• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN READING SISWA kelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN READING SISWA kelas "

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Bulagi sejak tanggal 5 Mei 2014 sampai dengan 7 Juni 2014. Penelitian dilakukan dalam 3 siklus; siklus pertama dan kedua masing-masing dilakukan 2 tindakan dan 1 evaluasi. Sedangkan siklus ketiga hanya terdiri dari 1 tindakan dan 1 evaluasi. Sehingga jumlah pertemuan secara keseluruhan adalah 8 pertemuan.

Sajian data hasil penelitian ini adalah berdasarkan hasil kegiatan persiklus, dimana dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan

(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Data-data yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Siklus Pertama a. Perencanaan

Metode Peer Tutoring memang sudah lama dikenal, tapi baru kali ini peneliti benar-benar menerapkannya di dalam kelas secara terencana. Pada penelitian ini model Peer Tutoring yang diterapkan adalah model same-age. Oleh karena itu, pertama-tama peneliti memastikan kepada 5 orang siswa dari kelas XI Ilmu Alam yang dianggap mampu - sesuai kriteria yang ditetapkan - untuk menjadi tutor, bahwa mereka akan diberikan bimbingan terlebih dahulu pada waktu sore sehari sebelum tatap muka berlangsung.

Sejalan dengan rencana ini peneliti juga menyepakati nama-nama kelompok yang diusulkan siswa, yaitu Peling Island, Bakalan Island, Banyak Island, Tikus Island, dan Sungono Island. Kelima nama kelompok tersebut adalah nama-nama pulau di wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan. Adapun pembagian anggota kelompok tutorial berdasarkan hasil pembagian saat tatap muka tanggal 24 April 2014, saat uji coba metode Peer Tutoring dilakukan (lihat lampiran 2a). Di samping itu penataan tempat duduk juga ikut direncanakan agar tutorial bisa berjalan dengan baik, maka disampaikan kepada ketua kelas untuk diatur sebelum pelajaran dimulai (lampiran 2b).

Pada tahap berikutnya, peneliti mendesain dua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sekaligus menyiapkan wacana spoof (reading material) di

(2)

dalamnya, yaitu Fluffy Bunny Rabbit danThe Perfect Husband (lihat Lampiran 3a dan 3b). Untuk melengkapi kedua RPP tersebut, disiapkan juga Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan memandu kegiatan reading mereka tahap demi tahap (lihat Lampiran 4a dan 4b). Kemudian menyiapkan tiga wacana sederhana untuk evaluasinya, yaitu A Small Experiment, Fixing the Headstone, dan The Brain Bank. Di samping itu dipersiapkan pula Lembar Observasi kegiatan guru dan siswa yang akan digunakan oleh observer pada saat melakukan pengamatan di kelas ketika pembelajaran berlangsung (lihat Lampiran 5a dan 5b). Semua persiapan di atas disiapkan satu demi satu, maksudnya perangkat tindakan yang kedua disiapkan setelah perangkat tindakan pertama selesai, dikandung maksud agar kekurangan-kekurangan yang terjadi bisa diperbaiki saat tindakan berikutnya. b. Pelaksanaan

Sesuai jadwal pelajaran, maka rencana dua tindakan pada siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2014 dan 10 Mei 2014. Adapun evaluasi akhir siklus dilakukan tidak sesuai jadwal, yakni tanggal 13 Mei 2014. Namun hal ini sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari wakasek kurikulum, dan guru Keterampilan yang jam pelajarannya digunakan untuk kegiatan tersebut.

1) Tindakan 1

Saat memasuki ruang kelas peneliti mendapati siswa sudah siap. Seperti pertemuan biasanya, pada kegiatan awal peneliti terlebih dahulu menyapa dan menanyakan kabar siswa. Hari itu ternyata dua orang siswa tidak bisa mengikuti pelajaran, yaitu ATP sakit, dan RFN izin.

Selanjutnya peneliti meminta siswa menata kembali tempat duduk yang belum sesuai dengan rencana, dan bahkan tempat duduk untuk dua orang observer juga belum disiapkan siswa. Setelah itu barulah guru membuka 3 slide yang menghadirkan prior knowledge siswa ke dalam kelas, sembari bertanya “Why do you or people laugh them?” Kegiatan awal dilanjutkan dengan memaparkan tujuan pembelajaran lewat slide yang telah disiapkan sambil memotivasi mereka agar bisa mencapainya dengan baik.

Langkah-langkah pembelajaran yang dilalui pada kegiatan inti terbagi tiga tahapan seperti yang tertuang dalam RPP (lihat Lampiran 3a dan 3b), yakni

(3)

rencana awal. Tiga tahapan di atas menyita waktu yang lama. Terutama saat siswa menyelesaikan LKS bersama tutor pada tahap conveying meaning. Meskipun tutor berusaha keras, namun karena satu tutor harus membimbing 2-3 orang temannya, maka otomatis waktu yang digunakan juga bertambah. Pada akhirnya pertemuan yang seharusnya 2x45 menit menjadi 3x45 menit. Itupun saat proses cenderung melambat, maka guru menyederhanakan sebagian perintah dalam LKS, seperti jika sudah 3 dari 6 kosa kata di nomor 2 bisa ditemukan artinya berdasarkan konteks kalimat, synonym, atau dengan cara lainnya. Maka selebihnya langsung dari kamus saja.

Pada tahap checking understanding siswa berlomba-lomba menjawab pertanyaan-pertanyaan, baik mengenai strategi membaca maupun saat ditanyakan tentang isi bacaan, meskipun mereka agak lambat dalam menjawab pertanyaan nomor 3 (Mengapa Chris memandikan rabbit dan mengembalikan ke kandangnya?) dan 4 (Bagaimana akhir cerita Fluffy Bunny Rabbit?).

Bahasa sehari-hari tak luput digunakan kelima siswa saat mewakili kelompoknya dalam mempresentasikan kesimpulan cerita Fluffy Bunny Rabbit. Tapi meskipun demikian, tahap consolidation ini tetap saja diwarnai tepuk tangan dan tawa semua siswa.

Akibat waktu jam pelajaran telah lama usai, akhirnya pada kegiatan penutup, Pekerjaan Rumah (PR) tidak sempat lagi diberikan kepada siswa.

2) Tindakan 2

Yang membedakan tindakan kedua ini dengan tindakan pertama adalah pada kesiapan tata letak meja kursi siswa, termasuk meja kursi untuk dua orang observer. Secara umum, siswa lebih siap dari pertemuan sebelumnya, meskipun FY, dan dua orang temannya WL dan ZO agak terlambat sedikit setelah peneliti dan pengamat masuk. Kemudian tempat duduk kelompokpun dirotasi, sesuai dengan di mana guru meletakkan papan nama kelompok masing-masing.

Kelemahan pada kontrol waktu pada pertemuan sebelumnya juga diperbaiki. Kecuali pada waktu mengerjakan LKS, siswa masih membutuhkan tambahan waktu 10 menit untuk menyelesaikan semua kegiatan, meskipun LKS kedua ini telah disederhanakan.

(4)

sehingga para tutor harus menjelaskan maksud pertanyaan kepada anggotanya masing-masing.

Tahapan consolidation masih diisi dengan kegiatan yang sama dengan tindakan pertama, tetapi kali ini tahap tersebut menjadi lebih meriah karena diumumkan kelompok yang menjadi terbaik I (Sungono Island group), II (Peling Island group), dan III (Tikus Island group).

Begitu pula dengan kegiatan penutup, tak luput dari perbaikan langkah-langkah pembelajaran di dalamnya. Dalam hal ini setelah siswa menyelesaikan evaluasi, mereka diberikan Pekerjaan Rumah (PR) yang sempat tertunda sebelumnya. Kemudian di akhir kegiatan guru memberikan motivasi dan semangat agar mereka belajar di rumah. Pertemuanpun diakhiri dengan salam dan tepuk tangan yang diawali oleh guru.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung

(ongoing process). Materi yang diamati difokuskan pada bagaimana guru mengimplementasikan pendekatan 3C’s yang dikombinasikan dengan metode

Peer Tutoring. Dalam melakukan pengamatan, pengamat menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut sebelumnya sudah didiskusikan cara pengisisannya bersama peneliti.

Penelitian ini melibatkan dua orang pengamat, dimana pengamat 1 bertugas mengamati kegiatan guru, dan pengamat 2 bertugas mengamati kegiatan siswa. Adapun hasil test di setiap akhir tindakan menjadi data pendamping hasil pengamatan aktifitas guru dan siswa. Berikut ini adalah hasil pengamatan terhadap guru dan siswa pada dua tindakan serta hasil test di siklus pertama.

1) Hasil pengamatan aktifitas guru

Hasil pengamatan terhadap aktifitas guru pada tindakan 1 dan tindakan 2 seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Hasil pengamatan aktifitas guru pada siklus pertama

No.

