commit to user i
EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
VALIANT LUKAD P.S. K2508032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA Juli 2012
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Valiant Lukad P.S.
NIM : K2508032
Jurusan/Program Studi : PTK/Pendidikan Teknik Mesin
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul : “EFEKTIVITAS
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES
PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
commit to user iii
EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
VALIANT LUKAD P.S. K2508032
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan
Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA Juli 2012
commit to user iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user vi
ABSTRAK
Valiant Lukad P.S.. EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan mengenai
efektivitas penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada proses
pembelajaran siswa di SMK Pancasila tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP. Bentuk dan strategi yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan data kualititatif dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua sumber data utama yaitu informan yaitu staf QMR, staf kurikulum, perwakilan guru produktif, normatif, adaptif, dan K3 dan responden yaitu siswa kelas XII yang berjumlah 194 siswa. Teknik pengumpulan datanya adalah angket, wawancara, observasi, dan studi dokumenter. Validitas data yang digunakan untuk data kualitatif dengan menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Sedangkan untuk data kuantitatif validitas instrumennya dengan menggunakan uji validitas dengan korelasi product moment dan uji reliabilitas dengan rumus cronbach alpha. Analisis data untuk data kualitatif menggunakan teknik tabulasi data dan model analisis interaktif H.B. Sutopo sedangkan untuk analisis data kuantatifnya menggunakan kriteria penilaian Saifudin.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Context; (1) Kekuatan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta adalah perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pengorganisasian, dan dokumentasi administrasi sekolah yang lebih baik. (2) Kelemahan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta adalah pada SDM yang menjalankannya. Input; (1) Pendidik yang menjadi “aktor utama” dalam proses pembelajaran semakin meningkat kinerjanya dan kontrol terhadap kinerja para guru tersebut juga semakin baik setelah penerapan SMM ISO 9001:2008. (2) Standar kualifikasi penjaringan siswa baru di SMK Pancasila Surakarta melalui tiga tahap yaitu tes tertulis, tes kesehatan, dan wawancara. Yang dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas input siswa baru yang sesuai dengan standar sekolah yang harapkan. (3)Efektivitas fasilitas pengembangan pembelajaran termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 97 dengan perolehan presentase sebesar 53%. (4) Efektivitas sarana pra sarana, dan lingkungan termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 91 dengan perolehan presentase sebesar 49 %. Process; (1) Efektivitas kesesuaian kesesuaian pembelajaran dengan keberhasilan pembelajaran termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 85 dengan perolehan presentase sebesar 46 %. (2) Efektivitas kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 86
commit to user vii
dengan perolehan presentase sebesar 47 %. Product. Presentase keberhasilan kelulusan tahun pelajaran 2010/2011 adalah 100% sedangkan untuk tahun pelajaran 2011/2012 adalah 99,55%. Jika dilihat dari data nilai rata-rata NA perbandingan tahun pelajaran 2010/2011 dengan tahun pelajaran 2011/2012 nilai rata-rata NA pada mata pelajaran bahasa indonesia, bahasa inggris, dan matematika mengalami penurunan sedangkan mata pelajaran kompetensi mengalami kenaikan.
Simpulan penelitian ini adalah context menggambarkan mengenai kekuatan dan kelemahan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta. Hasil analisis input menunjukkan bahwa latar belakang pendidik, siswa, sumber belajar, dan lingkungan yang ada di SMK Pancasila Surakarta sudah sesuai dengan indikator keberhasilan proses pembelajaran. Hasil analisis process menunjukkan bahwa adanya kesesuaian antara indikator kesesuaian proses pembelajaran dengan indikator keberhasilan pembelajaran. Hasil analisis product menunjukkan presentase keberhasilan lulusan yang menurun dari 100% menjadi 99,55% yaitu sebesar 0,45% penurunannya. Nilai rata-rata NA tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran bahasa indonesia, bahasa inggris, dan matematika mengalami penurunan sedangkan mata pelajaran kompetensi mengalami kenaikan. Jumlah siswa yang lebih banyak dibandingkan tahun pelajaran sebelumnya dan adanya kemungkinan perbedaan tingkat kesulitan soal Ujian Nasional berpengaruh terhadap menurunnya presentase keberhasilan lulusan dan nilai rata-rata NA tersebut.
Kata kunci: efektivitas, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, proses pembelajaran.
commit to user viii
ABSTRACT
Valiant Lukad P.S. EFFECTIVENESS OF ISO 9001:2008 QUALITY
MANAGEMENT SYSTEM APPLICATION ON THE PROCESS OF STUDENTS’ LEARNING OF SMK PANCASILA OF SURAKARTA OF 2011/2012. Skripsi, The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University of Surakarta. July 2012.
The purpose of the research is to acquire knowledge about effectiveness of application of Quality Management System of ISO 9001:2008 on the process of students‟ learning in SMK Pancasila of 2011/2012 Academic Year.
The research is an evaluative research by using evaluative model of CIPP approach. Strategy of the research is descriptive by using qualitative and quantitative data. The research uses two primary data sources, namely, informant (QMR staff, curriculum staff, representative of productive, normative, adaptive and K3 teachers) and respondent (12th grade students amounting to 194 individuals). Data is collected by using questionnaire, interview, observation and documentation techniques. Data validity for qualitative data is examined by using data and method triangulations. While, validity of quantitative data is examined by using validity test of product moment correlation and reliability test of Cronbach alpha. Data analysis for qualitative data uses data tabulation and interactive analytic model of H.B Sutopo, whereas quantitative data is analyzed by using Saefudin‟s rating criteria.
The results of the research indicated that Context: (1) Strengths of application of ISO 9001:2008 QMS in SMK Pancasila of Surakarta are planning, implementation, management, organization, and documentation of better school administration. (2) Weaknesses of ISO 9001:2008 QMS application in SMK Pancasila of Surakarta are human resources who are implementing it. Input: (1) Performance of educator who is the „main actor‟ of the learning process increased and control on the teacher was better after application of ISO 9001:2008 QSM. (2) Qualification standard of new enrollments in SMK Pancasila is through three stages, namely, written test, medical test, and interview. The admission system is intended to obtain quality input of new students who are suitable with expected standards of the school. (3) Effectiveness of learning development facility was categorized as high. It was indicated by greatest frequency of 97 and percentage of 49%. (4) Effectiveness of infrastructure and facility and environment was categorized as high. It was showed by greatest frequency of 91 and percentage of 49%. Process: (1) Effectiveness of learning suitability with learning success was categorized as high. It was indicated by greatest frequency of 85 and percentage of 46%. (2) Effectiveness of discipline, diligence, learning motivation and activeness of students was categorized as high. It was showed by greatest frequency of 86 and percentage of 47%. Product. Percentage of graduation of 2010/2011 Academic year was 100%, whereas the percentage was 99.55% in 2011/2012. If it is seen from data of average final grade (NA), comparison between averages NA of Indonesia language, English and mathematics subjects of
commit to user ix
2010/2011 academic year and that of 2011/2012 experienced a decrease, whereas average NA of competence subjects increased.
