• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Sala Sa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Sala Sa"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di Era globalisasi seperti sekarang ini setiap Negara dituntut untuk menjadikan kondisi kehidupan ekonominya menjadi semakin efektif, efisien, dan kompetitif. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terus mengupayakan pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di dalam masyarakat tersebut. Oleh sebab itu dibutuhkan gagasan-gagasan, penerapan tekhnologi terkini yang mendukung program pembangunan, dan strategi yang tepat dalam memberdayakan dan menumbuhkan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang nantinya mampu menjadi kekuatan ekonomi nasional. Strategi pembangunan di Indonesia dimulai dengan peningkatan pemerataan pembangunan di daerah pedesaan. Masyarakat sebagai subyek pembangunan harus memiliki kesadaran untuk memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik.

(2)

minimnya modal untuk pengembangan, dan anggapan bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang miskin yang hidup dengan sederhana dan kemiskinan tersebut merupakan warisan dari nenek moyangnya. Indonesia merupakan Negara agraris, dan pedesaan merupakan pusat perekonomian rakyat. Saat ini Indonesia dalam fase berkembang, untuk itu potensi-potensi yang dimiliki harus terus dikembangkan. Terutama potensi yang ada di desa yang selama ini masih belum optimal pengembangannya. Desa memiliki dua potensi yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangannya, yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kedua sumber daya tersebut harus saling mendukung dan melengkapi, pengembangan sumber daya alam harus dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusianya.

(3)

menjadi tanggung jawab pemerintah, karena yang menjadi subyek dari pemberdayaan adalah masyarakat desa itu sendiri.

Beberapa tahun belakangan ini sudah ada beberapa program pemberdayaan masyarakat. sebagai contoh PNPM Mandiri, BLT (Bantuan Langsung Tunai), kredit untuk usaha mikro, danhome industry (industri rumah). Program pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk menciptakan manfaat sosial, melalui proyek-proyek padat karya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memperoleh keuntungan dari hasil usaha mereka. Usaha dalam pemberdayaan masyarakat tiap daerah berbeda-beda, karena memang masing-masing desa memiliki ciri khas dan potensi yang berbeda. Salah satu contoh pemberdayaan masyarakat adalah pengolahan kotoran ternak menjadi sumber bahan bakar dalam bentuk biogas telah berhasil dikembangkan oleh masyarakat di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

B. Batasan Masalah

Beradasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba memberi batas masalah pada “Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Sala Satu Usaha Menumbuhkan Peran Aktif Masyarakat Dalam Pembangunan Di Kabupaten Enrekang”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus bahasan maka dapat dirumuskan permasalahan tentang Pendidikan dan Kesehatan Dalam Pembangunan Ekonomi sebagi berikut:

1. Apa Maksud dan Tujuan Pembedayaan Masyarakat?

(4)

D. Tujuan dan Mamfaat Penulisan Makalah 1. Tujuan Penulisan Makalah

Sesuai dengan fokus bahasan di atas maka tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui Apa Maksud dan Tujuan Pembedayaan Masyarakat serta bagaimana rencana strategis Pemda Kabupaten Enrekang dalam usaha Pembedayaan Masyarakatnya

2. Mamfaat Penulisan Makalah

(5)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Saat ini pembangunan tidak lagi berpusat pada pemerintah, tetapi lebih terpusat pada masyarakat. Dan diharapkan mampu menciptakan kemampuan bagi masyarakat untuk membangun diri mereka sendiri melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDL). PSDL merupakan mekanisme perencanaan people centered development yang menekankan pada tekhnologi social learning (proses belajar sosial) dan strategi perumusan program yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengaktualisasikan diri mereka (empowerment) (Tjokroaminoto, 1996).

(6)

kualitas hidup mereka dan melepaskan diri dari keterbelakangan dan ketergantungan. Masyarakat memiliki peranan penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat tersebut, karena masyarakat merupakan mungkin tidak meyakini bahwa konsep pemberdayaan merupakan alternatif pemecahan terhadap dilema-dilema pembangunan yang dihadapi.

