. (Capital Market Line)
(Reilly dan Brown, 2000: 1141).
Beta merupakan tingkat risiko sistematis pada kenyataannya memiliki nilai yang selalu berubah selama periode pengamatan.Melalui regresi
diperoleh suatu nilai beta yang
mewakili tingkat risiko
portofolio.Residual error merupakan
tingkat kesalahan acak yang terjadi
apabila nilai beta diasumsikan tetap
(Sharpe et al, 1995 : 487). Untuk mengetahui perbedaan antara premi risiko portofolio dan premi risiko pasar, Jensen menambahkan suatu variabel yang kemudian dinamakan
dengan or atau alpha (Reilly dan
Brown, 2000: 1142).
Alat ukur model Jensen adalah or, yang merupakan selisih dari premi
risiko portofolio (portofolio risk
premium) dari premi risiko pasar
(market risk premium) pada tingkat beta portofolio tertentu. Jika dari hasil regresi nilai a sama dengan no) maka tidak terdapat perbedaan antara premi
risiko portofolio (portofolio risk
premium) dan premi risiko pasar
(market risk premium) pada tingkat
beta portofolio tertentu, atau return
portofolio investor sama dengan
kinerja pasar. Kinerja portofolio yang baik ditunjukkan dengan nilai a yang lebih besar dari nol, sedangkan kinerja portofolio yang buruk ditunjukkan dengan nilai a yang lebih kecil dari nol
(Fabozzi, 2000: 800-801).
Salah satu apliaksi Jensen
measure dapat ditemukan pada
penelitian Droms dan Walker (1994)
ayng melakukan pengukuran terhadap
kinerja portofolio Reksadana
internasional secara acak. Walaupun hasil penelitian menunjukkan a yang secara signifikan berbeda dengan nol,
namun excess risk/adjusted rate of
kinerja portofolio Reksadana
internasional (Droms dan Walker,
1994).
$/ 4/ ! 4! 1 $5*/
Burto G (1996) melakukan penelitian terhadap kinerja portofolio ReksadanaSaham dari tahun 1971 sampai dengan 1991 pada Reksadana asing yang bertujuan untuk melihat suatu konsistensi kinerja Reksadana
dengan Jensen’s Alpha sebagai alat
ukurnya dan hasil temuan ini
disimpulkan bahwa kinerja Reksadana tidak secara meyakinkan mengungguli kinerja portofolio acuan.
Franco (1997) melakukan
penelitian dengan menggunakan risk
adjusted measure yang dilalukan pada
portofolio ReksadanaSaham yang
berada di luar negeri, dan
menyimpulkan bahwa beberapa
Reksadanaakan memiliki kinerja di atas kienrja pasar, bila manajer
investasinya mengelola dengan
manajemen yang baik.
Khusmiyati (2000) meneliti
portofolio ReksadanaSaham di
Indonesia periode Januari sampai dengan Desember 1999.Tujuan dari penelitiannya adalah untuk melakukan
peringkatReksadana berdasarkan
kinerjanya, dan pengukurannya
menggunakan Jensen Alpha. Hasilnya menyimpulkan bahwa investasi Saham
melalui Reksadana tidak
menguntungkan.
Junanda (2004) meneliti
portofolio ReksadanaSaham di
Indonesia periode Januari sampai dengan Desember 2003.Tujuan dari penelitiannya adalah utnuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan yang
signifikan antara kinerja portofolio
ReksadanaSaham dibandingkan
dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan di BEI.Hasilnya adalah
tidak selalu kinerja portofolio
ReksadanaSaham di atas kinerja pasar (IHSG).
Penelitian Burto, Franco,
Khusmiyati dan Junanda menunjukkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara Kinerja portofolio
ReksadanaSaham dengan kinerja
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan kerangka teoritis dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis pertama dinyatakan.
Junanada (2004) melakukan penelitian dengan menggunakan model statistik deskriptif yang menggunakan metode RVAR (Sharpe Measure) dan RVOL
(Treynor Measure) pada kinerja
Reksadana di Indonesia pada periode tahun 1997 sampai dengan 1988.Hasil
penelitiannya menunjukkan bhawa
terdapat beberapa kinerja Reksadana di atas kinerja pasar dan terdapat pula
beberapa kinerja portofolio
ReksadanaSaham di bawah kinerja pasar. Jadi bila Reksadana oleh manajer investasinya dikelola dengan baik, maka akan memperoleh kinerja yang maksimal.
Penelitian Hendrawan dan
Junanda menunjukkan hasil bahwa
tidak tedapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja portofolio
ReksadanaSaham dnegan kinerja
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia dengan model pengukuran Treynor. Berdasarkan kerangka teoritis dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis kedua dinyatakan:
Junanada (2004) dan Martarina, meneliti kinerja Saham pada papan utama (main board) dan papan pengembangan (second board) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) menggunakan model Sharpe periode 2003-2007. Hasilnya adalah Kinerja Saham pada papan utama (main board) dan papan pengembangan (second board) adalah berbeda signifikan, Kinerja Saham pada papan utama
(main board) dan papan
pengembangan (second board) adalah tidak signifikan atau tidak berbeda (sama saja). Risiko Saham pada papan utama (main board) dan papan pengembangan (second board) adalah tidak signifikan atau tidak berbeda (sama saja).
