Wajah Pelayanan Obat JKN
Hasbullah Thabrany
Email: hasbullah.thabrany@cheps.or.id
Kalaedoskop CHEPS UI, Jakarta 22 Desember 2016
•
Manfaat JKN: komprehensif, sesuai
KEBUTUHAN MEDIS
•
Kebutuhan medis
–
Layanan medis (konsultasi dan tindakan oleh
dokter: primer
—
tersier)
–
Layanan farmasi/obat: SEMUA obat atas indikasi
medis.
–
Layanan diagnostik/terapi non farmasi: bahan
medis, radiologi, lab, fisioterapi, dll
Keluhan yang Terdetksi
•
Obat TIDAK ADA DALAM FORNAS!!. Harus beli
sendiri
•
Antrian panjang
•
Tidak ada tempat tidur/ruangan
•
Dana BPJ“
sudah habis
!
22/12/2016 The information is not the view of CHEPS or
Masalah Terbesar: Penjaminan Obat
% penduduk terjamin, 170 juta (66%)
Bi
Tak Terjamin?
OBAT!!!
Kenapa OBAT?
•
Bayaran kapitasi dan CBG, sesuai aturan,
termasuk obat. Kecuali beberap obat/bahan
medis
TOP UP
untuk penyakit kronis.
•
Fasilitas kesehatan dipaksa menekan biaya
–
Kurangi biaya
: obat termurah, meminta pasien
beli (TIDAK ADA dalam fornas/e-catalog)!!
–
Menaikan pendapatan: meminta pasien kembali
agar bisa klaim lagi, mencari kode CBG dg tarif
lebih besar
22/12/2016 The information is not the view of CHEPS or
Tengok Studi GIZ (2015)
—
Beban Sendiri (OOP)
•
Manfaat Komprehesnsif. Tapi, 18%
responden (
exit poll,
2.728 pasien)
masih membayar (OOP)
•
28% pasien rawat inap dan 13%
pasien RJTL dipaksa membayar
sebagian
•
Rata-rata OOP RJTL Rp 235.945 dan
median Rp 95.000
•
Rata-rata OOP rawat inap Rp
1.244.786 tertinggi Rp 33,5 juta
22/12/2016 Hasbullah Thabrany
Sumber: Policy Brief GIZ on JKN, 2015
•
Moral Hazard/Fraud
•
Terpaksa fraud: CBG < biaya
•
Peraturan tidak harmonis
•
Pengawasan lemah
Cilakanya, OOP juga dipungut pada pasien
miskin dan kaya.
Apa yang dibayar pasien?
•
Porsi terbesar OOP, 70%, untuk
beli obat di apotik di dalam
maupun di luar fasilitas
kesehatan.
•
Obat paling mudah menjadi
alasan. Tidak ada dalam Fornas,
obat tidak dijamin JKN, pasien
meminta obat pilihannya
•
Pasien
ignorance,
JKN dihujat
22/12/2016 Hasbullah Thabrany
Hasbullah Thabrany 22/12/2016
Metodologi
Hasbullah Thabrany 22/12/2016
Desain Studi :
1.
Quick Survey
melalui telepon menggunakan kuisioner terstruktur
2.
Kontak Peserta JKN diperoleh dari Studi CHEPS terdahulu
Unit Analisis : Peserta JKN yang telah memanfaatkan pelayanan
kesehatan dalam satu bulan terakhir (September 2016)
Sampel : 908 Peserta JKN yang tersebar di 13 Provinsi
Periode Pengumpulan Data : Dua Minggu
Analisis Data :
1.
Analisis Kuantitatif : Statistik Deskriptif
Hasil Rekapitulasi Data FKTP
Kontak (908)
Berhasil Kontak (422 / 46%) Tdk Berhasil kontak
Temuan Utama (FKTP)
Sebanyak 10% pasien di FKTP masih mengeluarkan
biaya pribadi.
4% dari responden mengeluarkan biaya pribadi untuk
obat dengan rata-rata biaya sekitar Rp.
59.000,-1% responden selain mengeluarkan biaya pribadi untuk
obat dan penunjang medis dengan rata-rata biaya
Hasil Rekapitulasi Data FKTL
Rawat Jalan Ave : Rp. 260.113,-Ave : Rp.
1.912.778,-Med : Rp.
653.333,-Temuan Utama (FKTL)
Sebanyak 31% responden mengeluarkan biaya pribadi untuk
pelayanan kesehatan di RS
20% responden mengeluarkan biaya pribadi untuk obat, dengan
rata-rata Rp 128.000,- untuk rawat jalan dan Rp. 856.000,- untuk rawat
inap.
Temuan Utama
Proporsi responden yang mengeluarkan biaya pribadi untuk
obat paling tinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan (78,6%);
Jawa Barat (54,3%); Jawa Tengah (50%)
Jenis kepesertaan JKN yang mengeluarkan biaya pribadi untuk
obat paling tinggi adalah PBPU (29,4%)
Sekitar 33% dari responden yang mengeluarkan OOP di Rumah Sakit
dikarenakan oleh ketersediaan obat di RS (obat kosong). Sementara
33% kasus OOP lain dikarenakan oleh obat yang diresepkan tidak
ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Obat sering kosong, namun diminta kembali lagi
sore/malam/besoknya
obat yang diresepkan tidak di-cover BPJS, lalu apotik menggantikan
dg obat lain yang ditanggung BPJS dengan manfaat yang sama
suruh datang 3 hari lagi baru ada obat, akhirnya memilih beli obat
sendiri daripada balik lagi ke RS
BAGAIMANA KEBIJAKAN OBAT
DI INDONESIA?
Salah Faham atau Salah Kebijakan Obat?
•
Fornas dulu perlu, sekarang seharusnya hanya utk obat
kronis?
•
E-catalog: BUKAN utk JKN, tapi untuk pengadaan
pemerintah
–
Tidak boleh dibatasi HANYA obat generik?
–
Harga Perkiraan Sendiri sebagai patokan, belum
diberstandar sama.
–
Obat paten (masih belum ada generiknya): negosiasi atau
harga rujukan/pembanding
–
Fasilitas kesehatan publik dan pemenang tidak selalu
konsisten
–
Fasilitas kesehatan swasta dapat diberikan perlindungan
harga. BELUM
22/12/2016 The information is not the view of CHEPS or
Masalah E-Catalog
•
E-catalog, BUKAN hanya obat. Sesuai asas
transparansi program dan penggunaan DANA
PUBLIK, e-catalog adalah aplikasi PERSAINGAN
SEHAT
•
E-Catalog Obat
–
–
Masih fokus HARGA TERMURAH! KUALITAS?
–
Belum dilakukan tender sekaligus. Menimbulkan
kecurigaan permainan
•
Apakah obat bermerek dagang SELALU lebih
mahal? Tergantung.
22/12/2016 The information is not the view of CHEPS or