Conclusion of the research is: context represents strengths and weaknesses of ISO 9001:2008 QMS application in SMK Pancasila of Surakarta. Result of input
analysis indicated that background of educators, students, learning sources, and environment of SMK Pancasila of Surakarta is suitable with indicators of learning process success. Result of process analysis showed the suitability between indicators of learning process suitability and indicators of learning success. Result of product
analysis indicated that percentage of graduation decreased 0.45%, namely from 100% to 99.55%. Average NA of 2011/2012 academic year in Indonesia language, English, and mathematics subjects decreased, whereas it was increased in competence subject. Greater enrollment of the 2011/2012 than that of previous academic year and possible different difficulty level of National Final Exam might affect the decreased percentage of graduation and the decreased average NA.
Key words: effectiveness. ISO 9001:2008 Quality Management System, learning process
commit to user x
MOTTO
Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.
(Q.S. Yasiin : 82)
Jadilah pribadi yang baik, berbakti pada orang tua, selalu ingat pada Allah SWT dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Ayah dan Bunda
Berpegang teguh pada keyakinan Maha Besar Kekuatan Allah SWT, bermimpi setinggi langit, menyusun strategi, berpikir taktis, tekun belajar dan bekerja keras.
Semoga dengannya dapat mencapai keberhasilan semuda mungkin.
Valiant Lukad P.S.
Kepemimpinan adalah tentang tanggung jawab, pengertian yang dalam, kecerdasan dan pengambilan kebijakan yang tepat.
Valiant Lukad P.S.
Belajar adalah proses penemuan secara terus-menerus tanpa akhir. Tahu saja tidak cukup Anda harus mengaplikasikannya
Ingin saja tidak cukup Anda harus melakukannya.
Bruce Lee
Sebetulnya - kita semua sedang menunggu. Maka pastikan lah bahwa kita hidup dalam sebuah rancangan yang baik, agar akhir yang pasti datang itu - datang untuk
merayakan kemenangan hidup kita.
Mario Teguh
commit to user xi
PERSEMBAHAN
Segala Puji bagi Allah SWT kupanjatkan rasa syukur mendalamku karena dengan izin dan kuasaNya, pada akhirnya dapat kupersembahkan karya ini untuk :
Abdul Kadir dan Luki Wuryandari
Ayah dan Bunda tercinta yang sangat kucintai dan kusayangi Meskipun terpisah oleh jauhnya jarak, namun kekuatan kasih sayangnya terasa sangat hangat dan kuat untuk mentenagaiku berjuang mencapai impian besarku dan menjadi putra kebanggaan keluarga. Terima kasih atas segala do‟a,
ketulusan, pengorbanan, dan motivasinya.
Wudrialdi
Adikku yang kubanggakan
Semoga kelak kakak dapat menjadi teladan yang baik dan membanggakanmu.
Woyo Corps
Deni, Cipto, dan Lugi percayalah jika kita tetap bekerja sama dan bersinergi dengan baik kita bisa menjadi Agent of Change yang siap memberikan kontribusi besar bagi
dunia pendidikan di Indonesia.
Rekan-Rekan Kos Loudness
Awan, Farthur, Haris, Bayu, Adit, dan rekan kos lainnya yang tidak bisa kusebutkan satu persatu terima kasih telah menghadirkan lingkungan kekeluargaan yang positif
dan menyenangkan.
Rekan-Rekan PTM Angkatan 2008
commit to user xii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
MUTU ISO 9001:2008 PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA DI SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan.
4. Drs. Suwachid, M.Pd., M.T., selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Basori, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala SMK Pancasila Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Agus Suyamto, S.Pd., M.Pd., selaku staf kurikulum yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama peneliti melakukan penelitian di SMK Pancasila Surakarta.
8. Para guru SMK Pancasila Surakarta yang bersedia membantu peneliti dalam melakukan pengumpulan data di SMK Pancasila Surakarta.
commit to user xiii
9. Para Siswa XII yang bersedia membantu dan bekerja sama dengan baik untuk mengisi angket penelitian.
10.Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
commit to user xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PENGAJUAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN ABSTRAK ... vi
HALAMAN ABSTRACT ... viii
HALAMAN MOTTO ... x
HALAMAN PERSEMBAHAN... xi
KATA PENGANTAR ... xii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Hakikat Efektivitas ... 6
2. Model Evaluasi CIPP ... 8
3. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan ... 10
4. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ... 20
commit to user xv
6. Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 38
B. Kerangka Berpikir ... 55
C. Pertanyaan Penelitian ... 57
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58
1. Tempat Penelitian ... 58
2. Waktu Penelitian ... 58
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 58
C. Sumber Data... 59 1. Informan ... 60 2. Responden ... 60 3. Data Tambahan ... 60 D. Teknik Sampling ... 61 1. Populasi Penelitian ... 61 2. Sampel Penelitian... 61
E. Teknik Pengumpulan Data ... 62
1. Wawancara ... 62
2. Angket ... 62
3. Observasi... 66
4. Studi Dokumenter ... 67
F. Validitas Data... 68
1. Beban Mengajar Guru ... 69
2. Sertifikasi Guru ... 69
3. Tugas Guru Selain Mengajar ... 69
G. Analisis Data ... 70
1. Analisis Data Deskriptif ... 70
2. Analisis Data Analitik H. Prosedur Penelitian ... 78
commit to user xvi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ... 79
1. Identitas Sekolah ... 79
2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Pancasila Surakarta ... 79
3. Kebijakan Mutu ... 80
4. Struktur Organisasi Sekolah dan Susunan Staf Pembantu Kepala ... 81
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 82
1. Analisis Context ... 82 2. Analisis Input ... 83 3. Analisis Process ... 99 4. Analisis Product ... 101 C. Pembahasan ... 104 1. Context ... 104 2. Input ... 107 3. Process ... 116 4. Product ... 118
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan... 119
B. Implikasi ... 122
C. Saran ... 123
DAFTAR PUSTAKA ... 124
commit to user xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 56
3.1 Skema Analisis Model Interaktif ... 72
3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 78
4.1 Bagan Struktur Organisasi Sekolah Secara Operasional ... 81
4.2 Alur Prosedur dalam Penerimaan Peserta Didik Baru ... 93
4.3 Diagram Batang Deskripsi Fasilitas Pengembangan Pembelajaran... 95
4.4 Diagram Batang Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan... 96
4.5 Diagram Batang Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 100
4.6 Diagram Batang Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan Keaktifan Siswa ... 101
commit to user xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 58
3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 67
3.3 Kriteria Penilaian Komponen ... 73
3.4 Penentuan Skor Tiap Instrumen ... 73
3.5 Hasil Penentuan Skor Fasilitas Pengembangan Pembelajaran... 74
3.6 Hasil Penentuan Skor Sarana, Pra-sarana, dan Lingkungan ... 75
3.7 Hasil Penentuan Skor Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 76
3.8 Hasil Penentuan Skor Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar, dan Keaktifan Siswa ... 77
4.1 Deskripsi Fasilitas Pengembangan Pembelajaran ... 95
4.2 Deskripsi Sarana, Pra Sarana, dan Lingkungan ... 96
4.3 Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 99
4.4 Kedisiplinan, Kerajinan, Motivasi Belajar dan Keaktifan Siswa ... 100
4.5 Data hasil nilai rata-rata NA tahun pelajaran 2010/2011 ... 102