Penelitian Junanda dan
Martarina menunjukkan hasil bahwa
tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja portofolio
ReksadanaSaham dengan kinerja
Indeks Harga Saham Gbaungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia dengan model pengukuran Sharpe. Berdasarkan kerangka teoritis dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis ketiga dinyatakan:
penelitian pada kinerja portofolio
ReksadanaSaham dengan
menggunakan Jensen measure pada
Reksadana di Indonesia periode Maret sampai dengan Juni 1997. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan
bahwa terdapat 6 Reksadana yang menghasilkan nilai abnormal kinerja
positif. Jika Reksadana dikelola
dengan baik oleh Manajer Investasi, makaakan memperoleh kinerja yang maksimal.
Droms dan walker (1994) melakukan penelitian pada kinerja
investasi Reksadana(mutual fund)
internasional. Penelitian yang mereka lakukan merupakan pengembangan penelitian terdahulu yang pernah
dilakukan oleh Friend et al. (1962),
penelitian dari Kon dan Jen (1979),
Henriksson dan Merton (1981),
Merton (1981), Chang dan walker
(1994) mengembangkan penelitian
diatas dengan memperluas periode pengamatan dengan menggunakan data Reksadana internasional selama lebih dari satu dekade. Penelitian yang
mereka lakukan bertujaun untuk
mengukur kinerja investasi Reksadana
internasional serta mengetahui
keterkaitan antara kinerja investasi
Reksadana internasional tersebut
dengan asset sizes, expense ratios,
portfolio turnover, dan load/no/load status.
Pengukuran kinerja investasi
Reksadana internasional dilakukan
dengan menggunakan model Jensen. Reksadana internasional yang menjadi
Reksadana yang beroperasi pada kurun waktu 1971 hingga 1990.Kinerja pasar
yang menajdi benchmark dalam
penelitian ini adalah tingkat kinerja
indeks S&P500, indeks EAFE, dan
world index.Sedangkan tingkat suku bunga bebas risiko menggunakan
Treasury Bill. Uji statistik ayng
digunakan untuk mengetahui
keterkaitan antara kinerja investasi
Reksadana internasional tersebut
dengan asset sizes, expense ratios,
portfolio turnover, dan load/no/load status adalah model regresi least square dengan estimasi matriks covarian seperti ayng dikembangkan oleh Fuller dan Battese (1974).
Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai Alpha dari persamaan Jensen tidak secara signifikan berbeda dengan nol yang berarti bahwa excess risk/adjusted rates of kinerja tidak dapat diperoleh melalui investasi pada Reksadana
internasional secara acak (cross
section).
Uji statistik juga tidak
menemukan hubungan antara asset
sizes, expense ratios, portfolio turnover, dengan kinerja Reksadana
internasional. Keterbatasan dari
penelitian ini adalah para pegukuran
kinerja investasi Reksadana
internasional yang hanya
menggunakan model Jensen.
Penelitian Droms & Walker, Hayu, dan Junanda menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio
ReksadanaSaham dengan kinerja
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia dengan model pengukruan Jensen. Berdasarkan kerangka teoritis dan hasil
penelitian terdahulu, maka hipotesis keempat dinayatakan:
Junanda (2004) meneliti
perbedaan konsistensi pengukuran
model Treynor, model Sharpe, dan model Jensen dalam memberikan hasil
pengukuran kinerja portofolio
ReksadanaSaham di Bursa Efek
Indonesia. Hasilnya adalah tidak
terdapat perbedaan konsistensi pengukuran model Treynor, model Sharpe dan model Jensen dalam memberikan hasil pengukruan kinerja portofolio ReksadanaSaham di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan kienrja portofolio teoritis dan hasil penelitian terdahulu, amka hipotesis kelima dinyatakan:
Untuk dapat menjelaskan alur fikir, maka dalam peneltiian ini akan dibentuk suatu kerangka pemikiran
teroritis. Berdsarkan penjabaran
masalah penelitian, konsep teori, penelitian terdahulu serta berdasarkan Hipotesis 1 (HI) hingga Hipotesis 5 (H5), kerangka pemikiran teoritis yang dapat disusun untuk dapat memperjelas dan membantu proses analisis adalah sebagai berikut:
H1 (Uji Beda Return) IHSG
REKSADAN
H2, H3, H4 Uji Beda Kinerja
H5
UJI KONSISTENSI
4 9 " %& $ & * #
Sumber: dikembangkan utnuk penelitian ini
/*50/ $/ /3 * !