Mereka yang berpegang pada teori-teori pembangunan model lama juga tidak mudah untuk menyesuaikan diri dengan pandangan-pandangan dan tuntutan-tuntutan keadilan. Mereka yang tidak nyaman terhadap konsep partisipasi dan demokrasi dalam pembangunan tidak akan merasa tentram dengan konsep pemberdayaan ini. Lebih lanjut, disadari pula adanya berbagai bias terhadap pemberdayaan masyarakat sebagai suat u paradigma baru pembangunan.

(7)

konsep pertumbuhan dimasa yang lalu. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain oleh Friedmann (1992) disebut alternative development, yang menghendaki “inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality and intergenerational equity”.

Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dengan pemerataan, karena seperti dikatakan oleh Donald Brown (1995), keduanya tidak harus diasumsikan sebagai “incompatible or antithetical”. Konsep ini mencoba melepaskan diri dari perangkap “zero-sum game” dan “trade off”. Ia bertitik tolak dari pandangan bahwa dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, seperti dikatakan oleh Kirdar dan Silk (1995), “the pattern of growth is just as important as the rate of growth”. Yang dicari adalah seperti dikatakan Ranis, “the right kind of growth”, yakni bukan yang vertikal menghasilkan “trickle-down”, seperti yang terbukti tidak berhasil, tetapi yang bersifat horizontal (horizontal flows), yakni “broadly based, employment intensive, and not compartmentalized” (Ranis, 1995).

(8)

Lahirnya konsep pemberdayaan sebagai antitesa terhadap model pembangunan yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai berikut :

1) Bahwa proses pemusatan kekuasaan terbangun dari pemusatan kekuasaan faktor produksi;

2) Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan masyarakat pengusaha pinggiran; 3) Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem

pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan sistem ideologi yang manipulatif untuk memperkuat legitimasi; dan \

4) Pelaksanaan sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan ideologi secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya (Prijono dan Pranarka, 1996).

Akhirnya yang terjadi ialah dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan manusia yang dikuasai. Untuk membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebasan melalui proses pemberdayaan bagi yang lemah (empowerment of the powerless). Alur pikir di atas sejalan dengan terminologi pemberdayaan itu sendiri atau yang dikenal dengan istilah empowerment yang berawal dari kata daya (power). Daya dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam tetapi dapat diperkuat dengan unsur–unsur penguatan yang diserap dari luar. Ia merupakan sebuah konsep untuk memotong lingkaran setan yang menghubungkan power dengan pembagian kesejahteraan.

(9)

produktif yang umumnya dikuasai oleh mereka yang memiliki power Pada gilirannya keterbelakangan secara ekonomi menyebabkan mereka makin jauh dari kekuasaan. Begitulah lingkaran setan itu berputar terus. Oleh karena itu, pemberdayaan bertujuan dua arah. Pertama, melepaskan belenggu kemiskinan, dan keterbelakangan. Kedua, memperkuat posisi lapisan masyrakat dalam struktur ekonomi dan kekuasaan.

Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkaT dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat Dalam konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan Pranarka (1996), manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agaR menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal.

Menurut Sumodiningrat (1999), bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan. Mubyarto (1998) menekankan bahwa terkait erat dengan pemberdayaan ekonomi rakyat.

(10)

gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari, oleh dan untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat.

Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan masyarakat merupakan unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan, dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari apa yang di dalam wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional. Artinya bahwa apabila masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi, maka hal tersebut merupakan bagian dari ketahanan ekonomi nasional.

Dalam kerangka pikir inilah upaya memberdayakan masyarakat pertama-tama haruslah dimulai dengan menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena kalau demikian akan punah.

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Selanjutnya, upaya tersebut diikuti dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif.

(11)

kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya (Kartasasmita, 1996).

Dengan demikian, pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban dan lain-lain yang merupakan bagian pokok dari upaya pemberdayaan itu sendiri.

B. Pengertian Pembangunan

Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan. Paradigma ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-development) ketergantungan (dependent (under-development) dan sistem dunia (world system theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian pembangunan.

(12)

ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan per-ubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasas-mita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.

(13)

Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.

Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas,pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

(14)

Dalam Teori Modernisasi, teori Harrod-Domar melihat masalah pembangunan pada dasarnya adalah masalah kekurangan modal. Berbeda dengan teori Rostow, yang melihat pembangunan sebagai proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat maju.

Rostow membagi proses pembangunan menjadi lima tahap, yaitu; masyarakat tradisional, prakondisi untuk lepas landas, lepas landas, menuju ke dewasaan, dan zaman konsumsi massal yang tinggi.

Teori Modernisasi mendapat kritikan dari Teori Ketergantungan. Andre Gunder Frank melihat hubungan dengan negara metropolis selalu berakibat negatif bagi negara satelit. Berbeda dengan pandangan Dos Santos, yang melihat ketergantungan negara satelit hanya merupakan bayangan dari negara metropolis. Artinya, perkembangan negara satelit tergantung dari perkembangan negara metropolis yang menjadi induknya. Demikian sebaliknya, krisis negara metropolis, negara satelitnya pun kejangkitan krisis.

Adapun bentuk ketergantungan terdiri atas tiga; ketergantungan kolonial, ketergantungan finasial-industrial, dan ketergantungan teknologis-industrial.

Selanjutnya, Teori ketergantungan mendapat kritik, misalnya dari Teori Artikulasi dan Teori Sistem Dunia. Kedua teori ini merupakan dua teori baru dalam kelompok teori-teori pembangunan, khususnya dalam kelompok Teori Pasca-Ketergantungan. Teori Artikulasi menekankan pada konsep formasi sosial yang dikaitkan dengan konsep cara produksi. Adapun Teori Sistem Dunia melihat bahwa dinamika perkembangan dari suatu negara sangat ditentukan oleh sistem dunia.

(15)

BAB III PEMBAHASAN

A. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Enrekang Pemerintah Daerah Kabupaten

Enrekang

Pemberdayaan

(16)

Saat ini pembangunan tidak lagi berpusat pada pemerintah, tetapi lebih terpusat pada masyarakat. Dan diharapkan mampu menciptakan kemampuan bagi masyarakat untuk membangun diri mereka sendiri melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDL). PSDL merupakan mekanisme perencanaan people centered development yang menekankan pada tekhnologi social learning (proses belajar sosial) dan strategi perumusan program yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengaktualisasikan diri mereka (empowerment) (Tjokroaminoto, 1996).

Ada beberapa kegiatan pendampingan yang di lakukan pemerintah dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat antaralain:

1. Pendampingan Pembuatan Biogas di Kecamatan Cendana. Kecamatan Cendana adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan yang punya banyak potensi umtuk di kembangkan. Sebahagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai peterna sapi dan kerbau, sebagian lagi adalah petani. Sumber daya tersebut, selain digunakan untuk kebutuhan pangan juga dapat berpotensi sebagai sumber energi dengan cara pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas.

(17)

pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk biogas.

Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi masyarakat, petani dan peternak kita. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi, tidak mengurangi jumlah pupuk organik yang bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena pada pembuatan biogas kotoran ternak yang sudah diproses dikembalikan ke kondisi semula yang diambil hanya gas metana (CH4) yang digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran ternak yang sudah diproses pada pembuatan biogas dipindahkan ke tempat lebih kering, dan bila sudah kering dapat disimpan dalam karung untuk penggunaan selanjutnya.

Biogas memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi dengan murah dan tidak mencemari lingkungan. Melihat dari Keuntungan pengunaan dari biogas masyarakat di Kecamatan Cendanana dan bekerjasama dengan Universitas Negeri membagun percontohan pengunaan biogas untuk rumag tangga dan industri seperti industri pembuatan Dangke yang merupakan makanan khas Kabupaten Enrekang yang terbuat dari susu sapi atau kerbau.

Industri Pembuatan Dangke biasanya memiliki sekitar lima sampai sepuluh ekor sapi yang menghasilkan susu sebagai bahan baku utama Dangke serta kotoran sapi yang nantinya menjadi biogas yang di gunakan untuk pengelolah susu menjadi dangke. Konsep ini di nilai sangat mengutungkan pengusaha industri pangan dangke karena dapat mengurangi biaya produksi karena tidak membutuhkan lagi biaya untuk bahan bakar dan sangat ramah lingkungan karena tidak menghasilkan pencemaran seperti pengunaan minyak.

(18)

Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu sumber energi listrik yang memanfaatkan air sebagai sumber listrik. Pembangkit ini merupakan salah satu sumber energi listrik utama yang ada di Indonesia. Keberadaannya diharapkan mampu memenuhi pasokan listrik bagi masyarakat dari hasil penelitian LIPI di desa lebani Kecamatan Maiwa potensi ini sangat besar, selain yang berasal dari bahan bakar batu bara. Pembangkit listrik tenaga air di Indonesia banyak dikembangkan. Hal ini karena persediaan air di Indonesia cukup melimpah.

Keberadaan beberapa waduk besar, selain digunakan untuk penampungan air juga dimanfaatkan untuk menjadi energi penghasil listrik. Pilihan mengembangkan pembangkit listrik tenaga air ini salah satunya disebabkan potensi air yang ada di Kabupaten Enrekang. Jumlah air yang melimpah, dikembangkan untuk menciptakan energi yang diubah menjadi sebuah arus listrik. Hal ini ditujukan untuk menciptakan biaya produksi yang murah pada listrik di Indonesia pada umumnya dan pada Kabupaten Enrekang pada khususnya.

(19)

Berdasarkan Peraturan tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Enrekang, dibentuk Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa sebagai salah satu lembaga teknis daerah.

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang pemberdayaan masyarakat desa. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa menyelenggarakan fungsi :

1. Menyusun rencana strategis bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;

2. Perumusan kebijakan tekhnis, penyusunan program dan kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa

3. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang pengembangan ketahanan masyarakat, sosial budaya masyarakat, pengembangan usaha ekonomi desa dan tehnologi tepat guna serta pembinaan pemerintahan desa;

4. Pembinaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;

(20)

BPMPD khususnya dan pihak terkait lainnya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi sesuai Visi dan Misi yang sudah ditetapkan.

1. Visi

Penetapan Visi bagi suatu instansi dimaksudkan untuk memberikan arah bagi suatu instansi termasuk anggotanya mengenai tujuan masa depan yang ingin dicapai sehingga keberadaannya tetap eksis, antisipatif dan inovatif. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Enrekang serta mengacu pada Renstra Kabupaten Enrekang, maka Visi ke depan adalah:

“Terkemuka dalam Mendorong Keberdayaan Masyarakat dan Otonomi Desa Berbasis Kearifan Lokal Menuju Agropolitan”

2. Misi

Untuk mendukung tercapainya Visi yang sudah ditetapkan dijabarkan ke dalam Misi, Tujuan dan Sasaran yang ingin dicapai. Dengan adanya pernyataan Misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah dan mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh di masa mendatang.

(21)

Pengembangan ketangguhan dan kemandirian masyarakat dalam melaksanakan pembangunan, melalui penguatan kelembagaan masyarakat, peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang didukung oleh manajemen pembangunan partisipatif yang efektif, serta pelaksanaan Evaluasi perkembangannya yang akurat. 2) Peningkatan;

Pemantapan kondisi sosial budaya yang kondusif dalam proses pembangunan, melalui motivasi pendayagunaan potensi adat istiadat, tradisi dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat, penumbuhkembangan partisipasi, keswadayaan dan kepedulian sosial dalammkehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, pemberdayaan keluarga, peningkatan pendidikan, perlindungan, serta pengembangan potensi anak dan remaja.

3) Pengetahuan;

Penguatan usaha ekonomi keluarga dan masyarakat, sehingga basis perekonomian, melalui pemberdayaan usaha ekonomi keluarga dan masyarakat, penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana perekonomian masyarakat, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam mengelola usaha masyarakat secara berkelanjutan.

