MANAJEMEN STRATEGIK
DALAM PENDIDIKAN
Oleh : Dr. H. Enas,.MM
PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
Aturan Penilaian
1. Kehadiran : 75 % (3 X Pertemuan)
2. UTS (Tugas Terstruktur
Individu/Kelompok)
3. Presentasi Tugas
Referensi :
Buku/bacaan pokok dalam perkuliahan adalah
1. Fidler, B. 2002. Strategic Management for School Development. London: Paul Chapman Publishing.
2. Hussey, D. 1998. Strategic Management From Theory to Implementation. Oxford: Butterworth-Heinemann.
3. Adnan Sandy Setiawan; “Manajemen Perguruan Tinggi Di Tengah Perekonomian Pasar dan Pendidikan Yang Demokratis “, “INDONews (s)”indonews@indonews. com. 24 Maret 2006
4. Ani M. Hasan (2003); “Pengembangan Profesional Guru di Abad Pengetahuan”, Pendidikan Network : 24 Maret 2006 5. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998); Total Quality
Management (TQM), Andi Ofset : Yogyakarta
6. Frietz R Tambunan (2004); “Mega Tragedi Pendidikan Nasional”, Kompas : 16 Juni 2004
7. Hadari Nawawi (2005); Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers : Yogyakarta
Deskripsi Perkuliahan
•
Dalam mata kuliah ini membahas tentang konsep
Pengertian Manajemen
•
Istilah
manajemen
berasal dari
kata
management
(bahasa Inggris),
turunan dari kata
“ to manage”
yang artinya mengurus atau tata
laksana atau ketata laksanaan.
Sehingga manajemen dapat diartikan
bagaimana cara manajer (orangnya)
mengatur,
membimbing
dan
memimpin
semua
orang
yang
menjadi pembantunya agar usaha
yang
sedang
digarap
dapat
mencapai
tujuan
yang
telah
Pengertian Manajemen
Menurut Nickles, Mc Hingh dan Mc Hugh
(1997),
management is the process used be
accompalish organizational goals through
planning,
organizing,
directing,
and
controlling people and other organizational
resources
Manajemen adalah sebuah proses yang
dilakukan
untuk
mewujudkan
tujuan
organisasi
melalui
rangkaian
kegiatan
berupa
perencanaan,
pengorganisasian,
1. Menurut James A.F Stoner, Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Menurut Mary Parker Follet, Manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus.
3. Menurut Drs. Oey Liang Lee, Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian,penyusunan,pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Menurut Lawrence A. Appley, Manajemen adalah seni
pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha
orang lain
6. Menurut Horold Koontz dan Cyril O’donnel,
Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu
tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
Sebenarnya ada banyak versi mengenai defnisi
manajemen,
namun
demikian
pengertian
manajemen
itu sendiri secara umum yang bisa kita
jadikan pegangan adalah
“Manajemen adalah suatu
proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan,
seperti
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakan
dan
pengendalian
atau
PENGERTIAN
STRATEGI
Kata strategi
berasal dari bahasa yunani “
Strategos”
terdiri dari dua kata
Stratos yang
berarti militer
dan
ag yang berarti
memimpin yang berarti generalship
atau
sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal
perang untuk memenangkan perang.(Agustinus,
1996 ; 19 )
Strategi
adalah rencana jangka panjang
dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan
untuk
mencapai
tujuan
tertentu,
yang
umumnya adalah “kemenangan”.
Pengertian strategi menurut Glueck dan
Jauch
adalah Rencana yang disatukan, luas
dan
berintegrasi
yang
menghubungkan
keunggulan strategis perusahaan dengan
tantangan lingkungan, yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama dari
perusahaan
dapat
dicapai
melalui
pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.
Strategi
adalah menentukan apa yang harus
Pengertian manajemen Strategi
Menurut Wahyudi (1996:15) “Manajemen strategik
adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan
(formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi
(evaluating) tentang keputusan-keputusan strategis
antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah
organisasi mencapai tujuan-tujuan masa mendatang.”
Manajemen strategis merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan.
Menurut Fred R.David (2004 : 5) :Manajemen strategis adalah ilmu mengenai perumusan, pelaksanaan dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi
mencapai tujuannya.
Menurut Husein Umar (1999 : 86): Manajemen strategis sebagai suatu seni dan ilmu dalam hal pembuatan (formulating),
penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating ) keputusan-keputusan startegis antara fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya di masa datang.
Menurut Lawrence R. Jauch dan Wiliam F. Gluech (Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, 1998) : Manajemen
•
Aspek
manajemen
yaitu
perumusan strategi, implementasi
strategi dan evaluasi strategi
•
Aspek strategi
adalah pemetaan
dan analisis terhadap lingkungan
eksternal dan internal organisasi
serta sumber daya yang dimiliki
untuk
dimanfaatkan
sebagai
Otonomi
yang
demikian
besar
diberikan
kepada
sekolah
ini
seharusnya
menjadi
dasar
untuk
menerapkan
manajemen strategik
.
Manajemen strategik
dalam dunia
pendidikan
merupakan
suatu
pengelolaan
satuan
pendidikan
berdasarkan
pendekatan
terhadap
Menurut
W.F
.Glueck
(1988)
Manajemen strategi adalah serangkaian
keputusan-keputusan
dan
tindakan-tindakan manajerial yang mengarah pada
penyusunan strategi-strategi efektif untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Disamping itu pengertian manajemen strategik yang telah sebutkan terakhir dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Manajemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti mencakup seluruh komponen dilingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk rencana strategis (Renstra) yang dijabarkan menjadi perencanaan operasional, yang kemudian dijabarkan pula dalam bentuk program kerja dan proyek tahunan.
