• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi negara berkembang dalam menjawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Strategi negara berkembang dalam menjawa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI NEGARA BERKEMBANG DALAM MENJAWAB TANTANGAN PERMASALAHAN TRANSPORTASI

ABSTRAKSI

Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Transportasi adalah sektor utama dalam sistem kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang terus meningkat memberikan efek positif terhadap kemampuan masyarakat untuk melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain. Di sisi lain, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi di negara berkembang masih belum memadai dilihat dari kuantitas dan kualitasnya. Seperti halnya dengan kondisi transportasi perkotaan yang selalu ditandai dengan kemacetan lalu lintas yang tidak terkendali adalah suatu permasalahan yang amat kompleks yang merupakan interaksi dan kombinasi dari banyak aspek hidup dan kehidupan suatu kota. Permasalahan transportasi yang dihadapi negara berkembang saat ini adalah peningkatan penggunaan kendaraan pribadi yang tidak terkendali sehingga mengakibatkan efek negatif terhadap lingkungan seperti menurunnya kualitas udara, gangguan kebisingan, serta pemborosan energi. Indonesia adalah salah satu contoh negara berkembang yang mengalami permasalahan transportasi yang berupa kemacetan di hampir seluruh jaringan jalan di kota Jakarta dan berimbas di kota sekitarnya. Tingkat kemacetan di kota Jakarta, apabila dibandingkan dengan kota-kota lain di dunia, sudah termasuk dalam kategori yang membahayakan baik dari segi ekonomi dan sosial. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu melakukan perencanaan transportasi yang memiliki konsep berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Perencanaan dapat dimulai dengan mencontoh langkah-langkah yang telah dilakukan negara maju dalam mengatasi permasalahan transportasi. Langkah tersebut misalnya, Pengembangan Konsep Transit Oriented Development (TOD) di China, Penggunaan Transportasi Massal Bus Rapid Transit (BRT) di Bogota, Kolumbia, Penerapan Manajemen Permintaan Transportasi (TDM) di Amerika Serikat. Namun segala strategi ini dapat berhasil apabila ada komitmen kuat dari penyelenggara pemerintahan dan kesadaran masyarakatnya.

(2)

PENDAHULUAN

Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Transportasi adalah sektor utama dalam sistem kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang terus meningkat memberikan efek positif terhadap kemampuan masyarakat untuk melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain. Di sisi lain, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi di negara berkembang masih belum memadai dilihat dari kuantitas dan kualitasnya. Tantangan permasalahan negara berkembang dalam menyusun perencanaan transportasi adalah masalah kemacetan lalu-lintas, pelayanan angkutan umum perkotaan, pencemaran lingkungan, dan pemborosan energi.

Terdapat kecenderungan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mendorong peningkatan permasalahan transportasi. Permasalahan tidak hanya berkisar pada kenyamanan transportasi, namun juga dapat menurunkan kualitas lingkungan melalui meningkatnya gas buang dari kendaraan bermotor yang berakibat pada konsumsi energi yang terbuang dengan sia-sia. Permasalahan transportasi merupakan masalah yang cukup kompleks sehingga membutuhkan peran serta masyarakat sebagai pengguna transportasi, operator, serta pemerintah sebagai regulator dan pemangku kebijakan.

Penyediaan prasarana transportasi pada negara berkembang cenderung memfasilitasi kendaraan pribadi, hal ini dapat terlihat dalam peningkatan penyediaan jalan bebas hambatan dan peningkatan lahan parkir. Pembangunan infrastruktur jalan bebas hambatan cukup penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, namun pembangunan yang tidak direncanakan dengan baik akan menimbulkan masalah dan memberikan dampak negatif bagi masyarakat menengah bawah pada khususnya. Di Indonesia misalnya, tidak merencanakan sistem transportasi massal, akan tetapi berencana membangun 6 (enam) ruas jalan tol baru. Hal ini akan menjadikan semakin parahnya kemacetan di Jakarta karena kelompok kelas menengah ke atas yang mampu membeli mobil pribadi akan berlomba-lomba membeli kendaraan pribadi karena mereka merasa difasilitasi oleh pemerintah. Semakin meningkat penyediaan fasilitas untuk kendaraan pribadi akan meningkatkan pula pertumbuhan kendaraan pribadi, hal ini bagai masalah yang tidak ada ujungnya. Dengan peningkatan penyediaan fasilitas terhadap kendaraan pribadi akan menyingkirkan keberadaan pengendara sepeda dan pejalan kaki serta penurunan kinerja angkutan umum.

(3)

Perencanaan transportasi dapat berhasil apabila melibatkan peran serta masyarakat selaku pengguna jasa transportasi, komitmen operator dalam menyediakan jasa tranportasi yang aman, nyaman, dan tepat waktu serta peran serta pemerintah selaku pemangku kebijakan dalam menegakkan peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama.

Penulisan Strategi Negara Berkembang Dalam Menjawab Tantangan Permasalahan Transportasi dapat dijabarkan sebagai berikut, pada bagian pendahuluan dijelaskan mengenai fungsi transportasi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi serta tantangan permasalahan transportasi yang dihadapi negara Indonesia. Pada kajian literatur disajikan berbagai strategi yang dapat diadopsi oleh negara berkembang dalam mengatasi permasalahan transportasi. Pada bagian metode diulas mengenai teknik metode analisa SWOT. Sedangkan pada bagian pembahasan mengulas tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing strategi dalam mengatasi permasalahan transportasi. Pada akhirnya, hasil dari pembahasan akan dirumuskan dalam kesimpulan.

KAJIAN LITERATUR

Manajemen permintaan transportasi (TDM) seperti yang telah berkembang di Amerika Serikat adalah inisiatif kebijakan pemerintah federal yang memberikan perhatian utama pada peningkatan efisiensi sistem transportasi urban melalui peningkatan operasional dan menyertakan perlindungan kualitas udara dan energi ke dalam proses perencanaan transportasi (Meyer, 1999). Meyer mengidentifikasi beberapa strategi untuk meningkatkan efektivitas Manajemen permintaan transportasi (TDM) dalam konteks perencanaan transportasi regional misalnya, menyertakan TDM sebagai bagian dari solusi untuk perencanaan transportasi regional, keterkaitan antara TDM dengan tata guna lahan, membuat biaya perjalanan lebih jelas bagi pengguna, dan membuat pelaksanaan TDM lebih cocok kepada masyarakat umum.

Dalam pengertiannya secara luas, manajemen permintaan transportasi (TDM) adalah tindakan atau serangkaian tindakan yang bertujuan mempengaruhi perilaku pelaku perjalanan agar memilih berbagai alternatif dalam melakukan pergerakan yang dapat mengurangi kemacetan (Meyer, 1997). Tiga kategori tindakan tersebut misalnya menawarkan satu atau lebih moda transportasi alternatif yang memiliki kapasitas angkut tinggi, menyediakan insentif/disinsentif untuk mengurangi perjalanan atau untuk mendorong perjalanan ke jam tidak sibuk, dan/atau mencapai tujuan perjalanan melalui sarana transportasi bebas (seperti menggunakan telekomunikasi untuk bekerja atau belanja) (Meyer, 1999).

(4)

Pertimbangan kebijakan penting lainnya untuk pengembangan program TDM adalah bahwa tindakan TDM difokuskan sebagai penanganan jangka pendek terhadap masalah kemacetan.

Strategi TDM kiranya sulit ditetapkan di Indonesia, mengingat Pemerintah selaku Pemangku Kebijakan tidak memiliki perencanaan yang jelas, tidak memiliki komitmen yang kuat serta Perilaku masyarakatnya yang sulit diatur dan cenderung seenaknya. Indonesia khususnya Jakarta juga belum mempunyai sistem transportasi massal yang baik untuk menggantikan kendaraan pribadi yang dibatasi penggunaanya dalam rangka penerapan TDM.

Infrastruktur transportasi sangat mempengaruhi perkembangan kota. Pembangunan berorientasi kendaraan pribadi dapat menyebabkan urban sprawl (pemekaran kota yang tidak terkendali), suburbanisasi, peningkatan perjalanan komuter, dan mengurangi tingkat efisiensi tata guna lahan. Pengembangan Berorientasi Transit (TOD) merupakan suatu bentuk perencanaan pengembangan kota yang berorientasi pada sistem tansit yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan (JJ. Lin et al, 2004).

Transit Oriented Development (TOD) alternatif bentuk perkembangan kota yang mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. China mencari suatu solusi untuk mengatasi suburbanisasi dengan mengembangkan daerah baru yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal (Robert Cervero et al, 2009).

Sebagai akibat dari buruknya kondisi transportasi umum, Pemerintah Kota Bogota menjalankan strategi mobilitas jangka panjang berdasarkan transportasi tidak bermesin, peningkatan transito, dan pembatasan mobil. Salah satu komponen utama dari rencana tersebut adalah pengadaan “BRT (Bus Rapit Transit)” dengan tujuan untuk menyediakan transportasi massal (Ramon Munoz, 2009).

Bentuk perkembangan kota-kota di Indonesia, terutama Jakarta cenderung tidak terkendali, Pembangunan kawasan permukiman tidak didukung sarana transportasi massal yang terintegrasi. Kebanyakan pengembang perumahan menawarkan kemudahan akses melalui jalan tol yang mana hal ini akan meningkatkan penggunaan kendaraan pribadi.

Transmilenio adalah contoh transportasi massal di Bogota, Columbia yang berupa Bus Rapid Transit System yang bekerja dengan struktur trunk-feeder. Mengacu pada konsep rapid bus di Curitiba, Brazil, Transmilenio menggunakan konsep pengoperasian bus gandeng dengan kapasitas angkut yang besar yang berjalan pada jalur khusus (busway) dan terintegrasi dengan feeder untuk menghubungkan koridor utama (dilalui transmilenio) dengan wilayah permukiman yang tidak dilalui transmilenio (Ramon Munoz, 2009).

(5)

METODE

Dalam penulisan ini akan dianalisa kekuatan dan kelemahan masing-masing strategi penanganan masalah transportasi menggunakan metode analisa SWOT. Analisa SWOT adalah analisa kondisi internal maupun eksternal yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisa internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisa eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threath).

PEMBAHASAN

Dalam mengatasi permasalahan tranportasi, negara berkembang dapat menerapkan strategi-strategi yang telah berhasil dilakukan oleh negara maju. Salah satu strategi tersebut adalah membatasi penggunaan kendaraan pribadi yang lebih dikenal dengan Transport Demand Management (TDM). Pada strategi ini akan mengubah perilaku pelaku perjalanan yang kebanyakan memakai kendaraan pribadi untuk beralih menggunakan transportasi massal. Guna mengatur pergerakan lalu lintas dan meningkatkan efisiensi dan efektitas pergerakan, maka diperlukan penyelenggaraan manajemen permintaan tranportasi dengan cara melakukan pembatasan permintaan transportasi yang menggunakan kendaraan pribadi. Pembatasan permintaan transportasi harus dilakukan secara terintegrasi yang berupaya mempengaruhi pola perjalanan masyarakat dengan berbagai pilihan moda yang berorientasi transportasi massal.

Manajemen permintaan transportasi yang dapat diterapkan misalnya, pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dengan mengapus subsidi BBM, membatasi kepemilikan kendaraan bermotor dengan meningkatkan pajak kepemilikan. Pendapatan dari pajak kepemilikan dan anggaran yang digunakan untuk subsidi BBM dapat dialokasikan untuk pengembangan sarana transportasi massal. Sedangkan untuk mengatur pergerakan lalu lintas, dapat diterapkan pengaturan jam kerja, penyediaan bus karyawan, pengaturan jam sekolah, dan pengaturan jam operasi kendaraan pengangkut barang.