Tahap Pembelajara

n Kegiatan Guru

Keterlaksanaan Tindakan 1 Tindakan 2

Ya Tdk Ya Tdk

1 Membukapelajaran

Memberi salam √ √

Menanyakan kabar √ √

Mengecek kehadiran siswa √ √

(5)

pengetahuan dasar

Mengajukan pertanyaan yang menggali pengetahuan

tentang topik yang akan dibahas √ √

Memberi kesempatan siswa bertanya √ √

Menjawab pertanyaan siswa (jika ada pertanyaan) √ √

3 ConveyingMeaning

Memberikan petunjuk cara mengerjakan tugas (LKS)

dan peran tutor saat bimbingan berlangsung √ √ Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengklarifikasi petunjuk yang belum jelas √ √ Memberi petunjuk dan arahan kepada tutor sebaya

sebelum mereka melakukan tutorial √ √

Memantau jalannya tutorial di kelompok-kelompok sambil memberi solusi atas masalah yang dihadapi siswa atau tutor

√ √

4 UnderstandiChecking ng

Mengecek pemahaman siswa tentang strategi membaca dan isi wacana (spoof/hortatory exposition)

yang telah dibaca. √ √

Memberi kesempatan yang sama kepada siswa di

setiap kelompok tutorial. √ √

Memberi reward atau feedback atas jawaban yang

diberikan siswa. √ √

5 Consolidation

Menjelaskan tata aturan presentasi masing-masing

kelompok. √ √

Memberi kesempatan siswa mengklarifikasi aturan

yang belum jelas. √ √

merespon pertanyaan/klarifikasi siswa √ √

Memberi reward atau feedback atas penampilan

masing-masing kelompok. √ √

6 Penutup

melakukan evaluasi √ √

Memberikan nasehat tentang disiplin dalam belajar √ √

Memberi PR kepada siswa √ √

Memberi salam perisahan √ √

Total keterlaksanaan 19 3 20 2 Prosentase 86% 14% 91% 9%

Sumber : Diolah dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dalam PBM

Tabel 1 menunjukkan bahwa guru sudah melakukan dengan baik pembelajaran pada tindakan 1, dimana 19 tahapan dari 22 tahapan, atau 86% sudah terlaksana. Kemudian ditingkatkan lagi pada tindakan 2 menjadi 20 tahapan dari 22 atau 91% yang sudah terlaksana. Jelasnya, tahapan memberi PR kepada siswa yang pada tindakan 1 belum diberikan, telah diberikan pada tindakan 2.

2) Hasil pengamatan aktifitas siswa

Hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa pada tindakan 1 dan tindakan 2 seperti terlihat pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus pertama

N o.

Inisial Siswa

Tindakan 1 Tindakan 2

Interest Response Active Interest Response Active

(6)

4 DFF √ √ √ √ √ √

Sumber : Diolah dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam PBM

Tabel 2 menggambarkan bahwa kriteria interest siswa mengalami peningkatan 12% pada tindakan 2. Kemudian pada kriteria response dan active

mereka hanya mengalami peningkatan 2% saja. Bahkan pada tindakan 2 ada 1 siswa (5%) berada pada posisi low untuk response dan active.

Kedua tabel di atas menunjukkan bahwa kegiatan guru dan siswa sama-sama mengalami peningkatan saat tindakan 2 dilaksanakan. Begitu pula halnya dengan hasil evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir kegiatan, seperti terlihat pada table halaman selanjutnya.

Tabel 3: Hasil evaluasi tindakan 1 dan 2 siklus pertama

No. Inisial Siswa Nilai EvaluasiT1 T2 Rata-rata Keterangan

1 AB 60.0 62.1 61.0 Tidak Tuntas - Meningkat

2 ATP 82.8 82.8 Tuntas

3 DPI 70.0 86.2 78.1 Tuntas - Meningkat

4 DFF 90.0 86.2 88.1 Tuntas - Menurun

5 DPK 40.0 65.5 52.8 Tidak Tuntas - Meningkat

6 EB 80.0 89.7 84.8 Tuntas - Meningkat

7 ES 50.0 48.3 49.1 Tidak Tuntas - Menurun

8 FY 30.0 34.5 32.2 Tidak Tuntas - Meningkat

9 HB 90.0 93.1 91.6 Tuntas - Meningkat

10 MA 30.0 55.2 42.6 Tidak Tuntas - Meningkat

11 MSD 90.0 82.8 86.4 Tuntas - Menurun

12 NC 40.0 75.9 57.9 Tuntas - Meningkat

13 NPS 40.0 41.4 40.7 Tidak Tuntas - Meningkat

14 RO 50.0 20.7 35.3 Tidak Tuntas - Menurun

15 RFN Ijin mengikuti O2SN

(7)

17 SVK 70.0 75.9 72.9 Tuntas - Meningkat

18 WL 80.0 82.8 81.4 Tuntas - Meningkat

18 ZO 30.0 55.2 42.6 Tidak Tuntas - Meningkat

20 NT 30.0 20.7 25.3 Tidak Tuntas - Menurun

Total 1000.0 1186.2 Meningkat

Rata-rata 55.6 62.4 Meningkat

Tertinggi 90.0 93.1 Meningkat

Terendah 30.0 20.7 Menurun

Ketuntasan Klasikal (%) 38.9 47.4 Meningkat

T1 = Tindakan 1; T2 = Tindakan 2

Sumber : Diolah dari hasil evaluasi di setiap akhir tindakan

Data hasil evaluasi pada tabel 3 di atas menunjukkan, bahwa pada tindakan 1 rata-rata nilai siswa 55,6, dan pada tindakan 2 adalah 62,4. Ini artinya terjadi peningkatan 6,8. Kemudian nilai tertinggi juga mengalami peningkatan; dari 90 menjadi 93,1. Meskipun ada dua siswa yang nilai evaluasi pada tindakan 2 lebih rendah dibandingkan dengan hasil pada tindakan 1, tapi masih dalam kategori tuntas. Adapun ketuntasan secara klasikal mencapai 38,9% (7 orang) pada tindakan 1 dan 47,4% (9 orang) pada tindakan 2. Dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 8,5% (2 orang).

Tidak demikian dengan hasil evaluasi akhir siklus pertama dengan teks yang belum pernah dibahas sebelumnya (tapi masih berupa text spoof). Kali ini sebagian nilai siswa meningkat dan sebagian lagi menurun. Data hasil evaluasi tersebut dapat dilihat perbandingannya dengan rata-rata pencapaian evaluasi tindakan 1 dan 2 pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Perbandingan nilai rata-rata evaluasi tindakan 1 dan 2 dengan nilai evaluasi akhir siklus pertama

N

o. Inisial Siswa

Nilai

Keterangan Rata-rata T1

& T2 Evaluasi AkhirSiklus Selisih

1 2 3 4 5 6

1 AB 61.0 70.9 9.9 Meningkat

2 ATP 82.8 sakit

3 DPI 78.1 43.6 -34.5 Menurun

4 DFF 88.1 76.4 -11.7 Menurun

5 DPK 52.8 45.5 -7.3 Menurun

6 EB 84.8 63.6 -21.2 Menurun

7 ES 49.1 65.5 16.3 Meningkat

8 FY 32.2 34.5 2.3 Meningkat

9 HB 91.6 80.0 -11.6 Menurun

10 MA 42.6 43.6 1.1 Meningkat

11 MSD 86.4 85.5 -0.9 Menurun

12 NC 57.9 78.2 20.3 Meningkat

(8)

14 RO 35.3 41.8 6.5 Meningkat

15 RFN izin

16 RM 28.8 45.5 16.7 Meningkat

17 SVK 72.9 70.9 -2.0 Menurun

18 WL 81.4 23.6 -57.7 Menurun

18 ZO 42.6 43.6 1.1 Meningkat

20 NT 25.3 47.3 21.9 Meningkat

Total 1134.5 1021.8 -71.3

Rata-rata 59.7 56.8 -0.8

Tertinggi 91.6 85.5 -6.1

Terendah 25.3 23.6 -1.7

Ketuntasan Klasikal (%) 36.8 33.3 -3.5

Sumber : Dianalisis dari hasil evaluasi tindakan 1, 2, dan Evaluasi Akhir Siklus Satu

Tabel 4 mendeskripsikan bahwa hanya 6 dari 18 siswa yang mengikuti evaluasi akhir siklus pertama yang mendapat nilai di atas angka minimal 70. Dengan kata lain secara klasikal baru 33,3% saja yang sudah mencapai ketuntasan, sisanya 66,7% masih belum tuntas. Selanjutnya bila dibandingkan dengan rata-rata nilai hasil tindakan 1 dan 2 pada kolom 3, maka secara klasikal terjadi penurunan 3,5%. Begitu pula dengan nilai tertinggi dan rata-rata kelas ikut menurun. Nilai tertinggi menurun 6,6 dan nilai rata-rata kelas menurun 2,9. Akan tetapi dibalik itu dapat dilihat peningkatan nilai pada 10 orang siswa yang tidak tuntas sebelumnya. Jika dirata-ratakan maka peningkatan nilai mereka yang belum tuntas adalah 11,34. Sebaliknya 7 orang siswa yang sebelumnya tuntas, seluruhnya mengalami penurunan. Jika dirata-ratakan nilai mereka menurun sampai 10,52.

d. Refleksi

(9)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan siklus pertama. Kelebihan harus bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan, sebaliknya kelemahan harus bisa diperbaiki. Sedikitnya ada lima kelebihan dan hasil analisis penyebabnya, seperti diperlihatkan pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Kelebihan pada siklus satu dan analisis penyebabnya

No Kelebihan Analisis Penyebab

1 2 3

1. Siswa tampak senang dan berminat mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran dengan pendekatan 3C’s

dikombinasikan dengan Peer Tutoring

menghadirkan suasana kebersamaan, senasib dan sepenanggungan antara tutor dan tutee

dalam mengerjakan LKS. 2. Siswa termotivasi untuk aktif

menjawab (berkontribusi) dalam kelompoknya.

Tahap Cheking Undderstanding terjadi kompetisi antar kelompok tutorial dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru mengenai strategi membaca yang benar dan tentang isi teks.

3. Siswa yang selama ini belum pernah aktif presentasi dalam kelas berani tampil melakukan

retell .

Tahap Consolidation memang menuntut presentasi retell dari masing-masing kelompok.

1 2 3

4. Isi teks spoof yang dibaca dapat dipahami oleh sebagian besar siswa dengan baik.

Lembar Kerja Siswa (LKS) disusun runtut, dari penguasaan kosa kata asing (unfamiliar words), kemudian topik cerita, tokoh-tokoh yang terlibat, latar cerita, serta alur cerita dari awal sampai ending cerita.

Sumber : Dianalisis dari hasil observasi aktivitas guru, aktivitas dan minat siswa, seluruh hasil evaluasi pada siklus satu serta field note.

Tabel 5 menggambarkan bahwa kelebihan baru tercipta pada proses pembelajaran saja, belum diikuti dengan pencapaian hasil test. Dimana pada siklus pertama hanya 2 tutee saja yang berhasil, padahal sebenarnya keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan dalam mengikuti pembelajaran tergolong baik. Artinya meskipun demikian masih perlu ditingkatkan agar mereka bisa mencapai ketuntasan yang diharapkan.

(10)

nilai tuntas dan penyebabnya serta apa rekomendasi yang bisa dijadikan perbaikan selanjutnya. Tabel berikut mendeskripsikan secara rinci hal-hal dimaksud.

Tabel 6. Kelemahan, analisis penyebab, dan rekomendasi perbaikan N

o. Kelemahan Analisis Penyebab Rekomendasi

1 2 3 4

 Sebagian posisi tempat duduk berhimpitan dan menyamping kemudian tutee hanya menunggu bimbingan dari tutor.

 Tutor ragu menegur tutee yang kurang serius.

Memberikan pemahaman kepada tutee agar

mengerjakan LKS dengan semangat.

Memperbaiki tata letak tempat duduk setiap

 Motivasi menghafal kosa kata sebagian besar siswa rendah.

 Masih kesulitan menebak arti sesuai konteks.

Menugaskan kepada siswa untuk menghafal unfamiliar word dalam teks.

Di awal pertemuan (sebelum mengerjakan LKS), siswa diuji penguasaan kosa kata tersebut lewat ‘Placement test’ yang selanjutnya akan menentukan tempat duduk

 Belum terbiasa menjadi tutor.

 Jumlah anggota tutorial tidak sesuai waktu yang tersedia.

Perlu proses pembiasaan dan bimbingan lanjutan.

Kemudian menambah jumlah tutor bahkan bila perlu head to head (satu tutor untuk satu

tutee).

Menyiapkan tanda pengenal khusus kepada para tutor (plus yang terpilih).

Memberikan PIN pemenang kepada group yang berhasil melejitkan anggotanya. kalimat tanya dalam bahasa Inggris. Bahkan kata-kata yang terkandung dalam kalimat soal dan pilihan jawaban pun mereka tidak mengerti

Memberi bimbingan kepada tutor di luar jam pelajaran dan atau pada tahap checking Understanding guru

(11)

Bahkan 3

Memberi kesempatan siswa menanyakan maksud soal yang mereka tidak mengerti saat evaluasi berlangsung

Tiga teks yang dijadikan materi evaluasi akhir siklus satu sama sekali belum dibahas.

Teks yang dijadikan materi evaluasi adalah teks yang dibahas pada tindakan 1 dan 2 di setiap siklus.

Jumlah tugas dalam LKS tidak sesuai dengan waktu yang tersedia.

Jumlah tugas dalam LKS dikurangi dan jenis tugaspun disederhanakan

menyesuaikan waktu yang tersedia dan kemampuan siswa.

Mencantumkan unfamiliar words di LKS.

Sumber : Dianalisis dari hasil observasi aktivitas guru, aktivitas dan minat siswa, seluruh hasil evaluasi pada siklus satuserta filed note.

Kelemahan-kelemahan yang disajikan pada tabel 6 menunjukkan bahwa kelemahan terjadi baik pada siswa maupun guru selama proses pembelajaran. Pada siswa contohnya, mereka dituntut lebih siap dalam menguasai unfamiliar words yang terdapat dalam teks yang akan dikaji sebelum tindakan dilaksanakan; mengerti maksud soal; dan lebih aktif bertanya kepada tutor. Sebaliknya pada diri guru juga, contohnya guru belum maksimal memotivasi siswa; perangkat pembelajaran seperti LKS yang desainnya tidak sesuai dengan waktu yang tersedia; dan strategi menempatkan hanya 5 orang tutor saja ikut menjadi titik lemah siklus satu.

2. Siklus Kedua

Mendalami hasil refleksi pada siklus satu di atas, maka tidak ada pilihan lain bagi guru kecuali menindaklanjuti atau melaksanakan rekomendasi-rekomendasi yang diberikan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pencapaian nilai siswa. Oleh karena itu seluruh proses pada siklus pertama juga akan dilaksanakan pada siklus kedua ini, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi

(12)

Tahap perencanaan kembali menjadi penentu ke mana arah siklus kedua akan dibawa. Oleh karena itu peneliti harus menelaah secara komprehensif rekomendasi yang diberikan sebagai hasil refleksi siklus satu.

Dari hasil analisis rekomendasi siklus satu, maka disimpulkan ada dua klasifikasi rekomendasi. Klasifikasi pertama adalah rekomendasi yang harus disiapkan sebelum tindakan dilaksanakan dan rekomendasi kedua adalah rekomendasi yang harus dilaksanakan saat tindakan dilaksanakan di dalam kelas atau saat proses pembelajaran berlangsung yang tertuang langsung dalam RPP (lihat Lampiran 3c dan 3d).

Rekomendasi pertama meliputi: 1) merancang ulang tata letak meja kursi kelompok tutorial (lihat Lampiran 2c); 2) membuat Placement Test (lihat Lampiran 4f dan 4g) dari daftar unfamiliar words pada teks yang akan dibaca; 3) menyiapkan 7 (tujuh) tanda pengenal tutor dan 3 (tiga) buah Winner PIN; 4) merancang dan membuat LKS baru (lihat Lampiran 4c dan 4d); 5) menyiapkan teks untuk evaluasi; dan 6) menetapkan tambahan tutor. Adapun rekomendasi kedua meliputi: 1) memberikan motivasi kepada siswa; 2) melaksanakan uji

placement test kepada tutee; dan 3) menjelaskan seluk beluk dan tips mengerjakan soal pada tahapan checking understanding.

Setelah itu dibuatlah 2 (dua) skenario pembelajaran berdasarkan beberapa rekomendasi tersebut sebagai pedoman kegiatan, dan 2 (dua) teks Hortatory Exposition sesuai kurikulum. Kemudian dibuat pula evaluasi yang menyertainya, serta evaluasi akhir siklus dari teks yang sama.

b. Pelaksanaan

Setelah peneliti selesai mempersiapkan dan membuat beberapa item rekomendasi pertama, maka tindakan 1 dan 2 siap dilaksanakan. Sesuai jadwal, tindakan 1 dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2014 dan tindakan 2 pada tanggal 19 Mei 2014. Adapun evaluasi akhir siklus dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2014.

1) Tindakan 1

(13)

lama ditambah 1 (satu) tutor pengganti (DPI menggantikan posisi DFF yang sakit) sudah dibimbing sehari sebelumnya. Pembimbingan hari itu diawali dengan mengisi lembar placement test yang berisi 50 kosa kata yang terkandung dalam teks yang akan dibahas.

Mengawali kegiatan di kelas guru menyapa, menanyakan kabar, dan mencek kehadiran siswa terlebih dahulu. Hari itu DFF sakit dan RFN masih izin. Kemudian karena posisi pengaturan meja kursi belum baik, maka diadakan perbaikan seperlunya. Setelah itu siswa (tutee) dipersilahkan duduk untuk mengikuti placement test. Tidak lama setelah tutor selesai menjumlahkan skor perolehan tutee, guru mengumumkan tempat duduk mereka berdasarkan hasil test; peringkat 1 dan 6 menjadi satu kelompok, seterusnya 2 dan7, 3 dan 8, 4 dan 9, 5 dan 10. Adapun 11 dan 12 berada di dua tempat terpisah untuk mendapat bimbingan yang lebih intensif dari tutor masing-masing (lihat Lampiran 2c).

Kegiatan dilanjutkan dengan membuka slide presentasi (power point) yang sudah disiapkan sebelumnya. Siswa diminta membandingkan status dua sekolah dalam slide untuk menghadirkan prior knowledge mereka tentang topik yang akan dikaji, yakni “Private School.” Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran, dan membagikan LKS kepada semua siswa. LKS pada siklus kedua disesuaikan dengan jenis teks Hortatory Exposition, kemudian ditambah dengan pencamtuman daftar sebagian possible unfamiliar words di dalamnya.

Seperti halnya pada kegiatan sebelumnya pada siklus pertama, para tutor

melaksanakan tugasnya dengan senang hati, tapi kali ini sambil menggunakan atributnya masing-masing, sehingga pengamatpun dapat membedakan antara

tutor dan tutee dengan lebih mudah. Pada tahap ini guru memantau kegiatan secara seksama seluruh kelompok sambil mengoreksi susunan kalimat yang mereka buat, khususnya pada penggunaan to be (tenses).

(14)

masuk pada pertanyaan True-False suasana kelas menjadi semakin ramai dengan kata “saya, saya …!!!” dari para tutee yang ingin mendapat giliran menjawab.

Berbeda dengan tahap checking understanding, tahap consolidation lebih kondusif karena sudah jelas giliran mereka saat akan mempresentasikan kesimpulannya masing-masing. Akan tetapi sedikit molor waktunya, karena kesimpulan yang harus disusun dalam bahasa Inggris (sesuai permintaan LKS) belum selesai disusun dengan baik. Karena itulah guru memberikan bimbingan kepada setiap kelompok terlebih dahulu, sesuai kadar keperluannya. Seperti mengkonfrontir kesimpulan mereka dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu, barulah mengarahkan dan atau memperbaiki kesalahan mereka dalam menyusun kesimpulan masing-masing dalam bahasa Inggris.

Akhirnya kegiatan presentasi masing-masing kelompok berjalan dengan mulus, meskipun saat presentasi tersebut masih terdapat kekeliruan

pronounciation di dalamnya.

Di akhir kegiatan dilakukan evaluasi, memberikan motivasi dan meminta seluruh siswa mempelajari teks “Home Schooling” yang akan dipelajari pada tindakan berikutnya, beserta unfamiliar word di dalamnya.

2) Tindakan 2

Sesuai rencana awal tindakan 2 dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2014. Kegiatan diawali dengan penyematan PIN kepada 3 orang tutor yang menjadi pemenang. Setelah itu barulah dilakukan uji placement test untuk menentukan tempat duduk para tutee. Hasilnya adalah terjadi rotasi secara otomatis dalam komposisi anggota kelompok tutorial. Kemudian menunjuk tutor yang menjadi 1st

winner membimbing tutee yang hasil tesnya paling terakhir (sedikit penguasaan kosa katanya). Khusus mengenai tutor DFF yang sebelumnya sakit, pada tindakan 2 sudah bisa menjalankan tugasnya. Sebaliknya NC kembali ke posisi tutee karena hasil evaluasi tindakan 1 ternyata tidak tuntas. Sehingga jumlah tutor masih tetap 7 (tujuh) orang.

(15)

mereka “What do you know about Home Schooling?” Tidak lupa juga guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ada di slide berikutnya.

Kegiatan inti pada tindakan 2 berlangsung tidak jauh berbeda dengan kegiatan inti pada tindakan 1. Peran guru menjadi fasilitator diaktifkan, terutama dalam memperbaiki kesalahan susunan kalimat dan atau penempatan to be (tenses). Peran tutor juga terlihat berjalan normal saat siswa mengerjakan LKS maupun saat checking understanding, dan consolidation. Hanya sayang kemampuan tutor dalam mengkomunikasikan isi bacaan tidak merata sehingga waktu yang disediakan cendrung tidak cukup. Utamanya saat membuat kesimpulan dan menulisnya kembali dalam bahasa Inggris.

c. Pengamatan

Pengamatan masih tetap difokuskan pada kegiatan guru dan siswa (tutor

dan tutee) selama proses pembelajaran berlangsung. Utamanya apakah rekomendasi perbaikan tampak selama kegiatan atau tidak. Berikut ditampilkan data hasil pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa pada tabel 7 dan 8 di halaman selanjutnya.

Tabel 7. Hasil pengamatan aktifitas guru pada siklus kedua

No.

Menanyakan kabar √ √

Mengecek kehadiran siswa √ √

2

Menggali pengetahuan

dasar

Memperlihatkan gambar, poto, atau video. √ √ Mengajukan pertanyaan yang menggali pengetahuan

tentang topik yang akan dibahas √ √

Memberi kesempatan siswa bertanya √ √

Menjawab pertanyaan siswa (jika ada pertanyaan) √ √

3 ConveyingMeaning

Memberikan petunjuk cara mengerjakan tugas (LKS)

dan peran tutor saat bimbingan berlangsung √ √ Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengklarifikasi petunjuk yang belum jelas √ √ Memberi petunjuk dan arahan kepada tutor sebaya

sebelum mereka melakukan tutorial √ √

Memantau jalannya tutorial di kelompok-kelompok sambil memberi solusi atas masalah yang dihadapi

siswa atau tutor √ √

4 Checking Understandi

ng

Mengecek pemahaman siswa tentang strategi membaca dan isi wacana (spoof/hortatory exposition)

yang telah dibaca. √ √

Memberi kesempatan yang sama kepada siswa di

setiap kelompok tutorial. √ √

(16)

diberikan siswa.

5 Consolidation

Menjelaskan tata aturan presentasi masing-masing

kelompok. √ √

Memberi kesempatan siswa mengklarifikasi aturan

yang belum jelas. √ √

merespon pertanyaan/klarifikasi siswa √ √ Memberi reward atau feedback atas penampilan

masing-masing kelompok. √ √

6 Penutup

melakukan evaluasi √ √

Memberikan nasehat tentang disiplin dalam belajar √ √

Memberi PR kepada siswa √ √

Memberi salam perisahan

Total keterlaksanaan 22 0 22 0

Prosentase 100% 0% 100% 0%

Sumber : Diolah dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dalam PBM

Tabel 7 mendeskripsikan bila telah terjadi perubahan yang signifikan dalam penampilan guru, dimana seluruh item dilakukan (100%). Artinya guru mampu melakukan rekomendasi sebelumnya menjadi performa yang lebih baik dan terarah. Demikian pula halnya dengan aktifitas siswa juga terjadi peningkatan kualitas pada ketiga kriteria yang diamati. Seperti yang terlihat pada tabel 8 halaman berikutnya.

Tabel 8. Hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus kedua

N o.

Inisial Siswa

Tindakan 1 Tindakan 2

Interest Response Active Interest Response Active

(17)

16 RM √ √ √ √ √ √

Sumber : Diolah dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam PBM

Jelas terlihat pada tabel 8 di atas kalau minat belajar siswa tidak perlu diragukan lagi. Begitu pula dengan kesiapan dan kesigapan mereka dalam mengerjakan tugas yang terdapat dalam LKS, dan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru saat checking understanding. Tapi belum semua siswa mampu memberikan kontribusi secara penuh. Masih ada 4 orang (22%) pada tindakan 1 dan 3 (16%) pada tindakan 2 lebih banyak menunggu petunjuk dari tutornya. Seperti inisiatif menjawab atau menjadi presenter kurang tampak.

Adapun hasil evaluasi pada tindakan 1 dan 2, serta evaluasi akhir siklus kedua dapat dilihat pada tabel 9 pada halaman berikutnya.

Tabel 9: Hasil evaluasi tindakan 1, 2, dan akhir siklus kedua.

No. Inisial Siswa

Nilai

Rata-rata Keterangan T1 T2 Evaluasi AkhirSiklus II

1 2 3 4 5 6 7

1 AB 91.4 74.3 84.5 83.4 Tuntas

2 ATP 94.3 68.6 56.3 73.1 Tuntas

3 DPI 91.4 71.4 60.6 74.5 Tuntas

4 DFF 82.9 72.2 76.1 77.0 Tuntas

5 DPK 97.1 65.7 62.0 74.9 Tuntas

6 EB 85.7 88.6 78.9 84.4 Tuntas

7 ES 80.0 68.6 60.6 69.7 Tuntas

8 FY 40.0 57.1 42.3 46.5 Tidak Tuntas

9 HB 71.4 74.3 78.9 74.9 Tuntas

10 MA 50.0 68.6 25.4 48.0 Tidak Tuntas

11 MSD 94.3 82.9 81.7 86.3 Tuntas

12 NC 65.7 65.7 67.6 66.3 Tidak Tuntas

13 NPS 74.3 74.3 78.9 75.8 Tuntas

14 RO 57.1 42.9 31.0 43.7 Tidak Tuntas

15 RFN 42.3 42.3 Tidak Tuntas

16 RM 61.4 62.9 53.5 59.3 Tidak Tuntas

17 SVK 97.1 82.9 76.1 85.4 Tuntas

(18)

18 ZO 72.9 51.4 46.5 56.9 Tidak Tuntas

20 NT 48.6 80.0 43.7 57.4 Tidak Tuntas

Total 1392.9 1312.2 1207.0 1304.0 Tuntas : 11 = 55% T.Tuntas: 9 = 45%

Rata-rata 73.3 69.1 60.4 67.5

Tertinggi 97.1 88.6 87.3 91.0

Terendah 37.1 42.9 25.4 35.1

Ketuntasan

Klasikal (%) 63.2 47.4 35.0

T1 = Tindakan 1; T2 = Tindakan 2

Sumber : Diolah dari hasil evaluasi di setiap akhir tindakan

Tabel 9 di atas menyajikan data ril bahwa ketuntasan klasikal dari satu evaluasi ke evaluasi berikutnya memang terjadi penurunan. Tapi jika dilihat data nilai rata-ratanya, maka di sana ada 11 (55%) siswa yang telah mencapai ketuntasan. Kemudian jika prosentase ini disandingkan dengan prosentase ketuntasan klasikal pada siklus sebelumnya yang hanya mencapai 26,3%, maka di sana terjadi peningkatan yang cukup berarti, yakni 28,7%. Begitu pula dengan rata-rata pencapaian nilai siswa, dari 57,1 menjadi 67,6. Artinya terjadi kenaikan 10,4. Selanjutnya pada kriteria nilai tertinggi juga mengalami kenaikan 2,5 dan nilai terendah mengalami perbaikan 10,6. Lebih jelasnya perbandingan data tersebut dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10. Perbandingan prosentase ketuntasan klasikal siklus pertama dan kedua

No. Kriteria Nilai Siklus I Siklus II Selisih Keterangan

1. Rata-rata 57.1 67.6 10.4 meningkat

2. Tertinggi 88.5 91.0 2.5 meningkat

3. Terendah 24.5 35.1 10.6 meningkat

4. Ketuntasan Klasikal (%)

26.3 55.0 28.7 meningkat

d. Refleksi

(19)

Berdasarkan hasil analisis data pengamatan aktifitas guru dan siswa serta hasil evaluasi pada siklus kedua. Maka dapat dikemukakan beberapa kelebihan dan analisis penyebabnya yang harus bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan, seperti terlihat pada tabel 11 berikut.

Tabel 11. Kelebihan pada siklus dua dan analisis penyebabnya

No Kelebihan Analisis Penyebab

1 2 3

1. Guru mampu melakukan seluruh rencana kegiatan yang tertuang dalam RPP.

Guru semakin terbiasa dengan pendekatan 3C’s yang dikombinasikan dengan Peer Tutoring dalam memandu pembelajaran reading.

2. Tutor mampu membimbing dan mengontrol aktifitas teman yang dibimbingnya.

 Adanya penambahan 2 (dua) orang tutor baru dari hasil seleksi kegiatan pada siklus pertama, sehingga jumlah tutee pada masing-masing kelompok berkurang. Bahkan 2 tutee dengan hasil test terendah masing-masing dibimbing oleh seorang tutor.

 Tutor lama semakin terlatih dalam melakukan pembimbingan dan lebih siap.

1 2 3

3. Ketuntasan klasikal mengalami peningkatan yang cukup signifikan, meskipun belum mencapai target yang ditetapkan.

 Teks yang dibahas pada tindakan 1 dan 2 tetap menjadi materi evaluasi pada akhir siklus dengan modifikasi soal pilihan ganda.

 Guru menjelaskan soal-soal (no. 5, 10, 13, 14, 24, 25, dan 29) yang tidak dimengerti oleh siswa saat ujian berlangsung.

 Siswa semakin terlatih dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan reading.

Sumber : Dianalisis dari hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa (tutor dan tutee), seluruh hasil evaluasi pada siklus dua serta filed note.

Kelebihan-kelebihan yang dikemukakan di atas diikuti pula beberapa kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran selama siklus kedua. Kemudian apa saja rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan agar keterampilan reading bisa lebih meningkat, serta nilai mereka dapat mencapai target ketuntasan klasikal yang ditetapkan. Berikut ini dikemukakan beberapa poin hasil analisis kekurangan, penyebab dan rekomendasi perbaikannya.

(20)

N

o. Kelemahan Analisis Penyebab Rekomendasi

1 2 3 4

memperlihatkan hasil ujian siswa sebelum pertemuan berikutnya.

Memberikan fedback berupa pujian atau catatan-catatan penting sebagai bahan koreksian

selanjutnya di lembar jawaban.

Memberi ruang bertanya secukupnya kepada siswa yang diprediksi rendah penguasaan kosa katanya secara individu (guru langsung ke meja siswa yang bersangkutan), tanpa

 Sebagian besar siswa belum mampu

menulis kalimat dalam bahasa Inggris sesuai kaidah.

Menyajikan daftar kata sinonim dari kata-kata yang mungkin digunakan dalam membuat kesimpulan teks tertentu.

Memberikan special reward/gift

kepada sejumlah siswa yang mampu menyusun kalimat sesuai kaidah bahasa Inggris. Hadiah bisa berbentuk PIN, gantungan kunci, dll.

 Motivasi dari guru masih kurang.

 Dibimbing oleh tutor yang kurang cocok dengan mereka, atau sebaliknya.

Guru harus memberi motivasi lebih intensif lagi, terutama pada siswa tertentu yang terindikasi kurang aktif.

Memberi kebebasan kepada tutor untuk memilih pasangannya masing-masing sebelum pertemuan.

Memilih 3 (tiga) tutor baru dari siswa yang sudah mencapai ketuntasan, sehingga setiap tutor membimbing hanya satu tutee. 4. Tahap Checking

Menambah waktu 5 menit pada tahap Checking Understanding, dan mengurangi waktu conveying meaning 5 menit.

Memperjelas artikulasi saat memberikan instruksi dan pertanyaan.

(21)

Sumber : Dianalisis dari hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa (tutor dan tutee), seluruh hasil evaluasi pada siklus dua serta filed note.

Tabel 12 dengan jelas menyebutkan masalah dan penyebab-penyebabnya, serta beberapa rekomendasi perbaikan yang harus diterapkan oleh guru dan siswa pada siklus berikutnya. Contoh, ketidakcermatan guru dalam menyampaikan hasil evaluasi siswa berkontribusi besar terhadap penurunan hasil evaluasi dari satu tindakan ke tindakan berikutnya, karena siswa tidak tahu pasti dimana letak kesalahan atau benarnya. Begitu pula sikap beberapa siswa yang masih malu bertanya maksud soal tertentu yang sebenarnya mereka masih bingung maksudnya, sehingga dalam memilih jawaban hanya menebak-nebak saja.

Salah satu dampak kelemahan-kelemahan yang disebutkan adalah ketuntasan klasikal masih kurang 30% lagi untuk mencapai 85%. Oleh karena itu seluruh rekomendasi yang diberikan harus dilaksankaan secara maksimal dan terencana. Baik rekomendasi yang disiapkan sebelum tindakan maupun yang dilakukan saat proses belajar mengajar.

3. Siklus Ketiga

Seluruh hasil refleksi siklus dua sangat menginspirasi peneliti untuk optimis mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pencapaian nilai siswa pada siklus ketiga. Oleh karena itu empat proses pada siklus 1 dan 2 juga akan dilaksanakan pada siklus ketiga ini dengan lebih baik lagi.

a. Perencanaan

Setelah mengetahui hasil analisis seluruh rangkaian evaluasi pada siklus kedua belum mencapai angka yang ditargetkan. Maka sejak itu pula peneliti menyusun rencana strategis untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemui saat proses belajar mengajar selama siklus 2.

Pembelajaran untuk siklus 3 hanya terdiri dari 1 tindakan dan 1 evaluasi akhir. Tindakan 1 dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2014, dan evaluasi tanggal 7 Juni 2014. Akan tetapi sebelum tindakan dilaksanakan RPP disiapkan dengan mengacu pada rekomendasi-rekomendasi perbaikan yang ada. Termasuk penambahan waktu 5 menit pada tahapan Checking Understanding supaya pemahaman siswa terhadap teks tidak hanya sepintas saja. Dengan kata lain guru memastikan bahwa setiap siswa telah mengerti isi teks dengan baik.

Pemilihan teks juga tak luput dari perencanaan, pilihan jatuh pada teks

(22)

yang diambil dari buku BSE dipandang saling mendukung. Kemudian kedua teks tersebut disampaikan kepada siswa untuk dipelajari terlebih dahulu sebelum tatap muka dilaksanakan 10 (sepuluh) hari kemudian. Teks pertama akan dibahas di kelas dan teks kedua akan dijadikan bahan evaluasi bersama teks pertama.

b. Pelaksanaan

Berdasarkan hari efektif yang tersisa maka tindakan dan evaluasi pada siklus ketiga dilaksanakan tanggal 5 dan 7 Juni 2014. Sebelum tindakan dilaksanakan, guru melakukan pembimbingan kepada 10 (sepuluh) tutor yang sudah dipilih. Kemudian sesuai rekomendasi, saat itu pula tutor dipersilahkan menentukan teman yang akan mereka bimbing dan guru mencatatnya. Hal ini dikandung maksud agar ketika disampaikan di kelas, secara psikologis terkesan bahwa tutor tidak memilah-milah temannya.

Pada saat kegiatan berlangsung, pengaturan tempat duduk tidak seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya. Kali ini setelah diumumkan pasangan masing-masing, tutor dan tutee dipersilahkan mencari dan mengatur tempat duduknya sendiri-sendiri dengan ketentuan tidak saling mengganggu satu kelompok dengan kelompok lainnya. Setelah tertib guru meminta ketua kelas memimpin doa sebelum belajar.

Kegiatan pembelajaran pada siklus ketiga tampak lebih istimewa dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh faktor seluruh siswa hadir mengisi ruangan dan sibuk bersama pasangan masing-masing. Tidak terlihat lagi siswa yang melamun atau santai-santai dalam mengerjakan LKS. Termasuk para tutor, mereka lebih fokus memberikan bimbingan kepada temannya. Akan tetapi dibalik itu semua masih ada kekurangan juga. Seperti kelemahan mereka dalam menyusun kalimat bahasa Inggris pada waktu pembelajaran sebelumnya masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Susunan kalimat bahasa Indonesia mereka juga belum baik, sehingga guru kesulitan memperbaiki kalimat bahasa Inggris mereka seketika.

(23)

LKS. Selanjutnya pada tahap consolidation setiap tutee memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk mempresentasikan kesimpulan dari teks yang dibaca. c. Pengamatan

Kegiatan pengamatan pada siklus ketiga ini masih tetap difokuskan kepada aktifitas guru dan siswa, serta hal-hal lain yang berhubungan langsung dengan proses pembelajaran dan evaluasi. Hasil pengamatan kepada aktifitas guru dapat dilihat pada tabel 13 berikut.

Tabel 13. Hasil pengamatan aktifitas guru pada siklus ketiga

No. PembelajaranTahap Kegiatan Guru

Keterlaksanaa

Memperlihatkan gambar, poto, atau video. √ Mengajukan pertanyaan yang menggali pengetahuan tentang

topik yang akan dibahas √

Memberi kesempatan siswa bertanya √

Menjawab pertanyaan siswa (jika ada pertanyaan) √

3 ConveyingMeaning

Memberikan petunjuk cara mengerjakan tugas (LKS) dan peran

tutor saat bimbingan berlangsung √

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengklarifikasi

petunjuk yang belum jelas √

Memberi petunjuk dan arahan kepada tutor sebaya sebelum

mereka melakukan tutorial √

Memantau jalannya tutorial di kelompok-kelompok sambil

memberi solusi atas masalah yang dihadapi siswa atau tutor √

4 UnderstandingChecking

Mengecek pemahaman siswa tentang strategi membaca dan isi wacana (spoof/hortatory exposition) yang telah dibaca. √ Memberi kesempatan yang sama kepada siswa di setiap

kelompok tutorial. √

Memberi reward atau feedback atas jawaban yang diberikan

siswa. √

5 Consolidation

Menjelaskan tata aturan presentasi masing-masing kelompok. √ Memberi kesempatan siswa mengklarifikasi aturan yang belum

jelas. √

merespon pertanyaan/klarifikasi siswa √ Memberi reward atau feedback atas penampilan

masing-masing kelompok. √

6. Penutup

Melakukan evaluasi √

Memberikan nasehat tentang disiplin dalam belajar √

Memberi PR kepada siswa √

Memberi salam perisahan √

Total keterlaksanaan 21 1 Prosentase 95% 5%

(24)

Tabel 13 tersebut di halaman sebelumnya menunjukkan ada 1 kegiatan yang tidak dilaksankaan oleh guru selama proses pembelajaran. Yaitu tidak melakukan evaluasi atau evaluasi. Hal ini tidak dilakukan karena waktu yang tersedia tidak cukup karena pada kegiatan consolidation kelompok presentasi bertambah dari 7 tutee menjadi 10 tutee. Akan tetapi kekurangan ini ditutupi oleh evaluasi akhir siklus yang dilaksanakan dua hari kemudian. Oleh karena itu kegiatan guru dapat dikatakan telah mencapai target yang diharapkan.

Hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa pada siklus ketiga mencatat angka yang fantastis sesuai harapan, yakni 100% pada seluruh kriteria yang diamati, yakni interest, response, dan active. Tabel 14 pada halaman berikut memperlihatkan hasil pengamatan tersebut.

Tabel 14. Hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus ketiga

N

o. Inisial Siswa

Tindakan 1

Interest Response Active

low mid high low mid high low mid high

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. AB √ √ √

2 ATP √ √ √

3 DPI √ √ √

4 DFF √ √ √

5 DPK √ √ √

6 EB √ √ √

7 ES √ √ √

8 FY √ √ √

9 HB √ √ √

10 MA √ √ √

11 MSD √ √ √

12 NC √ √ √

13 NPS √ √ √

14 RO √ √ √

15 RFN √ √ √

16 RM √ √ √

17 SVK √ √ √

18 WL √ √ √

19 ZO √ √ √

20 NT √ √ √

Total 0 0 20 0 0 20 0 0 20

Percentages (%) 0 0 100 0 0 100 0 0 10

0 Sumber : Diolah dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam PBM

(25)

Hasil evaluasi pada siklus ketiga menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan, meskipun target ketuntasan klasikal 85% belum dicapai. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 15 berikut.

Tabel 15. Hasil evaluasi siklus ketiga

No. Inisial Siswa Nilai EvaluasiSiklus 3 Keterangan

1 2 3 4

1 AB 77.0 Tuntas

2 ATP 70.5 Tuntas

3 DPI 70.5 Tuntas

4 DFF 95.1 Tuntas

5 DPK 72.1 Tuntas

6 EB 85.2 Tuntas

1 2 3 4

7 ES 82.0 Tuntas

8 FY 60.7 Tidak Tuntas

9 HB 85.2 Tuntas

10 MA 77.0 Tuntas

11 MSD 85.2 Tuntas

12 NC 60.7 Tidak Tuntas

13 NPS 77.0 Tuntas

14 RO 50.8 Tidak Tuntas

15 RFN 50.8 Tidak Tuntas

16 RM 60.7 Tidak Tuntas

17 SVK 82.0 Tuntas

18 WL 73.8 Tuntas

18 ZO 45.9 Tidak Tuntas

20 NT 41.0 Tidak Tuntas

Total 1403.3

Rata-rata 70.2

Tertinggi 95.1

Terendah 41.0

Ketuntasan Klasikal (%) 65.0

Sumber : Diolah dari hasil evaluasi siklus tiga

Hal lain yang bisa dilihat dari tabel 15 di atas adalah selain ketuntasan klasikal yang meningkat 10%, nilai rata-rata siswa juga meningkat 2,6. Artinya bahwa angka 70,2 sebagai nilai rata-rata menunjukkan bahwa terjadi pemerataan kemampuan membaca (reading) antara tutor dan tutee pada siklus ketiga ini. Bahkan nilai tertinggi meningkat dari 90,1 menjadi 95,1 (naik 4,1) dan terendah dari 35,1 menjadi 41,0 (naik 5,9). Kemudian di sisi lain diketahui bahwa hanya 4 (empat) orang siswa saja yang memperoleh nilai di bawah 60. Yakni RO dan RFN 50,8, ZO 45,9, dan NT 41,0. Hal ini sekaligus mengindikasikan bahwa antara hasil evaluasi dan hasil pengamatan guru dan siswa terjadi sinkronisasi.

(26)

Data yang diperlihatkan pada tabel 13, 14, dan 15 mencerminkan bahwa, kelemahan-kelemahan yang muncul pada siklus sebelumnya dapat diperbaiki. Hal ini tentu sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan rekomendasi-rekomendasi perbaikan yang ditekankan pada siklus sebelumnya. Kemudian dari sisi kelebihan-kelebihan semakin terlihat bahwa guru dan siswa berhasil melaksanakan pembelajaran reading kearah yang lebih baik. Tabel 16 dan 17 di halaman berikut bisa menggambarkan kedua hal tersebut dengan terperinci.

Tabel 16. Kelebihan pada siklus tiga dan analisis penyebabnya No

 Guru memperlihatkan hasil ujian siswa sebelum pertemuan berikutnya, sekaligus memberikan fedback berupa pujian dan catatan-catatan penting sebagai bahan koreksian selanjutnya.

 Guru memberi kesempatan bertanya kepada semua siswa saat pelaksanaan ujian berlangsung.

2. Pencapaian nilai rata-rata berhasil mencapai angka KKM.

 Siswa bersungguh-sungguh mempelajari dua teks yang diberikan sebelum tatap muka dilaksanakan.

 Siswa semakin terbiasa dan fokus pada materi yang dipelajari.

 Bimbingan dari tutor semakin berkualitas seiring pengalaman tutor dalam membimbing.

3. Tidak seorangpun siswa yang terlihat pasif, sebaliknya semua siswa terlihat interaktif dengan tutornya.

 Adanya penambahan 3 orang tutor, sehingga setiap tutor membimbing satu tutee. Tidak ada lagi tutee yang menunggu giliran mendapatkan bimbingan.

 Tutot diberi kebebasan memilih tutee yang akan mereka bimbing.

4. Terjalin

komunikasi/kerjasama yang baik antara satu tutor (yang baru) dengan tutor lainnya pada tahap conveying meaning.

 Adanya rasa tanggung jawab yang besar saat menjadi tutor, sehingga tidak membiarkan dirinya salah dalam melakukan pembimbingan.

 Sudah tercipta suasana kesetaraan dan saling membutuhkan, serta sikap jujur dan saling menghargai satu sama lain.

Sumber : Dianalisis dari hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa (tutor dan tutee), hasil evaluasi pada siklus tiga serta filed note.

(27)

Tabel 17. Kelemahan, analisis penyebab, dan rekomendasi perbaikan siklus ketiga

N

o. Kelemahan Analisis Penyebab Rekomendasi

1 2 3 4 secara head to head

atau satu tutor

membimbing satu tutee

baru berjalan satu kali tindakan saja.

 Tutor yang baru belum bisa menguasai materi secara maksimal.

Menerapkan pola head to head

secara berkelanjutan.

Memberikan pelatihan yang intensif kepada tutor baru.

Meminta tutor lama sharing

pengalaman dalam bimbingan

 Sebagian besar siswa belum terbiasa menulis

Melaksanakan 2 rekomendasi yang diberikan pada siklus kedua.

Mengkomunikasikan kelemahan yang terjadi kepada guru

Bimbingan dan Konseling kelas XI Ilmu Alam.

Mencari metode dan pendekatan yang cocok untuk meningkatkan keterampilan menulis (writing) di saat mereka di kelas XII.

3. Meskipun nilai

 Salah seorang di antara empat siswa tersebut hanya mengikuti evaluasi siklus dua dan siklus tiga saja (3 kali pertemuan).

 Daya nalar mereka lebih rendah dari yang lainnya.

Menelusuri track record empat siswa tersebut pada mata pelajaran lainnya, sebagai bahan pembanding.

Guru atau tutor memberi bimbingan khusus kepada mereka di luar jam pelajaran.

Sumber : Dianalisis dari hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa (tutor dan tutee), hasil evaluasi pada siklus tiga serta filed note.

(28)

mampu menyusun kalimat sesuai kaidah bahasa Inggris. Misalnya dengan memberikan PIN Best Writer, Smart Writer, Good Writer secara berkala kepada

Top Three. Atau dalam bentuk lain yang sederhana tapi memberikan kesan tersendiri sesuai dunia mereka. Selanjutnya rekomendasi lintas kelas atau lintas mata pelajaran ditujukan bagi bottom four juga, untuk mengetahui track record

kemampuan daya nalar mereka dalam menerima materi pada mata pelajaran lain. Selain itu juga bisa menkonsultasikan kesulitan belajar mereka kepada guru Bimbingan Konseling yang menangani mereka.