4) Peningkatan keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan, merehabilitasi, dan mengkonservasi sumber daya alam secara berkesinambungan utamanya penanggulan, penanganan dan pemanfaatan lahan kritis dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. 5) Pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam

(22)

pemanfaatan teknologi perdesaan dalam pengelolaan sumber daya alam dansumber daya bantuan dalam rangka memningkatkan kesejahteraan melalui pemasyarakatan spesifikasi teknologi tepat guna sesuai dengan potensi daerah dan kebutuhan masyarakat. Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam pemasyarakatan dan pendayagunaan teknologi tepat guna, perlu didukung kerjasama dan kolaborasi anatara pemerintah dan perguruan tinggi, dunia usaha dan lembaga swadaya masyarakat dalam penyediaan prasarana pelayanan teknologi tepat guna, serta peningkatan kapasitas manajemen kelembagaan.

Untuk mendukung tercapainya Visi dan Misi dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah berupa tujuan dan sasaran.

3. TUJUAN

Misi bertujuan untuk Mengembangkan Kemampuan dan kemandirian Masyarakat untuk Berperan Aktif dalam Pembangunan Agar secara Bertahap mampu Membangun Diri dan Lingkungan secara Mandiri melalui:

a. Membangun kawasan perdesaan melalui peningkatan keberdayaan masyarakat dikawasan perdesaan dan meningkatkan kapasitas pemerintahan ditingkat lokal dalam mengelola pembangunan diperdesaan sesuai dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik dengan sasaran :

(23)

2) Peningkatan peran kelembagaan pemerintahan desa/kelurahan dalam pengelolaan pembangunan perdesaan dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik;

3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis bagi aparat pemerintah Desa;

4) Pemberdayaan Masyarakat melalui program PNPM Mandiri Perdesaan.

b. Untuk meningkatkan kepedulian dan peran aktif masyarakat berdasarkan semangat kebersamaan, kekeluargaan dan gotong royong menuju penguatan integritas sosial melalui kegiatan-kegiatan gotong royong baik berupa fikiran, tenaga dan financial dalam pelaksanaan pembangunan serta pemeliharaan hasil-hasilnya dengan sasaran-sasaran :

1) Pencanangan bulan bhakti gotong royong masyarakat;

2) Pelaksanaan lomba Desa/kelurahan;

c. Menunjang penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan yang akuntabel dan profesional berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dengan sasaran :

1) Pendidikan dan Pelatihan bagi Sekretaris Desa yang terangkat menjadi PNS;

2) Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan ADD;

(24)

pendayagunaan TTG sesuai kebutuhan masyarakat dalam mengelola potensi sumber daya alam yang berwawasan lingkungan

4. PROGRAM DAN KEGIATAN

Program merupakan kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh satu dan beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerjasama dengan masyarakat guna mencapai sasaran tertentu. Program Utama:

a. Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan/Kelurahan.

Program ini bertujuan untuk mewujudkan Peningkatan keberdayaan masyarakat Desa/kelurahan dengan sub kegiatan :

 Pembinaan lomba Desa/Kelurahan

 Pembinaan dan pemantauan bulan bhakti gotong royong masyarakat

 Koordinasi dan pendamping implementasi program pemberdayaan masyarakat (biaya operasional PNPM Mandiri Perdesaan)

 Sosialisasi/pelatihan baruga saying dan pos daya baruga sayang

 BOP PNPM PISEW

 Dana Daerah Urusan Bersama (DDUB) PNPM Mandiri Perdesaan

 Profil Desa

 Pembinaan posdaya

 Pembentukan Bumdes

(25)

 Pembinaan dan pelatihan kader dasawisma

 Peningkatan sarana baruga sayang

 Pembinaan penguatan kapasitas lembaga Desa

 Operasionalisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam program Percepatan Pembangunan Sanitasi

 Permukiman (PPSP)

b. Program Pembinaan Administrasi Serta Penataan Pemerintahan Desa.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan administrasi serta penataan pemerintahan Desa dengan sub kegiatan :

a. Pemilihan dan pelantikan Kepala Desa

b. Sosialisasi dan pembinaan administrasi pemerintahan Desa

c. Monitoring,evaluasi dan pelaporan ADD d. Pembinaan administrasi Desa

e. Peningkatan kapasitas Kades/BPD/aparat pemerintah Desa

c. Program Pengembangan Ekonomi Perdesaan Program ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Perdesaan,dengan kegiatan :

 Pembinaan pasar Desa

(26)

fasilitasi penggunaan TTG Perdesaan kepada masyarakat,dengan kegiatan :

 Studi banding aplikasi TTG di LIPI Subang

 Pelaksanaan gelar TTG tingkat nasional

 Pelatihan manajemen pengelola PLTMH

 Fasilitasi dan dukungan alat pengembangan Desa mandiri Energi terbaharukan (Biogas).

 Revitalisasi/pembentukan pelayanan teknologi pedesaan

Dari uraian panjang di atas terlihat dengan jelas dukungan pemerintah Kabupaten Enrekang dalam Peningkatan keberdayaan masyarakat desa/kelurahan di seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Enrekang.

(27)

PENUTUP A. KESIMPULAN

Kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di didalam masyarakat. Pemberdayaan (empowerment) masyarakat merupakan salah satu program yang digalakkan oleh pemerintah untuk membangkitkan UKM (Usaha Kecil Menengah). Dengan adanya program dan merelalisasikan program yang telah disusun dan menjadi rencana strategi Pemda enrekang tersebut diharapkan pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Enrekang mampu menjadi kekuatan ekonomi lokal. Pemberdayaan dimaksudkan untuk menjadikan masyarakat yang mandiri, bebas dari ketergantungan, dan mampu mengembangkan perekonomian. Pembangunan dapat berjalan dengan baik apabila pihak pemerintah dan masyarakatnya saling mendukung. Dukungan masyarakat dalam proses pembangunan dengan melalui aktivitas pemberdayaan yang dilakukan secara kontinyu. Pemberdayaan masyarakat berpusat pada masyarakat, oleh sebab itu masyarakatlah yang memiliki peranan aktif dalam upaya pemberdayaan tersebut.

B. SARAN

(28)

alam dan sumber daya manusianya dapat dikembangkan dengan maksimal.

Sumber daya alam di Indonesia banyak yang belum dimanfaatkan dengan baik, untuk itu masyarakat yang dibantu oleh pemerintah harus mampu menggali dan mengoptimalkan potensi yang ada. Pengetahuan tentang konsep pemberdayaan juga harus dipahami dengan benar oleh masyarakat, agar masyarakat mampu mengembangkan usaha sesuai dengan potensi yang ada didaerahnya dan memiliki daya saing untuk menghadapi pangsa pasar. Pemberdayaan masyarakat yang baik akan menghasilkan masyarakat yang mandiri, bebas dari ketergantungan dan keterbelakangan. Dan mampu menjadi kekuatan ekonomi nasional.

DAFTA PUSTAKA

http://www.enrekangkab.go.id/

(29)

Pranaka, A.M.W., dan Onny S. Prijono, (eds.). 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS.

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya risiko menderita pneumonia dapat dilihat dari nilai OR= 1,497 dengan nilai 95%CI= (0,427-5,246) artinya kepadatan hunian rumah yang tidak memenuhi syarat

Apabila mahasiswa tidak dapat hadir karena sakit, maka wajib mengumpulkan surat sakit dari dokter praktik/ klinik berlisensi/ Rumah sakit paling lambat 1 hari setelah ketidakhadiran

Berdasarkan survey pelanggan dan staf serta analisa SWOT bahwa sistem informasi hukum berbasis web layak untuk dibuat dengan resiko kesiapan PDAM dalam menghadapi kritik dari

Capaian perusahaan dari 2005-2015 dari penjualan produk Gamatechno Campus Suite dengan akuisisi pelanggan sejumlah 93 perguruan tinggi, menunjukkan perlunya

Beliau berpendapat bahwa di dalam pemilihan atau seleksi Kepala Negara diperlukan dua hal, yakni adanya Ahl al-Ikhitiar atau Dewan Pemilih adalah mereka

Hukum agama di Indonesia memang masyarakat bebas memilih, tetapi, dengan adanya kelompok ISIS ini, paham yang menjadikan khalifah sebagai pemimpin yang harus ditaati dan suatu

budaya pada responden (siswa) di SD Nasima yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hak dapat melakukan kegiatan ekstrakurikuler (hobi dan atau kegiatan. yang disukai)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT.