• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis yaitu jalur Purwakarta - Jakarta, Purwakarta - Bandung dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis yaitu jalur Purwakarta - Jakarta, Purwakarta - Bandung dan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kabupaten Purwakarta berada pada titik temu tiga jalur utama lalu lintas yang sangat strategis yaitu jalur Purwakarta - Jakarta, Purwakarta - Bandung dan Purwakarta - Cirebon yang merupakan jalur utama ke wilayah Jawa Tengah. Karena itu Purwakarta menawarkan lahannya sebagai kawasan industri seluas 97.172 ha yang baru termanfaatkan sekitar 30% dari total luas lahan. Untuk Industri kecil/kerajinan dan menengah juga telah disediakan lahan di wilayah Kecamatan Plered dan Kecamatan Tegalwaru seluas 1000 ha dan baru dimanfaatkan sekitar 650 ha. Pemanfaatan lahan ini diproritaskan untuk pengembangan industri kecil/kerajinan dan menengah komoditi keramik hias dan bahan bangunan (jabarprov.go.id).

Karakteristik Purwakarta juga dapat terlihat dari keunikan lokasi objek-objek wisata seperti Kawasan Wisata Jatiluhur, Kawasan Wisata Cirata, Objek Wisata pemandian air panas Wanayasa, Objek Wisata Situ Wanayasa, Situ Buleud, Industri Keramik Plered, Objek Wisata Curug Cipurut, Objek Wisata Gunung Parang di Kecamatan Tegalwaru. Semua objek wisata ini menjadi kekuatan bagi pemasukan pendapatan daerah kabupaten Purwakarta melalui peningkatan tingkat kedatangan wisatawan setiap harinya. Perkembangan setiap sektor perekonomian membuat peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten ini meningkat setiap tahunnya. berdasarkan data Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan PDRB Kabupaten Purwakarta tahun 2011 mencapai Rp. 7,7 Trilyun.

(2)

Begitu pesatnya perkembangan Purwakarta sebagai tempat berkumpulnya investasi menyebabkan perlunya komitmen pemerintah mewujudkan skema investasi yang lebih baik dan melibatkan semua aspek seperti pemerintah daerah, masyarakat, swasta. Peningkatan keahlian masyarakat dalam UKM akan dapat mewujudkan kemandirian secara ekonomi.

Kabupaten Purwakarta memiliki banyak jenis industri kecil dan industri rumah tangga yang tersebar di setiap Kecamatan. Berbagai macam jenis industri yang ada di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Purwakarta dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Jenis Industri Unggulan Kabupaten Purwakarta

No. Kecamatan Jenis Industri / Produksi

1. Bungursari Mebel, Opak ketan

2. Cibatu Mebel, Penggilingan Padi, Sale, Keripik Pisang dan Singkong

3. Campaka Topi, Anyaman Pandan

4. Purwakarta Simping

5. Pasawahan Opak Singkong, Penggilingan padi 6. Pondoksalam Keripik pisang

7. Wanayasa Manisan pala

8. Kiara Pedes Batu templek, Mebel 9. Bojong Gula aren, Penggilingan Padi 10. Darangdan Teh hijau

11. Plered Keramik

12. Tegal Waru Genteng, Anyaman Bambu

13. Maniis Karet

14. Sukatani Penggilingan padi, Batako 15. Jatiluhur Keripik singkong, pisang, bawang 16. Sukasari Penggilingan Padi

17. Babakan Cikao Opak ketan, Roti

(3)

Keramik merupakan salah satu industri unggulan dari Kabupaten Purwakarta. Usaha keramik di Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat diperkirakan sudah dimulai lebih dari seabad lalu, sekitar tahun 1904, di awal abad 20, beberapa orang yang dianggap sebagai tokoh keramik Plered, seperti Dasjan, Sarkun, Wasja dan Suhara telah membuat gerabah dalam bentuk yang masih kasar. Wujudnya pun masih sederhana, yaitu alat-alat kebutuhan sehari-hari, seperti kendi, tempayan, paso, dan gentong.

Keramik Plered merupakan produk masyarakat Plered yang diwariskan dari generasi ke generasi. Hingga saat ini di sepanjang jalan Plered bisa ditemukan gerabah yang dipajang dipinggir rumah penduduk, sekitar tahun 1950-1970-an, hanya ada tiga jenis produk gerabah khas Plered yang cukup popular yaitu guci, pot bunga, dan celengan. Walaupun cukup popular, tetapi penampilan gerabah Plered pada saat itu masih sangat sederhana, berwarna merah bata, tanpa dihiasi warna lain..

