• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelayanan Kesehatan Di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pelayanan Kesehatan Di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Hidup sehat

berarti tercapainya suatu keadaan yang sempurna baik secara lahiriah maupun

batiniah untuk dinikmati. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang

dianggap mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan

pelayanan kesehatan. Pelayanan bidang kesehatan merupakan bentuk konkret

pelayanan publik, dan mutlak dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah. Dalam

UUD 1945 pasal 34 ayat 2 memberi amanat “Agar manusia mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang

lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Hal ini juga sesuai dengan peraturan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang

diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya; tersedia

dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah

dijangkau, dan bermutu. Dengan ini semua akan memberikan kepuasan yang

berefek terhadap keinginan pasien untuk kembali kepada institusi yang

memberikan pelayanan kesehatan yang efektif tersebut.

Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan yang berkualitas ini

harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah

(2)

maupun swasta. Dengan pelayanan kesehatan yang bermutu ini diharapkan

mesyarakat akan lebih berminat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan

mulai dari tingkat puskesmas, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain.

Namun akibat krisis ekonomi berkepanjangan yang mengakibatkan rendahnya

penghasilan masyarakat membawa dampak tidak terjangkaunya biaya pelayanan

kesehatan, hal ini menambah buruk status kesehatan masyarakat Indonesia.

Selama ini pemerintah telah membangun Puskesmas dan jaringannya di

seluruh Indonesia. Puskesmas telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1968,

rata-rata setiap Kecamatan mempunyai dua Puskesmas, setiap tiga desa

mempunyai satu Puskesmas pembantu. Puskesmas pun telah menyiapkan

berbagai upaya kesehatan yang harus dilaksanakan sebagai

pertanggungjawabannya ke Dinas Kesehatan. Puskesmas berada dibawah

pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan wilayah pembinaannya

satu kecamatan. Jika kemudian dalam satu kecamatan itu ditemukan dua

puskesmas, maka wilayahnya dibawa berdasarkan daerah terdekatnya

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, mereka harus memberikan

pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui

upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM).

Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan.

Untuk memberikan pelayanan yang baik tentunya selalu diusahakan adanya

peningkatan kualitas pelayanan guna mencapai derajat kesehatan yang optimal

bagi seluruh masyarakat. Keberadaan Puskesmas sangat bermanfaat bagi keluarga

tidak mampu. Dengan adanya puskesmas, setidaknya dapat menjawab kebutuhan

(3)

pelayanan masyarakat yang memadai yakni pelayanan kesehatan yang mudah

dijangkau. Puskesmas berfungsi sebagai :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Secara umum, pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif

(peningkatan kesehatan) dan rehabilitasi (pemulihan kesehatan). Untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui upaya kesehatan

seperti yang dicanangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) perlu

adanya pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas oleh penyelenggara

kesehatan, oleh sebab itu dituntut kinerja yang tinggi dari penyelenggara

kesehatan itu sendiri. Puskesmas Tuntungan selalu berusaha untuk melayani

dengan baik dalam segala kebutuhan perawatan meliputi pelayanan kuratif

(pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan)

dan rehabilitasi (pemulihan kesehatan) dengan harapan pasien yang memperoleh

pelayanan kesehatan merasa terpuaskan.

Jika dilihat dari jumlah sarana kesehatan di Kota Medan, yang terdiri dari

39 unit Puskesmas, 37 unit Puskesmas Pembantu, 27 unit Puskesmas Keliling dan

1900 unit Posyandu memang cukup membaggakan. Setidaknya Pemerintah Kota

Medan telah menempatkan Puskesmas di tiap-tiap kecamatan. Itu berarti warga

Kota Medan yang berobat dapat datang ke Pusekesmas terdekat. Selain

Puskesmas juga ditambah unit Puskesmas Pembantu dan Unit Puskesmas Keliling

(4)

sebagai alternatif bila warga Kota Medan berada jauh dari Puskesmas. Mereka

bisa mendatangi unit Puskesmas Pembantu dana unit Puskesmas Keliling.

Pada prakteknya pelayanan kesehatan puskesmas kepada masyarakat

ditemui keluhan dari masyarakat seperti yang penulis temui dari portal berita

Tribun Medan sebagai berikut :

“Warganet heboh. Gara-garanya, dokter pada Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Berastagi, Kabupaten Karo, dianggap cuek alias tidak acuh terhadap pasien kritis. Saat pasien tiba, respon dokter tidak memadai, ia malah asyik memainkan telepon seluler.

Informasi ini diunggah pemilik akun Facebook Martalena Girsang pada Rabu (5/7/2017) puklul 13.11 WIB.

Berdasarkan penelurusan Tribun-Medan.com, Martalena Girsang seorang perempuan asal Berastagi, Kabupaten Karo, Sumut. Ia lulusan SMA Negeri Berastagi tahun 1987 dan alumnus Sekolah Tinggi Hukum Bandung tahun 1991. Ia kini berdomisili di Jakarta.

Status Martalena menjadi heboh alias viral di media sosial.

Berselang 19 jam setelah Martalena mengunggah statusnya, hingga pukul 08.20 WIB, Kamis (6/7/2017), informasi ini telah disebarluaskan 589 warganet facebookers, dan disukai 841 lainnya.

Dokter jaga yang melayani ayah Martalena bernama Riris Magdalena. Hal ini terlihat dari tanggapan seorang pemilik akun Facebook Riris Magdalena, yang memberi klarifikasi, Kamis dinihari, pukul 02.19 WIB. Dokter Riris menyatakan permohonan maafnya.

"Saya juga minta maaf buat saudara saya, Martalena karena sikap saya tadi Siang atas sikap saya..." tulis Riris dalam kolom komentar.

Ia melanjutkan, "Mungkin semua karena saya yang panik dengan pasien yang datang sesak dan dipapah. Terus terang sebenarnya trauma kalau ada pasien datang dengan keluhan sesak, mungkin dikarenakan suami saya yg menderita penyakit jantung koroner."

(http://medan.tribunnews.com/2017/07/06/viral-anak-pasien-gebrak-meja-

dokter-berlipstik-tebal-yang-cuek-pasien-kritis-asyik-main-ponsel?page=all Diakses pada tanggal 10 Juli 2017 pukul 17.00 WIB)

Dari kutipan tersebut dapat kita lihat bahwa ada masalah mengenai

pelayanan yang diberikan oleh pegawai puskesmas kepada pasien yang berobat.

Hal tersebut menjadikan penilaian yang buruk bagi pelayanan puskesmas yang

berdampak buruk kepada citra puskesmas dimata masyarakat.

(5)

Puskesmas Tuntungan merupakan salah satu Puskesmas di Kota Medan

yang terletak di Jalan Bunga Melati Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

Puskesmas ini termasuk salah satu Puskesmas yang ramai dikunjungi pasien serta

terdapat fasilitas rawat inap, dikarenakan penduduk warga Medan Tuntungan

yang cukup padat, dan ditambah lagi lokasi Puskesmas yang strategis dan mudah

dicapai, sehingga banyak sekali pasien yang berkunjung ke Puskesmas

Tuntungan. Letak puskesmas yang berada di lingkup masyarakat sekitar dan tidak

jauh dari tempat tinggal masyarakat membuat masyarakat sangat berharap banyak

dengan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas, baik dari pelayanan

setiap tenaga medis dan pegawainya maupun ketersediaan obat-obatan yang di

butuhkan dalam pengobatan, biaya pengobatan juga diharapkan lebih murah dari

biaya berobat di rumah sakit

Berdasarkan hasil pengamatan pra penelitian dilapangan terdapat berbagai

keluhan seperti petugas Puskesmas yang kurang ramah, keterlambatan kehadiran

pegawai, kebingungan dalam proses administrasi dan sebagainya, ini menunjukan

suatu kelemahan akan mekanisme pelayanan.. Keluhan dan permasalahan

mengenai pelayanan kesehatan pada Puskesmas Tuntungan perlu diperhatikan dan

diperbaiki ke depannya agar tujuan pelayanan kesehatan yang dicita-citakan dapat

tercapai.

Dalam mengatasi kondisi tersebut diharapkan Puskesmas mampu

memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada masyarakat. Dengan

memiliki sikap bertindak cepat dan tepat, berpihak kepada masyarakat,

menegakkan kedisiplinan, menunjukkan transparansi, dan mewujudkan

akuntabilitasnya.

(6)

Masih ditemukannya keluhan masyarakat dan permasalahan terkait sikap

dan respon petugas Puskesmas Tuntungan menggambarkan bahwa pelayanan

kesehatan pada Puskesmas Tuntungan belum maksimal. Dibutuhkan perhatian

dari pihak-pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan pada Puskesmas

Tuntungan. Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukankan diatas, penulis

merasa tertarik memilih judul skripsi yaitu Efektivitas Pelayanan Kesehatan Di

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tuntungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas pelayanan

kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tuntungan ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dengan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

efektivitas pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Tuntungan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diharapkan dari dilaksanakannya penelitian ini

adalah:

a. Manfaat Ilmiah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan

informasi tambahan bagi dunia pendidikan.

(7)

b. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi

pemerintah maupun pihak pengelola Puskesmas dalam rangka peningkatan

efektivitas pelayanan kesehatan sehingga kualitas pelayanan semakin baik untuk

ke depannya.

c. Manfaat Praktis

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam hal mengaplikasikan

ilmu dalam hal administrasi dan kebijakan di bidang kesehatan.

1.5 Kerangka Teori

Menurut Kerlinger dalam Singarimbun (1995: 37), teori merupakan

serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi dan proposisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosiak secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir

untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena

sosial yang menjadi obyek penelitian.

Menurut Arikunto (2002: 92), Kerangka teori adalah bagian dari

penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang

berhubungan dengan variable pokok, sub variable atau pokok masalah yang ada

dalam penelitian. Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau

memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat

membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori

diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam

(8)

memahami masalah yang diteliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut

1.5.1. Efektivitas

Terkadang banyak orang yang menyamakan makna efektivitas dengan

efisiensi, namun sebenarnya keduanya memiliki makna yang berbeda. Efektivitas

merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi. Untuk

memperoleh teori efektivitas peneliti dapat menggunakan konsep-konsep dalam

teori manajemen dan organisasi khususnya yang berkaitan dengan teori

efektivitas. Atmosoeprapto (2002 :139) menyatakan Efektivitas adalah melakukan

hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau

efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah

bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat.

Menurut Stoner dalam Kurniawan (2005 :106) menekankan pentingnya

efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas

adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Efektivitas dalam kegiatan

organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan sasaran yang

menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai. Sumaryadi (2005:105)

berpendapat dalam bukunya bahwa organisasi dapat dikatakan efektif bila

organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan

operasional.

Menurut Silalahi (2002:10), efektivitas menunjuk pada keberhasilan

pencapaian sasaran-sasaran organisasi dan efektivitas adalah kunci dari

(9)

kesuksesan suatu organisasi. Sedangkan Tangkilisan (2005:139), efektivitas

organisasi adalah keseimbangan atau pendekatan secara optimal pada pencapaian

tujuan, kemampuan dan pemanfaatan tenaga manusia. Ditinjau dari aspek

ketepatan waktu maka menurut Siagian (2002 :171), efektivitas adalah

tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, tepat waktunya

dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk

melakukan berbagai kegiatan. Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana

yang didasarkan oleh Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997: 25)

antara lain :

1. Efektivitas Individu

Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi.

2. Efektivitas kelompok

Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan Jumlah kontribusi dari semua anggota kelompoknya;

3. Efektivitas Organisasi

Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya.

Selain itu, Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997 :31) memberikan batasan

dalam kriteria efektivitas organisasi melalui pendekatan teori sistem antara lain:

1. Produksi, merupakan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan.

2. Efisiensi, didefinisikan sebagai angka perbandingan antara output dengan input. Ukuran efisiensi harus dinyatakan dalam perbandingan antara keuntungan dan biaya atau dengan waktu atau dengan output.

3. Kepuasan, menunjukkan sampai di mana organisasi memenuhi kebutuhan para karyawan dan pengguna.

4. Adaptasi, yaitu sampai seberapa jauh organisasi dapat menenggapi perubahan ekstern dan intern.

5. Perkembangan, Organisasi harus dapat berkembang dalam organisasi itu sendiri untuk memperluas kemampuannya untuk hidup terus dalam jangka panjang.

(10)

6. Hidup terus, Organisasi harus dapat hidup terus dalam jangka waktu yang panjang.

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau

sasaran yang telah di tentukan sebelumnya. Dengan kata lain segala sesuatu

dikatakan efektif apabila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya

tercapai.

Maka dapat disimpulkan bahwa konsep tingkat efektivitas organisasi

menunjuk pada tingkat sejauh organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-

fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan

secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada, ketepatan waktu dalam

melaksanakan tugas serta kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut yang

dapat dilihat dari kuanlitas maupun kuantitas dan dapat bermanfaat bagi

anggota-anggota yang ada di sekitarnya.

Dengan membaca uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

efektivitas berhubungan dengan empat hal yaitu :

a. Pencapaian tujuan yang telah disepakati, sebuah kegiatan yang dikatakan

efektif apabila tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

b. Penyelesaian pekerjaan tepat waktu, sebuah pekerjaan dikatakan efektif

apabila pekerjaan tersebut dilakukan secara tepat waktu.

c. Kemampuan sumber daya manusia untuk melaksananan tugas ataupun

pekerjaannya.

d. Adanya manfaat yang nyata yang dirasakan oleh masyarakat yang ada di

sekitarnya.

Masih soal efektivitas, ada beberapa pendekatan terhadap efektivitas.

Pendekatan- pendekatan itu adalah :

(11)

1. Pendekatan sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan suatu lembaga yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran

dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan menidentifikasi sasaran

orgainisasi dalam pencapaian sasaran tersebut.

2. Pendekatan Sumber (System Resources Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu

lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang

dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai amcam

sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi

efektif.

3. Pendekatan Proses (Internal Proses Approach)

Pendekatan proses menganggap efektivitas sebagai efisiensi dan kondisi

kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses

internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yanga da

berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan

lingkungan melainkan memusatkan perhatian pada kegiatan yang

dilakuakan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang

menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

(12)

1.5.2. Pelayanan Publik

1.5.2.1 Defenisi Pelayanan Publik

Pelayanan publik menjadi fokus studi disiplin ilmu administrasi publik

Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan

penyelesaian yang komprehensif. Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah

kepada rakyat terus mengalami pembaruan, baik dari sisi paradigma maupun

format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan

perubahan di dalam pemerintah itu sendiri. Meskipun demikian, pembaruan

dilihat dari dua sisi tersebut belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih

diposisikan sebagai pihak yang tidak berdaya dan termarginalisasikan dalam

kerangka pelayanan.

Pelayanan publik merupakan segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga Negara dan penduduk atas suatu

barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik. Menurut Undang-Undang No.

25 tahun 2009, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peratuaran

perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau

pelayanan administrative yang disediakan oleh penyelenggara peleyanan publik.

Menurut Ratminto (2005:5), Pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan,

baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya

menjadi tangguang jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di

daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik

(13)

Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam

rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sementara menurut Kurniawan (2005:4), Pelayanan publik adalah

pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang

telah ditetapkan. Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa pelayanan publik adalah keseluruhan pelayanan yang

dilaksanakan oleh aparatur pemerintah kepada publik didalam suatu organisasi

atau instansi untuk memenuhi kebutuhan penerima pelayanan publik/ masyarakat.

Ruang lingkup pelayanan publik menurut Undang-Undang Nomor 25

tahun 2009, Pelayanan Publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik

serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam ruang lingkup tersebut, termasuk pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan

usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan,

jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata,

dan sektor strategis lainnya.

Adapun penyelenggara pelayanan publik adalah lembaga dan petugas

pelayanan publik baik pemerintah daerah maupun Badan Usaha Milik daerah

yang menyelenggarakan pelayanan publik. Sedangkan penerima pelayanan publik

adalah orang perorangan dan atau kelompok orang dan atau badan hukum yang

memiliki hak, dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik (Rohman, Ahmad

ainur. 2008: 3)

(14)

1.5.2.2 Bentuk-bentuk Pelayanan Publik

Pemerintah merupakan pihak yang memberikan pelayanan bagi

masyarakat. Adapun didalam pelaksanaannya pelayanan ini terdiri dari beberapa

bentuk. Menurut Moenir (2010: 190), bentuk pelayanan itu terdiri dari :

1. Pelayanan lisan

Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas dibidang hubungan masyarakat, dibidang layanan informasi dan di bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan.

2. Pelayanan berbentuk tulisan

Ini merupakan jenis pelayanan dengan memberikan penjelasan melalui tulisan di dalam pengelolahan masalah masyarakat. Pelayanan dalam bentuk tulisan ini terdiri dari dua jenis yakni:

a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan institusi atau lembaga.

b. Pelayanan yang berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan, pemberian/penyerahan, pemberitahuan dan lain sebagainya.

3. Pelayanan berbentuk perbuatan

Dalam kenyataan sehari-hari jenis layanan ini memang tidak terhindar dari layanan lisan , jadi antara layanan perbuatan dan layanan lisan sering bergabung. Hal ini disebabkan karena hubungan lisan paling banyak dilakukan dalam hubungan pelayanan secara umum. Hanya titik berat terletak pada perbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh orang yang berkepentingan. Jadi tujuan utama yang berkepentingan ialah mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan hanya sekedar penjelasan dan kesanggupan secara lisan. Disini faktor kecepatan dalam pelayanan menjadi dambaan setiap orang, disertai dengan kualitas hasil yang memadai.

(15)

1.5.2.3 Azas Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguan jasa,

penyelenggara pelayanan harus memenuhi azas-azas pelayanan sebagai berikut

(Ratminto, 2005: 19) :

a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan public dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membeda-bedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

f. Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan public harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Lembaga administrasi Negara membuat beberapa kriteria pelayanan

publik yang baik, antara lain meliputi, kesederhanaan, kejelasan dan kepastian,

kemauan ketebukaan, efisiensi, ekonomis, dan keadilan merata, ketepatan waktu

serta kriteria kuantitatif.

(16)

1.5.2.4 Prinsip-prinsip Pelayanan Publik

Berdasarkan keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor

63 tahun 2003, dijelaskan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan harus

memenuhi beberapa prinsip yaitu :

1. Kesederhanaan , prosedur /tata cara pelayanan diselenggarakan secara

mudah, cepat , tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah

dilaksanakan.

2. Kejelasan mencakup beberapa hal antara lain :

a. Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan umum.

b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertangguang jawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa

dalam pelaksanaan pelayanan public.

c. Rincian biaya pelayanan dan tata cara pembayaran.

3. Kepastian waktu. Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam

kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi. Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

5. Rasa aman. Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman

dan kepastian hukum.

6. Tanggung jawab. Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat

yang ditunjuk bertangguang jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan

penyelesaian keluahan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan

publik.

(17)

7. Kelengkapan sarana dan prasarana. Tersedianya sarana dan prasarana

kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk

penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika.

8. Kemudahan akses. Tempat dan lokasi serta sarana prasarana kerja yang

memadai dan mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan

teknologi telematika.

9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan. Pemberi layanan harus bersikap

disiplin, sopan, dan santun, ramah serta memberikan pelayanan yang

ikhlas.

10.Kenyamanan. Lingkungan pelayanan harus tertib, disediakan ruang

tunggu yang nyaman , bersih, rapi, lingkungan yang indah, sehat serta

dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parker, toilet,

tempat ibadah, dan lain-lain.

1.5.3. Pelayanan Kesehatan

1.5.3.1 Defenisi Pelayanan Kesehatan

Kesehatan berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan pasal 1 ayat 1 didefinisikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa,

dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Jadi pengertian kesehatan cakupannya sangat luas, mencakup sehat

fisik maupun non fisik (jiwa, sosial, ekonomi). Sedangkan upaya kesehatan

adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang

dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

(18)

Menurut Sutadi (2005 :10), Pelayanan kesehatan merupakan komoditi

yang unik dan khusus, tidak dapat disamakan dengan komoditi lain karena

pelayanan yang diberikan berupa jasa, sehingga sulit untuk mencapai kepuasan

pelanggan. Dalam pengertian ini, pelayanan kesehatan disamping sebagai suatu

usaha untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat, sekaligus juga dalam rangka

usaha pembinaan, pengembangan pemanfaatan sumber daya manusia Maka

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.

Pelayanan kesehatan memilik tiga fungsi yang saling berkaitan, saling

berpengaruh dan saling bergantungan , yakni

1. Fungsi social

Fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pengguna

pelayanan kesehatan

2. Fungsi teknis kesehatan

Fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pemberi

pelayanan kesehatan

3. Fungsi ekonomi

Fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan institusi pelayanan

kesehatan. Ketiga fungsi tersebut ditanggung jawab oleh tiga pilar utama

pelayanan kesehatan yaitu,

a. masyarakat, yang dalam prakteknya dilaksanakan bersama antara

pemerintah dan masyarakat,

(19)

b. tenaga teknis kesehatan, yang dilaksanakan oleh tenaga professional

kesehatan,

c. tenaga administrasi atau manajemen kesehatan, dilaksanakan oleh

manajemen atau administrator kesehatan.

1.5.3.2 Sasaran Pelayanan Kesehatan

Menurut Hodgetts dan Cascio (dalam Azwar, 1996 : 36), Pelayanan

kesehatan dapat dibagi menjadi dua bagian utama jika dilihat berdasarkan

sasarannya :

1. Pelayaanan kesehatan personal (Personal health services) maksudnya sasaran pelayanan kesehatan ini adalah untuk pribadi atau perorangan. 2. Pelayanan kesehatan lingkungan (Environmental health services) yaitu sasaran pelayanan kesehatan ini adalah lingkungan, kelompok, atau masyarakat.

1.5.3.3 Stratatifikasi Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar (1996 :41 ), Staratifikasi pelayanan kesehatan yang dianut

setiap Negara tidaklah sama, namun secara umum berbagai strata ini dapat

dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu :

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services)

Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat pokok, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/out patient services).

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua

Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan yang lebih lanjut, telah bersifat rawat inap (in patient services) dan untuk menyelenggarakannya telah dibutuhkan tenaga spesialis.

(20)

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih komplek dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga subspesialis.

1.5.3.4 Tujuan Pelayanan Kesehatan

Tujuan pelayanan kesehatan sesuai dengan Visi dan Misi Pembangunan

Kesehatan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Visi

pembangunan kesehatan Indonesia yaitu “gambaran masyarakat Indonesia yang

dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan Negara

yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku

sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pola kesehatan yang bermutu

secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

diseluruh wilayah republik Indonesia ( DepKes RI ).

Visi kesehatan Indonesia dilaksanakan melalui misi yang juga ditetapkan

oleh Departemen Kesehatan Reepublik Indonesia. Misi pembangunan kesehatan

Republik Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Menggerakkan pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan Para

penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan

kesehatan didalam semua kebijakan pembangunannya. Program yang tidak

berkontribusi positif terhadap kesehatan diharapkan untuk tidak dilaksanakan.

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup mendiri Kesehatan

merupakan tangguang jawab individu, masyarakat, pemerintah dan swata, itu

artinya kesehatan bukan hanya tanggung jawab pemerintah , masyarakat juga

harus mandiri menjaga kesehatannya sendiri.

(21)

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,merata,

dan terjangkau.

Menjangkau dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat

beserta lingkungan tanpa meninggalkan upaya penyembuhan penyakit.(DepKes

RI)

1.5.3.5 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar (1996 : 38) Pelayanan kesehatan yang baik memiliki

berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud yaitu sebagai berikut

1. Tersedia dan berkesinambungan. Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat.

2. Dapat diterima dan wajar. Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar.

3. Mudah dicapai. Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting.

4. Mudah dijangkau. Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut biaya. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

5. Bermutu. Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

(22)

1.5.3.6 Efektivitas Pelayanan Kesehatan

Dalam menciptakan efektivitas, pegawai harus juga memberikan

pelayanan yang baik bagi masyarakat. Menurut (Sudayasa, 2009) Ada lima nilai

dasar dalam aspek pelayanan kesehatan yang sebaiknya selalu dijunjung tinggi

oleh para pegawai dan aparat kesehatan, dalam upaya memberdayakan

masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Lima nilai dasar tersebut adalah:

1. Bertindak Cepat dan Tepat

Cepat mengambil keputusan dalam memberikan pelayanan atau tindakan kesehatan, terhadap kasus/masalah yang bisa bersifat mendadak (emergency) maupun mendesak (urgency). Tepat dalam melaksanakan proses pelayanan kesehatan sesuai prosedur tetap (protap) atau standar operasional prosedural (SOP) yang telah ditentukan.

2. Berpihak Kepada Masyarakat

Masyarakat sebagai subyek pelayanan, berhak menentukan jenis pelayanan kesehatan yang terbaik sesuai masalah yang dihadapinya. Masyarakat sebagai obyek pelayanan, wajib diberikan pelayanan kesehatan yang bermutu agar mencapai derajat kesehatan yang optimal

3. Menegakkan Kedisiplinan

Disiplin kerja adalah menegakkan semangat kerja dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat atau sasaran pelayanaan. Disiplin Administrasi adalah melakukan pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelayanan secara tertib, teratur, terarah, terbuka dan terukur

4. Menunjukkan Transparansi

Menunjukkan keterbukaan pelayanan, dengan aturan kerja yang jelas, ringkas dan tuntas, sehingga bisa dipahami oleh sasaran pelayanan. Menunjukkan keterbukaan anggaran, sesuai tata hukum dan peraturan yang berlaku dalam lingkup pelayanan kesehatan

5. Mewujudkan Akuntabilitas

Hasil kegiatan pelayanan diarahkan secara bertanggungjawab terhadap institusi internal didalam lingkup pelayanan kesehatan dan kepada institusi eksternal diluar lingkungan pelayanan kesehatan. Tanggungjawab terhadap masyarakat, sangat penting sekali karena menyangkut upaya peningkatan pemberdayaan derajat kesehatan masyarakat secara holistic

(23)

1.5.4. Pelayanan Kesehatan di PUSKESMAS

1.5.4.1Defenisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) merupakan sebuah wadah

kesehatan yang lahir untuk menjawab semua masalah pelayanan kesehatan yang

ada. Puskesmas adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebaga unit

pelaksaan teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan upaya

penyuluhan, pencegahan, dan penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah

kerjanya secara terpadu dan terkoordinasi. Definisi Puskesmas berdasarkan

Kepmenkes No 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas adalah Unit

Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja UPT tugasnya

adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan.

Puskesmas hadir sebagai upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan

yang memadai dan memiliki jangkauan luas bagi masyarakat. Tujuan umum

pelayanan kesehatan melalui puskesmas adalah untuk terselenggaranya upaya

kesehatan masyarakat yang bermutu, merata, terjangkau, dan peran serta

masyarakat.

Menurut Keputuasan Mentri Kesehatan tersebut, Dalam menjalankan

tugasnya Puskesmas memiliki beberapa usaha pokok tentang Kebutuhan Dasar

Puskesmas, dimana beban pokok Puskesmas dikurangi dari 18 menjadi 6 yaitu :

1. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB

2. Perbaikan Gizi Masyarakat

3. Kesehatan Lingkungan

(24)

4. Pemberantasan Penyakit Menular

5. Promosi Kesehatan

6. Pengobatan.

1.5.4.2. Fungsi Puskesmas

Berdasarkan Kepmenkes No 128 Tahun 2004, Puskesmas memiliki

beberapa fungsi yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas, diantaranya:

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Dalam hal ini Puskesmas selalu berupaya menggerakkan lintas sektor dan

dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yg

berwawasan kesehatan. Selain itu juga aktif memantau dan melaporkan dampak

kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah

kerjanya. Serta mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit

tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan,

dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan

aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,

serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program

kesehatan.

(25)

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yang terdiri

dari pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat. Pelayanan kesehatan

tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi :

a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayannan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat

pribadi (private Goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit

dan pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut

adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu rawat inap.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat umum

(Public Goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan menyembuhkan

penyakit dan pemuluhan kesehatan. Pelayaanan kesehatan tersebut

antara lain adalah promosi kesehatan, memberantas penyakit,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan

keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program

kesehatan masyarakat lainnya.

(26)

1.5.5. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

Salah satu upaya untuk mengurangi variasi proses adalah dengan

melakukan standarisasi. Proses standarisasi meliputi penyusunan, penerapan,

monitoring, pengendalian ,serta evaluasi dan revisi standar (Koentjoro, 2007

:24). Dalam PP 102/2000 dijelaskan standar adalah spesifikasi teknis atau

sesuatu yang dilakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun

berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan

syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, yakni

perkembangan masa kini dan masa yang akan datang, untuk memperoleh

manfaat yang sebesar-besarnya (2007:25).

Standar pelayanan minimal bidang kesehatan sangat terkait dengan

indikator Indonesia sehat 2010, karena baik standar pelayanan minimal

bidang kesehatan maupun indikator Indonesia sehat 2010 sama-sama

memberikan target-target yang harus dicapai dalam pelayanan public bidang

kesehatan. Standar pelayanan minimal bidang kesehatan untuk tingkat

nasional diatur dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/

MENKES/SK/X/2003 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan

di kabupaten/ kota. Dalam pasal 2 KEPMENKES tersebut diamanatkan

kabupaten/kota untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai standar

pelayanan minimal. Adapun target yang merupakan standar pelayanan

minimal bidang kesehatan tingkat nasional adalah sebagai berikut (Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 1457/ MENKES/SK/X/2003 )( Ratminto. 2005:

271) :

(27)

a. Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi:

1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 (95%)

2. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan

3. yang memiliki kompetensi kebidanan (90%)

4. Ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk (100%)

5. Cakupan kunjungan neonatus (90%)

6. Cakupan kunjungan bayi (90%)

7. Cakupan bayi berat lahir rendah /BBLR yang ditangani (100%)

b. Pelayanan kesehatan anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah

1. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah

(90%)

2. Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga

kesehatan atau tenaga terlatih / guru UKS / Dokter kecil (100%)

3. Cakupan pelayanan kesehatan remaja (80%)

c. Pelayanan Keluar Bencana

1. Cakupan peserta aktif KB (70%)

d. Pelayanan Imunisasi

2. Desa / Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) (100%)

e. Pelayanan Pengobatan/ Perawatan

1. Cakupan rawat jalan (15%)

2. Cakupan Rawat Inap (1,5%)

f. Pelayanan Kesahatan Jiwa

1. Pelayanan kesehatan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum

(15%)

(28)

g. Pemantauan Pertumbuhan Balita

1. Balita yang naik berat badannya (80%)

2. Balita Bawah Garis Merah (<15%)

h. Pelayanan Gizi

1. Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun (90%)

2. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe (90%)

3. Cakupam pemberian makanan pendamping ASI pada bayi bawah

garis merah dari keluarga miskin (100%)

4. Balita gizi buruk mendapat perawatan (100%)

i. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi dasar dan komprehensif

1. Akses terhadap ketersediaan darah dan komnen yang aman untuk

menangani rujukan ibu hamil dan neonatus (80%)

2. Ibu hamil resiko tinggi/ komplikasi yang ditangani (80%)

3. Neonatal resiko tinggi/ komplikasi yang ditangani (80%)

j. Pelayanan gawat darurat

1. Sarana kesehatan dan kemampuan pelayanan gawat darurat yang

dapat diakses masyarakat (90%)

k. Penyelenggaraan penyelidikan epidemologi dan penanggulangan

kejadian luar biasa (KLB) dan gizi buruk

1. Desa/ kelurahan mengalami KLB yang ditangani < 24 jam (100%)

2. Kecamatan bebas rawan gizi (80%)

l. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit polio

1. AFP rate per 100.000 penduduk < 15 tahun (> 1)

m. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit TB paru

(29)

1. Kesembuhan penderita TBCBTA positif (>85%)

n. Pencegahan dan Pembrantasan penyakit ISPA

1. Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani (100%)

o. Pencegahan dan Pembrantasan penyakit HIV AIDS

1. Klien yang mendapatkan penanganan HIV AIDS (100%)

2. Infeksi menular seksual yang diobati (100%)

p. Pencegahan dan pembrantasan penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD)

1.Penderita DBD yang ditangani (100%)

a. Pencegahan dan pembrantasan penyakit Diare

1.Balita dengan diare di tangani (100%) Dan lainnya.

1.6 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian,keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:37). Tujuannya adalah untuk

memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari

variabel yang diteliti. Oleh karena itu untuk mendapatkan batasan yang jelas dari

masing-masing konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan definisi

konsep dari penelitian ini yaitu :

(30)

1. Efektivitas adalah tingkatan sejauh mana suatu organisasi dapat

melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsinya sehingga dapat mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan secara

optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada.

2. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara

sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok,

dan ataupun masyarakat.

3. Efektivitas pelayanan kesehatan adalah tingkatan sejauh mana suatu

organisasi dapat melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsinya dan

menjunjung tinggi dasar aspek pelayanan kesehatan yaitu bertindak cepat

dan tepat, berpihak kepada masyarakat, menegakkan kedisiplinan,

menunjukkan transparansi, hingga mewujudkan akuntabilitas oleh pelayan

kesehatan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

mengidentifikasi semua potensi bahaya dalam aktivitas operasional tempat kerja, menilai resiko dari potensi bahaya tersebut serta menentukan rekomendasi pengendalian resiko di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Kapasitas dan kecepatan laju infiltrasi pada sistem OTI lebih tinggi dibandingkan dengan sistem TOT; (2) Perlakuan sistem OTI maupun TOT

XXVII Nilai serapan dan perhitungan nilai faktor pelindung surya sediaan tabir surya yang mengandung butil metoksidibenzoilmetan pada rentang panjang gelombang 290

Wasir atau ambeien (hemoroid) adalah keadan dimana terjadi pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan

Bagian ini harus menjelaskan mengenai kegiatan dan hasil yang sudah dilakukan untuk keperluan baseline program, terutama penjelasan mengenai alasan pemilihan lokasi,

Rusunawa Kota Binjai dibangun 5 lantai yang terdiri dari 98 hunian.. Setiap blok rumah susun diberi tangga untuk turun

Seperti yang terjadi pada penghuni Rusunawa Kota Binjai, secra fisik tempat hunian mereka mengalami perubahan dari lingkungan pemukiman horizontal menjadi lingkungan

Konsumen tidak selalu memiliki informasi yang lengkap mengenai atribut-atribut produk. Namun, umumnya konsumen memiliki informasi tentang produk secara tidak