• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Efektivitas

2. Model Evaluasi CIPP (Context Input Process Product)

Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan para evaluator. Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk. (1967) di Ohio State University. Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan

(a decission oriented evaluation approach structured). Tujuan dari penerapan

model evaluasi ini adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) di dalam membuat keputusan. Zainal Arifin (mengutip dalam Stufflebeam, 1973) menyatakan, Evaluasi diartikan sebagai suatu proses mendeskripsikan, memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif

commit to user

keputusan (2011:78). CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu :

a. Context evaluation to serve planning decision (evaluasi terhadap konteks) Yaitu konteks evaluasi untuk membantu administrator merencanakan keputusan menentukan kebutuhan program, dan merumuskan tujuan program.

b. Input evaluation, structuring decision (evaluasi terhadap masukan)

Kegiatan evaluasi bertujuan untuk membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber alternatif apa yang akan diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

c. Process evaluation, to serve implementing decision (evaluasi terhadap

proses)

Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk membantu melaksanakan keputusan. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah sejauh mana suatu rencana telah dilaksanakan, apakah rencana tersebut sesuai dengan prosedur kerja, dan apa yang harus diperbaiki.

d. Product evaluation, to serve recycling decision (evaluasi terhadap hasil) Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk membantu keputusan selanjutnya. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah hasil apa yang telah dicapai dan apa yang dilakukan setelah program berjalan.

Proses evaluasi tidak hanya berakhir dengan suatu description mengenai keadaan sistem yang bersangkutan, tetapi juga harus sampai pada pengambilan suatu keputusan sebagai perwujudan dari penerapan kesimpulan hasil evaluasi tersebut. Model ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan sebagai input untuk decision making dalam rangka penyempurnaan sistem secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalah Penilaian Acuan Norma (PAN) tentang model CIPP ini, kita dapat melihat perincian

commit to user

penjelasan keempat dimensi tersebut dari segi tujuan, metode, dan hubungannya dengan pembuatan keputusan.

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP yang disebutkan di atas merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah komponen proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Seorang ahli evaluasi dari University of Washington bernama Gilbert Sax (1980) memberikan arahan kepada evaluator tentang bagaimana mempelajari tiap-tiap komponen yang ada dalam setiap program yang dievaluasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Model ini sekarang diempurnakan dengan satu komponen O, singkatan dari Outcome (s) sehingga menjadi model CIPPO.

Model CIPP hanya berhenti pada mengukur output (product), jika

product berhenti pada lulusan, sedangkan outcome (s) sampai pada

bagaimana kiprah lulusan tersebut di masyarakat atau di pendidikan lanjutannya, atau untuk product pabrik, bukan hanya mengandalkan kualitas barang, tetapi pada kepuasan pemakai atau konsumen.

3. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan a. Konsep Manajemen

Nur Zazin (2011) mengungkapkan bahwa, “Secara etimologi, manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage sinonim dari to hand berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to guide berari memimpin” (hlm. 27). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011)manajemen berarti “penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran” (hlm. 870). Senada dengan hal tersebut Nur Zazin (2011) menyatakan bahwa :

Manajemen berarti ilmu dan seni dalam upaya memanfaatkan sumber daya manusia dan daya lain dalam kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi yang dilakukan secara efektif dan efisien dengan melibatkan peran seluruh anggota secara aktif dalam mencapai tujuan yang ditentukan (hlm. 28).

commit to user

Berdasarkan beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan mengenai pengertian manajemen adalah ilmu mengenai memanfaatkan dan mengontrol sumber daya manusia dan daya yang lainnya melalui proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan melakukan pengawasan yang dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh anggota yang berperan di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan.

Dasar manajemen adalah mengapa ilmu manajemen muncul dan terus berkembang sesuai perkembangan jaman adalah karena sifat manusia yang diwujudkan dalam sikapnya yang sangat kompleks dan dalam kehidupannya berperan sebagai mahkluk sosial dan mahkluk individual mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi aktivitas dan reaksinya dalam menghadapi dan menangani sesuatu dalam mencapai tujuan hidupnya.

Dalam mencapai tujuan hidupnya, manusia membutuhkan kerja sama dengan sesamanya dalam bentuk interaksi untuk mencapai tujuan yang diiinginkannya. Terutama apabila manusia tersebut hidup dalam sebuah organisasi yang melibatkan banyak orang di dalamnya maka memerlukan ilmu yang menuntunnya bagaimana mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Dengan demikian, untuk mencapai kesuksesan dalam pencapaian tujuan yang diinginkannya manusia selalu berusaha menemukan berbagai cara terbaik diantaranya adalah dengan mengatur organisasi di mana ia terlibat di dalamnya.

Berdasarkan beberapa hal di atas sudah cukup menerangkan kepada kita bahwa sangat pentingnya peran manajemen sebagai faktor penentu keberhasilan mencapai tujuan tertentu yang manusia inginkan. Begitu pula dengan pendidikan memerlukan sistem manajemen yang lebih efektif dan tepat sasaran. Maka diperlukan suatu manajemen tertentu untuk meningkatkan kualitas mutu institusi pendidikan agar baik secara proses

commit to user

pengolahan maupun output dari institusi pendidikan tersebut lebih tepat sasaran.

b. Konsep Mutu

Bagi setiap institusi, mutu adalah salah satu prioritas utama dalam perencanaan kerja mereka. Dan peningkatan mutu terlihat menjadi tugas yang tidak pernah selesai. Begitu pula halnya dengan institusi pendidikan di Indonesia yang kini sedang berusaha keras untuk mencari pola terbaik dalam hal meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai hal sudah coba untuk diterapkan dalam rangka meningkatkan mutu tersebut. Dan kini muncul sebuah paradigma baru dalam dunia pendidikan yaitu menerapkan konsep manajemen bisnis dari dunia industri ke dunia pendidikan. Tentunya hal ini dilakukan agar institusi pendidikan lebih tepat sasaran dalam menghasilkan

output lulusannya agar kualitas mutu yang diharapkan oleh dunia industri

dapat tercapai. Karena tentunya output dari institusi pendidikan pada akhirnya akan berkecimpung di dunia kerja dalam hal ini difokuskan pada dunia industri. Maka dari hal itu, pengelolaan proses yang baik akan menentukan kualitas mutu yang dihasilkan oleh institusi pendidikan.

Mutu memiliki pengertian yang beragam dan memiliki penerapan yang berbeda tergantung pada konteks apa digunakannya. Nur Zazin (2011) mengungkapkan (mengutip Gasperz, 2002) menyatakan bahwa:

Mutu memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi, dari konvensional sampai modern. Definisi konvensional mendefinisikan karakteristik langsung dari suatu produk, sedangkan definisi modern menjelaskan mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (hlm. 54)

Mutu juga dapat didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik produk yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi permintaan (persyaratan yang ditetapkan) customer, baik yang tersurat, maupun yang tersirat. Unsur-unsur tersebut dapat dijabarkan sebagai persyaratan mutu yaitu: spesifikasi, jumlah harga, dan waktu penyerahan. Dalam kaitannya dengan mutu, juga termasuk di dalamnya mengenai jaminan mutu. Jaminan

commit to user

mutu (quality assurance) adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang diterapkan di dalam sistem manajemen mutu (bila perlu didemonstrasikan) untuk meyakinkan bahwa suatu produk akan memenuhi persyaratan mutu. Jaminan mutu memiliki kontrol akhir yang disebut dengan pengendalian mutu. Pengendalian mutu (quality control) adalah teknik dan kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu.

Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah, mutu sesuai persepsi (quality in perception). Mutu ini bisa disebut sebagai mutu yang hanya ada di mata orang yang melihatnya. Ini merupakan definisi yang sangat penting. Sebab, ada satu resiko yang seringkali kita abaikan dari definisi, yaitu kenyataan bahwa para pelanggan adalah pihak yang membuat keputusan terhadap mutu. Dan mereka melakukan penilaian tersebut dengan merujuk pada produk terbaik yang bisa bertahan dalam persaingan.

Meskipun mutu dapat didefinisikan sebagaimana seperti tercantum di atas namun sebenarnya untuk mengerti betul mengenai konsep mutu sangatlah dinamis. Seperti yang dinyatakan Edward Sallis (2011) bahwa, “Mutu merupakan suatu ide yang dinamis, sedang definisi-definisi yang kaku sama sekali tidak akan membantu” (hlm. 51). Berdasarkan hal tersebut konsep pemahaman mengenai mutu tergantung pada kondisi dan situasi dimana mutu tersebut ditempatkan.

Seperti disebutkan di atas mutu digunakan sebagai konsep yang relatif tergantung dari kondisi dan situasi penempatannya. Pengertian ini digunakan dalam TQM. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu merupakan sebuah cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum.

commit to user

c. Konsep Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan

Manajemen mutu terpadu atau yang lebih sering disebut sebagai

TQM (Total Quality Management) pada dasarnya merupakan suatu

pendekatan pengendalian mutu melalui penumbuhan partisipasi karyawan. Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa, “TQM merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisipasi dan kreativitas karyawan” (hlm. 478).

Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: ”TQM adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus-menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggan, saat ini dan untuk masa yang akan datang” (hlm. 73).

Salah satu hal yang menonjol dalam TQM adalah perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Perbaikan berkelanjutan didasarkan pada dua ide pokok, perbaikan sistematik dan perbaikan iteratif. Dalam perbaikan sistematik, perbaikan-perbaikan dijabarkan dari penggunaan alat dan pendekatan ilmiah dan suatu struktur untuk upaya tim atau individu. Pendekatan ilmiah mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi, dan memilih tidak hanya yang paling menonjol, tetapi yang terbaik, yang teridentifikasikan secara faktual.

Pengendalian mutu terpadu merupakan suatu sistem manajemen yang melibatkan semua unsur kepagawaian di lingkungan suatu perusahaan, baik sektor barang atau good product maupun sektor jasa atau servis. Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa: “Tujuan dari penerapan sistem TQM adalah untuk meningkatkan mutu, efisiensi, dan efektivitas produksi, baik di lingkungan industri maupun institusi lainnya” (hlm. 480)

Sistem TQM merupakan dasar manajemen dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO seri tahun 1994 dan ISO 9001 versi tahun 2000 serta dasar untuk penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 tahun

commit to user

1996. Oleh karena itu, bagi perusahaan atau lembaga pendidikan yang telah menerapkan sistem TQM bila ingin disertifikasi untuk Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 atau Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 lebih mudah dan lebih cepat dalam proses penyiapan dokumentasi dan sertifikasinya, apabila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak pernah menerapkan sistem TQM , sehingga hal ini merupakan suatu keuntungan yang positif karena terjadi penghematan biaya untuk kegiatan konsultasi dan penulisan dokumentasi. Prinsip dari pada pengendalian mutu terpadu (TQM) adalah bahwa sistem manajemen TQM melibatkan semua elemen karyawan mulai dari top pimpinan atau “Top Management” sampai dengan pelaksana teknis/operator “button up management.” Sistem TQM harus dipahami, dimengerti, dan diterapkan secara sinergis, efisien dan efektif dalam semua aktivitas di lingkungan perusahaan demi tercapainya tujuan, sasaran dan target produktivitas sesuai dengan kebijakan pimpinan puncak.

Beberapa prinsip dalam penerapan sistem TQM adalah sebagai berikut.

1) Merupakan komitmen pimpinan puncak (Top Management).

2) Pengertian “total” yaitu terpadu yang berarti manajemen yang diterapkan melibatkan seluruh aparat di lingkungan perusahaan.

3) Apabila terjadi kekurangan atau kelemahan baik secara sengaja atau tidak sengaja yang sangat berdampak pada menurunnya efisiensi dan efektvitas produksi, secara serius hal ini harus dicermati dan ditangani secara tuntas serta segera dicari titik permasalahannya dan dilakukan tindakan perbaikan (continuous improvement) yang berkelanjutan, misalnya meningkatkan kelompok diskusi tingkat supervisor untuk membahas dan menyelesaikan data/statistik pada sore hari (statistical activies and

monitoring), pemecahan masalah yang diperoleh (solving problem),

pendidikan dan pelatihan teknis langsung kepada staf yang berkepentingan menangani permasalahan di lapangan (training and

commit to user

4) Ditetapkan aturan-aturan kesepakatan yang dijadikan sebagai kebijakan tertulis dan merupakan alat atau “tools” dalam operasional sistem TQM.

Berdasarkan keempat prinsip dasar sistem TQM tersebut dapatlah disimpulkan bahwa sistem TQM sangatlah bermanfaat, tepat dan positif untuk diterapkan di lingkungan sekolah, selain itu juga bermanfaat bagi sistem kepemimpinan (managerial) pada kondisi saat ini.

Setelah mengetahui konsep TQM yang diterapkan pada dunia industri, kemudian kita akan melihat bagaimana TQM di terapkan di dunia pendidikan yang lebih populer dengan sebutan TQE (Total Quality

Education). TQE di sini dapat dipahami sebagai manajemen mutu total

pendidikan, seperti halnya pada produksi mutu total yang berarti mutu total produksi. Mutu total pendidikan seharusnya tidak dikacaukan dengan pemikiran tentang pelatihan dalam konsep mutu total. Veithzal Rivai dan Sylviana Murni (2010) menyatakan bahwa: “Mutu Total Pendidikan (TQE) di sini berarti setiap orang merasa terikat untuk memenuhi atau bahkan melampaui harapan pelanggan pendidikan” (hlm.495). Kontribusi dari Guru Mutu Total ini akan diterapkan pada pendidikan dalam bentuk prinsip-prinsip.

Edward Sallis (2011) menyatakan bahwa: “Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa” (hlm. 6) Berdasarkan pernyataan tersebut sebuah institusi pendidikan memberikan pelayanan

(service) sesuai dengan apa yang diinginkan (customer). Jasa atau pelayanan

yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang memiliki standar kualifikasi tertentu yang sudah ditetapkan oleh pelanggan tersebut dan memberikan kepuasan kepada mereka. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajemen mutu yang mampu mengoptimalkan kinerja institusi pendidikan agar lebih bermutu. Edward Sallis (2011) menyatakan:

Manajemen pendidikan mutu terpadu berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai sasaran utama. Pelanggan dapat dibedakan menjadi pelanggan dalam (internal customer) dan pelanggan luar (external

commit to user

customer). Dalam dunia pendidikan yang termasuk pelanggan dalam

adalah pengelola institusi itu sendiri, misalkan manajer, guru, staff, dan penyelenggara institusi. Sedangkan yang termasuk pelanggan luar adalah masyarakat, pemerintah dan dunia industri. Jadi, suatu institusi pendidikan disebut bermutu apabila antara pelanggan internal dan eksternal telah terjalin kepuasan atau jasa yang diberikan (hlm. 6).

Berdasarkan pernyataan yang di atas sudah jelas mengenai sasaran kepuasan yang harus dicapai oleh institusi pendidikan yang menerapkan manajemen pendidikan mutu terpadu yaitu pelanggan dalam dan pelanggan luar. Dengan demikian tiap institusi pendidikan dapat menerapkan strategi yang tepat berdasarkan sasaran kepuasan yang ingin dicapai.