• Tidak ada hasil yang ditemukan

USULAN PENELITIAN UPAYA PENINGKATAN KUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "USULAN PENELITIAN UPAYA PENINGKATAN KUAL"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERTUMBUHAN BIBIT

SAGU PADA BEBERAPA TARAF PENGGUNAAN PUPUK DAUN

GROWMORE (32-10-10) DAN ZAT PENGATUR TUMBUH

TANAMAN (ROOTONE-F) DENGAN SISTEM HIDROPONIK

M.RIZKI MULYANTO

A24110062

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(2)
(3)

USULAN PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERTUMBUHAN BIBIT

SAGU PADA BEBERAPA TARAF PENGGUNAAN PUPUK DAUN

GROWMORE (32-10-10) DAN ZAT PENGATUR TUMBUH

TANAMAN (ROOTONE-F) DENGAN SISTEM HIDROPONIK

M.RIZKI MULYANTO

Usulan Penelitian

sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(4)
(5)

Judul : Upaya Peningkatan Kualitas Pertumbuhan Bibit Sagu Pada Beberapa Taraf Penggunaan Pupuk Daun GrowMore (32-10-10) Dan Zat Pengatur Tumbuh (Rootone-F) Dengan Sistem Hidroponik

Nama :M.Rizki Mulyanto NIM : A24110062

Disetujui

Prof. Dr. HMH Bintoro Djoefrie, MAgr Pembimbing

Diketahui

Dr Ir Heni Purnamawati, MSc Ketua Program Studi

(6)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga usulan penelitian dapat diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat melaksanakan penelitian. Usulan penelitian ini dilaksanakan untuk menemukan

perlakuan yang paling kondusif dalam mendapatkan makan sagu secara massal dengan beberapa perlakuan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. HMH Bintoro Djoefrie, MAgr yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian. Kepada kedua orang tua, keluarga dan teman-teman yang senantiasa memberikan dukungan sepenuh hati serta doa yang tak pernah putus.

Semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai acuan dalam pelaksanan penelitian.

Bogor, Desember 2014

(7)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Hipotesis 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Pembibitan 2

Pemupukan 3

GrowMore 4

Rootone-F 5

METODE 6

Waktu dan Tempat 6

Bahan dan Alat 6

Metode Percobaan 6

Pelaksanaan 6

Pengamatan 7

Analisis Data 7

DAFTAR PUSTAKA 8

RENCANA KEGIATAN DAN RENCANA BIAYA PENELITIAN 9

Rencana kegiatan penelitian 9

(8)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan bahan pangan pokok meningkat sesuai dengan deret ukur, namun peningkatan produksi bahan pangan bergerak sesuai dengan deret hitung. Hal ini menyebabkan kebutuhan pangan dunia belum bisa dipenuhi secara keseluruhan. Oleh karena didorong untuk pemenuhan kebutuhan pangan pokok, manusia dituntut untuk kreatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara yang ditawarkan oleh para ahli pangan dengan cara diversifikasi pangan. Apabila dihubungkan dengan kebutuhan pangan pokok di Indonesia yang hanya bergantung pada beras, maka diversifikasi pangan harus segera direalisasikan secepat mungkin, jika tidak maka pemerintah dan seluruh masyarakat akan mendapatkan ancaman kekurangan

ketersediaan bahan pangan pokok. Tentu perlu difikirkan bahan pangan apa yang cocok untuk menggantikan beras.

Indonesia yang memiliki beragam jenis bahan pangan pokok. Setiap daerahnya memiliki potensi yang bisa dijadikan solusi dan pemecahan permasalahan bahan pangan pokok nasional. Salah satunya Sagu (Metroxylon ssp.) yang sangat tumbuh subur di wilayah Indonesia bagian timur dan beberapa di Kalimantan dan Sumatera, dengan produksi 20 – 40 ton/ha/tahun (Bintoro, 2011). Pati (tepung) sagu mentah yang siap diolah dan diberdayakan bukan hanya sebagai bahan pangan pokok tetepi juga berbagai macam olahan seperti bio–fuel, bio–degradable plastic, dan pestisida alami (Yamamoto, 2011)]

Sagu merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang paling produktif. Produksi sagu yang dikelola dengan baik dapat mencapai 20–40 ton pati kering/ha/tahun. Sehingga tanaman sagu sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif dan bahan baku industri dalam rangka ketahanan pangan nasional (Bintoro, 1999).