B. Pembahasan

1. Implementasi pendekatan 3C’s yang dikombinasikan dengan Peer Tutoring dalam pembelajaran reading.

Mengkombinasikan pendekatan 3C’s dan Peer Tutoring merupakan hal yang baru bagi peneliti dalam pembelajaran. Sehingga kelemahan-kelemahan dalam penerapannya sudah pasti terjadi. Termasuk dalam hal ini adalah kelemahan yang sudah diprediksi sebelumnya oleh para pakar di bidangnya. Sebagai contoh, kelemahan Peer Tutoring yang dikemukakan oleh Smith (2014) dalam hal efektifitas waktu dan pengorganisasian kelompok (time management and organization) muncul di siklus pertama. Ada beberapa penyebab munculnya kelemahan ini, antara lain:

a. Jumlah anggota tutorial yang over capacity (seorang tutor membimbing 2-3

tutee);

b. Saat tutorial berlangsung tutor belum menguasai dengan baik unfamiliar words dalam teks;

c. Timbul sikap ragu pada diri tutor untuk menegur tutee yang bersikap kurang serius saat dibimbing;

d. Tutor dan tutee masih kaku menjalankan model peer tutoring karena baru bagi mereka.

(29)

mempersiapkan diri untuk menguasai kosa kata (unfamiliar words) terlebih dahulu sebelum pertemuan berlangsung. Kemudian diikuti dengan guru menempatkan beberapa possible unfamiliar words menyertai teks di dalam LKS. Sehingga tersedia waktu lebih lama untuk memahami teks dan menemukan informasi umum, informasi rinci, serta menggali informasi/makna tersirat dari suatu pernyataan di dalam teks. Kemudian ‘belajar’ membuat kesimpulan dalam bahasa Inggris. Pada akhirnya hasil tes di akhir siklus 2 dan 3 menunjukkan kemajuan yang cukup berarti.

Dalam hal keberhasilan ini, inovasi pembuatan Placement Test untuk menjembatani ketidaksiapan siswa sebelum tatap muka dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, menjadi bagian baru dalam pembelajaran

reading. Alasannya antara lain adalah:

a. Muncul motivasi berprestasi siswa (bersaing) agar tidak berada pada peringkat dua terbawah (bottom two), sehingga mereka mempelajari kosa kata

(possible unfamiliar words) sebelum tatap muka berlangsung;

b. Kontribusi penguasaan kosa kata (possible unfamiliar words) yang ada dalam suatu teks berpengaruh besar pada tingkat pemahaman siswa terhadap isi teks. Dengan kata lain siswa lebih mudah menemukan informasi umum, rinci, tersirat, dan membuat kesimpulan jika sebagian besar kosa kata (vocabulary)

yang ada dalam teks dikuasainya.

c. Terjadi rotasi kelompok tutorial berdasarkan hasil tes, sehingga kelas semakin dinamis dan fresh pada setiap pertemuan.

Tiga hal positif di atas secara tidak disadari memicu timbulnya ‘motivasi berprestasi’ pada diri siswa dan meningkatnya kepercayaan diri mereka (improve self confidence) sebagaimana yang diharapkan oleh National Tutoring Association. Tidak ada lagi siswa yang jenuh atau tidak bersemangat. Sebaliknya mereka antusias mengikuti tahap demi tahap pendekatan 3C’s bersama kelompok tutorial masing-masing.

Hal positif lainnya yang timbul adalah di satu sisi masing-masing tutee

(30)

dasar Peer Tutoring yang sebenarnya seperti yang dikemukakan oleh Suherman (2003) dalam Susanto (2013). Sebaliknya kelebihan yang dirasakan oleh tutor

tidak lagi membuat mereka menjadi angkuh dan enggan berbagi, tetapi sebaliknya mereka berempati dengan berkomunikasi mencari jawaban atas kesulitan belajar

tutee masing-masing. Rasa senasib sepenanggungan muncul seketika mereka duduk dalam satu kelompok tutorial. Ungkapan-ungkapan negatif yang sering muncul di kelas tidak terdengar lagi, seperti: “Kamu pelit!” “so itu kalo dikase tugas, dikerja … Jangan cuma menyalin!” Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa permasalahan komunikasi yang buntu antara siswa yang rajin dan yang malas sudah dapat diatasi. Hal ini menjadi bukti bahwa kelebihan peer tutoring berupa

Confidence Booster seperti yang dikatakan Smith (2014) benar adanya.

Lebih jauh dapat pula dikatakan bahwa dengan mengkombinasikan pendekatan 3C’s dengan Peer Tutoring, tahapan pertama dalam 3C’s yang semula

teacher center learning telah melebur dalam Peer Tutoring menjadi students center learning, karena tugas guru di sana digantikan oleh siswa (tutor).

2. Peningkatan keterampilan reading siswa.

Selanjutnya dari sisi meningkatkan keterampilan reading, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan 3C’s yang dikombinasikan dengan Peer Tutoring menunjukkan, bahwa guru dan siswa berkolaborasi dalam mensukseskan tujuan pembelajaran (meningkatkan keterampilan reading). Kegiatan diawali pembimbingan para tutor oleh guru, mereka dibimbing tidak hanya tentang

content tapi juga dibekali teknik-teknik dan strategi mengajarkannya pada saat tutorial berlangsung (seperti disarankan oleh Muntasir dalam Anggorowati, 2011: 105). Bahkan di sana terjadi kedekatan emosional antara guru dan siswa saat pembimbingan, karena pembimbingan berlangsung di luar jam pelajaran bahkan di rumah guru.

Setelah itu barulah kegiatan dilanjutkan di kelas, setiap tutor membimbing

tutee yang berada dalam kelompok tutorialnya masing-masing. Pada saat tutorial para tutor semakin ditantang untuk menguasai materi, karena harus menjelaskannya lagi kepada tutee, di sinilah seorang tutor belajar ganda atau seperti istilah Smith (2014) Two-Way Street, juga seperti pepatah tua mengatakan

(31)

more and more to get more.” Hal inilah yang menjadikan pembelajaran semakin dinamis, termasuk peningkatan keterampilan pada sisi tutor dan juga tutee. Karena semangat tutor ikut mempengaruhi semangat tutee dalam belajarnya.

Kelebihan Peer Tutoring yang terakhir,“Academic Achievement” juga bisa dibuktikan di sini. Hasil evaluasi siklus ketiga yang ditunjukkan pada tabel 15 membuktikan hal itu. Artinya terjadi pemerataan kemampuan setelah diterapkannya pendekatan 3C’s yang dikombinasikan dengan Peer Tutoring. Yakni di akhir siklus rata-rata nilai siswa mencapai 70,2. Jika dibandingkan dengan pencapaian rata-rata pada awal siklus pertama hanya 55,6, maka telah terjadi peningkatan 14,6. Begitu pula ketuntasan klasikal, di mana pada siklus pertama diperoleh ketuntasan klasikal hanya 33,3% kemudian di akhir siklus ketiga mencapai 65%, maka terjadi peningkatan 31,7%.

Hasil nyata di atas merupakan buah dari keterlaksanaan 6 (enam) tahap pembelajaran model Peer Tutoring yang dikemukakan Scruggs, et.al. (2010: 2).

Namun demikian ketuntasan klasikal yang ditargetkan 85% terpaksa tidak bisa dicapai. Hasil refleksi menunjukkan bahwa penerapan tutorial secara head to head

atau satu tutor membimbing seorang tutee baru berjalan satu kali tatap muka saja. Kemudian 3 orang tutor baru belum menguasai materi secara maksimal, sehingga masih butuh waktu lebih untuk dibimbing dan memiliki pengalaman membimbing berulang-ulang kali sampai terbiasa.

Muncul pertanyaan, jika demikian mengapa pada siklus 3 hanya dilakukan satu tindakan saja? Jawabannya adalah karena hari efektif tatap muka tidak memungkinkan untuk dilaksanakan dua kali tindakan, karena sudah masuk jadwal ujian semester.

(32)

Perincian prosentase peningkatan keterampilan reading 20 siswa secara individual dan klasikal dalam menjawab 12 jenis pertanyaan-pertanyaan reading comprehension dari teks spoof dan teks hortatory exposition dari siklus satu ke siklus berikutnya dapat dilihat pada lampiran 6b. Dimana perincian tersebut merupakan rekapitulasi persiklus dari prosentase keterjawaban soal secara individu (lihat contohnya pada lampiran 6a). Kemudian pada halaman berikut ditampilkan pula grafik peningkatan keterampilan reading siswa tersebut berdasarkan 12 jenis keterampilan yang diujikan.

Grafik 1. Peningkatan keterampilan reading siswa dari siklus 1 ke siklus 2 dan 3 berdasarkan 12 jenis keterampilan (soal) yang diujikan.

44 69

56

72 72

33 28

54

50 50

35 61

45

58 58

28 93

51 85

60

35 68

85 70

53 74

85

69 70 70

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Sumber : Diolah dari hasil analisis butir soal evaluasi pada akhir siklus 1, 2, dan 3.

Grafik 1 di atas sangat kontras memperlihatkan perbandingan hasil (peningkatan dan penurunan) keterampilan reading siswa dari satu siklus ke siklus berikutnya. Adapun beberapa bagian yang kosong menunjukkan bahwa pada siklus tersebut jenis soal itu tidak muncul karena mengikuti jenis teks, seperti ’menemukan tindakan tokoh’ hanya bisa diujikan pada siklus 1 saja sesuai teks

(33)

secara klasikal hanya 28%. Kemudian dua jenis soal lainnya yaitu, menentukan ’sinonim’ kata pada siklus 3 dan ’true/false’ pada siklus 2 merupakan kelalaian peneliti sendiri yang tidak mengujikannya.

Ada tiga hal penting lagi yang perlu dideskripsikan di sini: pertama, 2 (dua) jenis soal mengalami penurunan hasil secara klasikalnya, yaitu ’menentukan informasi umum,’ dan ’defenisi;’ kedua, 4 (empat) jenis soal fluktuatif (turun dari siklus 1 kemudian naik lagi ke siklus 3) yakni ’menentukan informasi rinci,’ ’... refers to ... (pronoun),’ dan ’menjelaskan saran’; ketiga 5 (lima) jenis soal meningkat dari siklus 1 ke siklus 2 dan 3, yakni ’sinonim,’ ’informasi tersirat,’ ’true/false,’ ’argumentasi,’ dan ’kesimpulan.’ Sedangkan 1 statis yakni ’tindakan tokoh,’ karena hanya muncul di siklus 1 saja. Deskripsi ini menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan keterampilan reading siswa pada akhir siklus.

Lebih jauh peneliti kemukakan pada tabel 18 berikut ini hasil analisis rasio (perbandingan) jumlah soal yang diujikan pada akhir siklus 1, 2, dan 3.

Tabel 18. Rasio (perbandingan) jumlah soal yang diujikan pada akhir siklus 1, 2, dan 3.

No. Jenis Soal 1Jumlah Soal/Siklus2 3 Total Ket. 1 Menentukan Informasi Umum:

Topik/Judul 1 2 1 4

2 Menentukan Informasi Rinci: Pelaku/Tokoh dalam Cerita; Waktu;

Tempat; jumlah; lainnya (statement) 5 13 5 23 3 Menemukan alasan atas pertanyaan

"Why" dan sejenisnya 2 2 1 5

4 Menemukan apa tindakan / perbuatan tokoh, jawaban atas pertanyaan "What (action)" dan "How (manner)"

3 - - 3

5 Menentukan pronoun:

… refers to … 2 3 1 6

6 Menentukan sinonim / antonym kata

tertentu 3 2 - 5

7 Menemukan Informasi Tersirat 1 2 2 5

8 Menentukan pertanyaan True/False 5 - 10 15

9 Menyebutkan Defenisi - 2 2 4

10 Menjelaskan Alasan/ Argumen 3 2 1 6

11 Menjelaskan Saran / Rekomendasi 1 1 1 3

12 Menulis Kesimpulan berbahasa Inggris - 1 1 2

Jumlah 25 30 25 80

(34)

porsi yang gemuk (banyak), sedangkan soal yang lain kekurusan (sedikit). Dari sisi jumlah soal pada setiap sikluspun tidak konsisten. Hal ini disebabkan karena dalam membuat soal guru lalai membuat kisi-kisi soal terlebih dahulu. Kelemahan ini menjadi PR besar guru pada saat hendak memberikan evaluasi berikutnya, supaya kualitas soal lebih valid dan reliable.

Jika diperhatikan kembali 12 (dua belas) jenis soal pada tabel 18 di atas jelas bahwa ada yang kurang jika diperhadapkan dengan 7 (tujuh) tahapan dalam memahami teks yang dikemukakan Dallmann, et.al. (1982: 161-163), yaitu

finding the main idea (menemukan ide pokok paragraph) tidak ada. Hal ini memang sejak awal sengaja belum menjadi bagian dari tujuan pembelajaran, karena tiga alasan pokok, yaitu pertama, teks spoof dan hortatory exposition bagi siswa kelas XI Ilmu Alam termasuk pada kategori difficulty of material

khususnya di twist dan argument; kedua, kemampuan siswa sendiri yang masih pada tataran emphasis on word recognition.dan ketiga adalah rate of reading

mereka juga tergolong rendah. Dimana tiga hal yang dikemukakan ini merupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi efektifitas pemahaman siswa terhadap suatu teks bacaan (Dallmann, et.al., 1982: 165-167). Tetapi 6 konsep penting yang perlu diperhatikan siswa bila ingin memahami wacana yang dikemukakan oleh Anderson dalam Nurhaeda (2010: 11) seluruhnya telah diramu menjadi soal dalam setiap evaluasi, utamanya “use the five WH plus one H question in all reading”

sesuai jenis teks spoof yang dipelajari di siklus pertama.

Masalah ide pokok paragraf itu sendiri akan menjadi fokus pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini peneliti berkesimpulan, bahwa motivasi belajar bahasa inggris siswa yang sudah baik, termasuk juga kondisi kelas yang jauh lebih kondusif dibandingkan sebelumnya, akan mendukung suksesnya pembelajaran tentang bagaimana menentukan ide pokok suatu paragraf nanti. Tentu tidak hanya itu, keterampilan lainnya juga akan bersama-sama menjadi fokus pembelajaran selanjutnya, seperti keterampilan menemukan makna tersirat, synonym, alasan

(why), topik utama, pronoun, dan pengembangan kosa kata (knowing the meaning of the words).

(35)

mereka tentu menjadi PR guru. Sehingga apakah berbentuk penelitian atau bukan, keterampilan yang sudah dicapai oleh siswa harus diupayakan meningkat seterusnya, apalagi hasil saat ini baru mencapai 65% ketuntasan klasikal, masih tersisa 20% lagi untuk mencapai 85% yang ditargetkan. Bahkan bila perlu lebih dari itu. Dengan harapan siswa akan lebih siap menghadapi Ujian Nasional pada waktunya nanti.

3. Perbandingan hasil test siswa di akhir siklus 1, 2, dan 3

Tabel 19 berikut menyajikan hasil tes di setiap akhir siklus 1, 2, dan 3 untuk melihat secara lebih dekat peningkatan keterampilan reading siswa dari waktu ke waktu.

Table 19. Perbandingan hasil tes di setiap akhir siklus.

NO. INISIAL NILAI PERSIKLUS

SISWA 1 2 3

1 AB 71 87 77

2 ATP 61 70

3 DPI 47 61 70

4 DFF 76 76 95

5 DPK 45 62 72

6 EB 64 79 85

7 ES 65 61 82

8 FY 35 42 61

9 HB 80 79 85

10 MA 44 25 77

11 MSD 85 82 85

12 NC 78 68 61

13 NPS 58 79 77

14 RO 42 31 51

15 RN 42 51

16 RM 45 54 61

17 SVK 71 76 82

18 WL 24 54 74

19 ZO 44 46 46

20 NT 47 44 41

TOTAL 1021 1209 1403

RATA-RATA 56.7 60.5 70.2

TERTINGGI 85.0 87.0 95.0

TERENDAH 24.0 25.0 41.0

KETUNTASAN KLASIKAL 33.3 35.0 65.0

(36)

Nilai rata-rata pada akhir siklus 1 menunjukkan betapa pada kegiatan siklus satu seluruh siswa masih mengalami kesulitan menjawab soal-soal reading comprehension termasuk tutor, sehingga hanya mampu mencapai rata-rata 56,7 saja. Kemudian ketuntasan klasikal baru pada 33,3%. Karena jelas mereka butuh pembiasaan terhadap pendekatan dan model pembelajaran yang baru bagi mereka. Akan tetapi pada siklus berikut setelah diberikan treatment tambahan dari sekian rekomendasi perbaikan-perbaikan, maka terjadi peningkatan keterampilan reading siswa yang cukup signifikan, khususnya dari siklus 2 ke siklus 3. Secara lebih detil berikut disajikan perkembangan atau peningkatan keterampilan siswa dari siklus 1, 2, dan 3 dalam bentuk grafik kemajuan berikut.

Grafik 2. Peningkatan hasil tes di setiap akhir siklus 1, 2, dan 3.

Nilai Rata-rata Tertinggi Terendah Ketuntasan Klasikal

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Hasil di atas memperkuat hasil-hasil penelitian sebelumnya, bahwa (khususnya) model Peer Tutoring efektif diterapkan pada pembelajaran reading. Kemudian ini adalah hasil pertama pengkombinasiannya dengan pendekatan 3C’s

(pendekatan pembelajaran vocabulary). Sekaligus mengisyaratkan bahwa pembelajaran reading harus disinergikan dengan pembelajaran vocabulary, khususnya bagi siswa pada level beginner (pemula).

4. Kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaan penelitian

Gambar

Tabel  1  menunjukkan  bahwa  guru  sudah  melakukan  dengan  baik
Tabel  2  menggambarkan  bahwa  kriteria  interest siswa  mengalami
Tabel 4 mendeskripsikan bahwa hanya 6 dari 18 siswa yang mengikuti
Tabel 5. Kelebihan pada siklus satu dan analisis penyebabnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti tidak ada pengaruh antara kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik yang diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran generatif

Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan kuantitas yang tepat dari bahan- bahan atau

Selain mempersiapkan usaha dan memperkirakan tingkat keberhasilan, wirausaha harus siap untuk menghadapi resiko kegagalan dalam menjalankan usahanya serta bagaimana

Untuk menjamin pelaksanaan pemba­ yaran ganti kerugian negara/daerah ter­ sebut BPK melakukan pemantauan antara lain penyelesaian ganti kerugian negara/ daerah yang ditetapkan

Indeks pembangunan manusia merupakan indeks dasar yang tersusun dari dimensi-dimensi: (1) Umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan indikator angka harapan hidup,

[r]

Untuk lebih memberikan hasil dan daya guna yang optimal, efektif dan efesien sesuai dengan target, sasaran dan tujuan program bantuan, akan dilakukan pengawasan

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui jenis-jenis kesalahan dan mencari penyebab terjadinya kesalahan mahasiswa dalam penggunaan hojo dooshi ~te iku dan ~te kuru penulis akan