2. Renstra berorientasi pada jangkauan masa depan.
3. Visi, misi, pemilihan strategi yang menghasilkan strategi induk, dan tujuan strategi organisasi untuk jangka panjang merupakan acuan dalam merumuskan rencana strategi, namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan manajemen puncak secara tertulis semua acuan tersebut terdapat didalamnya. 4. Renstra dijabarkan menjadi rencana operasional yang antara lain berisi
program-program operasional termasuk proyek-proyek, dengan sasaran jangka sedang masing-masing juga sebagai keputusan manajemen puncak.
5. Penetapan renstra dan rencana operasi harus melibatkan manajemen puncak karena sifatnya sangat mendasar/prinsipil dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi, untuk mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi jangka sedang termasuk panjangnya.
Adapun langkah-langkah Strategis sebagai berikut :
a. Analisis potensi dan profl satuan pendidikan
(sekolah / madrasah) untuk mengidentifkasi -langkah
yang
harus
ditempuh
dalam
melaksanakan
manajemen strategik adalah kekuatan dan kelemahan.
b. Analisis lingkungan untuk mengidentifaksi peluang
dan
ancaman
dalam
melaksanakan
kegiatan
pendidikan.
c. Menetapkan visi, misi dan tujuan berdasarkan
analisis potensi dan lingkungan sebagai acuan dalam
pengelolaan satuan pendidikan.
d. Menetapkan strategi yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja sekolah dalam mencapai visi,
misi dan tujuan sekolah.
Pengertian Visi, Misi, Falsafah :
Visi
adalah cita-cita dimasa depan yang
difkirkan oleh pendiri atau pemimpin
organisasi.
Misi
adalah penjabaran dari visi kedalam
statement organisasi yang terfokus
kepada kebutuhan stakeholdernya.
Proses manajemen strategi merupakan suatu paket komitmen keputusan dan langkah yang diharapkan bagi sebuah perusahaan untuk mencapai tingkat daya saing dan menghasilkan laba di atas rata-rata
SWOT ANALYSIS
Strategik Intent Strategik Mission
Perumusan Strategi
•Strategi tingkat bisnis •Dinamika Persaingan
•Strategi Tingkat Perusahaan
•Strategi Restrukturisasi dan Akuisisi
•Strategi Internasional
Penerapan Strategi
•Kepemimpinan Perusahaan •Struktur dan Pengendalian •Kepemimpinan Strategis •Kewirausahaan dan Inovasi
Daya Saing Strategis Laba di atas rata-rata
Evaluasi & Kontrol
Keberadaan lembaga pendidikan sebagai salah satu pranata sosial budaya saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks. Lembaga pendidikan kini berhadapan dengan derasnya arus perubahan akibat globalisasi yang memunculkan persaingan dalam pengelolaan lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta. Globalisasi menuntut perlunya relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja/industri terhadap mutu lulusan (out-put) serta munculnya globalisasi pendidikan dengan bermunculannya lembaga pendidikan yang bertaraf internasional.
Berkaitan dengan meningkatnya persaingan dalam bidang pendidikan ini, terjadi pula perubahan pada perilaku konsumen, dalam hal ini yang dimaksud adalah masyarakat (orangtua dan siswa), maupun dunia usaha. Karena banyaknya pilihan, konsumen kini menjadi semakin banyak tuntutan, baik mengenai kualitas lulusan dan biaya pendidikan maupun pasilitas pendidikan. Bargaining power masyarakat meningkat sedemikian rupa sehingga industri atau dunia pendidikan terpaksa harus melayaninya kalau tidak mau akan tersingkir dari kancah persaingan yang makin berat.
Dengan kata lain dunia pendidikan kini dituntut
untuk mengembangkan manajemen strategi
dan operasi yang pada dasarnya banya
diterapkan dalam dunia usaha, sebagai langkah
antisipatif
terhadap
kecenderungan-kecenderungan baru guna mencapai dan
mempertahankan posisi bersaingnya, sehingga
nantinya dapat dihasilkan manusia-manusia
yang
memiliki
sumber
daya
manusia
berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan
zaman.
•
Pengaruh
globalisasi
tak
bisa
MENGAPA PERLU STRATGY
Perubahan tidak dapat dicapai dengan
cepat
Berbagai
perubahan
memerlukan
persiapan yang serius sebelum waktu
perubahan datang
Masa depan akan berbeda dengan saat ini
Lingkungan yang penuh ketidak pastian
(Uncertainly)
Apa Karakteristik
Sekolah Efektif
1.KEPEMIMPINAN YANG PROFESIONAL (Professional Leadership) 2.VISI DAN TUJUAN BERSAMA (Shared Vision and Goals)
3.LINGKUNGAN BELAJAR (a Learning Environment)
4.KONSENTRASI PADA BELAJAR-MENGAJAR (Concentration on Learning and Teaching)
5.HARAPAN YANG TINGGI (High Expectation)
6.PENGUATAN/PENGAYAAN/PEMANTAPAN YANG POSITIF (Positive Reinforcement)
7.PEMANTAUAN KEMAJUAN (Monitoring Progress)
8.HAK DAN TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK (Pupil Rights and Responsibility)
9.PENGAJARAN YANG PENUH MAKNA (Purposeful Teaching) 10.ORGANISASI PEMBELAJAR (a Learning Organization)
BERBAGAI DIMENSI EFFECTIVE SCHOOL
(RESEARCH IN SCHOOL IMPROVEMENT, 1983)
31
Dimensi Leadership
• Iklim & Atmosphere yang kondusif
• Tujuan jelas, dapat dicapai, relevan
• Guru berorientasi pengelolaan kelas yang baik
• Inservice Training yang efektif untuk guru
Dimensi Pendukung
• Konsensus terhadap nilai-nilai dan tujuan
• Rencana stratejik dan koordinasi
• Staf kunci yang berkelanjutan
• Dukungan Dinas Pendidikan dan Pemda
Dimensi Efisiensi
• Penggunaan waktu pengajaran yang efektif (Intensitas
Interaksi)
• Lingkungan sekolah dan kelas yang disiplin • Evaluasi dan umpan balik secara berkelanjutan • Kegiatan kelas terstruktur dengan baik
• Petunjuk pembelajaran yang baik
• Penekanan terhadap pengetahuan dan skill yang tinggi • Kesempatan untuk belajar secara maksimal
Dimensi Efficacy
• Harapan untuk mencapai
prestasi tinggi
• Reward untuk prestasi &
kinerja tinggi
• Kerjasama dan interaksi
dalam kelas
• Keterlibatan semua staf
dalam peningkatan kinerja sekolah
• Otonomi dalam melaksanakan
proses pembelajaran sekolah
• Guru yang emphaty dan
memiliki kemampuan interpersonal dengan siswa
• Menekankan kepada
pekerjaan rumah siswa
• Akuntabilitas terhadap hasil
belajar
• Interaksi sesama guru yang
SEKOLAH SEBAGAI SUATU SISTEM ORGANISASI YANG TERBUKA 32
Instrumental Input
- Guru - Sarana/Prasarana - Kurikulum - Administrasi/organisasi - Keuangan Proses(Management) Output Outcome SISWA
Input (Walls 1990)
Feed Back
- Masyarakat - Orang tua - Dunia Usaha - Pemerintah - DP/KS. DL - dll
Environmental Input
- Dimensi Kognitif
- Dimensi Keterampilan - Dimensi Sikap/Nilai - Dimensi Hubungan
- Bekerja
DINAMIKA SISTEM KEHIDUPAN BEBAS (SCHOOL DINAMYCS)
33
Komite Sekolah Sekolah Sebagai Sistem
Pengawas/Kepala
Sekolah Tata Usaha SekolahAdministrator dan
KKG MGMP
Teman-teman siswa lainnya Guru
Orang Tua
Siswa
Ruang Kelas
KKS MKKS APSI/
KORWAS
34
Perspektif Proses-Output
(Walls, 1990)
Memandang luaran pendidikan yang ungul akan ditentukan oleh Proses (Struktur persekolahan,
lingkungan, corporate culture, pembelajaran efektif, dll)
Keuntungan
Memperhatikan siswa unggul dan kurang unggul
Perspektif Input-Output (Seeley, 1988)
Memandang luaran pendidikan yang unggul karena inputnya unggul
Kelemahannya
• Eksklusif
• Mengabaikan siswa yang tidak
unggul
STRATEGI MENUJU SEKOLAH UNGGUL
Model Kombinasi
• Memperhatikan “Minimal Requirement”
Anak didik yang akan diterima
• Kualifkasi Guru • Kompetensi Guru
Proses pembelajaran diselenggarakan sedemikian rupa sehingga terasa hidup, memotivasi, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memberikan ruang yang cukup untuk berprakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik peserta didik.
Dalam proses pembelajaran pendidikan memberikan keteladanan
Untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif & efisien setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran dan pengawasan yang baik.
STRATEGI DAN ARAH MENUJU SEKOLAH UNGGUL
PP19/2005 STRATEGI KEBIJAKAN
Kondisi Sekolah Saat Ini:
• Dimensi kognitif kearah
hafalan
• Dimensi keterampilan ke
arah mekanistik
• Dimensi nilai sudah
terabaikan
• Dimensi hubungan (ranah
interaktif kurang mendapat perhatian)
Sosok Sekolah Unggul:
• Dimensi kognitif: penguasaan pengetahuan
dan bidang studi Kompetensi
• Dimensi ketrampilan: kearah life skill,
berpikir kreatif, inovatif
• Dimensi Nilai: sikap terhadap diri sendiri,
orang lain, lingkungan, moral etos kerja
• Dimensi hubungan yang interaktif, dialogis
36 MUTU DAN MUTU DAN RELEVANSI RELEVANSI PENDIDIKAN PENDIDIKAN Pengembangan sekolah berbasis keunggulan
lokal di setiap kabupaten/kota
Pembangunan sekolah bertaraf internasional di setiap provinsi dan/atau
kabupaten/kota
Pengembangan guru
sebagai profesi kompetensi pendidikPengembangan dan tenga pendidikan
Mendorong Jumlah Jurusan di PT yg masuk dalam 100
besar Asia
Akselerasi Jumlah Prodi Kejuruan, Vokasi, dan
Profesi Penerapan Telematika dalam pendidikan Perluasan Pendidikan Kecakapan Hidup Implementasi dan penyempurnaan
SNP oleh BSNP
Perluasan dan peningkatan mutu
akreditasi
Perbaikan sarana dan prasarana
Penjaminan mutu secara terprogram dengan mengacu pada SNP
Peningkatan jumlah dan mutu publikasi ilmiah, dan
HAKI MUTU DAN MUTU DAN RELEVANSI RELEVANSI PENDIDIKAN PENDIDIKAN Pengembangan sekolah berbasis keunggulan
lokal di setiap kabupaten/kota
Pembangunan sekolah bertaraf internasional di setiap provinsi dan/atau
kabupaten/kota
Pengembangan guru
sebagai profesi kompetensi pendidikPengembangan dan tenga pendidikan
Mendorong Jumlah Jurusan di PT yg masuk dalam 100
besar Asia
Akselerasi Jumlah Prodi Kejuruan, Vokasi, dan
Profesi Penerapan Telematika dalam pendidikan Perluasan Pendidikan Kecakapan Hidup Implementasi dan penyempurnaan
SNP oleh BSNP
Perluasan dan peningkatan mutu
akreditasi
Perbaikan sarana dan prasarana
Penjaminan mutu secara terprogram dengan mengacu pada SNP
Peningkatan jumlah dan mutu publikasi ilmiah, dan
HAKI
37
Sekolah Unggul
Mampu Menciptakan APA
Sekolah yang mampu memberikan layanan optimal kepada seluruh anak dgn berbagai perbedaan bakat, minat kebutuhan belajar
Sekolah mampu meningkatkan secara signifikan kapabilitas yang dimiliki anak didik menjadi aktualisasi diri yang memberikan kebanggaan
Sekolah yang mampu membangun karakter kepribadian yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri siswa
Sekolah yang mampu memberdayakan sumber daya yang ada secara optimal dan efektif
Sekolah yang mampu mengembangkan networking yang luas kepada stakeholder
Sekolah yang mampu mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajar
Sekolah yang renponsif terhadap perubahan
Sekolah yang mampu memberikan layanan optimal kepada seluruh anak dgn berbagai perbedaan bakat, minat kebutuhan belajar
Sekolah mampu meningkatkan secara signifikan kapabilitas yang dimiliki anak didik menjadi aktualisasi diri yang memberikan kebanggaan
Sekolah yang mampu membangun karakter kepribadian yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri siswa
Sekolah yang mampu memberdayakan sumber daya yang ada secara optimal dan efektif
Sekolah yang mampu mengembangkan networking yang luas kepada stakeholder
Sekolah yang mampu mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajar
Manajemen Strategi Dalam
Mengelola Satuan Pendidikan
• Dunia pendidikan sedang menjadi pusat perhatian semua komponen bangsa ini. Berdasarkan keyakinan bangsa yang hebat ini bahwa pendidikan dapat mengubah masa depan bangsa, maka sejak reformasi dilakukan berbagai perubahan mendasar dalam pengelolaan pendidikan.
• Perubahan mendasar dilakukan dengan mengubah konstitusi, Undang-undang Sistem Pendidikan Nomor 02/1989 menjadi Nomor 20/2003, diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, serta secara teknis dituangkan ke dalam peraturan menteri pendidikan tentang delapan
standar pengelolaan pendidikan.
Dalam UUSPN, diungkapkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional pada pasal 3 yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UUSPN 20/2003).
Dari Visi Depdiknas di atas dapat kita maknai bahwa Depdiknas lebih menekankan pada pendidikan transformatif, yang menjadikan pendidikan sebagai motor penggerak perubahan dari “masyarakat berkembang” menuju “masyarakat maju”. Pembentukan masyarakat maju selalu diikuti oleh proses transformasi struktural, yang menandai suatu perubahan dari masyarakat yang potensi kemanusiannya kurang berkembang menuju masyarakat maju dan berkembang yang mengaktualisasikan potensi kemanusiannya secara optimal. Bahkan di era global sekarang, transformasi itu berjalan dengan sangat cepat yang kemudian mengantarkan pada masyarakat berbasis pengetahuan.
Perubahan mendasar tersebut berada pada perubahan pengelolaan pendidikan, dari pengelolaan sentralistik menjadi desentralistik. Pengelolaan pendidikan dengan berorientasi pada “kepuasan pelanggan” dengan mengedepankan mutu pendidikan. Salah satu alternatif yang harus dilakukan oleh setiap satuan pendidikan adalah mereset pengelolaan pendidikan dengan menerapkan manajemen strategik.
Tahapan Pembangunan Pendidikan Nasional
41
MISI 2010-2014 :
M1. Meningkatkan Ketersediaan Layanan Pendidikan M2. Meningkatkan Keterjangkauan Layanan Pendidikan M3. Meningkatkan Kualitas/Mutu dan Relevansi Layanan Pendidikan
M4. Meningkatkan Kesetaraan Memperoleh Layanan Pendidikan M5. Meningkatkan Kepastian/Keterjaminan Memperoleh Layanan Pendidikan
VISI 2014 :
“Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif“
VISI 2025 INSAN INDONESIA CERDAS & KOMPETITIF
PERIODE 2005-2009 2010-2014 2015-2019 2020-2024
TEMA Peningkatan
Kapasitas & Modernisasi
Penguatan
Pelayanan Daya Saing Regional InternasionalDaya Saing
Kebijakan Sentralistik
Kebijakan pendidikan pada masa Orde Baru mengarah pada penyeragaman. Tilaar (2002:3) menjelaskan pendidikan di masa ini diarahkan kepada uniformalitas atau penyeragaman di dalam berpikir dan bertindak. Pakaian seragam, wadah-wadah tunggal dari organisasi sosial masyarakat, semuanya diarahkan kepada terbentuknya masyarakat yang homogen. Pada masa ini tidak ada tempat bagi perbedaan pendapat, sehingga melahirkan disiplin semu dan melahirkan masyarakat peniru.
Pada masa ini pertumbuhan ekonomi yang dijadikan panglima dengan tidak berakar pada ekonomi rakyat dan sumber daya domestik serta ketergantungan pada utang luar negeri sehingga melahirkan sistem pendidikan yang tidak peka terhadap daya saing dan tidak produktif. Pendidikan tidak mempunyai akuntabilitas sosial oleh karena masyarakat tidak diikutsertakan di dalam manajemen sekolah.
Penerapan pendidikan tidak lagi diarahkan pada peningkatan kualitas, melainkan pada target kuantitas. Akuntabilitas pendidikan sangat rendah walaupun telah diterapkan prinsip ‘link and match” karena manajemen hanya dilakukan oleh sekelompok orang.
Pada masa transisi, kebijakan pendidikan merupakan masa refeksi terhadap arah pendidikan nasional. Tilaar (2000:5) menjelaskan bahwa pada masa krisis membawa masyarakat dan bangsa pada keterpurukan dari krisis moneter membuat menjadi krisis ekonomi dan berakhir pada krisis kepercayaan.
Krisis kepercayaan telah menjadi warna yang dominan di dalam kebudayaan kita dewasa saat itu. Oleh karena pendidikan merupakan proses pembudayaan, maka krisis kebudayaan yang dialami merupakan refeksi dari krisis pendidikan nasional. Pada masa ini direfeksi berbagai pemikiran dalam memajukan sistem pendidikan kita, sehingga berbagai perubahannya dirasakan sangat drastis, dan sebagian pelaku pendidikan “tercengang” dan masih galau dalam menjalankan kebijakan baru.
Kebijakan Desentralistik
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di beberapa negara maju menunjukkan, bahwa kebijakan desentralisasi berpengaruh cukup signifkan terhadap kemajuan dan pembangunan pendidikan. Setidaknya, terdapat empat karakteristik positif dalam menerapkan kebijakan desentralisasi pendidikan, yaitu: (1) peningkatan mutu, (2) efsien keuangan, (3) efsien administrasi, dan (4) perluasan atau pemerataan.
Desentralisasi pendidikan yang antara lain
dimanifestasikan dalam pemberian otonomi pada sekolah, akan meningkatkan kapasitas dan memperbaiki manajemen sekolah. Dengan kewenangan penuh yang dimiliki sekolah, maka sekolah lebih leluasa mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya yang dimiliki, misalnya, keuangan, tenaga pengajar (guru), kurikulum, sarana prasarana, dan lain-lain.
Desentralisasi diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan memperbaiki mutu belajar-mengajar, karena proses pengambilan keputusan dapat dilakukan langsung di sekolah oleh guru, kepala sekolah, dan tenaga administratif (staf manajemen).
Desentralisasi dapat mendorong dan membangkitkan gairah serta semangat mereka untuk bekerja lebih giat dan lebih baik.
Pengalaman di New Zeland, misalnya, desentralisasi berdampak positif terhadap minat belajar siswa.
Sementara di Brazil, siswa kelas tiga dapat memperbaiki nilai atau angka hasil ulangan untuk mata pelajaran dasar (bidang studi pokok). Di Amerika Serikat, desentralisasi pendidikan mengharuskan pendapatan pajak di negara bagian (pendapatan asli daerah) sebesar 60%-nya digunakan untuk pendidikan, sedangkan 40%-nya digunakan kegiatan lainnya.
Penerapan desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan
diharapkan dapat memotong mata rantai birokrasi yang
panjang dengan menghilangkan prosedur
bertingkat-tingkat. Desentralisasi akan memberdayakan aparat
tingkat daerah dan lokal, dan membangkitkan motivasi
aparat
penyelenggara
pendidikan
bekerja
lebih
produktif. Ini berdampak pada efsiensi administrasi.
Pengalaman di Cile
, misalnya, desentralisasi secara
signifkan berhasil menurunkan biaya administrasi, yang
ditandai dengan perampingan jumlah pegawai.
Secara teoritis, desentralisasi membuka peluang kepada
penyelenggara pendidikan di tingkat daerah dan lokal
untuk melakukan ekspansi sehingga akan terjadi proses
perluasan dan pemerataan pendidikan.
Desentralisasi
akan meningkatkan permintaan pelayanan pendidikan
yang lebih besar, terutama bagi kelompok masyarakat
di suatu daerah yang selama ini belum terlayani.
Pada awal tahun 2001 digulirkan program MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Program ini diyakini akan memberdayakan masyarakat pendidikan (stakeholders) dalam memberikan perhatian dan kepeduliannya terhadap dunia pendidikan, khususnya sekolah.
Dalam menerapkan konsep MBS, mensyaratkan sekolah membentuk Komite Sekolah yang keanggotaannya bukan hanya orangtua siswa yang belajar di sekolah tersebut, namun mengikutsertakan pula guru, siswa, tokoh masyarakat, pakar, dan pemerintahan di sekitar sekolah, dan bahkan pengusaha.
Tujuan program MBS di antaranya menuntut sekolah agar dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan layanan pendidikan (quality assurance) yang disusun secara bersama-sama dengan Komite sekolah.
Masyarakat dituntut perannya bukan hanya membantu pembiayaan operasional pendidikan di sekolah tersebut, melainkan membantu pula mengawasi dan mengontrol kualitas pendidikan.
Kebijakan desentralisasi bidang pendidikan dalam
melaksanakan Otonomi Daerah berkonsekuensi
pada
perlunya
kebijakan
strategis
bidang
pendidikan
, yaitu: (1) Manajemen peningkatan mutu
Salah satu di antaranya, diharapkan dapat
menetapkan Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS). Realisasi dari ini, komite
menghimpun dana masyarakat, termasuk dari
orangtua siswa untuk membantu operasional
sekolah untuk menggapai kualitas pendidikan.
Manajemen Strategik
Dalam menerapkan kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sekolah harus menetapkan mutu sebagai tujuan penyelenggaraan pendidikan. Pencapaian mutu tersebut menjadi benchmarking bagi sekolah dalam menjalankan kinerjanya. Oleh karena itu, sejak uji coba pelaksanaan Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) pada 1000 SLTP/SLTA dilakukan pemerintah maka ditetapkan program Manajemen Peningatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).
Pemerintah dan pemerintah daerah tidak ikut
melakukan pengujian atau mengevaluasi hasil
pendidikan (ulangan umum), karena kewenangan
tersebut berada pada guru, kecuali nilai prasyarat
untuk penentuan kelulusan pendidikan dasar dan
menengah berdasarkan Ujian Nasional yang soal
dan pelaksanaannya dilakukan oleh BSNP.
Pemerintah tidak ikut mengatur penggunaan buku
teks pelajaran, kecuali menyediakan Buku Sumber
Elektronik (BSE) yang kualitasnya telah dinilai oleh
BSNP dan dana untuk pembelian buku tersebut.
Otonomi yang demikian besar diberikan kepada sekolah ini seharusnya menjadi dasar untuk melakukan manajemen strategik. Kepala Sekolah sebagai leader memiliki kewenangan manajerial untuk memimpin warga sekolah untuk bersama-sama merancang manajemen strategik.
Peluang bisnis dalam bidang pendidikan adalah “layanan jasa pendidikan”, sehingga yang menjadi pelanggan pun adalah peserta didik sebagai pelanggan internal dan orangtua siswa sebagai pelanggan eksternal.
Upaya Peningkatan Mutu sebagai Dasar Manajemen Strategik
Program
peningkatan
mutu
pendidikan
yang
dicanangkan pemerintah sebagai salah satu rencana
strategik harus ditindaklanjuti di tingkat satuan
pendidikan. Peningkatan mutu, relevansi, dan daya
saing dimaksudkan untuk perwujudan eksistensi
manusia dan interaksinya sehingga dapat hidup
bersama dalam keragaman sosial dan budaya. Selain
itu, upaya ini dimaksudkan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat serta daya saing bangsa.
Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan diukur dari pencapaian kecakapan akademik dan nonakademik lebih tinggi yang memungkinkan lulusan dapat proaktif terhadap perubahan masyarakat dalam berbagai bidang baik di tingkat lokal, nasional maupun global. Berdasarkan kesadaran ini maka orientasi mutu pendidikan sebagai benchmaking menjadi sasaran manajemen strategik di satuan pendidikan.
Dalam menerapkan manajemen strategik, Kepala sekolah memimpin satuan pendidikan untuk melakukan analisis terhadap potensi diri dan lingkungan. Analisis ini merupakan dasar untuk melaksanakan manajemen mutu yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).
KESIMPULAN
Manajemen strategik merupakan salah satu implementasi dari Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Manajemen strategik pada satuan pendidikan merupakan pengelolaan pendidikan yang dipimpin oleh kepala sekolah sebagai manajer dan leader di satuan pendidikan. Manajemen strategik merupakan model pengelolaan pendidikan modern yang harus diterapkan oleh setiap satuan pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
melaksanakan
manajemen
strategik
adalah
menggunakan empat komponen manajemen
strategik, yaitu:
(1) Analisis potensi dan profl satuan pendidikan
(sekolah/madrasah) untuk mengidentifkasi kekuatan
dan kelemahan;
(2) Analisis lingkungan untuk mengidentifkasi peluang
dan ancaman dalam melaksanakan layanan jasa
pendidikan;
(3) Menetapkan visi dan misi berdasarkan analisis
potensi dan lingkungan sebagai acuan dalam
pengelolaan satuan pendidikan;
(4) Menetapkan strategi yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja sekolah dalam mencapai visi
Sasaran utama manajemen strategi masa sekarang adalah berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui SPMI
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SMPI) ini
dilaksanakan dan diawasi secara mandiri oleh
semua unit/komponen kerja yang ada di lembaga
pendidikan tersebut melalui Badan Penjamin Mutu
(Quality Assurance).
Bagaimana konsep dasar SPMI dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan ?
Konsep dasar SPMI adalah berpijak pada :
1) Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 yang mengamanatkan pengendalian
dan evaluasi mutu pendidikan harus
dilakukan baik terhadap program maupun
institusi pendidikan secara berkelanjutan.
2) Undang-undang No. 19 Tahun 2005, bahwa
Dengan dasar tersebut maka penetapan manajemen
mutu pada lembaga pendidikan merupakan suatu
keharusan untuk memenuhi atau melampaui Standar
Nasional Pendidikan dengan cara mempersiapkan :
a. Kebijakan mutu (policy), naskah/buku/dokumen
berisi defnisi, konsep tujuan, strategi, berbagai
standar mutu.
b. Pedoman mutu (manual), naskah/dokumen yang
berisi
mekanisme
perencanaan,
penerapan,
pengendalian, dan pengembangan atau peningkatan
standar mutu.
c. Standar mutu, naskah/dokumen berisi minimum 8
standar nasional pendidikan
Kesimpulan
:
Apa tujuan SPMI
1) Membantu perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus dan ber kesinambungan melalui praktek yang terbaik dan selalu mengadakan inovasi.
2) Menyediakan informasi pada masyarakat sesuai sasaran dan waktu secara konsisten, dan bila mungkin, membandingkan standar yang telah dicapai dengan standar standar lembaga yang lain (lembaga sejenis/pesaing).
3) Menjamin dan meminimalkan prosedur/proses sesuai SNP sehingga target mutu pendidikan terMembantu perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus dan ber kesinambungan melalui praktek yang terbaik dan selalu mengadakan inovasi. 2) Menyediakan informasi pada masyarakat sesuai sasaran dan
waktu secara konsisten, dan bila mungkin, membandingkan standar yang telah dicapai dengan standar standar lembaga yang lain (lembaga sejenis/pesaing).
Kesimpulan :
Tujuan SPMI adalah memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan yang dijalankan oleh suatu lembaga pendidikan secara internal, untuk mewujudkan visi serta untuk memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
Dalam manajemen strategi analisa SWOT sangat diperlukan.
Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan manajemen strategis yang digunakan untuk mengevaluasi Kekuatan (Strength),
Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity), dan Ancaman (Threat) yang terjadi dalam dalam suatu organisasi. Untuk melakukan analisis, ditentukan tujuan/usaha/identifkasi objek yang akan dianalisis.
Tujuan langkah-langkah analisis SWOT tersebut
sebagai pendekatan manajemen strategi
a. Para perumus kebijakan strategi terlebih dahulu harus memahami faktor-faktor kekuatan yg dimiliki organisasi pendidikan
b. Mengenali kelemahan yang terdapat dalam organisasi pendidikan dibandingkan dengan kekuatan eksternal
c. Prediksi kekuatan yg harus dimiliki organisasi agar mampu bersaing untuk dapat meraih peluang dengan cara menyusun manajemen strategi d. Perlu memprediksi ancaman eksternal. Jika ancaman tidak terlalu
menonjol, para manajer tidak perlu menunjukkan karakteristtik
“defeatist” (mengalahkan) yg mendominasi cara berpikir
e. Manajer perlu mengembangkan keterampilan & meramalkan perubahan-perubahan pendidikan yg akan terjadi di lingkungan eksternal
f. Manajer perlu memanfaatkan peluang dengan cara memilih berbagai variabel yg bersifat kritikal & menyeleksi sumber-sumber penting dari informasi tentang lingkungan
Apa kegunaan manajemen strategi dalam pengembangan pendidikan ?
Kegunaan Manajeme Strategi dalam pengembangan pendidikan sebagai berikut :
a. Organisasi pendidikan mempunyai arah yang jelas untuk ditempuh sesuai dengan visi dan misi pendidikan
b. Tersedianya tenaga-tenaga profesional disertai semangat yg tinggi untuk memajukan pendidikan
c. Manajemen puncak dan manajemen pelaksana membuat komitmen yg kuat setiap rencana dan pelaksanaan strategi guna memcapai keunggulan kompetitif
d. Berusaha meningkatkan efektivitas dan produktivitas setiap tahapan strategi
Kenapa pengenalan lingkungan eksternal sangat diperlukan dalam manajemen strategi ?
Pengenalan lingkungan eksternal secara tepat sangat penting karena :
1. Faktor-faktor yg berpengaruh itu tidak pernah konsisten melainkan berubah-ubah
2. Intensitas dampaknya terhadap kehidupan beraneka ragam
3. Banyak faktor-faktor eksternal berbentuk kejutan yg tidak dapat diperhitungkan sebelumnya betapapun cermatnya analisis SWOT dilakukan
4. Kondisi lingkungan eksternal itu berada di luar kemampuan organisasi yg harus dikendalikan
5. Lingkngan eksternal membuka peluang bila mampu bersaing, tetapi bila tidak mampu mengatasinya bisa menjadi ancaman serius
6. Abad ini merupakan abad global diberbagai bidang kehidupan, termasuk pengaruhnya terhadap organisasi pendidikan
• Dalam manajemen strategi ada sasaran jangka
pendek dan sasaran strategi operasional. Coba Jelaskan kedua sasaran tersebut !
• Sasaran jangka pendek, ialah menentukan
periodisasi melalui penetapan saaran-sasaran tahunan berbentuk rincian sasaran secara operasional dan proporsional sesuai dengan jangkauan waktu & program kegiatan lebih jelas, kongkrit, mendetail dan bersifat kuantitatif.
• Strategi Operasional, ialah sasaran secara
Keterkaitan
Teori-
kebijakan-Praktik
Teori:
- Filsafat
- Pendidikan
- Manajmen
- Kurikulum
- Evaluasi
Kebijakan:
UU-20, PP-19,Otda
Permen: KTSP-MBS
Program
Standardisasi Pendidikan
Kompe-tensi
lulusan
- Isi pendidikan
- Proses pendkan
- Penilaian
- Pengelolaan
Pendidik & tenaga
kependidikan
Sarana &
prasarana
pendidikan
Biaya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP adalah model pengelolaan pengembangan
kurikulum
Pengelolaan (sentralistis
desentralistis):
- Kerangka dasar & struktur kurikulum disusun
oleh Pusat (BNSP)
- Silabus, SAP/Satpel/RPP disusun oleh sekolah
Peran Komite Sekolah - madrasah dalam
Manajemen Pengemb.Kurikulum
Sentralistik
Desentralistik
Wewenang & Tanggung
jawab pada Pusat
Kurikulum sama utk semua
daerah-sekolah
Perangkat kurikulum
lengkap & rinci
Pengendalian (Monitoring-
Evaluasi-Penyempurnaan oleh Pusat
Wewenang & Tanggung
jawab pada sekolah
Kurikulum bervariasi Perangkat kurikulum
sesuai
Kondisi&kemampuan
sekolah
Pengendalian oleh sekolah Evaluasi kurikulum
KTSP
Hakekat Perubahan
Perubahan terjadi secara kontinu dlm semua
komponen: cepat-lambat
Perubahan dlm kelembagaan pendidikan terjadi
akibat perkembangan ilmu-teknologi & masyarakat
Perubahan pd siswa krn perkembangan,
kematangan dan belajar.
Perubahan pd guru karena belajar-latihan,
pengalaman,
Guru
Guru bekerja dlm sistem sosial tertentu, dituntut bekerja
sesuai harapan-perkembangan masyarakat.
Pendidikan bersifat normatif, guru hrs jadi contoh-
teladan-panutan.
Guru bekerja dlm keterbatasan waktu, variasi kondisi
siswa, keragaman tugas dan peran pekerjaan.
Guru dituntut terus meningkatkan diri sejalan
Kesiapan
Guru
Penguasan konsep kurikulum, kompetensi,
materi, desain, pembelajaran, penilaian
Kesiapan berdedikasi: merancang,
melaksanakan, mengevaluasi, meningkatkan
Pembinaan :
-
Dari Dinas, Pengawas, Kepala sekolah
Sekolah sbg sistem sosial
Sekolah merupakan sistem interaksi sosial:
saling ketergantungan antar bagian,
populasi terumuskan dgn jelas,
ada keragaman karena latar belakang
lingkungannya,
Pengemb. Kurikulum Berbasis
Seko
lah
Bottom up: kurikulum disusun oleh guru
perlu kesiapan
pembinaan intensif –
peningkatan kegiatan KKG-MGMP
Partisipasi masyarakat: melibatkan Komite
Sekolah
masukan ttg sasaran-isi kurikulum
Diversifikasi sekolah: variasi kurikulum sesuai
Diversifkasi
Kurikulum
Penjabaran Kurikulum Nasional sesuai kondisi,
perkembangan, kebutuhan daerah-sekolah
Sekolah maju mengadakan pengayaan isi &
pembelajaran
Pengayaan sesuai karakteristik daerah
Sekolah belum maju melaksanakan kurikulum
Kurikulum
unggulan
Potensi daerah:
- Keagamaan
- Budaya
- Akademis
- Vokasional
Peserta didik:
- Usia
- Kecerdasan
- Bakat-minat
- Aselerasi
- Siswa berbakat
- Siswa lambat
- Minat khusus
Unggulan bidang:
- Agama
-
Seni-budaya
-
Ilmu-akademis
-
Vokasional-ketrampilan
- Mutu pendidikan
- Efektivitas pendidikan
- Efisiensi pendidikan
- Produktivitas penddkn
Satuan pendidikan:
- Jenjang
Kecakapan
hidup
Kecakapan memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan.
Kecakapan pribadi – sosial.
Kecakapan akademik - vokasional.
Pendidikan keunggulan lokal:
KESUKSESAN
•
Kesuksesan berawal dari niat dan tekad
yang kuat serta kerja keras
•
Tumbuh dari semangat, keuletan, dan
kepercayaan diri.
•
Didukung oleh optimisme, dan terbebas
dari keraguan
•
Mampu mengendalikan diri, serta dapat
menempatkan rasa takut, marah dan
malu secara pro
porsional
.
1. Mampu membaca kebutuhan, jalan
pikiran dan karakteristik bawahan/
orang lain.
2. Tidak bertipe konfrontatif
3. Semangat selalu berada di depan
4. Kemampuan
diplomasi
dan
berkomunikasi dg baik
STRATEGI
1. Sejalan dengan adanya tantangan dan tuntutan
perubahan, perlu melakukan aktualisasi nilai
terhadap visi, misi, program dan strategi
•
Strategi adalah lebih dari sekedar
meningkatkan efsiensi. Strategi
melibatkan pilihan-pilihan yang sulit
(trade-of). Strategi berurusan dengan upaya
untuk menjadi berbeda (to be diferent),
dan sering berkaitan bukan dengan yang
harus dikerjakan, melainkan dengan yang
harus dilakukan (what not to do).
•
Strategi adalah seni mengemas sesuatu