commit to user xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Terjemahan BS5750/ISO 9001:2008 untuk Pendidikan ... 128
2. Tabel Kesesuaian Terjemahan ISO 9001:2008 dengan Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 130
3. Susunan Staf Pembantu Kepala Sekolah Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 132
4. Sarana Pra Sarana Dan Infrakstruktur SMK Pancasila Surakarta ... 134
5. Denah Gedung SMK Pancasila Surakarta... 137
6. Kisi-Kisi Instrumen Angket ... 138
7. Angket Uji Coba ... 139
8. Tabel r product moment ... 146
9. Hasil Uji Validitas Angket Uji Coba ... 147
10.Hasil Uji Reliabilitas Angket Uji Coba ... 152
11.Lembar Validasi Angket ... 155
12.Angket Penelitian ... 156
13.Hasil Analisis Angket Penelitian ... 161
14.Lembar Pedoman Wawancara (Wawancara Berstruktur) ... 173
15.Lembar Hasil Wawancara (Wawancara Tak Berstruktur) ... 200
16.Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 208
17.Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 216
18.Pengajuan Judul Skripsi ... 225
19.Daftar Kegiatan Seminar Proposal Skripsi ... 226
20.Pengesahan Proposal Skripsi... 228
21.Surat Keputusan Dekan FKIP ... 229
22.Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 230
23.Permohonan Ijin Research/Try Out di SMK Pancasila Surakarta ... 231
24.Permohonan Ijin Research/Try Out di Disdikpora... 232
25.Ijin Penelitian Disdikpora ... 233
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era kontemporer dunia pendidikan, kini dikejutkan dengan adanya model pengembangan dan pengelolaan pendidikan berbasis industri. Dengan adanya pengelolaan model ini memungkinkan adanya upaya pihak pengelola institusi ataupun lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu dalam pendidikan ini lebih populer dengan sebutan istilah Total Quality Education (TQE). Dasar dari manajemen itu dikembangkan dari konsep Total Quality Managemement (TQM),
yang pada awalnya diterapkan pada dunia bisnis kemudian diterapkan pada dunia pendidikan. Secara filosofis, konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Konsep TQE yang mulai diterapkan di dunia pendidikan saat ini membuat peran institusi pendidikan bergeser fungsinya menjadi institusi jasa seperti yang diungkapkan oleh Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: “Institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai industri jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa” (hlm. 6). Jika institusi pendidikan sebagai industri jasa, maka tentu ada pelanggan yang menggunakan jasa tersebut dan pelanggan utama dari institusi pendidikan yang dimaksud adalah pelajar (siswa). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsep manajemen di dalam dunia industri lambat laun mulai diterapkan dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak bermaksud untuk menunjukkan bahwa metode bisnis di dunia industri lebih unggul dari pada metode pendidikan yang selama ini diterapkan. Namun, tentu seperti peribahasa mengungkapkan “tidak ada asap kalau tidak ada api”. Adaptasi manajemen bisnis di dunia industri tidak mungkin dicoba penerapannya di dunia pendidikan jika tidak ada penyebabnya. Adanya kemungkinan dunia industri beranggapan bahwa dengan penerapan manajemen bisnis di dunia pendidikan dapat meningkatkan mutu lulusan dan memenuhi standar kualifikasi yang dibutuhkan dunia industri. Maka, pada saat itulah diperlukan suatu sistem
commit to user
manajemen yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu. Dan sistem manajemen yang berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai prioritas utama namun dapat diterapkan dalam dunia pendidikan adalah manajemen mutu terpadu pendidikan.
Jenjang pendidikan yang terlihat menerapkan manajemen mutu pendidikan terpadu adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini mengingat lulusan dari SMK diharapkan dapat segera diserap oleh dunia kerja. Hal tersebut membuat institusi pendidikan ini sebisa mungkin menyiapkan lulusan yang memenuhi standar kualifikasi tertentu untuk kepuasan dunia kerja. Penerapan TQE di SMK sangat terlihat perwujudannya pada penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) tertentu untuk meningkatkan kualitas mutu dari sekolah tersebut. SMM yang kini banyak digunakan di SMK adalah SMM ISO 9001:2008. Berdasarkan wawancara singkat dengan kepala SMK Pancasila Surakarta, beliau menyampaikan bahwa tujuan
penerapan SMM ISO 9001:2008 bertujuan untuk meningkatkan kualitas mutu
sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusannya yang berdampak pada meningkatnya kepercayaan dunia kerja terhadap lulusan SMK dan apabila lulusannya dapat diserap oleh dunia kerja dengan baik diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat dan calon siswa untuk mendaftar di sekolah tersebut.
Berdasarkan hal tersebut peneliti menemukan celah pada penerapan SMM
ISO 9001:2008 di SMK. Berdasarkan wawancara singkat kepada staff kurikulum sekolah pada kegiatan survey awal peneliti menyimpulkan dari hasil wawancara tersebut yaitu tidak ada hubungan langsung antara SMM ISO 9001:2008 dengan peningkatan mutu lulusan SMK, meskipun dengan menyandang setifikat tersebut pada awalnya kepercayaan dunia kerja dan masyarakat meningkat. Namun, tentu perlu diketahui bahwa untuk menghasilkan kualitas lulusan terbaik perlu dilihat proses pembentukan lulusan tersebut. Seberapa efektifkah penerapan SMM ISO 9001:2008 dalam proses menghasilkan lulusan dengan kualitas terbaik. Seperti diketahui apabila kualitas proses yang dijalankan sudah memenuhi standar, tentu menghasilkan lulusan dengan kualitas yang diharapkan. Proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran siswa.
commit to user
Penelitian ini difokuskan pada proses pembelajaran karena proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan yang dialami siswa selama menempuh pendidikan di sekolah. Hal ini berdasarkan pada pendapat Alim Sumarno (2011) yang menyatakan: “Aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan, sedangkan guru adalah salah satu pemegang utama di dalam menggerakkan kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan” (1). Pernyataan ini senada juga dengan pernyataan dari Fathurrohman (2007) (mengutip pernyataan dari Sudjana 1991) bahwa: “Dalam seluruh proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara professional”. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperhatikan mengenai kualitas pembelajaran di sekolah agar hasil dari proses pembelajaran yang diterima oleh siswa selama menempuh pendidikan di sekolah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Salah satu SMK yang menerapkan SMM ISO 9001:2008 adalah SMK
Pancasila Surakarta. Peneliti bermaksud melakukan penelitian di SMK ini dengan alasan bahwa SMK ini tergolong baru dalam menerapkan SMM tersebut di sekolahnya. Tentunya banyak perubahan dalam masa transisi ketika sekolah tersebut ketika menerapkan manajemen mutu terpadu di sekolahnya. Dengan demikian peneliti beranggapan bahwa akan lebih terlihat jelas efektivitas dari penerapan SMM
ISO 9001:2008 pada proses pembelajaran di sekolah tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merasa perlu untuk
mengadakan penelitian mengenai “Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008 Pada Proses Pembelajaran Siswa Di SMK Pancasila Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.”
commit to user
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, untuk mengetahui efektivitas peranan SMM ISO 9001:2008 di SMK Pancasila Surakarta, maka penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila Surakarta ?
2. Seberapa efektifkah penerapan SMM ISO 9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka tujuan dari penelitian dapat ditujukan sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh pengetahuan bagaimana efektivitas penerapan SMM ISO
9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila Surakarta.
2. Untuk memperoleh pengetahuan seberapa efektifkah penerapan SMM ISO
9001:2008 berperan dalam proses pembelajaran siswa di SMK Pancasila Surakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Yang Bersifat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengetahuan teoritis untuk pengembangan penelitian – penelitian sejenis pada masa yang akan datang. b. Hasil penelitian ini akan dapat memperkaya khasanah penelitian khususnya
dalam bidang pendidikan.
c. Sebagai informasi bagi sekolah dan mahasiswa untuk mengetahui efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 pada proses pembelajaran siswa di sekolah agar dapat ditindak lanjuti untuk dikembangkan dan ditingkatkan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja pihak sekolah untuk menghasilkan lulusan sekolah yang siap bersaing dan dipercaya di dunia kerja.
commit to user 2. Manfaat Yang Bersifat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan khususnya SMK Pancasila
Surakarta dalam upaya mengembangkan dan memajukan proses
pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan yang siap bersaing di dunia kerja sesuai dengan bidang keahliannya masing - masing.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan yang penting bagi SMK Pancasila Surakarta untuk meningkatkan mutu sekolah dan mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik agar kepercayaan dunia kerja dan masyarakat kepada sekolah semakin meningkat. c. Hasil penelitian mengenai efektivitas proses pembelajaran ini dapat dijadikan
balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Efektivitas
Berdasarkan arti secara leksikal, “efektivitas” berasal dari kata “effective” yang artinya berhasil, ditaati, mengesankan, berlaku, mujarab, manjur dan mustajab. (John M. Echols, 1995: 207). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) partikel kata “efektif” adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna, dan keefektifan” (hlm. 352). Efektivitas dapat diartikan sebagai indikator yang dapat menunjukkan keefektifan sesuatu yang diberikan berdasarkan perlakuan, penerapan, dan tindakan tertentu yang diberikan pada suatu hal tertentu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, suatu pekerjaan atau rancangan program bisa dikatakan efektif apabila pekerjaan atau rancangan program yang dilakukan dan dijalankan oleh orang atau organisasi tersebut telah mengesankan, berhasil, dan dirasakan manfaatnya oleh orang lain dalam mencapai suatu tujuan tertentu yang telah menjadi sasaran bersama. Bahkan, hal tersebut akan menjadi sesuatu yang mempengaruhi seluruh komponen yang ada di dalam organisasi.
Sesuatu yang mempengaruhi tersebut adalah sesuatu yang berupa aturan-aturan atau kebijakan yang mengatur seluruh komponen organisasi, maka langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin pendidikan dalam hal ini kepala sekolah adalah langkah strategis yang akan membawa implikasi atau efek yang benar-benar berlaku, tepat guna, serta bermanfaat bagi seluruh jajaran atau komponen organisasi yang dipengaruhi dalam lingkungan sekolah (pendidikan).
Umiarso dan Imam Gojali mengemukakan (mengutip dari Hadari Nawawi, 2003) bahwa: “Keberhasilan manajemen pendidikan adalah produktivitas pendidikan yang dapat dilihat pada prestasi atau efektivitas dan efisiensi” (2011: 284). Aspek efektivitas dapat dilihat pada masukan yang
commit to user
merata, proses yang bagus dan berkualitas, output yang banyak secara kuantitas dan bermutu tinggi secara kualitas, serta kemampuan atau skill pada output yang sesuai dengan kebutuhan (needs) masyarakat yang sedang membangun. Sejalan dengan itu, Depdikbud mengidentifikasikan efektivitas sekolah dalam dua kelompok, yaitu efektivitas internal dan efektivitas eksternal. Efektivitas internal menunjuk pada keluaran pendidikan yang tidak diukur secara moneter, seperti prestasi belajar dan jumlah lulusan. Adapun efektivitas eksternal menunjuk pada keluaran yang bersifat moneter, seperti tingkat penghasilan lulusan.
“Efektivitas” dalam tataran aplikasinya di lembaga pendidikan mengandung beberapa indikator yang mengacu pada tahapan-tahapan (input, process, output, dan outcome). Tahap tiap-tiap indikator dapat dijelaskan sebagai berikut. Indikator input meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan dan materi pendidikan, serta kapasitas manajemen. Indikator process meliputi perilaku adiministrasi, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu peserta didik. Indikator output berupa hasil-hasil dalam bentuk perolehan peserta didik dan dinamikanya sistem sekolah, hasil-hasil yang berhubungan dengan perubahan sikap, serta hasil-hasil yang berhubungan dengan keadilan dan kesamaan. Sedangkan indikator outcome meliputi jumlah lulusan ke tingkat pendidikan berikutnya, prestasi belajar di sekolah yang lebih tinggi, pekerjaan, serta pendapatan.
Apabila dihubungkan antara efektivitas dengan kinerja guru, maka tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring, akan dapat dicapai secara optimal jika dapat diciptakan dan dipertahankan dengan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik. Dalam setiap proses pengajaran, kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang merugikan (usaha pencegahan) dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas (usaha kuratif).
Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif. Apabila memenuhi syarat-syarat berikut. Pertama, diketahui secara tepat
faktor-commit to user
faktor yang dapat menunjang atau mempengaruhi terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul serta dapat merusak iklim belajar mengajar. Ketiga, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan. Jadi, kondisi yang menguntungkan di dalam kelas merupakan persyarat utama bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
Hubungan antara efektivitas dengan pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana melihat proses penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM)
ISO 9001:2008 dapat memberikan dampak tertentu pada proses pembelajaran di
sekolah. Seharusnya dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 sebagai wujud dari
penerapan manajemen mutu terpadu pendidikan efektivitas dari SMM ini dapat memberikan sumbangsih positif dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Pentingnya mengetahui efektivitas penerapan SMM ISO 9001:2008 terutama di sekolah yang memiliki visi untuk terus meningkatkan kualitas mutu sekolahnya tentunya diharapkan dapat mengoptimalkan standar yang diterapkan oleh SMM tersebut. Karena dengan mengetahui efektivitasnya maka dapat diketahui hal-hal apa saja yang belum terlaksana secara maksimal yang kemungkinan menjadi salah satu penyebab kurang maksimalnya hasil padahal sekolah sudah menyandang gelar bersertifikat SMM ISO 9001:2008.
2. Model Evaluasi CIPP(Context Input Process Product)
Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan para evaluator. Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk. (1967) di Ohio State University. Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan
(a decission oriented evaluation approach structured). Tujuan dari penerapan model evaluasi ini adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) di dalam membuat keputusan. Zainal Arifin (mengutip dalam Stufflebeam, 1973) menyatakan, Evaluasi diartikan sebagai suatu proses mendeskripsikan, memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif
commit to user
keputusan (2011:78). CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu :
a. Context evaluation to serve planning decision (evaluasi terhadap konteks)
Yaitu konteks evaluasi untuk membantu administrator
merencanakan keputusan menentukan kebutuhan program, dan merumuskan tujuan program.
b. Input evaluation, structuring decision (evaluasi terhadap masukan)
Kegiatan evaluasi bertujuan untuk membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber alternatif apa yang akan diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.
c. Process evaluation, to serve implementing decision (evaluasi terhadap proses)
Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk membantu melaksanakan keputusan. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah sejauh mana suatu rencana telah dilaksanakan, apakah rencana tersebut sesuai dengan prosedur kerja, dan apa yang harus diperbaiki.
d. Product evaluation, to serve recycling decision (evaluasi terhadap hasil) Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk membantu keputusan selanjutnya. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah hasil apa yang telah dicapai dan apa yang dilakukan setelah program berjalan.
Proses evaluasi tidak hanya berakhir dengan suatu description
mengenai keadaan sistem yang bersangkutan, tetapi juga harus sampai pada pengambilan suatu keputusan sebagai perwujudan dari penerapan kesimpulan hasil evaluasi tersebut. Model ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan sebagai input untuk decision making dalam rangka penyempurnaan sistem secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalah Penilaian Acuan Norma (PAN) tentang model CIPP ini, kita dapat melihat perincian
commit to user
penjelasan keempat dimensi tersebut dari segi tujuan, metode, dan hubungannya dengan pembuatan keputusan.
Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP yang
disebutkan di atas merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah komponen proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP
adalah model yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Seorang ahli evaluasi dari University of Washington bernama Gilbert Sax (1980) memberikan arahan kepada evaluator tentang bagaimana mempelajari tiap-tiap komponen yang ada dalam setiap program yang dievaluasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Model ini sekarang
diempurnakan dengan satu komponen O, singkatan dari Outcome (s)
sehingga menjadi model CIPPO.
Model CIPP hanya berhenti pada mengukur output (product), jika
product berhenti pada lulusan, sedangkan outcome (s) sampai pada bagaimana kiprah lulusan tersebut di masyarakat atau di pendidikan lanjutannya, atau untuk product pabrik, bukan hanya mengandalkan kualitas barang, tetapi pada kepuasan pemakai atau konsumen.
3. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan a. Konsep Manajemen
Nur Zazin (2011) mengungkapkan bahwa, “Secara etimologi, manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage sinonim dari to hand
berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to guide berari memimpin” (hlm. 27). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011)manajemen berarti “penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran” (hlm. 870). Senada dengan hal tersebut Nur Zazin (2011) menyatakan bahwa :
Manajemen berarti ilmu dan seni dalam upaya memanfaatkan sumber daya manusia dan daya lain dalam kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi yang dilakukan secara efektif dan efisien dengan melibatkan peran seluruh anggota secara aktif dalam mencapai tujuan yang ditentukan (hlm. 28).
commit to user
Berdasarkan beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan mengenai pengertian manajemen adalah ilmu mengenai memanfaatkan dan mengontrol sumber daya manusia dan daya yang lainnya melalui proses
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan melakukan
pengawasan yang dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh anggota yang berperan di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan.
Dasar manajemen adalah mengapa ilmu manajemen muncul dan terus berkembang sesuai perkembangan jaman adalah karena sifat manusia yang diwujudkan dalam sikapnya yang sangat kompleks dan dalam kehidupannya berperan sebagai mahkluk sosial dan mahkluk individual mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi aktivitas dan reaksinya dalam menghadapi dan menangani sesuatu dalam mencapai tujuan hidupnya.
Dalam mencapai tujuan hidupnya, manusia membutuhkan kerja sama dengan sesamanya dalam bentuk interaksi untuk mencapai tujuan yang diiinginkannya. Terutama apabila manusia tersebut hidup dalam sebuah organisasi yang melibatkan banyak orang di dalamnya maka memerlukan ilmu yang menuntunnya bagaimana mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Dengan demikian, untuk mencapai kesuksesan dalam pencapaian tujuan yang diinginkannya manusia selalu berusaha menemukan berbagai cara terbaik diantaranya adalah dengan mengatur organisasi di mana ia terlibat di dalamnya.
Berdasarkan beberapa hal di atas sudah cukup menerangkan kepada kita bahwa sangat pentingnya peran manajemen sebagai faktor penentu keberhasilan mencapai tujuan tertentu yang manusia inginkan. Begitu pula dengan pendidikan memerlukan sistem manajemen yang lebih efektif dan tepat sasaran. Maka diperlukan suatu manajemen tertentu untuk meningkatkan kualitas mutu institusi pendidikan agar baik secara proses
commit to user
pengolahan maupun output dari institusi pendidikan tersebut lebih tepat sasaran.
b. Konsep Mutu
Bagi setiap institusi, mutu adalah salah satu prioritas utama dalam perencanaan kerja mereka. Dan peningkatan mutu terlihat menjadi tugas yang tidak pernah selesai. Begitu pula halnya dengan institusi pendidikan di Indonesia yang kini sedang berusaha keras untuk mencari pola terbaik dalam hal meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai hal sudah coba untuk diterapkan dalam rangka meningkatkan mutu tersebut. Dan kini muncul sebuah paradigma baru dalam dunia pendidikan yaitu menerapkan konsep manajemen bisnis dari dunia industri ke dunia pendidikan. Tentunya hal ini dilakukan agar institusi pendidikan lebih tepat sasaran dalam menghasilkan
output lulusannya agar kualitas mutu yang diharapkan oleh dunia industri dapat tercapai. Karena tentunya output dari institusi pendidikan pada akhirnya akan berkecimpung di dunia kerja dalam hal ini difokuskan pada dunia industri. Maka dari hal itu, pengelolaan proses yang baik akan menentukan kualitas mutu yang dihasilkan oleh institusi pendidikan.
Mutu memiliki pengertian yang beragam dan memiliki penerapan yang berbeda tergantung pada konteks apa digunakannya. Nur Zazin (2011) mengungkapkan (mengutip Gasperz, 2002) menyatakan bahwa:
Mutu memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi, dari konvensional sampai modern. Definisi konvensional mendefinisikan karakteristik langsung dari suatu produk, sedangkan definisi modern menjelaskan mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (hlm. 54)
Mutu juga dapat didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik produk yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi permintaan (persyaratan yang ditetapkan) customer, baik yang tersurat, maupun yang tersirat. Unsur-unsur tersebut dapat dijabarkan sebagai persyaratan mutu yaitu: spesifikasi, jumlah harga, dan waktu penyerahan. Dalam kaitannya dengan mutu, juga termasuk di dalamnya mengenai jaminan mutu. Jaminan
commit to user
mutu (quality assurance) adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang diterapkan di dalam sistem manajemen mutu (bila perlu didemonstrasikan) untuk meyakinkan bahwa suatu produk akan memenuhi persyaratan mutu. Jaminan mutu memiliki kontrol akhir yang disebut dengan pengendalian mutu. Pengendalian mutu (quality control) adalah teknik dan kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu.
Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah, mutu sesuai persepsi (quality in perception). Mutu ini bisa disebut sebagai mutu yang hanya ada di mata orang yang melihatnya. Ini merupakan definisi yang sangat penting. Sebab, ada satu resiko yang seringkali kita abaikan dari definisi, yaitu kenyataan bahwa para pelanggan adalah pihak yang membuat keputusan terhadap mutu. Dan mereka melakukan penilaian tersebut dengan merujuk pada produk terbaik yang bisa bertahan dalam persaingan.
Meskipun mutu dapat didefinisikan sebagaimana seperti tercantum di atas namun sebenarnya untuk mengerti betul mengenai konsep mutu sangatlah dinamis. Seperti yang dinyatakan Edward Sallis (2011) bahwa, “Mutu merupakan suatu ide yang dinamis, sedang definisi-definisi yang kaku sama sekali tidak akan membantu” (hlm. 51). Berdasarkan hal tersebut konsep pemahaman mengenai mutu tergantung pada kondisi dan situasi dimana mutu tersebut ditempatkan.
Seperti disebutkan di atas mutu digunakan sebagai konsep yang relatif tergantung dari kondisi dan situasi penempatannya. Pengertian ini digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum.
commit to user
c. Konsep Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan
Manajemen mutu terpadu atau yang lebih sering disebut sebagai
TQM (Total Quality Management) pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pengendalian mutu melalui penumbuhan partisipasi karyawan.
Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa, “TQM
merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisipasi dan kreativitas karyawan” (hlm. 478).
Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: ”TQM adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus-menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggan, saat ini dan untuk masa yang akan datang” (hlm. 73).
Salah satu hal yang menonjol dalam TQM adalah perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Perbaikan berkelanjutan didasarkan pada dua ide pokok, perbaikan sistematik dan perbaikan iteratif. Dalam perbaikan sistematik, perbaikan-perbaikan dijabarkan dari penggunaan alat dan pendekatan ilmiah dan suatu struktur untuk upaya tim atau individu. Pendekatan ilmiah mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi, dan memilih tidak hanya yang paling menonjol, tetapi yang terbaik, yang teridentifikasikan secara faktual.
Pengendalian mutu terpadu merupakan suatu sistem manajemen yang melibatkan semua unsur kepagawaian di lingkungan suatu perusahaan, baik sektor barang atau good product maupun sektor jasa atau servis. Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa: “Tujuan dari penerapan sistem TQM adalah untuk meningkatkan mutu, efisiensi, dan efektivitas produksi, baik di lingkungan industri maupun institusi lainnya” (hlm. 480)
Sistem TQM merupakan dasar manajemen dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO seri tahun 1994 dan ISO 9001 versi tahun 2000 serta dasar untuk penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 tahun
commit to user
1996. Oleh karena itu, bagi perusahaan atau lembaga pendidikan yang telah menerapkan sistem TQM bila ingin disertifikasi untuk Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001 atau Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 lebih mudah
dan lebih cepat dalam proses penyiapan dokumentasi dan sertifikasinya, apabila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak pernah menerapkan sistem TQM , sehingga hal ini merupakan suatu keuntungan yang positif karena terjadi penghematan biaya untuk kegiatan konsultasi dan penulisan dokumentasi. Prinsip dari pada pengendalian mutu terpadu (TQM) adalah bahwa sistem manajemen TQM melibatkan semua elemen karyawan mulai dari top pimpinan atau “Top Management” sampai dengan pelaksana teknis/operator “button up management.” Sistem TQM harus dipahami, dimengerti, dan diterapkan secara sinergis, efisien dan efektif dalam semua aktivitas di lingkungan perusahaan demi tercapainya tujuan, sasaran dan target produktivitas sesuai dengan kebijakan pimpinan puncak.
Beberapa prinsip dalam penerapan sistem TQM adalah sebagai berikut.
1) Merupakan komitmen pimpinan puncak (Top Management).
2) Pengertian “total” yaitu terpadu yang berarti manajemen yang diterapkan melibatkan seluruh aparat di lingkungan perusahaan.
3) Apabila terjadi kekurangan atau kelemahan baik secara sengaja atau tidak sengaja yang sangat berdampak pada menurunnya efisiensi dan efektvitas produksi, secara serius hal ini harus dicermati dan ditangani secara tuntas serta segera dicari titik permasalahannya dan dilakukan tindakan
perbaikan (continuous improvement) yang berkelanjutan, misalnya
meningkatkan kelompok diskusi tingkat supervisor untuk membahas dan menyelesaikan data/statistik pada sore hari (statistical activies and monitoring), pemecahan masalah yang diperoleh (solving problem), pendidikan dan pelatihan teknis langsung kepada staf yang
berkepentingan menangani permasalahan di lapangan (training and
commit to user
4) Ditetapkan aturan-aturan kesepakatan yang dijadikan sebagai kebijakan tertulis dan merupakan alat atau “tools” dalam operasional sistem TQM.
Berdasarkan keempat prinsip dasar sistem TQM tersebut dapatlah disimpulkan bahwa sistem TQM sangatlah bermanfaat, tepat dan positif untuk diterapkan di lingkungan sekolah, selain itu juga bermanfaat bagi sistem kepemimpinan (managerial) pada kondisi saat ini.
Setelah mengetahui konsep TQM yang diterapkan pada dunia industri, kemudian kita akan melihat bagaimana TQM di terapkan di dunia
pendidikan yang lebih populer dengan sebutan TQE (Total Quality
Education). TQE di sini dapat dipahami sebagai manajemen mutu total pendidikan, seperti halnya pada produksi mutu total yang berarti mutu total produksi. Mutu total pendidikan seharusnya tidak dikacaukan dengan pemikiran tentang pelatihan dalam konsep mutu total. Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa: “Mutu Total Pendidikan (TQE) di sini berarti setiap orang merasa terikat untuk memenuhi atau bahkan melampaui harapan pelanggan pendidikan” (hlm.495). Kontribusi dari Guru Mutu Total ini akan diterapkan pada pendidikan dalam bentuk prinsip-prinsip.
Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: “Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa” (hlm. 6) Berdasarkan pernyataan tersebut sebuah institusi pendidikan memberikan pelayanan
(service) sesuai dengan apa yang diinginkan (customer). Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang memiliki standar kualifikasi tertentu yang sudah ditetapkan oleh pelanggan tersebut dan memberikan kepuasan kepada mereka. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajemen mutu yang mampu mengoptimalkan kinerja institusi pendidikan agar lebih bermutu. Edward Sallis (2011) menyatakan:
Manajemen pendidikan mutu terpadu berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai sasaran utama. Pelanggan dapat dibedakan menjadi pelanggan dalam (internal customer) dan pelanggan luar (external
commit to user
customer). Dalam dunia pendidikan yang termasuk pelanggan dalam adalah pengelola institusi itu sendiri, misalkan manajer, guru, staff, dan penyelenggara institusi. Sedangkan yang termasuk pelanggan luar adalah masyarakat, pemerintah dan dunia industri. Jadi, suatu institusi pendidikan disebut bermutu apabila antara pelanggan internal dan eksternal telah terjalin kepuasan atau jasa yang diberikan (hlm. 6).