$ 8 8
Populasi dalam penelitian ini adalah portofolio ReksadanaSaham
sebanyak 72 portofolio
ReksadanaSahampada akhir tahun
2010.Teknik sampel menggunakan
metode purposive sampling dengan
criteria 1)Telah memiliki iji dari badan Pengawas Pasar Modal dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari awal tahun 2008 hingga akhir tahun 2010. 2) Tidak pernah diberhentikan sementara kegiatan operasinya selama periode awal tahun 2008 hingga akhir tahun 2010. Berdasarkan kedua kriteria di atas maka tercatat 43 portofolio ReksadanaSaham layak dipergunakan sebagai sampel penelitian.
# !
Hipotesis 1 yang berkaitan untuk mengetahui perbedaan antara
return portofolio ReksadanaSaham
dengan IHSG, diuji dnegan
menggunakan metode independent
sample T Test dimana H1 diterima
apabila a < 0,05. Pengujian model
pengkuran return dengan
menggunakan model composite
measure (hipotesis 2 hingga hipotesis
4) dilakukan dengan menggunakan one
sample T Test. Sedangkan untuk hipotesis 5 yang berkaitan dengan uji konsistensi antara model Treynor, model Sharpe, dan model Jensen dalam memberikan hasil pengukuran kinerja portofolio ReksadanaSaham di
Bursa Efek Indonesia dilakukan
dengan menggunakan metode One
Way ANOVA yang berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata lebih dari dua sampel. Jika a< 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga model tersebut dalam memberikan hasil pengukuran kinerja portofolio ReksadanaSaham. Sedangkan konsistensi masing-masing model dapat dilihat dari bagian
homogeneous subset, dimana model
yang tidak konsisten akan
dikelompokkan pada bagian yang berbeda dan ditandai dengan notasi.
# $ % 8 0 #
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi: (a). Nilai
AKtiva Bersih / Net Asset Value
(NAB/NAV) portofolio
ReksadanaSaham Januari 2008 sampai dengan Desember 2010, (b). Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)
Januari 2008 sampai Desember 2010 (Lampiran 2), serta (c).Tingkat suku
bunga bulanan Sertifikat Bank
Indonesia Januari 2008 sampai
Desember 2010 yang digunakan
sebagai variabel risk free.
Data Nilai Aktiva Bersih
portofolio ReksadanaSaham dan
tingkat Indeks Harga Saham Gabungan harian tahun 2008 sampai dengan akhir tahun 2010 serta data tingkat suku
bunga bulanan Sertifikat Bank
dan bulan Januari 2008 sampai dengan bulan Desember 2010.
1! 3 $/ /3 * ! 0!
$/ !1! !
Bagian ini akan membahas hasil peneltiian tentang analisis kinerja
portofolio ReksadanaSaham yang
membandingkan return dan kinerja
portofolio ReksadanaSaham dengan
retutn dan kinerja IHSG serta membandingkan konsistensi model
pengukuran kinerja portofolio
ReksadanaSaham ayng diukur dengan tiga model pengukuran kinerja yaitu
model Treynor, Sharpe, dan Jensen.
Analisis data terdiri dari pengumpulan dat sebelum diolah, statistik deskriptif untuk amsing-masing variabel yang digunakan dan pengujian hipotesis penelitian menggunakan alat analisis
Independent Sampel T Test, One Sampel t Test dan One Way ANOVA.
# # # & 0 & 8# '
( # # # 0 ;
( # $ # ' ( & )
1 4
Return rata-rata Nikko Saham
Nusantara mempunyai return rata-rata
terkecil yaitu -0.00024 dengan standar deviasi 0.00548, sedangkan Reksadana Batavia Dana Saham mempunyai
return rata-rata terbesar yaitu sebesar 0.00435 dengan standar deviasi sebesar
0.005. Untuk return rata-rata pasar
(IHSG) sebesar 0.00183 dengan
standar deviasi sebesar 0.0053. Dari table tersebut di atas terlihat bahwa
terdapat dua Reksadana yaitu
Reksadana Batavia Dana Saham dan Panin Dana Prima yang emmpunyai
tingkat return diatas return pasar,
sengkan yang lainnya berada di bawah
return pasar. Berikut ini disajikan data
deskriptif pengukuran return dengan
menggunakan Indeks Treynor, Sharpe, dan Jensen.
( # # # 0 ;
& * + ) 8
Indeks Treynor dari 43 portofolio ReksadanaSaham memiliki nilai minimum sebesar -0,126 dan
dengan nilai maksimum
-0.062.Portofolio
ReksadanaSahamReksadana Grow-2
Prosper merupakan Reksadana yang memiliki Indeks Treynor bertanda
negative sebesar -0,126.Hal ini
menunjukkan bahwa dilihat dari
Indeks Treynor, maka portofolio
ReksadanaSahamReksadana Grow-2-prosper merupakan Reksadana dengan
kinerja terburuk. Sementara itu
ReksadanaSahamPratama Saham
memiliki Indeks Treynor dengan tanda
negative yang paling kecil
dibandingkan Reksadana lainnya
senilai -0.062. Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari Indeks Treynor,
maka portofolio
ReksadanaSahamReksadana Pratama
Saham merupakan Reksadana dengan
kinerja terbaik. Rata-rata Indeks
Treynor ini adalah sebesar -0,0872 dengan standar deviasi sebesar 0,0115.
Indeks Sharpe dari 43
portofolio ReksadanaSaham memiliki nilai minimum sebesar -16,703 dan
dengan nilai maksimum
-10,928.Portofolio ReksadanaSaham
Jisawi Saham merupakan Reksadana
dengan Indeks Sharpe bertanda
negative sebesar -16,703.Hal ini
menunjukkan bahwa dilihat dari
Indeks Sharpe, maka portofolio
Reksadana Jisawi Saham merupakan
Reksadana dengan kinerja
ReksadanaSaham Dana Pratama
Ekuitas memiliki Indeks Sharpe
dengan tanda negative yang paling kecil dibandingkan Reksadana lainnya senilai -10,928.Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari Indeks Sharpe,
maka portofolio ReksadanaDana
Pratama Ekuitas merupakan Reksadana dengan kinerja terbaik.Rata-rata Indeks Sharpe ini adalah sebesar -14.3844 dengan standar deviasi sebesar 1.5704.
Indeks Jensen dari 43
portofolio ReksadanaSaham memiliki nilai minimum sebesar -0,029 dan
dengan nilai maksimum 0,021.
Portofolio ReksadanaSahamReksadana Grow-2-Prosper merupakan Reksadana yang memiliki Indeks Jensen bertanda negatif sebesar -0,029. Hal ini
menunjukkan bahwa dilihat dari
Indeks Jensen, maka portofolio
ReksadanaSahamReksadana Grow-2-Prosper merupakan Reksadana dengan
kinerja terburuk.Sementara itu
ReksadanaSaham Pratama Saham
memiliki Indeks Jensen senilai
0,021.Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari Indeks Jensen, maka portofolio ReksadanaSahamReksadana Pratama Saham merupakan Reksadana
dengan kinerja terbaik. Rata-rata
Indeks Jensen ini adalah sebesar -0,0074 dnegan standar deviasi sebesar
0,0093 (data-data tersebut diatas
terlampir pada lampiran 2).
! 0 #
! $
$ # ' ( & ) %
1 4
Dari hasil pengujian uji beda
dengan menggunakan Independent
sampel t/test, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan hipotesis penelitian yang
mencapai analisis perbedaan return
pasar (IHSG) ternyata return
Reksadana tidak berbeda dengan
return pasar (IHSG) secara nyata atau
dapat disimpulkan bahwa return
portofolio ReksadanaSaham dengan
return pasar (IHSG) adalah sama tetapi jika dilihat dari rata-rata kinerja
portofolio ReksadanaSaham yang
berjumlah 43 Reksadana maka terdapat dua Reksadana yang diatas nilai
rata-rata return pasar (IHSG), yaitu Batavia
Dana Saham dan Reksadana Panin
Dana Prima dengan demikian return
portofolio ReksadanaSaham secara keseluruhan lebih rendah daripada
return pasar (IHSG) hal ini
dimungkinkan dalam penyusunan
portofolio Saham tidak optimal
diketahui bahwa perubahan-perubahan di pasar-pasar dalam bursa efek sangat dinamis dan berlangsung dengan sangat cepat, sehingga Saham yang
berkinerja bagus cepat
berubah.Perubahan kinerja Saham
yang cepat ini dapat diikuti oleh
pengelola Reksadana dalam
menentukan portofolionya.Hal ini
mengakibatkan kinerja portofolio
ReksadanaSaham tidak berbeda
dengan kinerja pasar.Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Kriztman (1990),
yang menyatakan bahwa rata-rata kinerja Reksadana sebagai portofolio berada di atas indeks pasar.
! $ ! # ( #
dari 0,05 maka H2 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
return portofolio ReksadanaSaham
dengan return pasar (IHSG) dengan
menggunakan model pengukuran
Treynor. Berdasarkan model
pengukuran Treynor, ternyata
ditemukan bahwa kinerja IHSG
memiliki kinerja yang berbeda
dibandingkan dengan kinerja
portofolio ReksadanaSaham, kondisi ini menunjukkan bahwa para manajer
investasi belum optimal dalam
mengelola portofolionya, karena
portofolio Saham yang dirancang para manajer investasi lebih rendah dengan kinerja pasar. Hal ini tentu memiliki
implikasi bagi investor untuk
melakukan investasi langsung di Bursa Efek Indonesia tidak melalui portofolio ReksadanaSaham. hasil perhitungan didapat sebesar 0,003. Karena nilai P-value lebih kecil dari 0,05, maka H3 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara return
portofolio ReksadanaSaham dengan
return pasar (IHSG) dengan
menggunakan model pengukuran
kinerja Sharpe. Pada model
pengukuran kinerja Sharpe ini
ditemukan hasil bahwa return pasar
(IHSG) dengan return portofolio
ReksadanaSaham adalah
berbeda.Temuan ini sama dengan
temuan Hendrawan (1998) yang
menemukan bahwa kinerja Reksadana
yang diukur baik dengan RVOL
Treynor maupun RVAR (sharpe) akan mampu mengungguli kinerja pasar. Perbedaan ini dapat terjadi karena periode penelitian Hendrawan (1998) adalah masa dimana kondisi pasar
modal sedang booming.
! $ ! # ( # hasil perhitungan didapat sebesar
0,000. Karena nilai P/value lebih kecil
dari 0,05 maka H4 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
return portofolio ReksadanaSaham
dengan return pasar (IHSG) dengan
menggunakan model pengukuran
kinerja Jensen.Berdasarkan model
pengukuran Jensen, ternyata
ditemukan bahwa kinerja IHSG
berbeda dibandingkan dengan kinerja portofolio ReksadanaSaham, kondisi ini menunjukkan bahwa para manajer investasi belum mampu menghasilkan
portofolio yang optimal dalam
mengelola potofolionya, namun
seharusnya portofolio Saham yang dirancang para manajer investasi mampu melebihi kinerja pasar. Hal ini tentu memiliki implikasi bagi investor
untuk melakukan investasi tidak
melalui portofolio ReksadanaSaham. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Droms dan Walker (1994) yang
Droms dan walker (1994) menggunakan Reksadana internasional yang diambil secara acak dengan kondisi pasar negara asal Reksadana
tersebut yang berbeda-beda
pula.Secara umum dapat disimpulkan
bahwa model kinerja Treynor, Sharpe
dan Jensen terdapat perbedaan dengan kinerja indeks pasar (IHSG).Dari hasil
analisis terbukti bahwa terdapat
perbedaan antara model pengukuran kinerja Treynor, Sharpe dan Jensen.
2 $ " # ! #
$ % & "
* + ) 8
Analisis ini bertujuan untuk
menguji berlaku asumsi untuk
ANOVA yaitu apakah ketiga sampel tersebut mempunyai varian yang sama pengujian untuk hipotesis ini adalah:
Hipotesis H5 = ketiga varians
populasi adalah berbeda
Uji-t digunakan untuk
mengetahui perbedaan masing-masing
variabel yaitu ketiga model
pengukuran kinerja. Uji-t dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai signifikan dengan derajat alfa pada taraf signifikansi 5%. Jika nilai signifikan lebih besar dari taraf signifikansi maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut sama. Jika nilai signifikan lebih kecil dari taraf signifikansi maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut secara statistik
berbeda.analisis ANOVA untuk
menguji apakah ketiga sampel
mempunyai rata-rata yang sama.
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut. Pengujian untuk hipotesis ini adalah:
Hipotesis H5 = terdapat
perbedaan konsistensi model
pengukuran kinerja model Treynor,
model Sharpe dan model Jensen.
* & + # # ' # # #
1 % # # #
Tukey test dan Bonferroni test
dengan Homogeneous Subset test
merupakan tes yang saling melengkapi. Hasil dari Tukey dan Bonferroni test
ini adalah bahwa ketiga model tersebut saling berbeda yaitu ada perbedaan
antara model kinerja Treynor dengan
Sharpe, Treynor dengan Jensen dan
Sharpe dengan Jensen. Hal ini terlihat pada nilai P/value adalah 0,00 untuk
perbedaan antara model kinerja
Treynor dengan Sharpe serta Jensen
dan Sharpe. Sedangkan antara Treynor
dengan Jensen sebesar 1,00.
Homogeous Subset, dua variabel yaitu
Treynor dan Jensen mengumpul jadi
satu dan Sharpe terpisah. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model
Treynor dan Jensen tidak ada
perbedaan sedangkan model Treynor
dan Jensen tidak ada perbedaan
sedangkan model Treynor dan Jensen
berbeda dengan model Sharpe.
$ )
1 8 # $
$ # ' ( & ) %
$ 6 1 47
Pengujian hipotesis mengenai
perbedaan return portofolio
ReksadanaSaham dengan return pasar
(IHSG) merupakan evaluasi kinerja portofolio hanya memperhitungkan
return tanpa risiko dengan
menggunakan uji analisis independent
sample t/test. Dari hasil analisis uji
beda, keseluruhan return portofolio
ReksadanaSaham yang berjumlah 43
Reksadana dengan return pasar
yang nyata. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa return
ReksadanaSaham dengan return pasar
(IHSG) adalah sama.
Dari semua hipotesis yang diajukan, semua hipotesis tersebut
diterima.Dari 43 portofolio
ReksadanaSaham terdapat dua
portofolio ReksadanaSaham yang
mempunyai rata-rata di atas rata-rata kinerja pasar yaitu Reksadana Batavia Dana Saham dan Panin Dana Prima.
Hasil uji Levene’s untuk
variabel return dari 43 jenis
ReksadanaSaham dengan return pasar
(IHSG) menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai P rata-rata lebih ebsar dari batas toleransi 0,05. Hal ini
menunjukkan data variabel return ke
43 ReksadanaSaham dan return pasar
(IHSG) memiliki variance yang tidak
berbeda. Berdasarkan pedoman pada asumsi ternyata hasil penelitian juga seperti apa yang diasumsikan dengan demikian perilaku data sama dengan perilaku teori.
Karena kedua populasi
mempunyai varians yang sama, maka pengambilan keputusan uji beda
rata-rata return Reksadana ke 43 jenis
ReksadanaSaham dengan return pasar
(IHSG) menggunakan nilai t/test equal
variance assumed. Dari hasil perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis null diterima. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan
rata-rata return ke 43
ReksadanaSaham dengan return pasar
(IHSG). Kondisi ini menunjukkan bahwa investor dapat melakukan investasi dengan memilih produk Reksadana yang diminati atau dengan cara membeli Saham langsung di Burs Efek Indonesia, secara umum kedua
cara ini tidak menghasilkan return
yang berbeda.
Secara tidak langsung temuan ini mendukung hasil penelitian Burton
(1996) yang menemukan bahwa return
ReksadanaSaham tidak secara
meyakinkan mengungguli return
portofolio acuan (return pasar). Lebih lanjut temuan ini mendukung temuan Khusniyati (2000) yang menemukan
bahwa tidak selalu return
ReksadanaSaham mengunggguli
return pasar.
Pengujian hipotesis mengenai
perbedaan kinerja portofolio
ReksadanaSaham dengan kinerja IHSG merupakan evaluasi kinerja portofolio yang memperhitungkan kinerja dan resiko secara bersama-sama. Hipotesis H2 = ada perbedaan antara kinerja portofolio ReksadanaSaham dengan kinerja IHSG dengan menggunakan model pengukuran kinerja Treynor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis ini diterima.Hipotesis H3 = ada perbedaan antara kinerja portofolio ReksadanaSaham dengan kinerja pasar IHSG dengan menggunakan model
pengukuran Tanaja Shaipe. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
hipotesis ini diterima.Hipotesis H4 = ada perbedaan antara kinerja portofolio ReksadanaSaham dengan kinerja pasar IHSG dengan menggunakan model pengukuran kinerja Jensen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
hipotesis ini diterima.Dan hasil
ReksadanaSaham dengan kinerja pasar
(IHSG) dengan menggunakan
pengukuran kinerja Treynor, Sharpe, dan Jensen. Informasi lain yang perlu diketahui bahwa rata-rata pengukuran kinerja portofolio ReksadanaSaham lebih kecil dibandingkan kinerja pasar untuk ketiga model pengukuran.
$ ) 1 !
% $ " #
$ % & "
* + ) 8
Pengujian hipotesis mengenai
perbedaan konsistensi model
pengukuran kinerja Treynor, Sharpe dan Jensen. Hipotesis H5 = terdapat
perbedaan konsistensi model
pengukuran kinerja model Treynor, model Sharpe dan model Jensen.Dari hasil analisis disimpulkan bahwa model pengukuran Treynor dan model pengukuran Jensen tidak berbeda, sedangkan model pengukuran Treynor dan model pengukuran Jensen berbeda dengan model pengukuran kinerja Sharpe.
$23! 0! !(!
Dari hasil pengujian perbedaan
return portofolio ReksadanaSaham
dengan return pasar (IHSG) di Bursa
Efek Indonesia (BEI) ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Terdapat dua portofolio
ReksadanaSaham yang mempunyai
return diatas rata-rata return pasar yaitu Reksadana Batavia Dana Saham dan Panin Dana Prima. Pengukuran
return portofolio ReksadanaSaham
dengan return pasar (IHSG) dengan
menggunakan model Treynor, Jensen dan Sharpe terdapat perbedaan antara
return portofolio ReksadanaSaham
dengan return pasar (IHSG). Informasi
lain yang perlu diketahui bahwa
rata-rata pengukuran return portofolio
ReksadanaSaham lebih kecil
dibandingkan return pasar untuk ketiga
model pengukuran. Evaluasi kinerja portofolio reksadana Saham lebih tepat dengan menggunakan model Treynor dan model Jensen karena lebih konsisten.
Keterbatasan dari penelitian ini adalah sampel yang digunakan hanya 43 portofolio ReksadanaSaham dalam kurun waktu 3 tahun (36 bulan) saja,
tanpa mempertimbangkan analisis
fundamental seperti mencoba
memperkirakan harga Saham di masa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
Saham serta mempelajari bisnis
perusahaan ReksadanaSaham yang
portofolionya dijadikan sampel
penelitian dan mencoba membuka informasi baru terhadap harga Saham, sehingga menjadi bagian dan informasi akuntansi yang merupakan analisis
historis atas kondisi internal
perusahaan, membuat penelitian ini kurang memberikan kesimpulan yang lebih luas. untuk penelitian yang akan datang diharapkan terlebih dahulu
dapat menggolongkan sampel
berdasarkan kinerja fundamental,
memberikan gambaran kepada investor
dan manajer investasi perihal
bagaimana harus melakukan investasi
di saat kondisi bearish dan disaat
kondisi bullish, dan memperpanjang
pengambilan data sampel.
0! *!( $2 *!"!
Asthon, D.J. (1996), “The Power of
Business Finance & Accounting, January, Cambridge.
Ball, R.J., dan P. Bown., “An
Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers,”
Journal of Accounting Research 6 (Auntumn 1968), hal.159, 178 Ball, R.J., dan P. Bown., “Portfolio
Theory and Accounting,” Journal
of Accounting Research 7
(Auntumn 1969), hal.300,323
Banz, R.W., “The Realtionship
between Return and Market Value of Common Stock,”
Journal of Financial Economics (March 1981), hal 3-18.
Black, F., M.C. Jensen., dan M.
Scholes., “The Capital Asset
Princing Model: Some Empirical Tests,” In Jensen (ed.), Studies in the Theory of Capital Markets (New York, NY: Praeger, 1972).
Blume, M., “On the Assessment of
Risk,” Journal of Finance 6 (March 1971)
Blume, M., ”Betas and Their
Regression Tendencies,” Journal of Finance 10 (June 1975), hal.785-795
Brandy, Jay T, 2002, “Sharpe/Treynor
Performance Attribution Model: A Practitioner’s Approach to Using the Sharpe and Treynor
Tournament and Temptation, An Analysis of Mangerial Incentives in the Mutual Fund Industry”,
The Journal of Finance, Vol III, No.3, July, California
Brigham, Eugene F., dan Gapenski C.
Louis (1993), “Intermediate
Financial Management”,
Harcourt Brase College, New York.
Bowman, R. G., “The Importance of a
Market/Value Measurement of Debt in Assessing Laverage,”
Journal of Accounting Research 18 (Spring 1980), hal.242-254 Brown, S.J., dan J. B. Warner.,
“Measuring Security Price Performance” Journal of
Financial Economics 8
(September 1980), hal.205-258 Droms, William G., dan David A.
Walker (1994), “Investment
Performance of International Mutual Funds”, The Journal of Financial Research, Vol.XVn, No.1.
Daniel, Kent: Mark Grinblatt; Sheridan Tittman and Russ Wermers
(1997), “Measuring Mutual
Fund Performance With Characteristic Based Benchmark”, The Journal of Finance, Vol. LII, No.3, July, USA
ECFIN (2001), “Indonesian Capital
Market Directory”, ECFESf, Jakarta
Elton, J. Edwin, dan J. Martin Gmber
(1995), “Modern Portfolio
Theory and Investment Analysis”, John Wiley & Sons, Inc., New York
Emory, C. William (1996), “Metode
Penelitian Bisnis”, Penerbit Erlangga Jakarta
Fabozzi, Frank J. (2000), “Manajemen
Simon & Shuster Company, New York
Fama, E.f., “Risk, Return and
Equilibrium: Empirical Test,”
Journal of Political Economy (Januari 1972) hal 607-636
Fama, E. F., dan M. Blume “Filter and
Market Trading”, Journal of Bussiness 39 (januari 1966), Hal. 226-241
“Measurement of Portofolio Performaces under uncertainty,”
American Economic Review
(September 1970) Hal.561-575. Fakhruddin, M, Sopian Hadianto,
2001, Perangkat dan Model
Analisis Investasi di Pasar Modal, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Fischer, Donald E., dan Ronald D.
Jordan (1995), “Security
Analysis and Portfolio Management”, Prentice Hall, New York.
Goetzmann, William N. (2000),
“Behavioral Factors in Mutual Fund Flows,” Working Paper,
Yale International Genre for
Finance, Yale School of
Management.
Grinblatt, Mark dan Sheridan Tittman
(1998), “Mutual Fund
Performance; An Analysis of Quaterly Portfolio Holdings,”Journal of Bussines, Vol. 62 ISS2Juli, 1998.
Imam Ghozali (2001), “Aplikasi
Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro,
Semarang, Edisi H.
Ippolito, Richard A. (1993), “On
Studies of Mutual Fund Performance 1962/1991,”
Financial Analyst Journal.
Jones, Charles P. (1996), “Investment:
Analysis and Management”,
John Wiley & Sons, Inc., New York, Fifth Edition.
Jogiyanto H. M. (2009), “Teori
Portofolio dan Analisis Investasi,
BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Junanda (2004), “Analisis
Perbandingan Kinerja Portofolio ReksadanaSaham Dengan IHSG Serta Konsistensi Model Pengukuran Portofolio ReksadanaSaham Di Bursa Efek Jakarta”, Undip, Semarang. Kim, Moon, Ravi Shukia dan Michael
Tomas (2000), “Mutual Fund
Objective Missclassification,”
Journal of Economics and
Bussiness, Vol. 52, p. 309-323.
Kistner William G. (1995), “Using
Benchmark to Measure Mutual Funds Performance”, Personal Journal of Finance, Chicago.
Ktemkosky, R., dan J. Martin., “The Diversification,” Journal of
Finance (December 1999),
hal.586-616.
Malkiel, Burton G. (1995), “Returns
Manurung, A. Haymans, 2006,
“Analisis Kinerja Reksadana dengan Menggunakan Risk Adjusted Kinerja, Rasio Risiko, dan Snail Trail”.Jurnal Usahawan Indonesia, No. 09
Tahun XXXV hal.21-24,
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Markowitz, H. M., “Portfolio
Selection” Journal of Finance (March 1952) hal.77-91.
Melicher, R., “Financial Factors
Which Influence Beta Variation within an Homogeneous Industry Environment” Journal of
Financial and Quantitative
Analysis 9 (March 1974), hal.
(2010), “Pengantar Pasar
Modal”, Rineka Cipta, Semarang.
Person, Wayne E. dan Rudi W. Schadt
(1996), “Measuring Fund
Strategy and Performance in Changing Economic Condition”,
The Journal Finance, Seattle.
Pratomo, Eko Priyo, Ubaidillah
Nugraha, 2009, “Reksadana
Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern”, Edisi Revisi, PT.
Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
R. Agus Suhartono dan Sri Zulaihati
(1998), “Rasionalitas Investor
terhadap Pemilihan Saham dan Penentuan Portofolio Optimal dengan Model Indeks Tunggal di Bursa Efek Indonesia”,
KELOLA, No.17/Vm/1998, hal. 107-121.
Rini Fitriani dan Siddharta Utama
(1999), T7)Performance
Evaluation of Stock Portofolios Formed Using Accounting and Market Data in the Jakarta Stock Exchange”, Gadjah Mada
International Journal of
Bussiness, September 2001,
Vol.3 No.3, P. 367-378.
Reilly, Frank K. dan Brown, Keith C.
(2000), “Investment Analysis and
Portfolio Management”, The Dryden Press, Harcourt College Publishers, Dryden-USA.
Robbert Ang (1997), “Buku Pintar
Pasar Modal Indonesia”,
Mediasoft Indonesia, Jakarta. Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H.
2006. “Money and Capital
Markets”, Ninth Edition, p, 277-280).
Said Bawazier dan Jati Pingkir
Sitanggang (1994), “Memilih
Saham untuk Portofolio Optimal”, Usahawan, No.IX, hal.34-40.
Sawidi Widoadmodjo. (1996), “Cara
Sehat investasi di Pasar Modal”,
PT. Juraalindo Aksara Grafika. Jakarta.
Samsul, Mohammad, 2006, “Pasar
Modal dan Manajemen Portofolio”, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Scholes, M. S. R. W. Westerfield, J.
Jaffe, “Corporate Finance,”
Boston: Mc Graw Hill Co., Edisi 7, 2005.
Siahaan, Hinsa, 2006. “Penilaian
Jurnal Ekonomi, Universitas Tarumanegara, Jakarta.
Sharpe, W.F., Alexander, G.I., dan
Bailey, J.V. (1995), Investment,
Prentice Hall, New York.
Sharpe, W., “A Simplified Model for
Portfolio Analysis,”
Management Science 9 (January 1963), Hal.277-293.
Sharpe, W., “Capital Asset Price: A
Theory of Market Equlibrum under Conditions of Risk,”
Journal of Finance 19
(September 1964), Hal. 425-442. Sweeney, L.E., R.S. Rathinasasmi dan
K.J. Tan (1997), “Mutual Fund
Objectives: Do They Provide a Useful Guide for Investor,”
Journal of Finance and Strategic Decision, Vol. 10, No. 2, Summer 1997.
Teguh Prasetya (2000), “Analisis
Rasio Keuangan dan Nilai Kapitalisasi Pasar sebagai Prediksi Harga Saham di Bursa Efek Indonesia pada Periode Bullish dan Bearish”,
Simposium Nasional Akuntansi III, Agustus 2001, hal. 652-695.
Umar, Husein, 2000, Research
Methods in Finance and Banking, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Usman, Bahtiar, Indri Ratnasari, 2004.
“Evaluasi Kinerja Reksadana Berdasarkan Metode Sharpe, Treynor, Jensen, dan M2”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 4 No. 2 Tahun 2004 hal. 165-202,
Fakultas Ekonomi Trisakti,
Jakarta.
Van Home, James., John M.
Wachowics, Jr., Fundamentals of
Financial Management,
Prentice-Hall International Editions, eight edition, 1992.
Ziering, Barry A, dan Joel W. Stoesser
(1997), “Development and
Implementation of an Integrated Portfolio Management Paradigma”, Real estate Finance.
.
http://www.bapepam-ik.depkeu.go.id/dikutip oleh Tri Frida Suryati pada tanggal 15-28 Oktober 2010, pukul 09.00 WITA.
http://www.portalReksadana.com/ dikutip oleh Tri Frida Suryati pada tanggal 15-28 Oktober 2010, pukul 09.00 WITA.
http://www.infovesta.com/dikutip )
* + # 8 # %%
< 5&# 8 &
=9 . *!9
http://www.investopedia.com/ dikutip
) * + # 8
# %% < 5&# 8 & =9 . *!9