Dari pembahasan TDM di atas dapat diketahui bahwa penerapan TDM mempunyai kelebihan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dapat dijelaskan dalam bagan berikut:

(6)

Dalam mengatasi permasalahan transportasi di Jakarta, strategi TDM adalah strategi yang dapat diterapkan dalam waktu singkat, asalkan ada penegakan hukum yang ketat untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Pemerintah juga perlu menyiapkan sistem transportasi massal sebagai pengganti kendaraan pribadi.

Konsep dari pengembangan berorientasi transit adalah menempatkan suatu pusat aktivitas dekat dengan fasilitas transportasi massal. Hal ini bertujuan mengurangi mobilitas dan mendekatkan pelaku perjalanan dengan angkutan massal. Dalam pengembangan berorientasi transit suatu kawasan didesain sedemikian rupa dimana terdapat percampuran berbagai kegunaan lahan (mix use). Pengembangan berorientasi transit biasanya berada di sekitar pusat transportasi massal seperti stasiun dan shelter Bus Rapid Transit. Dalam zona TOD tersebut terdapat percampuran guna lahan, seperti pusat bisnis, pusat perkantoran, pusat kesehatan dan pusat hiburan. Aksesibilitas antara stasiun/shelter menuju pusat kegiatan lainnya dapat dijangkau dengan jalan kaki sehingga akan mengurangi pergerakan kendaraan.

Pada contoh kasus di China, Pemerintah kota Beijing menganut kebijakan dengan pembangunan berorientasi transit (TOD) akan digunakan untuk merasionalisasikan tata letak Beijing dan menyediakan fasilitas transportasi yang handal untuk mendukung pengembangan kelompok yang tersebar dan kota-kota kecil di pinggiran kota. Aksesibilitas yang ditingkatkan pada lingkungan masyarakat yang dilayani jalur kereta api berkorelasi dengan penurunan dalam waktu pulang-pergi ketempat kerja. Investasi terhadap kereta api dalam kota dan pembangunan perkotaan di sebagian besar kota pinggiran di Cina, contohnya Beijing yang saat ini telah mengoperasikan empat kereta api transit jalur, dengan panjang jalur 114 km total telah mengakibatkan berkembangnya real estate di kota-kota pinggiran di China (Robert Cervero et al, 2009).

(7)

Apabila akan menerapkan strategi TOD, Pemerintah Pusat perlu bersinergi dengan Pemerintah Daerah dalam menata kawasan yang akan dijadikan kawasan TOD. Kebanyakan kawasan sekitar simpul transportasi massal dihuni oleh penduduk golongan ekonomi lemah, mereka menggantungkan nasibnya dari Stasiun ataupun terminal. Untuk itu Pemerintah perlu tegas dengan memindahkan para penghuni liar ke kawasan yang layak huni. Kemudian kawasan sekitar stasiun didesain dengan konsep tata guna lahan campuran yang memadukan antar simpul transportasi, kawasan permukiman, dan pelayanan fasilitas umum.

Konsep dari transportassi massal adalah mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi dengan menyediakan kendaran berkapasitas angkut besar sehingga meminimalisir penggunaan kendaraan motor pribadi yang berdampak pada berkurangnya kemcetan lalu lintas dan polusi. Transportasi massal misalnya, Bus Rapid Transit, Light Rapid Transit, dan Mass Rapid Transit. Banyak negara maju mengintegrasikan konsep pembangunan berorientasi transit dengan simpul transportasi massal. China mengintegrasikan wilayah TOD dengan urban rail system (Robert Cervero et al, 2009).

Penerapan Transportasi Massal mempunyai kelebihan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dapat dijelaskan dalam bagan berikut:

TRANSPORTASI MASSAL membangun infrastruktur transportasi massal

(8)

Dari berbagai strategi yang dapat diterapkan oleh negara berkembang dalam mengatasi masalah transportasi dapat diringkas sebagai berikut :

KESIMPULAN

1. Pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang memicu meningkatnya permasalahan transportasi;

2. Permasalahan transportasi negara berkembang berupa kemacetan, kepadatan lalu-lintas, polusi, dan keterbatasan lahan parkir;

3. Strategi negara berkembang untuk mengatasi masalah transportasi dengan mengupayakan manajemen permintaan transportasi (TDM), perencanaan pembangunan wilayah berorientasi transit (TOD), dan penggunaan transportasi massal;

4. Dengan menerapkan strategi TDM, TOD, dan penggunaan transportasi massal akan berdampak pada penghematan energi dan kualitas lingkungan yang lebih baik;

5. Strategi dalam mengatasi permasalahan transportasi dapat bekerja dengan baik apabila terdapat sinergi yang baik antara masyarakat selaku pengguna jasa transportasi, operator, dan Pemerintah selaku regulator dan pemangku kebijakan.

PERMASALAHAN TRANSPORTASI

- Kemacetan - Kepadatan - Polusi - Pemborosan

STRATEGI

TDM

TOD

TRANSPORTASI MASSAL

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Ramon Munoz, 2009, Walking accessibility to bus rapid transit: Does it affect property values? The case of Bogota´ , Colombia.

Michael J. Saunders et al, 2008, Incorporating transport energy into urban planning.

Robert Cervero et al, 2009, Suburbanization and transit-oriented development in China.

J.J. Lin et al, 2004, TOD planning model to review the regulation of allowable development densities around subway stations.

Michael D. Meyer, 1999, Demand management as an element of transportation policy: using carrots and sticks to infuence travel behavior.

(10)

TUGAS

PROPOSAL

ANALISA PRIORITAS PENGEMBANGAN PELABUHAN JEPARA BERBASISKAN KEBUTUHAN JASA TRANSPORTASI LAUT.

MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

Andi Hardianto

24212008

Magister Transportasi

Sekolah Arsitektur, Perencanaan Dan Pengembangan Kebijakan

Institut Teknologi Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan untuk memberikan suatu rekomendasi terhadap pengembangan Museum Majapahit pada masa mendatang agar dapat berperan sebagai mediator yang menjembatani

(2) Sebagai Alat Kesehatan dan Keselamatan, Keduanya Mempunyai Nilai Intrinsik Selain Nilai Insrumentalnya, dimana Meninggalnya Karyawan di Tempat Kerja Memiliki Nilai Instrumental

Gambaran sosial budaya di atas sekaligus menunjukkan masyarakat desa Menang memiliki keragaman paham keagamaan, sehingga potensi konflik dalam hal merespon terhadap kegiatan

Desa merupakan kesatuan masyarakat terkecil dalam wilayah Negara Kesatuan republik Indonesia. Dalam hal ini desa terbentuk dari komponen yang terdiri dari wilayah

terintegrasi. 15) Koordinasi dan kerjasama antara lembaga litbang daerah dan pemangku kebijakan dan masyarakat pelaku usaha.. 17) Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TPAD)

Sebagai standar, digunakan b–karoten (dalam metanol). Reaksi Netralisasi Radikal Bebas DPPH oleh Ikatan Rangkap.. diarahkan pada penemuan senyawa karotenoid, yang merupakan salah

Sebuah graph dapat dipotong pada sebuah atau lebih titiknya, jika suatu titik dalam sebuah graph dinyatakan sebagai titik potong, maka titik tersebut dan semua rusuk

Rawatan kumbahan adalah satu sistem di mana air kumbahan daripada rumah atau mana premis yang disalirkan ke loji rawatan kumbahan melalui paip pembetungan untuk menjalani proses