Berdasarkan pernyataan yang di atas sudah jelas mengenai sasaran kepuasan yang harus dicapai oleh institusi pendidikan yang menerapkan manajemen pendidikan mutu terpadu yaitu pelanggan dalam dan pelanggan luar. Dengan demikian tiap institusi pendidikan dapat menerapkan strategi yang tepat berdasarkan sasaran kepuasan yang ingin dicapai.
1) Pendidikan Dan Pelanggannya
Kita telah mendefinisikan institusi pendidikan sebagai pemberi jasa. Jasa-jasa ini meliputi pemberian beasiswa, penilaian, dan bimbingan bagi para pelajar, para orang tua dan para sponsor mereka. Para pelanggan terdiri dari dari berbagai macam golongan dan perlu diidentifikasikan. Jika tujuan mutu adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan, maka hal penting yang perlu diperjelas adalah kebutuhan dan keinginan siapa yang harus dipenuhi?
Di tingkat inilah pentingnya membicarakan gagasan tentang „pelanggan‟ dalam konteks pendidikan. Bagi beberapa pendidik, istilah „pelanggan‟ jelas sekali memiliki nada komersial yang tidak dapat diaplikasikan dalam pendidikan. Mereka lebih suka menggunakan istilah klien. Klien, dengan konotasi jasa professional yang menyertainya dianggap sebagai istilah yang jauh lebih tepat dibanding pelanggan. Sementara itu, yang lainnya ada yang menolak bahasa seperti itu dan menurut mereka akan lebih tepat jika menggunakan istilah pelajar atau murid. Dalam penelitian ini menggunakan kata pelanggan dan pelajar, dan tidak bermaksud untuk mempersoalkan mereka yang menggunakan istilah-istilah lain.
Selain itu, ada juga yang mencoba membuat perbedaan antara istilah „klien‟ ~~yang biasanya menerima jasa pendidikan, seperti beasiswa~~ dengan „pelanggan‟ ~~yang membayar untuk mendapatkan
commit to user
pendidikan. Dalam penelitian ini, pelanggan digunakan sebagai istilah untuk kedua bentuk istilah di atas dan terpisahkan ke dalam beberapa jenis. Edward Sallis (2011) mengungkapkan bahwa:
„Pelanggan utama‟ yaitu pelajar yang secara langsung penerima jasa, „pelanggan kedua‟ yaitu orang tua, gubernur atau sponsor pelajar yang memiliki kepentingan langsung secara individu maupun institusi, dan „pelanggan ketiga‟ yaitu pihak yang memiliki peran-peran penting, meskipun tak langsung, seperti pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan (hlm. 67).
Keragaman pelanggan tersebut membuat seluruh institusi pendidikan harus lebih memfokuskan perhatian mereka pada keinginan para pelanggan dan mengembangkan mekanisme untuk merespon mereka. Hal penting didefinisikan secara jelas adalah sifat jasa yang diberikan oleh institusi kepada pelanggannya. Hal ini sama pentingnya dengan menciptakan dialog yang baik dan terus menerus dengan mereka. Bentuk pemasaran yang paling baik dalam pendidikan adalah pemasaran yang lebih oleh para pelajar untuk kepentingan mereka masing-masing. Satu hal yang perlu diingat adalah kesuksesan pelajar adalah kesuksesan adalah institusi pendidikannya.
2) Produk Pendidikan
Setelah sebelumnya mengetahui mengenai konsep mutu. Yang pertama adalah apa produknya dan yang kedua adalah siapa pelanggannya. Yang dimaksud dari produk pendidikan adalah pelajar atau peserta didik. Pelajar atau peserta didik seringkali dianggap sebagai produk dari pendidikan. Dalam pendidikan kita sering mengatakan seolah-seolah pelajar adalah hasil dari pendidikan, khususnya dengan merujuk pada penerapan disiplin dan cara bersikap di institusi-institusi tertentu. Pendidikan seolah-olah merupakan sebuah jalur produksi. Masalah dari pernyataan di atas adalah sulitnya menerapkan definisi tersebut dalam dunia pendidikan yang bersifat praktis.
Karena produk adalah sebuah subyek dari proses jaminan mutu, maka hal pertama yang harus dilakukan produsen adalah menentukan dan
commit to user
mengontrol sumber persediaan. Kedua, „bahan mentah‟ harus melewati sebuah atau beberapa proses standar yang telah ditetapkan, dan hasil produksi harus dapat memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan didefinisikan sebelumnya. Model semacam ini tidak mudah ditetapkan dalam pendidikan. Model semacam itu menuntut adanya suatu seleksi awal bagi pelajar yang hendak diproses. Beberapa sektor pendidikan memang mempraktekkan hal ini, tapi banyak juga yang menerapkan prinsip komprehensif yang terbuka untuk semua kalangan. Walaupun demikian, dari sinilah kemudian analogi tersebut mulai gugur. Saat proses pendidikan, semisal kurikulum nasional serta spesifikasi standar dan kompetensi, telah berhasil mengembangkan standarisasi proses, maka pendidikan akan berubah menjadi apa-apa selain keseragaman.
Menghasilkan pelajar dengan standar jaminan tertentu adalah hal yang mustahil. Edward Sallis mengungkapkan (mengutip dalam Lynton Gray) bahwa, “Manusia tidak sama, dan mereka berada dalam situasi pendidikan dengan pengalaman, emosi, dan opini yang tidak bisa disama ratakan” (2011: 62). Menilai mutu pendidikan sangat berbeda dari memeriksa hasil produksi pabrik atau menilai sebuah jasa”. Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah ide tentang pelajar sebagai produk menghilangkan kompleksitas proses belajar dan keunikan setiap individu pelajar.
Lalu bagaimana sebaiknya kita mendefinisikan produk jika dalam konteksnya pendidikan. Oleh karena itu, perlu dipahami lebih lanjut bahwa institusi pendidikan bukanlah sebuah industri yang menghasilkan sebuah produk dalam proses produksi melainkan sebuah bentuk penyediaan jasa atau layanan. Perlunya dengan jelas membedakan kedua hal ini karena ada perbedaan fundamental antara keduanya yang akan melahirkan bagaimana mutu keduanya dapat dijamin.
commit to user 4. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
a. Pengertian ISO 9001:2008
ISO 9000 adalah suatu sistem terpadu untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk untuk peningkatan yang berkesinambungan. Sistem manajemen kualitas formal yang berlaku secara internasional adalah sistem manajemen
ISO 9000. ISO 9000 adalah nama generik untuk sistem manajemen kualitas internasional yang dikeluarkan pertama kali pada tahun 1987 oleh Organisasi Internasional untuk Standarisasi (The International Organization for Standardization = ISO) yang bermarkas di Genewa, Switzerland.
ISO 9000 merupakan suatu seri dari standar-standar internasional untuk sistem kualitas, yang memspesifikasikan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan untuk penilaian dari suatu sistem manajemen dengan tujuan untuk menjamin bahwa perusahaan akan menyerahkan barang atau jasa yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. ISO 9000 bukan merupakan suatu standar produk, karena ISO 9000 tidak memuat suatu persyaratan spesifik yang harus dipenuhi oleh suatu produk (barang atau jasa). ISO 9000 merupakan standar sistem manajemen kualitas internasional, karena ISO 9000 memuat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem manajemen menghasilkan suatu produk (barang atau jasa).
Seri ISO 9000 dapat dikelompokkan kedalam dua tipe dasar standar, yaitu (1) seri-seri ISO 9000 yang memuat persyaratan standar sistem kualitas, dan (2) seri-seri ISO 9000 yang berkaitan dengan petunjuk untuk pedoman manajemen kualitas. Seri-seri ISO 9000 yang tergolong kedalam standar-standar sistem kualitas yaitu ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003. Sedangkan seri-seri ISO 9000 yang tergolong kedalam petunjuk aplikasi manajemen kualitas adalah ISO 9004 beserta bagian-bagiannya.
ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003 yang merupakan seri standar sistem kualitas memiliki elemen-elemen yang diperlukan dan harus dipenuhi, yaitu:
commit to user 2) Sistem Mutu (Quality System).
3) Tinjauan Kontrak (Contract Review).
4) Pengawasan Desain (Design Control).
5) Pengawasan Dokumen dan Data (Document and Data Control).
6) Pembelian (Purchasing).
7) Pengawasan Produk yang Dipasok Pelanggan (Control of Customer
Supplied Product).
8) Identifikasi dan Kemampuan Penelusuran Produk (Product Identification and Tracebility).
9) Pengendalian Proses (Proces Control).
10)Inspeksi dan Pengujian (Inspection and Testing).
11)Pengawasan Atas Peralatan Inspeksi, Pengukuran dan Pengujian Atau Kalibrasi (Control Of Inspection, Measuring, and Text Equipment Or Calibration).
12)Status Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Text Status).
13)Pengawasan dari Produk yang Tak Sesuai (Control of Nonconforming Product).
14)Tindakan Perbaikan dan Pencegahan (Corrective and Preventif Action).
15)Pengangkatan, Penyimpanan, Pengepakan, Pengepakan, Pengawetan dan Pengiriman (Handling, Storage, Packaging, Preservation and Delivery).
16)Perekaman dari Pengawasan Mutu (Control of Quality Records).
17)Audit Mutu Iternal (Internal Quality Audits).
18)Pelatihan (Training). 19)Pelayanan (Servicing).
20)Teknik Statistik (StatisticTechniques).
ISO 9001 merupakan model sistem jaminan kualitas dalam desain/pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan. 2008 merupakan seri terbaru dari sebagai bentuk penyempurnaan atas revisi tahun 2000. Adapun perbedaan antara versi 2000 dengan 2008 secara signifikan lebih menekankan pada efektivitas proses yang dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Jika pada versi 2000 mengatakan harus dilakukan corrective dan
commit to user
preventiveaction, maka versi 2008 menetapkan bahwa proses corrective dan
preventiveaction yang dilakukan harus secara efektif berdampak positif pada perubahan proses yang terjadi dalam organisasi. Selain itu, penekanan pada kontrol proses outsourcing menjadi bagian yang disoroti dalam versi terbaru
ISO 9001 ini.
Dari beberapa uraian sebelumnya diatas baik mengenai manajemen, mutu dan SMM ISO 9001:2008 yang memiliki kaitan satu sama lain yang
kemudian didapatkan kesimpulan mengenai pengertian SMM ISO
9001:2008.
1) Manajemen adalah ilmu mengenai memanfaatkan dan mengontrol sumber
daya manusia dan daya yang lainnya melalui proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan melakukan pengawasan yang dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh anggota yang berperan di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan.
2) Mutu digunakan sebagai konsep yang relatif tergantung dari kondisi dan situasi penempatannya. Pengertian ini digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum.
3) ISO 9001:2008 merupakan model sistem manajemen kualitas internasional untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk peningkatan yang berkesinambungan yang bergerak pada bidang desain/pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan.
Agus Syukur (2010) menyatakan mengenai pengertian SMM ISO 9001:2008 bahwa, “ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan untuk manajemen mutu di mana suatu organisasi harus menunjukkan kemampuannya untuk memberikan produk dan memenuhi persyaratan pelanggan dan pedoman hokum dan peraturan” (hlm. 49).
commit to user
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan ukuran baik buruk suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang atau jasa yang bersifat absolut dan relatif yang berkualitas internasional untuk mengoptimalkan efektivitas mutu suatu perusahaan, dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk peningkatan yang berkesinambungan yang bergerak pada bidang desain/pengembangan, produksi, instalasi dan pelayanan.
b. Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Dalam menyukseskan proses ada beberapa pilar yang digunakan demi menyukseskan proses implementasi ISO 9001 ini, maka ditetapkanlah delapan prinsip manajemen mutu yang bertujuan untuk mengimprovisasi kinerja sistem agar proses yang berlangsung sesuai dengan fokus utama yaitu
effectivitas continual improvement, delapan prinsip manajemen mutu tersebut adalah :
1) Delapan Prinsip Manajemen Mutu a) Fokus Pada Pelanggan
Kelangsungan hidup suatu perusahaan/organisasi sangat
ditentukan bagaimana pandangan pelanggan terhadap
perusahaan/organisasi tersebut. Suatu perusahaan/organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan karena pelanggan adalah kunci meraih keuntungan. Oleh karena itu organisasi harus memahami kebutuhan/keinginan pelanggan baik saat ini maupun di masa mendatang, agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan dan mampu melebihi harapan pelanggan.
Manfaat penting yang diperoleh pada organisasi dengan menerapkan prinsip fokus pada pelanggan yaitu :
(1) Meningkatnya keuntungan dan mendapat perolehan pangsa pasar yang cepat.
commit to user
(2) Meningkatnya penggunaan sumber daya organisasi yang efektif untuk mempertinggi kepuasan pelanggan.
(3) Meingkatnya loyalitas pelanggan.
Penerapan prinsip pertama ini secara optimal nanatinya akan mengarah pada hal-hal berikut:
(1) Menyelidiki dan memahami kebutuhan dan harapan pelanggan.
(2) Memastikan bahwa sasaran organisasi berhubungan dengan
kebutuhan dan harapan pelanggan.
(3) Mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan dengan
organisasi secara keseluruhan.
(4) Menyelaraskan pendekatan dalam memuaskan pelanggan dan
pihak yang berkepentingan serta mengambil tindakan atas hasil yang didapatkan.
(5) Memastikan keseimbangan antara kepuasan pelanggan dengan
pihak lain yang berkepentingan, seperti pemilik, karyawan, pemasok, pemodal, masyarakat dan negara.
b) Kepemimpinan
Penerapan prinsip kepemimpinan mengarah pada :
(1) Menetapkan kebijakan mutu, struktur organisasi,
mengidentifikasi dan menyediakan sumber daya.
(2) Menciptakan lingkungan kerja dimana semua personnel ambil bagian dalam pencapaian target atau sasaran organisasi.
(3) Komitmen “continual improvement” sistem manajemen mutu.
c) Keterlibatan Personel
Keterlibatan seluruh karyawan dalam organisasi adalah dasar yang sangat penting dalam prinsip manajemen mutu. Personel semua level adalah inti organisasi: secara penuh harus ikut serta dalam kelangsungan bisnis organisasi, sehingga: