EKONOMI KESEHATAN
PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN SEKTOR
KESEHATAN
LATAR BELAKANG
Masalah sumber daya dan dana yang terbatas menyebabkan
berbagai masalah kesehatan di Indonesia tidak pernah terselesaikan dari waktu ke waktu
Masalah kesehatan semakin kompleks bukan hanya masalah
kejadian sakit dan penyakit tetapi juga masalah lingkungan dan pelayanan kesehatan membutuhkan perencanaan dan
Anggaran pemerintah untuk sektor kesehatan yang tercantum
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubaham ( APBN-P ) 2015 adalah sebesar 24,2 triliun.
Bank Dunia Indonesia adalah salah satu negara yang paling
sedikit mengalokasikan dana untuk anggaran kesehatan, setelah sudan selatan, chad, myanmar dan Pakistan
Cristobal Ridao anggaran kesehatan indonesia saat ini hanya
3,7 % terhadap Produk Domestik Bruto ( PDB ) dari ketentuan 5%, meskipun layanan kesehatan dasar merupakan salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan dan
Perencanaan salah satu fungsi administrasi dalam rangka
memecahkan masalah yang di dalamnya terkandung suatu
proses sistimatis yang mempunyai urutan logis dalam arti suatu langkah dalam proses perencanaan adalah sebuh proses yang logis dari langkah sebelumnya.
Perencanaan Kesehatan Sebuah proses untuk merumuskan
masalah – masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
Perencanaan Anggaran Kesehatan Suatu rencana kegiatan di
bidang kesehatan yang memuat uraian tentang biaya (cost)
yang diperlukan, sumber dana, dan aturan pengelolaannya.
Agar dapat mencapai tujuan efektivitas dan efisiensi dalam
MEKANISME PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN SEKTOR KESEHATAN
1. Penyusunan Rancangan Awal Renja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
dilaksanakan dalam bentuk lokakarya dan bertujuan untuk mempersiapkan rancangan awal Renja Pembangunan Kesehatan Kabupaten/Kota tahun rencana.
Pertemuan dilaksanakan oleh:
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD),
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten/Kota
Hasil pertemuan ini akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun
perencanaan oleh masing-masing pengelola program di jajaran Dinas
Kesehatan dan RSUD Kabupaten/Kota serta sebagai bahan untuk menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas.
2. Penyusunan RUK Puskesmas
Di adakan untuk memberi bimbingan kepada Puskesmas dalam melakukan penyusunan RUK mulai dari pengolahan data, analisis situasi, penentuan
Di fasilitasi oleh: tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dilaksanakan oleh Puskesmas (jadual yang telah ditentukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)
Pesertanya: - seluruh jajaran Puskesmas dan jaringannya
(puskesmas pembantu, polindes, bidan didesa)
Kegiatan dilaksanakan pada Januari (paling lambat pada minggu
3. Perumusan Fokus Arah Pembangunan Kesehatan di Kabupaten/Kota
• dilakukan pemilihan strategi dan kegiatan yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi
• dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota pada Februari
4. Rapat Koordinasi Kesehatan Daerah (Rakorkesda) I Kabupaten/Kota
• Rakorkesda I menajamkan fokus pembangunan kesehatan dan membangun dukungan lintas sektor-mitra terkait sehingga terjadi sinkronisasi perencanaan
• Kegiatan ini diselenggarakan pada minggu III Februari • diikuti oleh: - Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
- UPTD, RSUD Kabupaten/Kota, - Puskesmas,
- Sekretariat Daerah (bagian yang terkait),
5. Penyempurnaan Rancangan Renja Terpadu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
• menyempurnakan rancangan Renja Terpadu Responsif Gender Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
• Hasilnya menjadi bahan pembahasan dalam Forum SKPD yang selanjutnya akan digunakan oleh pemerintah daerah untuk menyusun rancangan RKPD dan dibahas dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).
• diikuti oleh tim perencana Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
• Kegiatan minimal pada minggu IV Februari (sebelum pelaksanaan forum SKPD dan musrenbang Kab/Kota).
6. Finalisasi Dokumen Renja Terpadu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
• Setelah dilakukan pembahasan dalam forum SKPD dan Musrenbang, maka Rancangan Renja Terpadu Responsif Gender Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota akan mengalami
perbaikan dan penyempurnaan
• Kegiatan ini diikuti oleh tim perencana Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diselenggarakan i pada April (sebelum Rakorkesda Provinsi dilaksanakan).
7. Rapat Koordinasi Kesehatan Daerah (Rakorkesda) II Kabupaten/Kota
• untuk mensinkronisasikan program dan kegiatan yang telah memperoleh alokasi anggaran antar SKPD, mitra terkait dan antar program di lingkungan Dinkes Kab/Kota
• Hasil rapat koordinasi sebagai bahan untuk melakukan penyempurnaan Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) SKPD Dinkes Kab/Kota.
• dihadiri oleh: - seluruh jajaran struktural maupun fungsional di Dinkes Kab/Kota - UPTD, RSUD Kabupaten/Kota, Puskesmas, Sekretariat Daerah
- Bappeda, DPRD, SKPD terkait di Kabupaten/Kota, - mitra terkait
8. Finalisasi Dokumen Anggaran.
• menyelesaikan dokumen anggaran yaitu perubahan dokumen RKA menjadi Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
No Jenis Kegiatan
Bulan
12 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
1. Lokakarya Penyusunan Rancangan Awal Renja Dinkes Kab/Kota
2. Penyusunan RUK puskesmas
Mekanisme Penetapan Program & Kegiatan
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang ditransfer oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Pengertian DAK diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, yang menyebutkan bahwa: “Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
Dalam menjalankan Kebijakan DAK, langkah kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah dibagi
menjadi 4 kelompok besar yaitu:
1. Penetapan Program dan Kegiatan
• Dalam proses penetapan program dan kegiatan DAK, penetapannya diatur dalam Pasal 52 PP No. 55 Tahun 2005 program dan kegiatan yang akan didanai dari Dana Alokasi Khsus
merupakan program yang menjadi prioritas nasional yang dimuat dalam Rencana Kerja Pemerintah.
2. Penghitungan Alokasi DAK
• Pasal 54 PP Nomor 55 Tahun 2005 mengatur bahwa perhitungan alokasi DAK dilakukan melalui 2 tahap, yaitu:
a. penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; dan
b. penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah.
• Penentuan daerah tertentu menurut pasal 54 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tersebut harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusu dan kriteria teknis sebagaimana sudah diatur
didalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah.
Kriteria Umum
Menurut Pasal 33 PP No. 55 Tahun 2005, Kriteria umum dirumuskan berdasarkan
kemampuan keuangan daerah yang tercermin dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil
Dimana :
Penerimaan Umum = PAD + DAU + (DBH – DBHDR)
Belanja Pegawai Daerah = Belanja PNSD
PAD = Pendapatan Asli Daerah
APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
DAU = Dana Alokasi Umum
DBH = Dana Bagi Hasil
DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi
Kemampuan keuangan daerah dihitung melalui indeks fiskal neto
(IFN) tertentu yang ditetapkan setiap tahun.
DAK dialokasikan untuk daerah-daerah yang kemampuan
keuangan daerahnya berada di bawah rata-rata nasional atau IFN-nya kurang dari 1 (satu)
rata-rata kemampuan keuangan daerah secara nasional dihitung
Selanjutnya, perhitungan IFN dilakukan dengan membagi
kemampuan keuangan daerah dengan rata-rata nasional
kemampuan keuangan daerah. Jika IFN < 1, atau dengan kata lain daerah tersebut memiliki kemampuan keuangan daerah
Kriteria Khusus
Ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, dan
karakteristik daerah.
Aturan perundangan-undangan, untuk daerah yang termasuk dalam
pengaturan otonomi khusus atau termasuk dalam 199 kabupaten tertinggal diprioritaskan mendapatkan alokasi DAK
Karakteristik Daerah, daerah yang diperioritaskan mendapatkan alokasi DAK
dilihat dari karakteristik daerah yang meliputi :
Untuk Provinsi : (1) Daerah tertinggal, (2) Daerah pesisir dan/atau kepulauan, (3) Daerah perbatasan dengan negara lain, (4) Daerah rawan bencana, (5) Daerah ketahanan pangan, (6) Daerah pariwisata
Untuk Kabupaten dan Kota : (1) Daerah tertinggal, (2) Daerah pesisir dan/atau kepulauan, (3) Daerah perbatasan dengan negara lain, (4) Daerah rawan
bencana, (5) Daerah ketahanan pangan, (6) Daerah pariwisata