• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERBUK EFFERVESCENT BERBASIS EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica less) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI The Effervescent Powder Uses Beluntas Leaf (Pluchea indica Less) Extract as Natural Antioxidant Source

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SERBUK EFFERVESCENT BERBASIS EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica less) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI The Effervescent Powder Uses Beluntas Leaf (Pluchea indica Less) Extract as Natural Antioxidant Source"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1412

SERBUK

EFFERVESCENT

BERBASIS EKSTRAK DAUN BELUNTAS

(

Pluchea indica less

) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI

The Effervescent Powder Uses Beluntas Leaf (Pluchea indica Less) Extract as

Natural Antioxidant Source

Miptakhul Hudha1*, Tri Dewanti Widyaningsih1

1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya, Malang Jl. Veteran, Malang 65145

*Penulis Korespondensi, Email: miftakhul_smart23@yahoo.com

ABSTRAK

Sekitar 950 spesies tumbuhan di Indonesia diketahui memiliki potensi sebagai sumber antioksidan alami penangkal radikal bebas dalam tubuh. Beluntas merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki potensi sebagai antioksidan alami bagi tubuhtersebut. Tujuan penelitian untuk menentukan metode ekstraksi dan formula terbaik serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntasberdasarkan karakteristik sifat fisiko kimia dan aktifitas antioksidan. Penelitian ini menggunakan Metode Rancangan Tersarang (Nested Design) dengan dua faktoryaitumetode ekstraksiterdiridari 2 level(metode ekstraksi infusa dan metode ekstraksi maserasi) dan formula terdiridari3 level (formula 1, formula 2 dan formula 3). Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan perlakuan terbaik yaitu pada serbuk effervescent metode ekstraksi maserasiformula 1. Didapatkan hasil waktu alir serbuk effervescent 19.85 detik, sudut diam 40.300, kompresibilitas 2.62%, kecepatan larut 3.74 menit, kadar air 7.77 %, aktivitas antioksidan IC50 86.21 ppm, total flavonoid 11507.65 μg

QE/gram dan total fenol 2480.22 μg GAE/gram.

Kata Kunci: Aktivitas antioksidan, daun beluntas, serbuk effervescent, total fenol, total flavonoid.

ABSTRACT

Approximately 950 plants species in Indonesia has been known to have potential as a source of natural antioxidant that protects from free-radical in human body. Beluntas is a plant that has potential as a natural antioxidant supplement for the body. This study determine the best extraction method and formula in processing effervescent powder in terms the physico-chemical and antioxidant. This research uses a nested design method two factors, extraction method 2 levels (maceration method and infused) and formula3 levels (Formula 1, formula 2 and formula 3). The research result shows the best treatment is maceration method formula 1. Obtained results, the flow time is 19.85 seconds; end point is 40.300; compressibility is 2.62 %; speed of soluble is 3.74 minutes; water content is 7.77%; the antioxidant activity of IC50 is 86.21 ppm; the total of flavonoids is 11507.65 mg QE/g and

the total of phenols is 2480.22 mg GAE/g.

Keywords: Antioxidant activity, beluntas leaf, effervescent powder, total of phenols, total of flavonoids.

PENDAHULUAN

(2)

1413 senyawa fitokimia diantaranya yaitu flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan sterol. Ekstrakdaun beluntas memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi yaitu 3.71 mg/L, total fenol 234.65 mg GAE (gallic acid equivalent)/100 g bk dan total flavonoid sebesar 2163.59 mg QE (Quercetin equivalent)/100 g bk [2]. Sehingga daun beluntas sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku serbuk effervescent.Serbuk effervescent merupakan bentuk sediaan produk pangan fungsional yang diproses dengan campuran tertentu sehingga menghasilkan gas CO2 ketika bereaksi dengan air. Gelembung gas CO2

menjadikan serbuk effervescent lebih cepat larut tanpa pengadukan manual. Keunggulan serbuk effervescent adalah mudah diabsorbsi, praktis, dan memberikan efek sparkling seperti minum air soda atau soft drink saat dikonsumsi. Pada proses pembuatan serbuk effervescent membutuhkan formulasi dan metode ekstraksi yang tepat agar dihasilkan serbuk dengan karakteristik fisiko kimia terbaik. Sehingga dilakukan penelitian untuk menentukan formula dan metode ekstraksi terbaik pada pembuatan serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas berdasarkan karakteristik fisiko, kimiadan aktifitas antioksidannya.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun beluntas yang diperoleh dari daerah Tlogomas kota Malang, gula stevia (Tropicana), asam sitrat, asam tartarat, Na bikarbonat, jahe merah, aquades, dekstrin, etanol 96%, NaCl, gelatin, FeCl3, Mg, HCl pekat,

amil alkohol, Na2CO3, reagen folin ciocalteau, NaNO2, AlCl3, NaOH, aquades, dan DPPH.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik digital (Metler Denver AA 200), rotary evaporator, cabinetdryer, shaker, Vacum dryer, ayakan 60 mesh (W.S Tyler), blender kering (Samsung), spektrofotometer (Unico, UV-2100 Spectrophotometer), stopwatch, pH meter (CG 824 SHCOTT), vortex, oven listrik, dan colour reader(Minolta CR-10).

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Tersarang (Nested Design) dua faktor. Faktor I adalah metode ekstraksi yang terdiri dari 2 level (metode ekstraksi infusa dan metode ekstraksi maserasi) dan faktor II adalah formula yang terdiri dari 3 level (formula 1, formula 2 dan formula 3). Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga didapat 18 percobaan. Hasil penelitian dianalisis dengan metode Analysis of Variance (ANOVA). Apabila hasil menunjukkan ada perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT pada taraf kepercayaan 5%. Pengujian pemilihan perlakuan terbaik menggunakan metode multiple attribute[3].

Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dilakukan dengan 2 tahapan yaitu pembuatan ekstrak serbuk daun beluntas dengan 2 metode ekstraksi (metode ekstraksi maserasi dan infusa) dan pembuatan serbuk effervescent dengan formula yang berbeda. Formulasi Serbuk Effervescent dapat dilihat pada Tabel 1.

Metode

Analisis bahan baku serbuk ekstrak daun beluntas metode infusa dan maserasi serta serbuk jahe merah meliputi uji screning fitokimia, total fenol, flavonoid dan IC50. Sedangkan,

(3)

1414 Tabel 1. Formulasi Serbuk Effervescent Berbasis Ekstrak Daun Beluntas

Bahan

Perlakuan Formula 1

(%)

Formula 2 (%)

Formula 3 (%) Serbuk Ekstrak Daun Beluntas

Metode Ekstraksi Infusa/ Maserasi (b/b)

25 30 35

Asam sitrat (b/b) 12 10 8

Asam tartarat (b/b) 10 9 8

Na Bikarbonat (b/b) 20 20 20

Gula stevia (b/b) 22 20 18

Jahe merah (b/b) 11 11 11

Total 100 100 100

Prosedur Analisis

1. Uji Screning Fitokimia

0.3 gram ekstrak ditambah 10 ml aquades panas, ditambahkan 3 – 4 tetes 10% NaCl, diaduk dan disaring. Filtrat dibagi menjadi dua bagian 2A dan 2B (@ 4 ml). Uji gelatin yaitu larutan 2A ditambah larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCl 10%, (uji gelatin positif jika terbentuk endapan putih yang menunjukkan adanya tanin). Uji FeCl3 yaitu larutan 2B diberi

beberapa tetes larutan FeCl3(uji FeCl3 positif jika terjadi perubahan warna menjadi hijau biru

hingga hitam).Jika penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan (uji gelatin negatif) dan ketika penambahan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau biru hingga

hitam (uji FeCl3 positif), menunjukkan adanya senyawa polifenol. Apabila kedua uji

sama-sama bernilai positif, menunjukkan adanya tannin.

Mekanisme uji sapoinin yaitu 0.3 gram ekstrak ditambahkan 10 ml air suling lalu dikocok selama ± 30 detik. Positif mengandung saponin bila terjadi buih. Sedangkan mekanisme uji flavonoid yaitu 200 mg serbuk Mg dan 0.5 ml HCl pekat dicampur dengan 4 ml ekstrak sampel. Hasil campuran dikocokdan dibiarkan memisah, adanya senyawa flavonoid ditunjukkan dengan adanya warna merah coklat[4].

2. Waktu Alir

25 ggranul dituang ke dalam corong pengukur. Tutup corong dibuka pelan-pelan, granul dibiarkan mengalir keluar. Waktu dicatat dengan stopwatch sampai semua granul mengalir keluar. Pengukuran waktu alir menggunakan flowmeter. Waktu alir yang baik adalah ≤10 gram/detik atau 100 gram ≤ 10 detik[5].

3. Sudut diam

Granul yang jatuh dari uji waktu alir diukur tinggi kerucut yang terbentuk dan panjang dari granul kemudian diukur sudut diamnya[5].

4. Kompresibilitas

50 ggranul dituang pelan-pelan ke dalam gelas ukur 100 ml dan dicatat sebagai V1 (ml). Berat jenis bulk = m/V1. Massa dalam gelas ukur diketuk – ketuk dari ketinggian 2.5 cm sampai volume tetap (V2). Berat jenis mampat = m/V2[5].

Indeks Kompresibilitas (%) = (Berat Jenis Mampat – Berat jenis bulk) x 100% Berat jenis mampat

5. KecepatanLarut

(4)

1415 watch saat seluruh busa pada larutan hilang. Catat waktu yang diperlukan sampel per serving untuk larut dalam air (a) (detik)[6]. Rumus kecepatan larut adalah sebagai berikut :

Kecepatan larut = a (gram) b (detik) 6. Warna (L*, a*, b*)

Pengukuran warna yaitu dengan colour reader. Mekanisme pengukuran skala warna berdasarkan standar warna pada colour reade rberdasarkan nilai pembacaan L*a*b* colour space atau L*c*h*[6].

7. AktivitasAntioksidan IC50

Langkah pertamaujiaktivitasantioksidanyaitu membuat larutan stock. Selanjutnya dibuat seri pengenceran ekstrak sampel dengan konsentrasi tertentu (misal 40, 60, 80 dan 100 ppm) dan 1 blanko sebagai kontrol. Dari ke – 4 seri pengenceran dan 1 blanko selanjutnya diambil 4 ml tiap sampel kemudian di tambahkan 1 ml DPPH, dishaker dan diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit. Setelah selesai inkubasi kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada λ 517 nm. Setiap sampel diukur secara triplo.

% Inhibisi = Ab – As Ab

Untuk menentukan IC50 yaitu % inhibisi (penghambatan) pada masing seri

pengenceran dihitung regresi liniernya sehingga dari grafik tersebut didapatkan persamaan nilai regresi liniernya dan masukan nilai y = 50% dan tentukan nilai x nya sehingga diperoleh IC50 [7].

8. Total Flavonoid

Sebanyak 1 ml sampel dari masing – masing formulasi dipipet kedalam labu takar 10 ml yang telah berisi 4 ml akuades kemudian dicampur dengan 0.3 ml 5% NaNO2 (b/v).

Setelah 5 menit ditambahkan 0.3 ml larutan AlCl3 10% lalu didiamkan selama 6 menit.

Setelah 6 menit ditambahkan larutan NaOH 1 M sebanyak 2 ml dan diencerkan hingga volume 10 ml dengan akuades. Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm. Total flavonoid dihitung berdasarkan kesetaraan dengan standar quercetin yang dinyatakan dalam mg per gram QE (ekivalen quercetin)[8].

9. Total Fenol

1 mlsampelditambahkan larutan Na2CO3 5% dan reagen folinciocalteau (diencerkan

1:10) 5 ml. Divortex dan diinkubasi selama 1 jam kemudian di absorbansi dengan spektrofotometer 765 nm. Kemudiandikalibrasi dengan kurva standar asam galat sehingga didapatkan total fenol dalam μg GAE/ml[9]. Rumus total fenol adalah sebagai berikut :

C = CGAE x V

G

C = Kadar total fenol (μg/ml)

CGAE = Kadar total fenol dalam bentuk ekuivalen asam galat (μg/ml)

V = Volume ekstrak yang dihasilkan (ml) G = Massa bahan (g)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Bahan Baku

(5)

1416 termasuk dalam kategori aktif atau kuat dan ekstrak aquades metode infusa yang memiliki IC50 181.94 ppm termasuk dalam kategori sedang.

Tabel 2. Data Screning Fitokimia Terhadap Bahan Baku

Sampel Saponin Polifenol Tanin Flavonoid Beluntas Ekstrak

Keterangan :(-) tidaktimbulnoda/warna/buih/endapan, (+) noda/warnacukupintensif,

buih/endapancukupstabil, (++) noda/warnaintensif, buih/endapanstabil, (+++)

noda/warnasangatintensif, buih/endapanlebihstabil.

Tabel 3. Hasil Analisis Kimia dan Aktifitas Antioksidan

Bahan Baku (μg GAE/ml)Total Fenol Total Flavonoid (μg QE/ml) IC50 (ppm) Beluntas Ekstrak

Aquades Metode Infusa 1059.01 ± 69.27 2490.37 ± 267.90 181,94 ± 7.45 Beluntas Ekstrak Etanol

Metode Maserasi 3147.45 ± 509.51 8097.78 ± 256.28 98,55 ± 33.43

Jahe Merah 727.38 ± 133.18 - -

Tabel 4. Hasil Analisis Rendemen Serbuk Ekstrak Daun Beluntas Bahan Baku Metode Ekstraksi Rendemen (%)

Beluntas Infusa Pelarut Aquades 45.50 ± 0.48 Maserasi Pelarut Etanol 20.52 ± 0.41

Tabel 4 menunjukan rendemen tertinggi yaitu serbuk kering ekstrak daun beluntas pelarut aquades metode infusa hal tersebut dikarenakan metode ini mampu mengekstraksi beberapa komponen non senyawa bioaktif seperti serat larut, asam amino, glikosida dan vitamin C yang ikut terekstrak[10]. Daun beluntas mengandung protein kasar sebesar 19.02 %, vitamin C sebesar 98.25 mg/100 g dan karoten sebesar 2.55 g / 100 g[11]. Sedangkan pada ekstraksi daun beluntas dengan pelarut etanol metode maserasi dilakukan proses evaporasi sehingga konsentrasi ekstrak semakin menurun yang menyebebabkan rendemen menurun karena pembagi dengan masa bahan awal (daun) menurun.

2. Analisis Fisik Serbuk Effervescent

Waktu Alir

Waktu alir yang dibutuhkan serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas berkisar 6.03 – 19.85 detik.

(6)

1417 Serbuk effervescent yang baik yaitu serbuk effervescent yang mampu mengalirkan 100 gram serbuk ≤ 10 detik[5]. Sehingga serbuk effervescent formula 2 dan formula 3 metode ekstraksi infusa dengan pelarut aquades memenuhi syarat waktu alir.

Indeks Kompresibilitas (%)

Indeks kompresibilitas serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas berkisar 2.62 – 20.73 %.

Gambar 2. RerataIndeksKompresibilitasSerbukEffervescent

Indeks kompresibilitas ≤ 10 % termasuk kategori yang istimewa, indeks kompresibilitas 11 – 15% termasuk kategori baik, indeks kompresibilitas 16 – 20 % termasuk kategori sedang[5]. Sehingga serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas pelarut etanol metode maserasi secara keseluruhan termasuk dalam kategori istimewa, sedangkan pada serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas pelarut aquades metode infusa termasuk kategori sedang.Kompresibilitas dipengaruhi oleh bentuk serbuk, kerapatan dan ukuran partikel[12].

Kecepatan Larut

Kecepatan larut menunjukan banyaknya waktu yang dibutuhkan oleh serbuk effervescent pada ukuran saji (7 gram) untuk dapat larut dengan sempurna pada air dengan volume saji 150 ml. Waktu larut serbuk effervescent berkisar 1.95 – 3.74 menit.

Gambar 3. RerataKecepatanLarutSerbukEffervescent

Seluruh perlakuan perbedaan metode ekstraksi dan formula pada serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas memiliki kecepatan yang baik yaitu kurang dari 5 menit untuk dapat melarutkan 7 gram serbuk kedalama 150 ml air.

Analisis Warna

Serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas perlakuan pelarut etanol metode maserasi memiliki tingkat kecerahan (L*) berkisar antara 61.80 – 66.27 sedangkan pada serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas perlakuan pelarut aquades metode infusa memiliki tingkat kecerahan (L*) berkisar antara 70.77 – 71.00. Serbuk kering ekstrak

(7)

1418 daun beluntas pelarut aquades metode infusa lebih terang dengan warna merah agak kecoklatan dikarenakan pada saat proses ekstraksi menggunakan pemanasan pada suhu 80 – 90 0C selama 2 jam yang menyebabkan komponen bioaktif dan senyawa pigmen didalam bahan memudar/rusak berubah menjadi kecoklatan.Sedangkan serbuk kering ekstrak daun beluntas yang menggunakan pelarut etanol metode maserasi memiliki warna hijau kegelapan karena dilakukandengan proses perendaman simplisia daun beluntas kedalam larutan etanol 96% selama 24 jam. Sehingga selama 24 jam tersebut senyawa bioaktif dan pigmen klorofil pada daun beluntas terikut keluar bercampur dengan larutan etanol yang menjadikan ekstrak etanol berwarna hijau pekat.

3. Analisis Kimia Serbuk Effervescent

Kadar Air

Rerata kadar air serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas berkisar antara 7.69 – 8.26 %.

Gambar 4. Rerata Kadar Air SerbukEffervescent

Kadar air merupakan salah satu parameter penentu kualitas produk kering karena akan menentukan daya tahan atau daya simpan produk tersebut. Rendahnya kadar air pada pelarut etanol metode maserasi tersebut karena etanol yang digunakan berkonsentrasi tinggi 96 % dan merupakan pelarut polar yang sangat mudah menguap dibandingkan dengan aquades. Pelarut etanol pada metode maserasi memiliki titik didih lebih rendah dibandingkan dengan pelarut aquades. Titik didih pelarut etanol yaitu sebesar 78.4 0C sedangkan aquades (air) memiliki titik didih lebih tinggi yaitu sebesar 100 0C[13]. Semakin tinggi konsentrasi etanol yang digunakan maka proses penguapan semakin cepat[14]. Selain itu diduga pada saat proses pengeringan ekstrak daun beluntas pelarut etanol metode maserasi dengan vacuum drying pada suhu 50 0C selama 6 – 7 jam menyebabkan kandungan air pada perlakuan serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan pelarut etanol metode maserasi keluar lebih banyak dibandingkan serbuk ekstrak beluntas aquades metode infusa. Sehingga menyebabkan tingginya kadar air pada serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan pelarut aquades metode infusa.

Derajat Keasaman (pH)

Analisis pH untuk menentukan kualitas dan karakteristik makanan. Karena pada pH rendah makanan memiliki daya simpan lebih lama dibandingan dengan pH netral. Hasil pengamatan pH serbuk effervescent berkisar antara 4.69 – 6.10.

Peningkatan nilai pH pada masing – masing formula sesuai dengan kadar asam yang ditambahkan (Tabel 1). Presentase penambahan asam (Tabel 1)menunjukan setiap formula yang dibuat mengalami penurunan sehingga pada formula yang ditambahkan asam lebih tinggi maka pH nya akan menurun. Asam sitrat dan tartarat merupakan zat asidulan yang apabila ditambahkan dalam bahan atau produk pangan dapat meningkatkan rasa asam pada bahan atau produk pangan tersebut [15].

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

Kad

a

r

A

ir

(%

)

(8)

1419 Gambar 5. Rerata pH SerbukEffervescent

Total Fenol

Gambar 6. Rerata Total FenolSerbukEffervescent

Fenol merupakan kelompok senyawa kimia pada tumbuhan yang memiliki kemampuan antioksidan sebagai radical scavanger dan oxygen scavanger. NilaiTotal fenol padamasing – masing formula mengalami peningkatan sesuai dengan konsentrasi serbuk ekstrak daun beluntas yang ditambahkan (Tabel 1). Perlakuan serbuk effervescent pelarut etanol metode ekstraksi maserasi memiliki total fenol lebih tinggi di bandingkan dengan serbuk effervescent pelarut aquades metode infusa. Pelarut etanol dapat mengekstrak senyawa dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang serta dapat mengekstrak lebih optimal karena memiliki sifat kelarutan yang lebih luas dibandingkan pelarut aquades[13]. Sehingga serbuk effervescent dengan perlakuan metode ekstraksi maserasi pelarut etanol memiliki total fenol lebih tinggi dibandingkan serbuk effervescent dengan perlakuan metode ekstraksi infusa pelarut aquades.

Total Flavonoid

Rerata total flavonoid serbuk effervescent berkisar antara 4389.13 – 14040.99 (μg QE/gram).

(9)

1420 Meningkatnya kadar total flavonoid pada masing – masing formula sesuai dengan kadar penambahan serbuk kering ekstrak daun beluntas yang ditambahkan (Tabel 1). Sedangkan rerata total flavonoid keseluruhan menunjukan serbuk effervescent pelarut etanol metode ekstraksi maserasi memiliki total flavonoid lebih tinggi dibandingkan pelarut aquades metode infusa. Serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas metode ekstraksi maserasi pelarut etanol memiliki kadar total flavonoid lebih tinggi dibandingkan dengan metode ekstraksi infusa pelarut aquades. Perbedaan total flavonoid pada pembuatan serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan perlakuan perbedaan metode ekstraksi diduga karena pengaruh beberapa faktor diantaranya adalah jenis pelarut, metode ekstraksi dan suhu yang digunakan dalam proses ekstraksi. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi diantaranya adalah jenis pelarut, metode ekstraksi dan suhu.

Pada metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol yang diduga memiliki kemampuan lebih optimal dalam mengekstrak senyawa bioaktif karena pelarut etanol dapat mengekstrak senyawa dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang[13]. Selain itu proses ekstraksi metode maserasi sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena selain murah dan mudah dilakukan, dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut. Sedangkan pada metode ekstraksi infusa dengan pelarut aquades memperoleh total flavonoid lebih rendah hal tersebut dikarenakan pada proses ekstraksi serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan metode ekstraksi infusa menggunakan suhu 80 – 900C. Dengan suhu tinggi yang digunakan diduga pada serbuk effervescent pelarut aquades terjadi kerusakan komponen bioaktif sehingga kadar total flavonoidnya lebih rendah.

Aktivitas Antioksidan IC50

Nilai aktifitas antioksidan IC50 serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas

dengan perlakuan perbedaan metode ekstraksi dan formula berkisar antara 86.21 – 385.15 ppm.

Gambar 8. Rerata Aktivitas Antioksidan Serbuk Effervescent

Antioksidan merupakan suatu zat yang memiliki kemampuan untuk mengurangi atau mencegah berlangsungnya proses oksidasi lipid. Semakin tinggi kadar senyawa bioaktif didalam suatu bahan pangan maka semakin tinggi pula aktivitas antioksidannya. Dalam penelitian ini menggunakan aktivitas antioksidan IC50. Nilai IC50 merupakan nilai yang

menyatakan konsentrasi senyawa antioksidan yang menyebabkan 50% dari DPPH kehilangan karakter radikal bebasnya[9]. Secara keseluruhan perlakuan serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan metode ekstraksi infusa pelarut aquades memiliki nilai IC50 lebih tinggi dibandingkan perlakuan serbuk effervescent dengan metode ekstraksi

maserasi pelarut etanol. Hasil pengujian nilai IC50 pada serbuk effervescent metode

ekstraksi infusa pelarut aquades diperoleh formula 1 sebesar 288.72 ppm, formula 2 sebesar 385.15ppm, dan formula 3 sebesar 342.13 ppm. Sedangkan pada serbuk effervescent metode ekstraksi maserasipelarut etanol diperoleh nilai IC50 formula 1 sebesar

(10)

1421 86.21 ppm, formula 2 sebesar 96.14 ppm dan formula 3 sebesar 89.05 ppm. Semakin rendah nilai IC50 maka akan semakin tinggi kadar senyawa antioksidan yang terkandung

dalam sampel yang dianalisis [7]. Serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan metode ekstraksi maserasi pelarut etanol pada formula 1, formula 2 dan formula 3 termasuk ke dalam kategori antioksidan yang memiliki aktivitas kuat. Sedangkan pada serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan metode ekstraksi infusa pelarut aquades pada keseluruhan formulanya mulai formula 1 hingga formula 3 termasuk kedalam kategori lemah.

4. Perlakuan Terbaik

Analisis perlakuan terbaik dengan metode multiple attribute [3]. Perlakuan terbaik terpilih yaitu serbuk effervescent berbasis ekstrak daun beluntas dengan perlakuan perbedaan metode ekstraksi maserasi pelarut etanol formula 1.

Tabel 5. Hasil Analisis Perlakuan Terbaik

Parameter Uji Hasil

Kadar Air (%) 7.77

Warna (L*) 61.80

Kec. Larut (Menit) 3.74

Antioksidan IC50 (ppm) 86.21

Total Fenol (μg GAE/g) 2480.22 Total Flavonoid (μg QE/g) 11507.65

Sudut Diam (Derajat) 40.30

Kompresibilitas (%) 2.62

Waktu Alir (g/s) 19.85

Metode ekstraksi maserasi pelarut etanol formula 1 memiliki karakteristik sifat fisiko kimia yang terbaik dibandingkan perlakuan lainnya. Salah satu hasil uji pada perlakuan metode ekstraksi maserasi pelarut etanol formula 1 diantaranya memiliki antioksidan IC50

86.21 ppm yang termasuk kategori aktif/kuat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan, disimpulkan bahwa perlakuan perbedaan metode ekstraksi berpengaruh nyata (α=0.05) terhadap sifat fisik waktu alir, kompresibilitas, kecepatan larut, warna (L*, a* dan b*) dan sifat kimia kadar air, pH, total fenol, total flavonoid dan aktivitas antioksidan IC50.Perlakuan perbedaan formula

yang digunakan berpengaruh nyata (α=0.05) terhadap sifat fisik waktu alir, Kompresibilitas, warna tingkat kemerahan (a*), dan sifat kimia pH. Perlakuan terbaik yaitu serbuk effervescent metode ekstraksi maserasi formula 1 dengan waktu alir 19.85 detik, sudut diam 40.300, kompresibilitas 2.62%, tingkat kecerahan (L*) sebesar 61.80, kecepatan larut 3.74 menit, kadar air 7.77 %, aktivitas antioksidan IC50 sebesar 86.21 ppm, total flavonoid

sebesar 11507.65 μg QE/gram dan total fenol 2480.22 μg GAE/gram.

DAFTAR PUSTAKA

1) Putri, R. K. dan I. Habib. 2007. Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica, L.) Terhadap Malassezia Sp. Secara Invitro. Mutiara Medika Edisi Khusus 7:1, 07 - 17.

(11)

1422 3) Zeleny, M. 1982. Multiple Criteria Decision making. Mc Graw Gill. New York.

4) Studiawan, H. 2009. Petunjuk Praktikum Fitokimia. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya.

5) Wells, J.I. 1987. Pharmaceutical Preformulation : The Phsicochemical Properties of Drug Substance. John Wiley and Sons. New York.

6) Yuwono, S. S. dan T. Susanto. 2001. Pengujian Fisik Pangan. FTP Universitas Brawijaya. Malang.

7) Widyaningsih, T.D., Novita, W., Jaya, M.M., Ida P.N. dan Sudarma, D.W. 2013. Modul Praktikum Evaluasi Gizi Pangan Lanjut. FTP Universitas Brawijaya. Malang.

8) Kumar, S. 2008. Antioxidant and Free Radical Scavenging Potential of Citrullus Colocynthis (l.) Schrad. Methanolic Fruit Extract. J.Acta Pharmacology 58, 215–220. 9) Sharma, G. N. 2011. Phytochemical Screening and Estimation of Total Phenolic

Content in Aegle marmelos Seeds. International Journal of Pharmaceutical and Clinical7:1, 100 – 105.

10) Supriyati, N.,Ika , Y. 2011. Pengaruh Cara Ekstraksi Terhadap Kadar Sari dan Kadar Sylimarin Dalam Biji Silybummarianum (L.) Gaertn. Jurnal Ilmu Farmasi dan Klinik 3:6, 465 – 470.

11) Noridayu, A.R., Hii, Y.F., Faridah, A. and Khozirah, S. 2011. Antioxidant and Antiacetylcholinesterase of PlucheaIndica Less. International Journal of Food Research 18:3, 925 – 929.

12) Fudholi, A. 1983. Metodologi Formulasi dalam Kompresi Direct. Mutiara Medika7:9, 57 – 61.

13) Ramadhan, A. dan Phaza, H. 2010. Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu, dan Jumlah Stage Pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber OfficinaleRosc) Secara Batch. Artikel Penelitian.

http://eprints.undip.ac.id/13896/1/Artikel_Penelitian_Pengaruh_Konsentrasi_etano_suhu _dan_jumlah_stage_pada_ekstraksi_oleoresin_ja.pdf. Diakses tanggal 03/11/2014. 14) Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Rerata Waktu Alir Serbuk Effervescent
Gambar 2. RerataIndeksKompresibilitasSerbukEffervescent
Gambar 4. Rerata Kadar Air Serbuk Effervescent
Gambar 5. Rerata pH SerbukEffervescent
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dilihat dari faktor pendidikan lansia yang tidak hadir ke posyandu lansia di desa Rubaru kecamatan Rubaru kabupaten

KALIMANTAN SELATAN Total Kabupaten/Kota : 13. Total Kecamatan

Jika dibandingkan dengan standar plastik internasional(ASTM5336) dalam (Averous,2009) besarnya kuat tarik untuk plastik PLA dari Jepang mencapai 2050 MPa dan plastik PCL

1) Pertama, awali dengan motivasi untuk pembinaan hubungan baik. Peneliti/konselor dapat memberikan kegiatan pendahuluan, seperti permainan atau bermain peran, yang

Setelah konselor memberi terapi kepada konseli, langkah selanjutnya evaluasi dan follow up, dalam menindak lanjuti masalah ini konselor melakukan home visit sebagai upaya

Untuk mendapatkan kejelasan hubungan antara penafsiran yang fokus pada ayat-ayat hukum dengan latar belakang penafsir sebagai kritik terhadap tafsir sektarian

[r]

Bogdanoiu (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa Activity Based Costing adalah metode yang menghasilkan biaya dari tiap aktivitas untuk cost object seperti