Sagu dalam pengembangannya sangat bergantung pada banyak hal. Salah satunya ketersediaan bibit atau anakan sagu yang berkualitas untuk menjamin tumbuh kembang dan produktivitas tanaman sagu. Oleh karena itu penyediaan bibit atau anakan sagu dengan kualitas yang baik dan dengan jumlah yang banyak sangatlah dibutuhkan.

Tujuan

(9)

2

Hipotesis

(10)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Pembibitan

Penyiapan bahan tanam merupakan kegiatan pengadaan bahan tanam yang diperlukan dalam pembibitan. Bahan tanam yang berkualitas baik penting dalam pembibitan. oleh karena itu untuk mendapatkan bahan tanam yang berkualitas baik dilakukan seleksi terhadap bibit, perlakuan terhadap bibit dan persemaian.

Bahan tanam dapat diperoleh dari anakan (abut) yang tumbuh disekitar tanaman induk. Namun tidak semua abut dapat dijadikan bibit, hanya abut yang memenuhi kriteria yang dapat menjadi bibit berkualitas. Kriteria abut yang dapat dijadikan bibit adalah pohon induk yang telah dewasa atau telah dipanen, tidak menempel pada induk sagu, kondisi abut sehat, tidak terkena hama dan penyakit, jumlah akar banyak, dan tempat penyimpanan bahan makanan (banir) berwarna merah muda dan keras (Bintoro, 2010).

Bentuk banir yang baik untuk dijadikan anakan adalah berbentuk “L” karena memiliki jumlah cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan bentuk yang lain (Bintoro, 2010). Bobot anakan yang ideal 2.0–4.05 kg (Maulana 2011). Anakan sagu dengan bobot 2.0-4.0 kg memiliki daya tumbuh yang lebih baik dibandingka anakan dengan bobot 4.0-8.0 kg (Ahyuni,2011)

Cara yang tepat dalam pengambilan anak sagu berpengaruh terhadap kualitas bibit. Menurut Bintoro (2010), urutan langkah pengambilan bibit sagu adalah sebagai berikut.

1. Rumpun tanaman sagu dibersihkan dari gulma dan sampah, Lalu dipilih anakan sagu yang masih kecil dan tumbuh baik.

2. Pelepah daun dipangkas, disisakan sepanjang 30 sampai 40 cm.

3. Tanah disekitar anakan digali untuk memudahkan dalam pemotongan banir.

4. Bagian banir yang sudah keras dipotong dengan menggunakan dodos secara hati-hati, jangan sampai melukai tanaman induk. Apabila tanaman induk teruka dapat

menyebabkan tanaman terserang hama dan penyakit. 5. Banir dibersihkan dari tanah yang masih menempel. 6. Akar pada banir dipangkas dan disisakan 10 cm. 7. Banir siap untuk disemaikan.

Anakan sagu disemai dengan tujuan memberikan kondisi yang sesuai bagi anakan sebelum ditanam. Persemaian dilakukan dengan sistem rakit. Rakit yang digunakan berbentuk persegi panjang yang dibagi menjadi tiga bagian. Ukuran rakit yang

digunakan memiliki lebar 1 m dan panjang 2.5 m. Menurut Bintoro (2010) persemaian dilakukan diatas rakit yang dibuat diatas kanal hingga anakan memiliki rata-rata jumlah daun 2-3 helai atau setelah tiga bulan persemaian. Menurut Ahyuni (2011) juga,

persemaian dengan sistem rakit selama 12 minggu adalah yang terbaik.

(11)

anakan sagu yang tidak berduri lebih baik daripada tanpa sistem rakit dan anakan sagu yang berduri Wibisono (2011).

Selanjutnya sebelum dilakukan persemaian, anakan direndam dahulu ke dalam larutan fungisida dengan konsentrasi 2 g/l selama satu hingga dua menit, setelah itu dikeringanginkan. Untuk menekan laju evaporasi dan mempercepat pemunculan tunas, perlu dilakukan pemangkasan daun. Menurut Listio (2007), dengan pemangkasan 30 cm diatas banir dan pemberian Rootone-F dengan taraf 1500 ppm dapat meningkatkan jumlah daun, panjang akar anakan, dan rataan pertumbuhan tunas bibit sagu.

Lama waktu perendaman ZPT yang dilakukan juga mempengaruhi jumlah dan panjang akar yang dihasilkan pada persemaian. Seperti yang diungkapkan oleh Asmara (2005) bahwa dengan perendaman ZPT (Rootone-F) dengan taraf 500 ppm selama empat jam dapat meningkatkan jumlah akar dan panjang akar anakan sagu pada empat minggu setelah semai.

Pemupukan

Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada media tanam atau langsung kepada tanaman. Tujuan dari pemupukan adalah untuk meningkatkan kualitas dan produksi akibat perbaikan nutrisi tanaman. Pupuk diklasifikasikan berdasarkan dasar asalnya, dasar sumber, dasar sifat kerja, dasar kelarutan, dasar tipe senyawa, dasar jumlah unsur hara, jumlah kebutuhan tanaman, dan lain sebagainya.

Pupuk dapat diberikan melalui daun karena daun merupakan salah satu organ tanaman yang dapat menyerap unsur hara. Pemupukan lewat daun dapat dilakukan pada beberapa jenis pupuk yang larut dalam air. Lingga (1994) menyatakan, wujud pupuk daun ada dua macam; yaitu larutan atau cairan dan kristal halus sampai berupa tepung. Pupuk daun ada yang diramu dari zat kimia (bahan anorganik), ada pula yang bahannya diambil dari bahan organik. Tisdale dan Nelson (1975) menyatakan,

keuntungan pupuk daun adalah menyuburkan tanaman dalam keadaan kurang air, menaikkan jumlah dan mutu hasil panen. Selain itu pupuk daun ini dapat diaplikasikan bersama-sama dengan pestisida. Pemberian pupuk daun yang tepat adalah antara jam 7-9 pagi atau 3-5 sore dengan catatan tidak terjadi hujan paling cepat 2 jam setelah pupuk daun diaplikasikan (Lingga dan Marsono, 2004). Pemberian pupuk daun tidak

dianjurkan saat terik matahari, karena cahaya matahari pada siang hari merangsang fotosintesis yang berakibat menurunkan kandungan CO2 kira-kira 0.03 - 0.02%, tekanan turgor dari sel -sel juga menurun karena kehilangan air yang berlebih akibat proses transpirasi (Harjadi, 1996).

(12)

GrowMore

Pupuk growmore merupakan pupuk anorganik dengan bentuk fisik seperti kristal yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pangan dan hortikultura serta tanaman perkebunan. Kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk ini adalah N 32%, P2O5 10%, K2O 10%, Cu 0,05%, Mg 0,10%, S 0,20%, B 0,02%, Fe 0,10%, Mn 0,05% Mo 0,0005% dan Zn 0,05% (Lingga dan Marsono, 2004). Formula ini terutama untuk tanaman muda agar tanman segera menjadi kuat dan cepat pertumbuhannya. Juga diperlukan bagi tanaman yang saat-saat akhir kurang memerlukan unsur Phosphate dan kalium yang tinggi.

Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara yang diperlukan terutama untuk pertumbuhan vegetatif. Tanaman menyerap N pada umumnya dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-) (Soepardi, 1983). Pemberian N yang berlebihan akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang sangat pesat, warna daun menjadi hijau tua dan tanaman menjadi lebih sukulen. Kekurangan N menyebabkan tanaman kerdil, perakaran terbatas, daun kuning dan senescense. Pada awalnya gejala kekurangan unsur N terlihat pada daun yang lebih tua, hal ini karena unsur N merupakan unsur yang mobil sehingga akan ditranspor dari daun tua ke daun muda (Novizan, 2001). Nitrogen berpengaruh lebih mencolok dan cepat terhadap pertumbuhan tanaman jika dibandingkan dengan unsur hara lainnya. Kebutuhan N tanaman dapat dipenuhi melalui pemupukan, baik berasal dari pupuk buatan seperti urea dan ZA (Amonium Sulfat) maupun dari pupuk organik seperti kompos, humus, pupuk hijau, dan pupuk guano. Selain itu dapat juga diperoleh dari mineralisasi N dan bahan organik serta fiksasi N dari udara (Leiwakabessy; Sutandi, 1998).

Fosfor

Ketersediaan P bagi tanaman sangat bergantung pada konsentrasi orthofosfat primer (H2PO4-) dan orthofosfat sekunder (HPO42-). Absorbsi kedua ion ini

dipengaruhi oleh pH. Pada pH yang rendah absorbsi ion orthofosfat primer lebih

dominan dibandingkan dengan ion orthofosfat sekunder (Soepardi, 1983;Leiwakabessy, 1998). Fosfor berperan dalam pembentukan lemak dan albumin, penyusun asam

nukleat, fosfolipid, koenzim NAD dan NADP, penyusun ATP, melawan pengaruh buruk nitrogen, perkembangan akar halus dan akar rambut, serta meningkatkan kualitas tanaman dan ketahanan terhadap penyakit. Kekurangan P menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun berwarna keunguan, perakaran dangkal dan batang menjadi lemah. Fosfor merupakan unsur yang mobil dalam tanaman, sehingga gejala kekurangan akan terlihat pada daun yang tua (Leiwakabessy, 1998).

Kalium

(13)

dan K-Mg-Sulfat (Leiwakabessy, 1998). Peranan K dalam tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim, mentranslokasikan hasil asimilasi dan berperan dalam pembentukan protein serta tepung (karbohidrat). Ketersediaan dan penyerapan K yang cukup, menyebabkan tanaman lebih tahan terhadap serangan penyakit, merangsang pertumbuhan akar, sehingga akar tanaman dapat berpijak dengan kuat ke tanah, meningkatkan penyerapan hara, air dan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman

(Soepardi, 1983). Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (1998) tanaman yang menderita kekurangan K akan menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan penyakit,

pertumbuhan terhambat dan senescens. Unsur K termasuk unsur yang mobil di tanaman sehingga gejala awal kekurangan unsur ini akan terlihat pada daun yang lebih tua dahulu. Selain itu kekurangan unsur K dapat menyebabkan tanaman tidak dapat memanfaatkan hara dan air secara efisien, baik yang berasal dari tanah maupun pupuk dan kurang toleran terhadap stres lingkungan seperti kekeringan,kebanyakan air, suhu rendah, dan suhu tinggi.

Rootone-F

Pada umumnya campuran dari beberapa zat pengatur tumbuh lebih efektif dibandingkan dengan zat pengatur tumbuh tunggal, seperti pada zat pengatur tumbuh rootone-f adalah formulasi dari beberapa zat; Napthalene Acetic Acid (NAA), Indole Acetic Acid (IAA), dan (Indole Acetic Acid) IBA yang berbentuk tepung berwarna putih kotor dan sukar larut dalam air. Komposisi bahan aktif rootone-f adalah Napthalene Acetamida (NAA) 0,067 %; metil-1-Napthalene Acetatamida (MNAD) 0,013 %; 2-metil-1-naftalenasetat 0.33%; 3-Indol butyric Acid (IBA) 0,057 % dan Thyram

(Tetramithiuram disulfat) 4,00 %. NAD, NAA, DAN IBA merupakan senyawa organik yang dapat mempercepat dan memperbanyak perakaran stum.

Thyram merupakan senyawa organik yang berfungsi sebagai fungisida (Astuti,2006). Pada zat pengatur tumbuh Rootone-f Indodole Acetic Acid (IAA) berperan di dalam mempercepat pemanjangan sel-sel pada jaringan meristem akar tanaman. Indole Butyric Acid (IBA) dan Napthalene Acetamida (NAA) pada zat

pengatur tumbuh Rootone-f mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan akar lanjutan dari akar-akar lateral yaitu pada pembentukan rambut rambut akar

(Salisbury dan Ross, 1995).

Penggunaan Rootone-f pada stum tanaman karet digunakan untuk membantu mempercepat pertumbuhan sistem perakaran pada stump. Zat pengatur tumbuh yang dikandung oleh Rootone-f yaitu IAA, IBA dan NAA bekerja pada jaringan meristem Kaar sehingga membentuk sistem perakaran baru pada stum karet. (Pusat Penelitian Karet, 2005).

Rootone-f merupakan bahan paduan hormon tumbuh akar, fungisida, bubuk kalk (kapur). Rootone-f tampak berperan baik sebagai penghambat pertumbuhan jamur patogen pada tunas, sehingga menahan serangan patogen selama pertumbuhan tunas. Pada stum ditanam secara berdiri, dehidrasi terjadi lebih cepat pada batang stum di bagian atas permukaan tanah, sehingga tunas di bagian atas permukaan tanah

(14)

belum tersedia. Ketidakseimbangan ini menyebabkan tunas tumbuh sebentar lalu layu (Chromaini, 2004).

METODE

Waktu dan Tempat

Percobaan akan dilaksanakan selama empat bulan, mulai bulan Februari sampai Mei 2015. Kegiatan percobaan akan dilaksanakan di PT. Sampoerna Agro, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan pada percobaan adalah tanaman sagu. Alat-alat yang akan digunakan adalah alat tulis, sarana produksi pertanian, meteran, label, papan jalan, terpal, bak dan timbangan.

Prosedur Pelaksanaan

Tahap awal yang dilakukan pemilihan anakan untuk persemaian

Metode yang digunakan adalah pengamatan secara langsung di lapang dengan mengukur beberapa tanama contoh. Pengamatan yang dilakukan adalah jumlah akar, panjang akar, panjang batang, panjang petiol, lebar daun, jumlah pelepah, jumlah anak daun, panjang anak daun, dan lebar anak daun.Jumlah akar diukur dari anakan yang dipersemaian. Panjang akar diukur dari ujung akar hingga pangkal banir. Panjang batang diukur melalui tanaman sagu yang ada dipersemaian. Panjang petiol dan lebar daun dihitung berdasarkan pengukuran langsung terhadap daun tanaman sagu. Jumlah pelepah dihitung berdasarkan penglihatan langsung di lahan. Jumlah anak daun, panjang dan lebar anak daun dihitung berdasarkan pengukuran langsung terhadap anak daun tanaman sagu.

Pelaksanaan

Tahap awal yang dilakukan pemilihan anakan untuk persemaian, perlakuan dan ulangan. Jumlah perlakuan empat perlakuan dengan dosis pupuk daun kontrol, 1 g/l, 2 g/l, dan 3 g/l. Dosis Rootone-F yang akan dilakukan adalah kontrol, 500 ppm dan 1000 ppm.Setelah penentuan tanaman contoh, kegiatan berikutnya adalah pengamatan. Faktor dosis pupuk daun dan taraf ZPT adalah sebagai berikut.

- Faktor dosis pupuk daun; Po : Kontrol

(15)

- Faktor taraf ZPT; A0 : Kontrol A1 : 500 ppm A2 : 1000 ppm

Kombinasi dari kedua faktor menghasilkan 12 macam perlakuan. Setiap

perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Sehingga menghasilkan 36 satuan percobaan. Setiap satu satuan percobaan terdiri dari 5 tanaman. Analisis statistika yang digunakan adalah rancang kelompok lengkap teracak 2 faktor dengan model linear aditif sebagai berikut :

γijk=μ+Ui+Aj+Pk+(AK)jk+εijk

(AK)jk = pengaruh interaksi antara perlakuan pemberian konsentrasi ZPT ke-j dan dosis pupuk Growmore ke-k

εijk = pengaruh galat percobaan dari ulangan ke-i, konsentrasi ke-j, dan dosis pupuk Growmore ke-k

Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap hari minggu selama tiga bulan selama dipersemaian. Adapun peubah yang diamati adalah:

1. Jumlah akar, pada banir anakan sagu pada tanaman contoh.

2. Panjang akar, diukur pangkal akar yang menempel di banir hingga ujung akar tanaman contoh.

3. Panjang batang, diukur setelah anakan sagu dipindahkan dari persemaian.

4. Panjang petiol, dihitung dari titik tumbuh pelepah daun sampai batas anak daun yang pertama.

5. Lebar anak daun, diukur dari anak daun yang berada di tengah-tengah pada pelepah yang pertama.

6. Jumlah anak daun, dihitung berdasarkan jumlah anak daun pada pelepah yang pertama.

(16)

Analisis Data

(17)

10

8. DAFTAR PUSTAKA

9. Bintoro HMH, Yanuar JP, Shandra A. 2010. Sagu di Lahan Gambut. IPB Press. Bogor (ID). 169 hal.

10. Bintoro HMH. 2008. Bercocok Tanam Sagu. IPB Press. Bogor (ID). 71 hal. 11. Bintoto HMH. 1999. Pemeberdayaan tanaman sagu sebagai penghasil bahan

pangan alternatif dan bahan baku agroindustri yang potensial dalam rangka ketahanan pangan nasional. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 69 hal.

12. Haryanto B, Pangloli P. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta (ID): Kanisius.

13. Tisdale, S. And W. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. New York (USA): Mc Millan Publs.Co, Inc.

14. Lingga P. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID): Penebar Swadaya 15. Lingga P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

(18)

17.RENCANA KEGIATAN DAN RENCANA BIAYA PENELITIAN

18. Rencana kegiatan penelitian

(19)

93.

94. Pengamatan dan

pengukuran 119. 120. Rekapitulasi

dan pengolahan data

145. 146. Penyusunan skripsi 171. 172. Seminar

197. 198. Ujian skripsi

(20)

13

249. Usulan Anggaran Biaya Penelitian

Penelitian ini membutuhkan biaya untuk pelaksanaannya. Biaya yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebesar Rp 4 226 000, dengan rincian sebagai berikut:

Kebutuhan Juml

ah Satuan

Harga

satuan (Rp) Jumlah (Rp) a.Penelitian

Tali 50 Meter 2 000 100 000

Label 25 Label 4 000 100 000

Penggaris 4 Buah 2 500 10 000

Timbangan analitik 1 Buah 150 000 150 000 Sepatu boot 1 Pasang 150 000 150 000 Sarung tangan 4 Pasang 10 000 40 000 Papan jalan 2 Buah 10 000 20 000 Pupuk Daun Growmore 10 Botol 20 000 200 000 Rootone-F 5 Botol 25 000 125 000

Subtotal 895 000

b. Biaya Perjalanan dan Akomodasi

Angkot (Kampus –Trans Pakuan) 2 Kali 3 000 6 000 Bis (Trans Pakuan – Baranangsiang) 2 Kali 5 000 10 000 Bis Damri (Bogor – Soekarno Hatta) 2 Kali 50 000 100 000 Airport Tax 2 Kali 50 000 100 000 Tiket pesawat Jakarta – Batam 2 Kali 1 000 000 2 000 000 Transportasi Batam - Selatpanjang 2 Kali 200 000 400 000 Transportasi Selatpanjang – Kebun (PP) 4 Kali 100 000 400 000

Subtotal 3 016 000

c.Dokumentasi

Memory card 1 4 GB 50 000 50 000

Subtotal 50 000

d. Biaya pelaporan

Biaya cetak dan perbanyakan proposal

penelitian 300 Lembar 200 60 000 Biaya cetak dan perbanyakan makalah

kolokium 300 Lembar 200 60 000

Biaya cetak dan perbanyakan makalah

seminar 300 Lembar 200 60 000

Biaya cetak skripsi 350 Lembar 200 70 000 Biaya penjilidan 5 Jilid 5 000 15 000

Subtotal 265 000

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 7 , Pihak Admin dapat melihat hasil input ITP pada sub menu lihat ITP yang tersedia, pihak Admin dapat melihat pihak–pihak mana saja yang terlibat dalam sebuah

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

a) Mendapatkan konsep bilangan adalah proses yang berjalan perlahan-lahan, anak mengenal benda dengan menggunakan bahasa untuk menjelaskan pikiran mereka sehingga

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti duavariabel ekonomi yang telah diuraikan di atas dengan judul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan

Ekspresi adalah pernyataan yang menghasilkan nilai dengan tipe tertentu, contoh ekspresi yang paling sederhana adalah operasi aritmatika seperti 5 + 2 (ekspresi yang menghasilkan

5) hasil kajian dari aspek bisnis dan aspek terkait lainnya, yang mendasari pertimbangan usulan rencana pengurangan Penyertaan Modal Negara. Menteri melakukan kajian

Hal ini disebabkan jumlah pasang basa nukleotidanya konsisten dan sesuai dengan visualisasi hasil dari elektroforesis pada gel agarosa 1% (Gambar 1) dan memiliki homologi 100%

Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka biaya perolehan efek individual harus diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut