• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Strategik dan Manajemen Risiko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manajemen Strategik dan Manajemen Risiko"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS II

CONTOH BIDANG ILMU MANAJEMEN

MANAJEMEN STRATEGIK DAN MANAJEMEN

RISIKO

Nama : Aifa Nur Amalia

NIM : 1147050015

Kelas : IF-C

(2)

DAFTAR ISI

A. Manajemen Strategik...2

1. Pengertian Manajemen Strategik...2

2. Prinsip Manajemen Strategik...3

3. Karakteristik Manajemen Strategik...3

4. Komponen Proses Manajemen Strategik...6

5. Proses Manajemen Strategik...7

B. Manajemen Risiko...9

1. Pengertian Manajemen Risiko...9

2. Klasifikasi Risiko dalam Manajemen Risiko...10

3. Proses Manajemen Risiko...10

(3)

A. Manajemen Strategik

1. Pengertian Manajemen Strategik

Manajemen strategik adalah proses yang berkesinambungan dimulai dari perumusan strategi, dilanjutkan dengan pelaksanaan kemudian bergerak ke arah suatu peninjauan kembali dan penyempurnaan strategik tersebut, karena keadaan di dalam dan di luar perusahaan atau organisasi yang selalu berubah. Manajemen strategik merupakan arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategik adalah suatu cara dengan jalan bagaimana para perencana strategi menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategi. Manajemen strategik adalah untuk merencanakan suatu arah bagi perusahaan (Freeman, 1995: 52).

Karena itu studi tentang “manajemen strategik menekankan pada pemantauan dan evaluasi peluang serta ancaman lingkungan berdasarkan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi. Manajemen strategik menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan (Hunger, 2003: 4).

Menurut Alex Miller dalam Supratikno (2003: 11), manajemen strategik sebaiknya tidak dipahami sebagai “tugas”, tetapi dipahami sebagai suatu “disiplin”. Dengan demikian, manajemen strategik bukan tugas sekelompok orang dalam organisasi, melainkan sebagai suatu metode berpikir yang sebaiknya dimiliki oleh setiap karyawan organisasi. Manajemen strategik dapat diartikan sebagai usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan perusahaan untuk mengeksploitasi peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan (Muhammad, 2000: 6). Manajemen strategik menekankan perhatiannya pada penempatan organisasi dalam kaitannya dengan lingkungan yang sedang berubah dan harapan-harapan yang berpengaruh (Yusanto, 2002: 119).

(4)

10) bahwa manajemen strategi adalah perencanaan berskala yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (visi), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk menghasilkan barang atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi. Visi memberikan arah terhadap usaha apapun (O’Connor, 2003: 85).

Manajemen strategik dapat pula didefinisikan sebagai: proses perencanaan, pengarahan (directing), pengorganisasian, dan pengendalian berbagai keputusan dan tindakan strategis perusahaan dengan tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif.1

2. Prinsip Manajemen Strategik

Prinsip manajemen strategik dibagi menjadi:

a. Perencanaan Strategi Merembes (menembus), seluruh manajer di berbagai divisi harus belajar untuk berfikir secara strategis, seluruh tingkat manajerial akan terlibat didalam manajemen strategi dengan berbagai cara tertentu. Tiap pola dan cara yang akan dipakai berbeda namun masih mengarah pada sasaran yang sama, tujuan yang ditetapkan.

b. Perencanaan Komprehensif, maksudnya adalah perencanaan yang berdasarkan pada kebutuhan serta pengembangan bisnis, tidak dibuat dengan asal-asalan

3. Karakteristik Manajemen Strategik

Berangkat dari kenyataan bahwa manajemen strategik mencakup manajemen organisasi secara keseluruhan, maka manajemen strategik cenderung menjadi suatu pokok bahasan yang dapat dipandang dari berbagai perspektif yang berbeda, yaitu :

(5)

a. Manajemen Strategik Meningkatkan Efektivitas Organisasional

Dalam setiap organisasi terdapat dua persyaratan yang sangat esensial untuk sukses, yaitu: efisiensi dan efektivitas.

Efisiensi berhubungan dengan bagaimana sebaiknya suatu aktivitas dilakukan untuk mencapai efisiensi, suatu organisasi perlu menetapkan suatu metode, prosedur, sistem, aturan dan lainnya untuk melaksanakan suatu aktivitas. Pendekatan efisiensi memastikan bahwa suatu organisasi melaksanakan aktivitas atau tindakan dengan benar (doing things right).

Efektivitas berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas yang benar. Efektivitas terutama ditentukan oleh hubungan antara suatu organisasi dan lingkungan eksternalnya. Pendek kata, efektivitas memastikan bahwa suatu organisasi melaksanakan aktivitas yang benar (doing right things).

Manajemen strategik terutama difokuskan pada penciptaan efektivitas organisasi, sebab efektivitas berhubungan dengan kesesuaian antara organisasi dan lingkungannya yang relevan. Menciptakan suatu organisasi yang efisien relatif lebih mudah dengan menyusun dan menetapkan metode, prosedur dan sistem untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sehari-hari.

Sedang menciptakan efektivitas organisasi mungkin lebih sulit karena berhubungan dengan kesesuaian lingkungannya yang selalu mengalami perubahan.

b. Manajemen Strategik Berorientasikan ke Arah Jangka Panjang

Secara umum strategi berbicara mengenai isu-isu yang menjangkau lebih dari satu periode anggaran atau jangka pendek. Manajemen strategik membahas persoalan organisasi yang berdimensi masa depan, bukan masa kini atau masa lalu.

Banyak faktor atau variabel yang mempengaruhi perencanaan atau manajemen strategik dalam jangka panjang antara lain:

1) Faktor-faktor pasar misalnya persaingan, prediksi permintaan masa yang akan datang, ancaman produk atau jasa substitusi, reliabilitas pemasak dan sebagainya.

(6)

3) Faktor-faktor kinerja. Organisasi yang selalu mempertahankan atau memelihara kinerja atau kondisi yang sedang dicapai berarti hanya fokus pada jangka pendek.

4) Manajemen strategik berkenaan dengan keputusan-keputusan manajemen puncak atau manajer senior.

Walaupun suatu karyawan terlibat dalam implementasi keputusan strategik, kebanyakan keputusan-keputusan stratetik berasal dari para manajer puncak. Namun para manajer puncak dapat berkonsultasi untuk mendapatkan masukan para karyawan sebelum mengambil keputusan yang bersifat strategis. Dengan melakukan konsultasi dengan para karyawan, para manajer tidak hanya akan menghasilkan keputusan-keputusan yang berkualitas, tetapi juga akan meningkatkan komitmen karyawan karena karyawan akan merasa telah menjadi bagian dalam proses pengambilan keputusan. Sehingga para karyawan akan merasa mempunyai tanggung jawab dalam mengimplementasikan keputusan-keputusan strategik tersebut. Seorang manajer akan dapat mengetahui cara-cara atau metode yang tepat untuk menghindari atau mengurangi besarnya kerugian yang diderita perusahaan, sebagai akibat ketidakpastian terjadinya suatu peristiwa yang merugikan (Djojosoedarso, 1999: 5).

c. Manajemen Strategik Terdapat pada Setiap Level Organisasi

(7)

d. Manajemen Strategik Masyarakat Pengetahuan yang Luas Tentang Organisasi

Sifat keputusan-keputusan strategik yang biasanya menyangkut perubahan kebiasaan dan perilaku diperlukan pandangan atau spektrum yang lebih luas tentang aktivitasaktivitas lintas fungsi dalam suatu organisasi. Manajemen strategik masyarakat wawasan general management bagi para manajer puncak atau CEO (Chief Executive Officer). CEO yang hanya fokus pada bidang tertentu (misalnya enginering, administrasi, akuntansi) akan gagal melaksanakan sifat integratif (terpadu). Dari strategi dan tidak akan mampu mendorong kinerja organisasi secara keseluruhan dalam jangka panjang (Jatmiko, 2003: 6 – 9).

4. Kompenen Proses Manajemen Strategik

Terdapat beberapa komponen dalam proses manajemen strategik, di antaranya:

a. Misi Organisasi (perusahaan), merupakan gambaran tujuan tentang keberadaan perusahaan. Misi ini meliputi tipe, ruang lingkup serta karakteristik tindakan yang akan dijalankan.

b. Tujuan, merupakan hasil akhir dari sebuah kegiatan. Di sini akan ditegaskan hal apa ayang akan digapai, kapan waktunya, dan berapa yang harusnya dicapai.

c. Strategi, merupakan suatu keterampilan atau ilmu dalam memenangkan sebuah persaingan. Persaingan adalah perebutan konsumen (pangsa pasar) dan konsumen setiap saat akan mengalami perubahan, maka strategi hendaknya dikelola dengan sedemikian rupa supaya tujuan perusahaan bisa tercapai

(8)

e. Profil Perusahaan, menggambarkan kondisi perusahaan baik itu keuangan, sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya fisik lainnya.

f. Lingkungan Eksternal, merupakan seluruh kekuatan yang akan memberikan pengaruh terhadap pilihan strategi serta mendifinisikan kondisi kompetisinya.

g. Lingkungan Internal, lingkungan internal mencakup seluruh unsur bisnis yang terdapat pada perusahaan.

h. Analisa Strategi dan Pilihan, hal ini ditujukan kepada keputusan dalam investasi untuk masa mendatang.

i. Strategi Unggulan, merupakan rencana umum serta komprehensif atas semua aktivitas utama yang ditujukan pada usaha pencapaian sasaran dalam lingkungan yang bersifat dinamis.

j. Strategi Fungsional, adalah penjabaran strategi umum yang nantinya dijalankan oleh divisi.

5. Proses Manajemen Strategik

Pearce dan Robinson (2005: 3) memberikan penjelasan mengenai berbagai tugas penting yang harus dilakukan manajemen puncak perusahaan, sebagai pihak yang memiliki inisiatif untuk melakukan proses manajemen strategik. Menurut mereka, terdapat sembilan tugas penting dalam menerapkan proses manajemen strategik, yaitu :

a. Menyusun misi perusahaan, termasuk di dalamnya pernyataan mengenai maksud pendirian perusahaan, filosofi perusahaan dan tujuan perusahaan.

b. Melakukan analisis untuk mengetahui kondisi internal dan kemampuan perusahaan.

(9)

d. Melakukan analisis terhadap alternatif pilihan strategi perusahaan dengan membandingkan kesesuaian antara sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan lingkungan yang dihadapi perusahaan.

e. Melakukan identifikasi terhadap alternatif pilihan strategi yang diinginkan melalui evaluasi masing-masing pilihan strategi disesuaikan dengan misi dan tujuan perusahaan.

f. Memilih sekumpulan tujuan jangka panjang berikut strategi utama (grand strategy) yang paling memungkinkan untuk mencapai tujuan perusahaan.

g. Membuat tujuan tahunan (annual objectives) dan strategi jangka pendek yang mendukung pencapaian tujuan jangka panjang dan strategi utama.

h. Melakukan implementasi strategi terpilih melalui anggaran alokasi sumber daya yang dibutuhkan, di mana dalam alokasi sumber daya ini terdapat penekanan pentingnya keselarasan antara tugas, manusia, struktur organisasi, teknologi yang digunakan serta sistem imbalan (reward system) yang diterapkan.

(10)

B. Manajemen Risiko

1. Pengertian Manajemen Risiko

Menurut Smith, Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.

Menurut Clough and Sears, Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.

Menurut William, Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.

Menurut Dorfman, Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.

Menurut Djohanputro (2008;43) Manajemen resiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan resiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan resiko.

Pengertian manajemen risiko menurut Siagian dan Sekarsari (2001) dalam pandangannya bahwa manajemen risiko adalah luas tidak hanya terfokus pada pembelian asuransi tapi juga harus mengelola keseluruhan risiko-risiko organisasi. Definisi tentang manajemen risiko memang bermacam-macam, akan tetapi pada dasarnya manajemen risiko bersangkutan dengan cara yang digunakan oleh sebuah perusahaan untuk mencegah ataupun menanggulangi suatu risiko yang dihadapi (Kerzner, 2004)

Menurut Siahaan (Manajemen Risiko. PT Elex Media Computindo. Jakarta. 2007) manajemen risiko adalah perbuatan (praktik) dengan manajemen risiko, menggunakan metode dan peralatan untuk mengelola risiko sebuah proyek.

(11)

menangani dan mengendalikan segala kemungkinan dari kejadian-kejadian yang dapat merugikan suatu perusahaan.

2. Klasifikasi Risiko dalam Manajemen Risiko

a. Risiko Operasional, adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem. Sumber terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa, akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem diharapkan. Walaupun ada beberapa overlapping (tumpang tindih) di antara kategori-kategori ini, namun sumber penyebab kerugian (dan risiko) dapat diklasifikasikan sebagai risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya.

c. Risiko Finansial, adalah resiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuhi kewajiban pembayaran deviden atau bunga serta pokok pinjaman. d. Risiko Strategik, adalah risiko terjadinya serangkaian kondisi yang

tidak terduga yang dapat mengurangi kemampuan manajer untuk mengimplementasikan strateginya secara signifikan.

3. Proses Manajemen Resiko

(12)

a. Internal Environment (Lingkungan internal)

Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko), risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang.

b. Objective Setting (Penentuan tujuan)

Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko.

Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective di instansi Pemerintah berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu :

(1) Operations Objectives; (2) Reporting Objectives; (3) Compliance Objectives.

Risk tolerance dapat diartikan sebagai variation dalam pencapaian objective yang dapat diterima oleh manajemen. Dalam penerapan pelayanan pajak modern seperti pengiriman SPT WP secara elektronik, diperkirakan 80% Wajib Pajak (WP) Besar akan mengimplementasikannya. Bila ditentukan risk tolerance sebesar 10%, dalam hal 72% WP Besar telah melaksanakannya, berarti tujuan penyediaan fasilitas tersebut telah terpenuhi. Disamping itu, terdapat pula aktivitas suatu organisasi seperti peluncuran roket berawak dengan risk tolerance adalah 0%.

c. Event Identification (Identifikasi risiko)

(13)

tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negatif (risks).

Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu :

(1) Exposure Analysis; (2) Environmental Analysis; (3) Threat Scenario;

(4) Brainstorming Questions.

Salah satu model, yaitu exposure analysis, mencoba mengidentifikasi risiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial assets, physical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian risiko kehilangan dan risiko penurunan. seperti kas dan simpanan di bank.

d. Risk Assessment (Penilaian risiko)

Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko). Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakan perkalian antara likelihood dan consequence.

Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu :

(1) Qualitative Techniques; (2) Quantitative Techniques.

Qualitative techniques menggunakan beberapa tools seperti self-assessment (low, medium, high), questionnaires, dan internal audit reviews. Sementara itu, quantitative techniques data berbentuk angka yang diperoleh dari tools seperti probability based, non-probabilistic models

(optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking.

(14)

Namun, bila digabungkan bisa menjadi signifikan. Demikian pula, risiko yang mempengaruhi banyak business units perlu dikelompokkan dalam

common event categories, dan dinilai secara aggregate.

e. Risk Response (Sikap atas risiko)

Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa :

1) Avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan risiko;

2) Reduction, yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi

likelihood atau impact dari risiko;

3) Sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain;

4) Acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.

Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk response.

f. Control Activities (Aktivitas-aktivitas pengendalian)

Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies) dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktivitas pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi:

1) Integritas dan nilai etika; 2) Kompetensi;

3) Kebijakan dan praktik-praktik sdm; 4) Budaya organisasi;

5) Filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen; 6) Struktur organisasi; dan

(15)

Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan aktivitas pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah preventive, detective, corrective, dan directive.

Sementara aktivitas pengendalian berupam: (1) pembuatan kebijakan dan prosedur; (2) pengamanan kekayaan organisasi; (3) delegasi wewenang dan pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan. Aktivitas pengendalian hendaknya terintegrasi dengan manajemen risiko sehingga pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi dapat menjadi optimal.

g. Information and Communication (Informasi dan komunikasi)

Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat komunikasi.

Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi :

1) Appropriate; 2) Timely; 3) Current; 4) Accurate; 5) Accessible.

Arah komunikasi dapat bersifat internal dan eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan-pesan melalui media elektronis.

h. Monitoring

(16)
(17)

DAFTAR REFERENSI

Solihin, Ismail. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sulastri, Lilis, Dr., MM. 2014. Manajemen Sebuah Pengantar Sejarah, Tokoh, Teori, dan Praktik. Bandung: La Good’s Publishing.

Andriyanto, Lilik. (2013). Manajemen Resiko, [Online]. Tersedia:

https://goondrex.wordpress.com/2013/07/09/manajemen-resiko/ [11 Februari 2016].

Nicho, Eka. (2015). Manajemen Strategi, [Online]. Tersedia:

http://nichonotes.blogspot.com/2015/02/manajemen-strategi.html [11

Februari 2016].

Rini, Fitriyanti. (2012). Pengertian Manajemen Resiko, [Online]. Tersedia:

Referensi

Dokumen terkait

mendapat dukungan yang dibutuhkan dari semua manajer dalam perusahaan.. Manajemen Strategik : Visi dan Misi Bisnis Page 7 Proses pengembangan pernyataan misi, beberapa

Manajemen strategik adalah sistem perencanaan yang berorientasi keluar dan menggunakan falsafah “creating the future from the future.” Perumusan strategi merupakan tahap

1) Dimensi waktu dan orientasi masa depan. Manajemen strategi berorientasi kepada sasaran jangka panjang. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan

Sedangkan pengertian manajemen strategi menurut Hadar Nawawi (2005;148-149), adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi

“Manajemen Stratejik adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan stratejik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut VISI) dan ditetapkan

Sedangkan pengertian manajemen strategis menurut Nawawi (2007) adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada

Lain halnya dengan Nawawi menjelaskan bahwa manajemen strategi merupakan perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan

Strategi merupakan rencana berskala besar yang tujuannya untuk jangkauan masa depan yang jauh dan ditetapkan dengan penuh pertimbangan, kebijaksanaan sedemikian