Pada saat itu pengrajin hanya ada sekitar 20 orang dengan memperkerjakan 3-5 orang per pengrajin Gerabah Plered pada periode itu sangat popular sekali sehingga orang mendengar kata keramik langsung berpikir sentra industri keramik. Tahun 1965 perkembangan khususnya keramik porselen dan gerabah Plered mengalami penurunan baik secara kualitas maupun kuantitas penyebabnya karena membanjirnya produk sejenis yang terbuat dari plastik. Dengan menurunya keramik Plered, maka Pemda TK. II Purwakarta pada saat itu bersama-sama dengan Dinas Perindustrian, Koperasi dan Balai Penelitian Keramik (sekarang Balai Besar Keramik) pada tahun 1974 membentuk Badan Musyawarah Keramik Plered. Pada tahun 1976 BIPIK Departemen Perindustrian mendirikan Unit Percontohan yang berfungsi sebagai

(4)

tempat membina para pengrajin keramik Plered yang dikelola oleh Balai Besar Keramik Bandung. Tahun 1978 berdiri Koperasi Pengrajin Keramik Plered yang diberi nama Koperasi BUMI KARYA dengan nomor Badan Hukum 5292/BH/DK-10/78 tanggal 3 Juli 1978. Selang satu tahun sekitar tahun 1979/1980 Departemen Perindustrian melalui proyek BIPIK Jawa Barat mendirikan Pusat Pelayanan Teknis (PPT) dan mulai beroperasi pada tanggal 8 Juli 1981.

Tahun 1990-an, pengrajin keramik Plered mulai mengekspor produknya ke Belanda, Australia, Jepang, Amerika Serikat, dan Taiwan. Menurut catatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Purwakarta, pada tahun 1992-1993 nilai ekspor keramik Plered mencapai Rp 365 juta. Ketika itu terdapat 120 unit usaha dengan nilai produksi Rp 1,5 miliar per tahun (Kompas.com 3/7/11).

Memasuki dekade 2000-an, popularitas gerabah Plered mulai redup. Bahkan banyak yang sudah melupakannya, gerabah Plered seakan menghilang dari pasaran seiring pesatnya perkembangan barang-barang atau produk rumah tangga, termasuk produk interior yang terbuat dari keramik, baik yang diproduksi dalam negeri, maupun berasal dari luar negeri khususnya keramik-keramik China menyebabkan popularitas keramik Plered menurun drastis.

Menurut Bapak Ahmad Nizar, selaku Kepala UPTD LITBANG Keramik Plered, beroperasinya jalan tol Cipularang telah mengubah garis hidup masyarakat Plered, dulu Plered menjadi titik perlintasan jalur Bandung-Jakarta via Cikampek, banyak pengendara yang beristirahat di sekitaran Sentra Keramik, sambil beristirahat mereka membeli keramik untuk souvenir atau oleh-oleh

.

Saat ini orang lebih nyaman

(5)

melewati jalan tol tanpa peduli lagi dengan Plered, sehingga Sentra Industri Keramik Plered saat ini sangat sepi pengunjung.

Era keemasan ekspor keramik Plered antara tahun 1985 dan 1993 belum terulang. Krisis keuangan global dan persaingan tidak sehat antar pengrajin dan pengusaha membuat usaha turun - temurun itu sulit berkembang. Pasar luar negeri ketika itu rusak karena marak penjiplakan yang memicu tak terkontrolnya mutu produk. Banyak pembeli di luar negeri tidak tahu bahwa mereka membeli produk kelas dua atau tiga. Perlahan tapi pasti, jumlah pembeli pun berkurang, Setiap ada bentuk dan corak yang laku di pasaran, tak lama muncul produk serupa dengan kualitas beragam. Tak hanya jiplak-menjiplak, perang harga antar pengusaha turut menghancurkan pasar

Selain situasi perekonomian dunia, ekspor keramik Plered turut dipengaruhi terbatasnya kapasitas produksi. Permintaan ekspor kerap tidak terpenuhi karena pengusaha tidak mampu memenuhi jumlah dan mutu pesanan dalam batas waktu yang diminta. Upaya membagi beban ke pengusaha atau pengrajin lain terhambat masalah kualitas. Keseragaman mutu tak mudah dicapai antara lain karena soal sumber daya manusia.

Dalam upaya pengembangan usaha kerajinan keramik Plered, terdapat berbagai macam hambatan yang dihadapi, diantaranya:

(6)

Tabel 1.2

Hambatan yang dihadapi Pengusaha di Sentra Industri Keramik Plered

No. Aspek Hambatan

1. Bahan Baku - Belum ada Unit / Lembaga penyedia bahan baku siap pakai yang standar.

2. Produksi

- Kapasitas produksi terbatas, yang disebabkan kurangnya peralatan produksi yang baik dan standar, sehingga desain dan pembentukan keramik sangat bergantung pada keterampilan pengrajinnya.

- Diversifikasi produk belum berjalan dengan baik, sehingga pesanan keramik cenderung hanya berdasarkan Job Order dengan desain yang telah ditentukan dengan nilai keuntungan yang rendah

3. Desain - Pengembangan desain yang berorientasi pasar masih lemah karena kurangnya pengetahuan dan terbatasnya informasi pasar.

4. Pemasaran

- Terbatasnya kemampuan pengusaha dalam melakukan promosi dan pemasaran secara mandiri.

- Tidak memiliki jaringan pemasaran sendiri, sehingga gerak pengusaha serba terbatas dan bergantung pada pihak ketiga (pedagang).

Sumber: Hasil Observasi tentang Industri Keramik Plered

Pada umumnya para pengusaha kurang mampu membaca dan mengakses peluang-peluang pasar yang potensial dan memiliki prospek yang cerah, akibatnya pemasaran produk cenderung statis dan monoton. Adanya ketergantungan pemasaran membuat gerak pengrajin serba terbatas, akibat tidak memiliki jaringan pemasaran sendiri, pengrajin terpaksa memproduksi keramik sesuai dengan pesanan pedagang, saat tidak ada pesanan, pengrajin kebingungan.

Tahun 2009, pemerintah meluncurkan program melek internet guna memotong rantai pemasaran yang sebelumnya dikuasai pemasar-pemasar di Jakarta, Bandung, dan Bogor. Dengan pemanfaatan teknologi informasi itu, sedikitnya 2-3

(7)

sebelumnya. Akan tetapi, pengrajin tak banyak terbantu dengan pola pemasaran itu. Akibat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam mengoperasikan teknologi informasi, program itu seolah hilang ditelan waktu. Pengrajin pun kembali ke sistem sebelumnya (Kompas.com, 3/7/11).

Karena berbagai macam persoalan tersebut serta turunnya permintaan pasar, kapasitas produksi keramik pun mengalami tren penurunan dalam 3 tahun terakhir, hal itu dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:

Sumber : UPTD Litbang Keramik Plered Gambar 1.1

Rata - Rata Produksi Keramik di Sentra Industri Keramik Plered dalam 3 Tahun Terakhir

Disamping itu, banyak pengusaha keramik yang gulung tikar dan beralih ke usaha lain. Sebagian pengusaha pun memilih bertahan bukan dalam usaha untuk mencapai peningkatkan atau perkembangan usaha melainkan karena mereka tidak memiliki keahlian lain. Hal itu dapat dibuktikan dengan tren penurunan jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang dapat dilihat di tabel dan gambar berikut:

32580 29170 26700 0 10000 20000 30000 40000 50000 2010 2011 2012 Rata - Rata Produksi Keramik / Tahun (dalam unit)

(8)

Tabel 1.3

Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja di Sentra Industri Keramik Plered Tahun 2008 - 2012

Tahun Unit Usaha Pertumbuhan Tenaga Kerja Pertumbuhan

2008 286 - 1500 -

2009 260 - 9.1 % 1420 - 5,3 %

2010 260 0 % 1420 0 %

2011 246 - 5,4 % 1250 - 13,6 %

2012 221 - 10,2 % 1170 - 6,4 %

Sumber: UPTD Litbang Keramik Plered

Dari data diatas, didapat grafik sebagai berikut:

Sumber: UPTD Litbang Keramik Plered

Gambar 1.2

Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja di Sentra Industri Keramik Plered Tahun 2008 - 2012

Dari gambar 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah unit usaha dan tenaga kerja mengalami tren penurunan sejak tahun 2009, Sejak awal tahun 2009 permintaan ekspor sempat lesu akibat krisis keuangan global. Sebagian besar dari pengusaha yang biasa mengekspor produknya tidak menerima order ketika itu lalu kembali merambah ke pasar lokal. Akibatnya pengusaha - pengusaha kecil yang biasa

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 2008 2009 2010 2011 2012 Unit Usaha Tenaga Kerja

(9)

bersaing. menurunnya pesanan keramik juga berdampak kepada karyawan, karena para pengrajin pun terpaksa merumahkan para karyawannya.

Industri keramik Plered sebagai salah satu komponen industri rumah tangga perlu terus dikembangkan secara optimal. Karena industri ini berpotensi besar mendukung ekonomi daerahnya di masa mendatang. Di usia tuanya saat ini industri keramik Plered belum seutuhnya berdiri tegak. Padahal kerajinan keramik Plered mempunyai peluang untuk berkembang lebih besar lagi.

Perkembangan UKM di negara berkembang dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatan-hambatan tersebut bisa berbeda di satu daerah dengan di daerah lain. Namun demikian, ada sejumlah persoalan yang umum untuk semua UKM di negara berkembang, yaitu kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku dan input lainnya, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi, keterbatasan akses informasi mengenai peluang pasar dan kemampuan teknologi.

Secara umumnya, tantangan yang dihadapi pengusaha kecil dapat dibagi dalam dua bagian, bagian pertama, bagi pengusaha kecil dengan omset kecil umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup usahanya, untuk mereka, asal dapat berjualan dengan aman sudah cukup, mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang besar untuk mengembangkan produksi. Kedua, bagi pengusaha kecil dengan omset besar tantangan yang dihadapi jauh lebih berat, biasanya mereka mulai memikirkan untuk melakukan ekspansi usaha lebih lanjut.

Kewirausahaan sering dianggap sebagai bakat atau bawaan lahir, sehingga tidak semua orang bisa berhasil mengelola usahanya dan menjadi wirausahawan yang sukses, namun anggapan itu keliru, kewirausahaan dapat dipelajari karena manusia

(10)

mempunyai otak dan pancaindera sebagai perlengkapan untuk belajar. Dengan demikian kewirausahaan sebenarnya dapat dipelajari.

Selain mempersiapkan usaha dan memperkirakan tingkat keberhasilan, wirausaha harus siap untuk menghadapi resiko kegagalan dalam menjalankan usahanya serta bagaimana cara mengatasinya yaitu dengan menyikapi setiap kendala yang timbul dalam usahanya dengan sikap dan cara yang bijak sekaligus menikmati proses sampai menemukan titik terang dan berhasil menemukan kiat untuk keluar dari kendala tersebut, oleh karena itu sikap inilah yang paling pentung dimiliki oleh pengrajin di Sentra Industri Keramik Plered sebagai seorang wirausahawan, hal ini dikarenakan keberhasilan suatu usaha tidak lepas dari peran seorang wirausaha dalam menjalankan usaha tersebut. Selanjutnya sikap ini diaplikasikan dalam suatu tindakan yang lazimnya kita sebut sebagai perilaku.

Berdasarkan uraian tersebut penulis mencoba untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan ini dengan mengadakan penelitian berjudul: “Pengaruh Perilaku

Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha” (Survei Terhadap Para Pengusaha di Sentra Industri Keramik Plered)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tingkat perilaku kewirausahaan pada pengusaha di Sentra Industri Keramik Plered?

(11)

3. Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap keberhasilan usaha pada pengusaha di Sentra Industri Keramik Plered?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui:

1. Gambaran tingkat perilaku kewirausahaan pada pengusaha di Sentra Industri Keramik Plered.

2. Gambaran tingkat keberhasilan usaha pada pengusaha di Sentra Industri Keramik Plered.

3. Pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap keberhasilan usaha pada pengusaha di Sentra Industri Keramik Plered.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan teoritis dan praktis diantaranya:

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu manajemen khususnya yang berkaitan dengan perilaku kewirausahaan dalam meningkatkan keberhasilan usaha.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pengusaha di Sentra Industri Keramik Plered dalam upayanya meningkatkan keberhasilan usaha serta melakukan perbaikan - perbaikan dalan usahanya. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan bagi penelitian selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum pengaruh subletal pemaparan moluskisida niklosamida selama 12 minggu terhadap kondisi hematologi menunjukkan peningkatan secara nyata pada konsentrasi niklosamida 0,01

- Kreativitas yang inovatif dalam menciptakan suatu karya teknologi (prototipe, model, peralatan, proses) yang dibutuhkan oleh suatu kelompok masyarakat. (kelompok tani, industri

“Menumbuhkan Gelora Berpikir Matematis Para Cendekiawan Muslim Abad 21”. Pembuatan media permainan matematika dari barang tidak terpakai. Subtema ini membahas mengenai kreativitas

Masalah utama yang sering muncul dalam membaca untuk menemukan gagasan utama yaitu kurangnya pemahaman siswa terhadap isi bacaan serta kurangnya ketertarikan siswa

Nichiren Shonin berkata dalam “Surat Kepada Myoho Ama Gozen”: “Saddharma Pundarika Sutra menjelaskan bahwa tubuh fisik kita adalah Tubuh Perwujudan dari Sang Buddha,

sebagai lembaga politik mampu menjunjung tinggi supremasi hukum sebagaimana Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan “Negara Indonesia adalah negara hukum”, sehingga

Ajaran budi pekerti tentang memiliki rasa menghargai diri sendiri dalam puisi Kekean terkandung dalam baris, “Harapan hidup hanyalah lepas tali kekang, tancapkan

REALISASI PEMASARAN HASIL HUTAN OLAHAN PRODUKSI INDUSTRI SEKUNDER ATAU INDUSTRI LANUTAN MILIK SENDIRI YANG TERPADU DENGAN IPHHK ..1. KAYU LIMBAH DARI PEMANFAATAN ATAU