• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Prima

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelayanan Prima"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG

Di Indonesia, rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan Di Indonesia, rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan yang secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa kesehatan yang secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa  pelayanan

 pelayanan kesehatan kesehatan yang yang mencakup mencakup pelayanan pelayanan medic, medic, pelayanan pelayanan penunjang penunjang medic,medic, rehabilitasi medic dan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui rehabilitasi medic dan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap. (Herlambang, 2012)

unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap. (Herlambang, 2012)

Perkembangan rumah sakit yang terjadi ini memberikan pelayanan tidak hanya Perkembangan rumah sakit yang terjadi ini memberikan pelayanan tidak hanya  berfokus

 berfokus pada pada individu individu pasien, pasien, namun namun juga juga berkembang berkembang untuk untuk keluarga keluarga pasien pasien dandan masyarakat umum. Atas dasar sikap tersebut maka rumah sakit dituntut untuk masyarakat umum. Atas dasar sikap tersebut maka rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang paripurna dan prima terhadap pelanggan. (Herlambang, memberikan pelayanan yang paripurna dan prima terhadap pelanggan. (Herlambang, 2012)

2012)

Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional yang Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional yang memiliki mutu, kualitas, bersifat efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada memiliki mutu, kualitas, bersifat efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan atau kebutuhan dan keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan atau  pasien.(Jamaludin,2011)

 pasien.(Jamaludin,2011)

Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan  pelanggan

 pelanggan atau atau masyarakat, masyarakat, maka maka diperlukan diperlukan persyaratan persyaratan agar agar dapat dapat dirasakan dirasakan oleholeh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi.(Jamaludin, 2011)

setiap transaksi.(Jamaludin, 2011)

Pelayanan prima pada dasarnya ditunjukan untuk memberikan kepuasan Pelayanan prima pada dasarnya ditunjukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien. Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas dan kepada pasien. Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas dan memiliki lima dimensi mutu yang utama yaitu : tangibles, reliability, responsiveness, memiliki lima dimensi mutu yang utama yaitu : tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy.(Bustami, 2011)

assurance, dan empathy.(Bustami, 2011)

B.

B. TUJUANTUJUAN 1.

1. Mengetahui tentang pengertian pelayanan primaMengetahui tentang pengertian pelayanan prima 2.

2. Mengetahui tentang faktor-faktor pelayanan primaMengetahui tentang faktor-faktor pelayanan prima 3.

▸ Baca selengkapnya: contoh action dalam pelayanan prima

(2)

4.

4. Mengetahui tentang prinsip manajemen mutu terpaduMengetahui tentang prinsip manajemen mutu terpadu 5.

5. Mengetahui tentang strategi peningkatan mutuMengetahui tentang strategi peningkatan mutu 6.

6. Mengetahui tentang indikator penilaian mutuMengetahui tentang indikator penilaian mutu 7.

(3)

BAB II ISI

A. PENGERTIAN PELAYANAN PRIMA

Pelayanan prima merupakan suatu bentuk pelayanan yang tak terlepas dari  bagaimana suatu organisasi meningkatkan dan menjaga mutu dalam melayani  pelanggan/customer.

Pelayanan prima merupakan hasil dari membuat peningkatan pelayanan yang terus-menerus menjadi sukses.

Beberapa definisi mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut.

1. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standard dan kode etik profesi (Azrul Aswar, 1996).

2. Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainnya yang datang untuk mendapatkan pelayanan dokter; karyawan (Mary R. Zimmerman).

Pengertian mutu pelayanan kesehatan secara umum adalah derajat kesempurnaan  pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisiensi, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan  pemerintah, serta masyarakat konsumen. Selain itu, mutu pelayanan kesehatan diartikan  berbeda sebagai berikut.

1. Menurut pasien/masyarakat adalah empati, menghargai, tanggap sesuai dengan kebutuhan dan ramah.

2. Menurut petugas kesehatan adalah bebas melakukan segala sesuatu secara  professional sesuai dengan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan peralatan yang

memenuhi standar.

3. Menurut manajer/administrator adalah mendorong manajer untuk mengatur staf dan pasien/masyarakat dengan baik.

(4)

4. Menurut yayasan/pemilik adalah menuntut pemilik agar memiliki tenaga  professional yang bermutu dan cukup.

Hakekat dasar dari pelayaan kesehatan adalah memenuhi kebutuhan dan tuntutan  para pemakai jasa pelayanan kesehatan yang apabila berhasil dipenuhi akan

menimbulkan rasa puas (client satisfaction) terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

Pelayanan kesehatan prima adalah pelayanan kesehatan meliputi pelayanan keperawatan profesional yang memiliki mutu, kualitas, bersifat efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang diharapkan  pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang

memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi.

B. FAKTOR-FAKTOR PELAYANAN PRIMA

Pengembangan budaya pelayanan keperawatan prima dalam Gultom (2006), mengembangkan pelayanan keperawatan prima dengan menyelaraskan faktor-faktor yaitu :

1. Kemampuan ( Ability)

Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan yang mutlak diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang meliputi kemampuan dalam bidang keperawatan yang ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi, membina hubungan dengan tenaga kesehatan lain.

Perawat harus mempunyai pengetahuan dan wawasan luas, terlebih lagi pada saat ini ketika perawat dituntut untuk menjadi seorang profesional. Pengetahuan dan wawasan yang dimaksud bukan hanya sebatas bidang keperawatan, tapi menyeluruh. Pengetahuan yang luas dari perawat sangat berguna untuk memberikan pelayanan keperawatan yang profesional. Menurut Utama (1999), keterampilan merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar.

Seorang perawat dikatakan terampil apabila telah dapat memberikan  pelayanan keperawatan dengan baik dan benar. Baik dan benarnya perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan mengacu pada dasar pendidikannya dan standar keperawatan, akan tetapi keterampilan seorang perawat bukan hanya tergantung dari

(5)

tingginya pendidikan yang diterimanya namun pengalaman dalam melakukan  pelayanan keperawatan juga sangat berpengaruh (Zulkifli, 1999).

2. Sikap ( Attitude)

Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan perawat ketika menghadapi  pasien. Memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata

yang lembut,sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping pasien dan  bersikap sebagai media pemberi asuhan. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan dan niat baik. Adapun sikap-sikap dalam pelayanan prima adalah semangat, memakai cara yang baik, pro-aktif, positif, penuh kesabaran, tidak mengada-ada, dan tepat waktu.

Memberikan pelayanan kesehatan, sikap tersebut harus dimiliki oleh seorang  perawat karena sikap perawat juga sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Sikap perawat yang baik dan ramah dapat menimbulkan rasa simpati pasien terhadap  perawat.

3. Penampilan ( Appearance)

Penampilan perawat adalah penampilan baik berupa fisik maupun nonfisik yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain. Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komuniksi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit  pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya (Lalli

Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993)

Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadiaan, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan  penampilan dirinya dapat menimbulkan cita diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat dapat mempengaruhi persepsi pasien terhadap pelayanan atau asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap pasien mempunyai citra  bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap pasien jika perawat tidak memenuhi citra  pasien.

4. Perhatian ( Attention)

Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pasien, baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pasien maupun pemahaman atas saran dan kritik. Perhatian yang diberikan perawat, terutama ketika pasien sendiri dan

(6)

merasa menjadi beban bagi orang lain, adalah sangat berguna untuk mempercepat  proses penyembuhan.

Penyakit yang diderita oleh pasien terjadi bukan hanya kelemahan fisiknya, tetapi dapat juga terjadi karena adanya gangguan pada kejiwaannya. Sikap yang baik terutama perhatian yang diberikan oleh perawat kepada pasien, diyakini dapat mempercepat proses penyembuhan kejiwaannya sehingga dengan sembuhnya kejiwaan maka dapat mempengaruhi kesembuhan fisiknya.

5. Tindakan ( Action)

Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan layanan kepada pasien. Layanan ini sebaiknya berlandaskan ilmu  pengetahuan, prinsip dari teori keperawatan serta penampilan dan sikap serta sesuai

dengan kompetensi dan kewenangan yang diemban kepada perawat tersebut. Apabila  perawat terampil dalam memberikan tindakan keperawatan, maka secara otomatis  pasien juga akan merasakan kepuasan dari tindakan yang diberikan perawat tersebut. Hal ini teradi karena perawat yang terampil dapat menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pasien saat melakukan suatu tindakan.

Tindakan perawat yang sesuai dengan standar keperawatan dapat menjamin  bahwa asuhan keperawatan yang diberikan juga berkualitas. Tindakan yang baik

dalam memberikan pelayanan menurut De Vriye, et al. adalah :

a. Self Esteem  : Penghargaan terhadap diri sendiri, dengan pandai menghargai dirinya sendiri, seorang karyawan akan berpikiran dan bertindak positif terhadap orang lain, sehingga pandai menghargai pelanggan dengan baik. Dengan demikian  pelayanan bukan menundukkan diri.

 b.  Exceed Expectations  (melampaui harapan) : Memberikan pelayanan dengan melebihi apa yang diharapkan pelanggan (mematuhi dan melebihi standar) secara konsisten.

c.  Ricovery (pembenahan) : Adanya keluhan pelanggan jangan dianggap sebagai suatu beban masalah namun suatu peluang untuk memperbaiki atau meningkatkan diri. Apa masalahnya, dengarkan pelanggan, kumpulkan data, bagaimana  pemenuhan standarnya.

d. Vision (visi) : Pelayanan yang prima berkaitan erat dengan visi organisasi. Dengan  budaya kerja atau budaya organisasi (Corporate Culture) atau Budaya mutu (Quality Culture) dalam pelayanan prima, visi, impian akan dapat diwujudkan sepenuhnya seperti yang diharapkan.

(7)

e.  Improve (Perbaikan atau peningkatan) : Peningkatan mutu pelayanan secara terus menerus (Continous Improvement) dalam memberikan kepuasan kepada  pelanggan agar tidak ditinggalkan karena para pesaing ingin berusaha meningkatkan diri untuk menarik hati pelanggan. Meningkatkan diri dapat dengan  pendidikan dan latihan sebagai modal, membuat standar pelayanan lebih tinggi, menyesuaikan tuntutan lingkungan dan pelanggan, dan merencanakan pelayanan yang baik bersama karyawan sejak awal.

f. Care (perhatian) : Perhatian atau perlakuan terhadap pelanggan dengan baik dan tulus. Memenuhi kebutuhannya, memperlakukannya dengan baik, menjaga dan memenuhi standar mutu sesuai dengan standar ukuran yang diharapkan.

g.  Empower  (Pemberdayaan) : Memberdayakan agar karyawan mampu bertanggung  jawab dan tanggap terhadap persoalan dan tugasnya dalam upaya peningkatan  pelayanan yang bermutu.

6. Tanggung jawab ( Accountability)

Tanggung jawab adalah suatu sikap keberpihakan kepada pasien sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pasien. Perawat merupakan salah satu profesi yang berhubungan dan  berinteraksi langsung dengan pasien, baik itu klien sebagai individu, keluarga maupun masyarakat, oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatannya perawat dituntut untuk memahami dan berprilaku sesuai dengan etika keperawatan.

Agar seorang perawat dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat maka  perawat harus memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktik keperawatan itu

sendiri yaitu : perawat membantu pasien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum,  perawat membantu meningkatkan autonomi pasien mengekspresikan kebutuhannya,  perawat mendukung martabat kemanusiaan dan berperilaku sebagai advokat bagi  pasien, perawat menjaga kerahasiaan pasien, beriorentasi pada akuntabilitas perawat,

dan perawat bekerja dalam lingkungan yang kompeten, etik, dan aman (CAN,2001). Prinsip pelayanan prima dibidang kesehatan:

1. Mengutamakan pelanggan 2. Sistem yang efektif

3. Melayani dengan hati nurani

(8)

C. PELAYANAN PRIMA BIDANG KESEHATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANGAN

Berdasarkan instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia  No.828/MENKES/VII/1999 tentang Pelaksanaan Pelayanan Prima Bidang Kesehatan, dijelaskan bahwa berdasarkan aspek  –   aspek kesederhanaan, kejelasan, kepribadian, keamanan, efisiensi, ekonomis, keadilan, ketepatan waktu, kebersihan, kinerja dan juga sikap perilaku, maka pelaksanaan pelayanan prima bidang kesehatan perlu memperhatikan hal –  hal sebagai berikut :

1. Mengupayakan paparan yang jelas melalui papan informasi atau petunjuk yang mudah dipahami dan diperoleh pada setiap tempat / lokasi pelayanan sesuai dengan kepentingannya menyangkut prosedur / tata cara pelayanan, pendaftaran,  pengambilan sample atau hasil pemeriksaan, biaya / tarif pelayanan serta jadwal /

waktu pelayanan.

2. Setiap aturan tentang prosedur / tata cara / petunjuk seperti yang tersebut diatas harus dilaksanakan secara tepat, konsisten, konsekuen sesuai dengan peraturan  perundang –  undangan yang berlaku.

3. Hak dan kewajiban pemberi atau penerima pelayanan diatur secara jelas setiap  persyaratan yang diwajibkan dalam rangka menerima pelayanan harus mudah diperoleh dan berkaitan langsung dengan kepentingan pelayanan serta tidak menambah beban masyarakat penerima pelayanan.

4. Tersedia loket informasi dan kotak saran bagi penerima pelayanan yang mudah dilihat / dijumpai pada setiap tempat pelayanan. Saran yang masuk harus selalu dipantau dan dievaluasi, bila perlu diberi tanggapan atau tindak lanjut dalam rangka upaya perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan.

5. Penanganan proses pelayanan sedapat mungkin dilakukan oleh petugas yang  berwenang atau kompeten, mampu terampil dan professional sesuai spesifikasi

tugasnya. Setiap pelaksanaan pemberian pelayanan dan hasilnya harus dapat menjamin perlindungan hukum dan dapat dijadikan alat bukti yang sah.

6. Selalu diupayakan untuk menciptakan pola pelayanan yang tepat sesuai dengan sifat dan jenis pelayanan yang bersangkutan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaannya.

7. Biaya atau tarif pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhitungkan kemampuan masyarakat. Hendaknya diupayakan untuk mengatur mekanisme

(9)

 pungutan biaya yang memudahkan pembayarannya dan tidak menimbulkan biaya tinggi. Pengendalian dan pengawasan pelaksanaannya harus dilaksanakan dengan cermat, sehingga tidak terdapat titipan pungutan oleh instansi lain.

8. Pemberian pelayanan dilakukan secara tertib, teratur dan adil, tidak membedakan status sosial masyarakat. Cakupan / jangkauan pelayanan diupayakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata.

9. Kebersihan dan sanitasi lingkungan tempat dan fasilitas pelayanan harus selalu dijamin melalui pelaksanaan pembersihan secara rutin dan penyediaan fasilitas  pembuangan sampah / kotoran secukupnya sesuai dengan kepentingannya.

10. Selalu diupayakan agar petugas memberikan pelayanan dengan sikap ramah dan sopan serta berupaya meningkatkan kinerja pelayanan secara optimal dengan kemampuan pelayanan yang tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup.

D. PRINSIP MANAJEMEN MUTU TERPADU

Manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management   (TQM) adalah suatu  pendekatan manajemen yang merupakan suatu sistem yang terstruktur untuk menciptakan partisipasi menyeluruh (total participation) diseluruh jajaran organisasi dalam merencanakan dan menetapkan proses peningkatan yang berkesinambungan untuk memenuhi harapan pelanggan.

Manajemen mutu terpadu berfokus pada peningkatan proses dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Setiap orang terlibat dalam menentukan, memahami, dan meningkatkan secara terus-menerus proses yang di bawah kendali dan tanggung jawabnya.

2. Setiap orang memiliki komitmen untuk memuaskan pelanggan.

3. Peningkatan mutu dengan menggunakan pendekatan ilmiah dengan data yang valid, statistik, dan melibatkan semua orang.

4. Adanya pemahaman atas sifat-sifat variasi.

5. Kerja sama tim dalam berbagai bentuk, baik part time atau full time.

6. Ada komitmen untuk mengembangkan karyawan melalui pelibatan dalam  pengambilan keputusan.

7. Mendorong dan mewujudkan partisipasi setiap orang.

(10)

E. STRATEGI PENINGKATAN MUTU PELAYANAN

Peningkatan mutu pelayanan adalah proses menggerakkan organisasi mencapai  pelayanan yang bermutu untuk mencapai pelayanan prima. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai pelayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan yaitu sebagai berikut :

1. Pelanggan dan harapannya

Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi  pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus

diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan. 2. Perbaikan kinerja

Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan pemberian reward .

3. Proses perbaikan

Melibatkan staff dalam proses pelayanan, maka dapat diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan.

4. Budaya yang mendukung perbaikan terus-menerus

Mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu. Untuk melakukannya, harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu pelayanan terus-menerus.

Sistem dan Mekanisme Peningkatan Mutu pelayanan Terus-menerus

Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan yang terus-menerus, pilar utamanya terdiri atas hal-hal berikut :

1. Visi manajemen dan komitmen

 Nilai organisasi dan komitmen dari semua level sangat diperlukan. 2. Tanggung jawab

Agar setiap orang bertanggung jawab, maka perlu standar yang kuat. 3. Pengukuran umpan balik

Perlu dibuat sistem evaluasi sehingga dapat mengukur apakah kita mempunyai informasi yang cukup.

(11)

4. Pemecahan masalah dan proses perbaikan

Ketepatan waktu, pengorganisasian sistem yang efektif untuk menyelesaikan keluhan, dan masalah sistem memerlukan proses perbaikan dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan.

5. Komunikasi

Perlu ada mekanisme komunikasi yang jelas, jika tidak ada informasi maka petugas atau staf merasa diabaikan dan tidak dihargai.

6. Pengembangan staf dan pelatihan

Pengembangan staf dan pelatihan berhubungan dengan pengembangan sumber daya yang dapat mempengaruhi kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan. 7. Keterlibatan tim kesehatan

Perlu keterlibatan tim kesehatan agar mereka terlibat dan berperan serta dalam strategi organisasi.

8. Penghargaan dan pengakuan

Sebagai bagian dari strategi, perlu memberikan penghargaan dan pengakuan kepada visi pelayanan dan nilai sehingga individu maupun tim mendapat insentif untuk melakukan pekerjaan dengan baik.

9. Keterlibatan dan pemberdayaan staf

Staf yang terlibat adalah staf yang mempunyai keterikatan dan tanggung jawab. 10. Mengingatkan kembali dan pemberdayaan

Petugas harus diingatkan tentang prioritas pelayanan yang harus diberikan.

Mekanisme peningkatan mutu pelayanan menurut Trilogi Juran adalah sebagai berikut :

1. Quality Planning

a) Menentukan pelanggan;

 b) Menentukan kebutuhan pelanggan;

c) Mengembangkan gambaran produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan;

d) Mengembangkan proses yang mampu menghasilkan produk sesuai dengan gambaran produk;

e) Mentransfer rencana menjadi kebutuhan pelaksanaan. 2. Quality Control

a) Mengevaluasi kinerja produk saat ini;

(12)

c) Melaksanakan/memperbaiki perbedaan. 3. Quality Improvement

a) Mengembangkan infrastruktur;  b) Mengidentifikasi peningkatan mutu;

c) Membentuk tim mutu;

d) Menyiapkan tim dengan sumber daya dan pelatihan serta motivasi untuk mendiagnosis penyebab, menstimulasi perbaikan, dan mengembangkan  pengawasan untuk mempertahankan peningkatan.

Ukuran Mutu Pelayanan Kesehatan

Pemberi pelayanan adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang pelayanan, sedangkan penerima pelayanan adalah orang atau  badan hukum yang menerima pelayanan dari instansi pemerintah. Karakteristik pelayanan

umum menurut SK Menpan No 81/1993 mengandung unsur kesederhanaan, efisiensi, ekonomis, keadilan, serta ketepatan waktu.

Pelayanan kesehatan dibagi menjadi tiga elemen dasar mutu yaitu:

1) Layanan teknik (technical care) yaitu penerapan ilmu dan teknis bagi kedokteran atau ilmu kesehatan lainnya ke dalam penanganan masalah kesehatan

2) Layanan interpersonal (interpersonal care) yaitu manajemen interaksi sosial dan  psikososial antara pasien dan praktisi kesehatan lainnya, misalnya dokter dan  perawat

3) Kenyamanan (amenities) yaitu menggambarkan berbagai kondisi seperti ruang tunggu yang menyenangkan, ruang periksa yang nyaman, dan lain-lain.

Sampai saat ini, telah ditawarkan berbagai ukuran mutu pelayanan dengan penilaian yang saling berbeda, serta pengukuran yang beraneka ragam. Menurut Lembaga Administrasi Negara terdapat beberapa kesamaan ukuran mutu pelayanan yang sering dijumpai diberbagai kajian, yaitu :

1) Proses pelayanan dilaksanakan sesuai prosedur,

2) Petugas pelayanan memiliki kompetensi yang diperlukan, 3) Tidak bertentangan dengan kode etik,

4) Pelaksanaan pelayanan dapat memuaskan pelanggan dan petugas pelayanan, 5) Pelayanan mendatangkan keuntungan bagi lembaga penyedia la yanan.

(13)

F. INDIKATOR PENILAIAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Pendekatan dalam pelaksanaan evaluasi menggunakan pendekatan yang lazim dipakai pendekatan struktur/input, proses dan hasil (output)

1. Pendekatan struktur/input adalah berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari manajemen termasuk komitmen, dan stakeholder lainnya, prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan.

2. Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara begaimana pelayanan dilaksanakan.

3. Hasil (output) adalah hasil pelaksanaan kegiatan. Output adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek, misalnya akhir dari kegiatan pemasangan infuse, sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah kegiatan jangka pendek misalnya phlebitis setelah 3x24 jam pemasangan infuse.

4. Indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan.

Mutu pelayanan kesehatan dapat dikaji antara lain berdasarkan tingkat pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan tingkat efisiensi institusi sarana kesehatan. Berikut indikator yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian mutu  pelayanan kesehatan.

a. Indikator yang mengacu pada aspek medis 1) Angka infeksi nosokomial (1-2%) 2) Angka kematian kasar (3-4%)

3) Post Operative Death Rate/PODR (1%) 4) Post Operative Infection Rate/POIR (1%) 5) Kematian bayi baru lahir (2%)

6) Kematian ibu melahirkan (1-2%) 7) Kematian pascabedah (1-2%)

 b. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit 1) Unit cost rawat jalan

2) Jumlah penderita yang mengalami dekubitus 3) Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur 4) BOR 70-85%

5) Turn Over Interval (TOI) 1-3 hari TT yang kosong

6) Bed Turn Over (BTO) 5-45 hari atau 40-50 kali/1 TT/tahun 7) Averange Length of Stay (ALOS) 7-10 hari

(14)

c. Indikator mutu mengacu pada keselamatan pasien 1) Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi 2) Pasien diberikan obat yang salah

3) Tidak ada obat/alat darurat 4) Tidak ada oksigen

5) Tidak ada alat pemadam kebakaran

6) Pemakaian air, listrik, gas, obat terbatas dan sebagainya d. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien

1) Jumlah keluhan pasien/keluarga 2) Surat pembaca

3) Jumlah surat kaleng

4) Surat yang masuk di kotak saran

Dimensi Mutu yang Digunakan untuk Mengevaluasi Mutu Pelayanan

Mutu suatu organisasi pemberi pelayanan sangat sulit diukur dan lebih bersifat subjektif sehingga aspek mutu menggunakan beberapa dimensi/karakteristik sebagai berikut :

1. Communication, yaitu komunikasi atau hubungan antara penerima dengan pemberi  jasa

2. Credibility, kepercayaan pihak penerima jasa terhadap pemberi jasa 3. Security, yaitu keamanan terhadap jasa yang ditawarkan

4.  Knowing the customer , yaitu pengertian dari pihak pemberi jasa pada penerima jasa atau pemahaman pemberi jasa terhadap kebutuhan dengan harapan pemakai jasa

5. Tangible, yaitu bahwa dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan harus diukur atau dibuat standarnya

6.  Reliability, yaitu konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa

7.  Responsiveness, yaitu tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan  penerima jasa

8. Competence, yaitu kemampuan atau keterampilan pemberi jasa yang dibutuhkan setiap orang dalam perusahaan untuk memberikan jasanya kepeda penerimaan jasa 9.  Access, yaitu kemudahan pemberi jasa untuk dihubungi olrh pihak pelanggan

(15)

G. PENJAMINAN MUTU

Penjamin mutu merupakan proses yang berulang dalam menyelesaikan masalah  berdasarkan kemampuan dengan langkah-langkah : identifikasi masalah berdasarkan analisis situasi yang dilakukan, baik data primer (survey) maupun data sekunder;  pengukuran hasil pelayanan kesehatan yang dicapai; membandingkan dengan standar

yang berlaku, mengidentifikasi maslaah yang terjadi; mengkaji penyebab potensial secara sistematik dan logis; serta melakukan tindakan perbaikan yang dapat dilakukan. Langkah-langkah dalam pengembangan penjaminan mutu sebagai berikut :

1. Membangun kesepakatan (Concensus Building )

Pemberian wawasan dengan mengadakan seminar semacam “quality assurance awareness” kepada pimpinan/manajer program agar mereka mempunyai pengertian yang sama tentang konsep penjaminan mutu dan mereka bersepakat dalam untuk mau melaksanakan penjaminan mutu dengan baik.

2. Membangun kapasitas (Capacity Building )

Mengupayakan para manajer dan pelaksanan program mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk melaksanakan standar (prosedur tetap) yang sudah ditetapkan.

3. Pelembagaan ( Institutionalization)

Pelayanan bermutu yang diterapkan dalam suatu kelembagaan tidak mudah karena harus mempunyai komitmen yang tinggi dari pimpinan hingga bawahan. Untuk itu  perlu adanya upaya pendekatan sehingga pada akhirnya pelayanan yang bermutu

dapat diterima menjadi praktik dan sikap sehari-hari dari para manajer dan pelaksana  program.

H. PRINSIP KUNCI TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Ashley Kable dalam  Introduction to Quality Improvement , The University of  New Castle, NSW, Australia (1998) mengemukakan bahwa terdapat 5 prinsip kunci

tentang pelayanan kesehatan yaitu :

1. Berfikir secara sistem ( sistem thinking ), yaitu bagaimana semua unsure dalam organisasi mempunyai persepsi bahwa lingkungan kerja merupakan suatu sistem-kumpulan dari proses yang saling terkait satu sama lain, tidak terkotak-kotak, dan saling bekerja sama.

(16)

2. Pendekatan saintifik ( scientific approach), maksudnya adalah bahwa semua keputusan yang dibuat harus berdasarkan pada informasi yaitu data yang sudah diolah.

3. Kerja sama tim (team work ), misalnya dalam meningkatkan proses melalui dialog, meningkatkan saling pengertian dan pengetahuan antar anggota tim.

4. Kepemimpinan (leadership), diperlukan untuk memberikan arahan yang tepat untuk meningkatkan proses yang ada.

5. Peningkatan mutu berkelanjutan (continuity improvement of quality), perlu ada metode dan teknik improvisasi agar mutu pelayanan kesehatan secara terus-menerus dapat ditingkatkan.

(17)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi.

B. SARAN

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan secara langsung kepada  pasien dan keluarga sudah sebaiknya memberikan pelayanan prima sehingga kepuasan  pasien atas pelayanan di rumah sakit tersebut terpenuhi sesuai dengan harapan mereka. Pelayanan prima sebaiknya sejalan dengan peningkatan mutu suatu rumah sakit. Semakin baik mutu rumah sakit, semakin baik pula pelayanan maka akan meningkatkan tingkat kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap rumah sakit tersebut.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Bustami. 2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya. Jakarta : Erlangga

Herlambang, Susatyo dan Arita Murwani. 2012. Cara Mudah Memahami Manajemen  Kesehatan dan Rumah Sakit . Yogyakarta : Gosyen Publising

Satrianegara, M. Fais dan Siti Saleha. 2012. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen  Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Jamaudin, Ahmad. 2011.  Pelayaan Prima dalam Sistem Organisasi Rumah Sakit

(Melayani dengan Hati),

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:iXMn5hrsyokJ:programbrsjhk 

(19)

MAKALAH

PELAYANAN PRIMA RUMAH SAKIT

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Keperawatan Dosen Koordinator : Agus Santoso, S.Kp, M.Kep

Oleh

Etika Prisma Karunianingrum 22020110120070

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2013

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini artinya, ada pengaruh pemberian aromaterapi inhalasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Wangaya

Kelayakan teknologi berhubungan dengan ketersediaan software dan hardware yang digunakan, adanya hardware dan penerapan aplikasi multimedia pada teknologi, adanya software

Simpulan dalam penelitian ini adalah dari 53 sampel daging olahan yang beredar di supermarket Tanjungkarang dan diperiksa dengan uji kualitatif didapatkan 50 sampel

Tabel 2 memperlihatkan sifat mekanik sampel hasil homogenisasi dan sampel hasil canai, dengan nilai tegangan maksi- mum ( ultimate tensile trength /UTS) dan tegangan perolehan

DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengikuti prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan.. Unit ini berlaku untuk

Realitas diatas tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, indikasi yang menunjukkan belum efektifnya proses penyusunan anggaran

Yang menceritakan tengtang persahabatan antara insan – insan manusia dengan ikatan iman, dan dengan seseorang yang tanpa keyakinan (iman) akan keberadaan

Komunikasi interpersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dan individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri