• Tidak ada hasil yang ditemukan

I SLAND T UALC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "I SLAND T UALC"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

S

URVEI

P

ENGGUNAAN

T

ELEPON

G

ENGGAM PADA

M

ASYARAKAT

N

ELAYAN DI

K

ECAMATAN

P

ULAU

D

ULLAH

U

TARA

,

K

OTA

T

UAL

P

ROVINSI

M

ALUKU

THE SURVEY OF MOBILE PHONE USE AT FISHERMEN COMMUNITY ON NORTH DULLAH ISLAND

TUAL CITY PROVINCE MALUKU

Muhammad Rustam

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Jl. Prof. Abdurahman Basalama II No. 25 Makassar Telp. 0411-4660370 Fax.0411-4660084

Email: romo_rustam@yahoo.co.id

diterima: 8 Mei 2015 | direvisi: 22Mei 2015 | disetujui: 29 Mei 2015

ABSRACT

Cell phone or mobile phone is an electronic communications device that has same function with fixed-line telephone. This mobile phone can be taken anywhere and doesn’t need to be connected to the telephone network using a cable (wireless LAN). This study aims to describe the use of mobile phone, the average of expanse, and the use of mobile phone base on the division of the village. This survey was conducted face to face interviews with respondents using questionnaire. The selection of respondent in the household uses Kish Grid. Respondent who use mobile phone in the last three months are 39 people (81,3%). Respondent who is reported having a cell phone are 26 people (54,2%) with the detail users for smart phone are 16 people (61,5%) while non-smart phone users are 10 people (38,5%). The highest use of mobile phone in the last three months is in Ohotahit village, they are 15 people (93,8%) while the testimony of respondent who own mobile phone in Tamedan are 10 people (62,5%). Mean for the average expanse every month is Rp34.231,00. People hope that there will be a good, cheap, and affordable for network mobile phone or telephone installation and internet networks prepared as ICT infrastructure.

Keywords: Use, Mobile phones, Fishermen Community

ABSTRAK

Telepon genggam atau handphone (HP) merupakan perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap.Mobile phone ini dapat dibawa ke mana-mana (portabel mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel, wireless). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan telepon genggam, rata-rata pengeluaran, dan penggunaan telepon genggam berdasarkan pembagian desa. Survei ini dilakukan dengan melakukan wawancara tatap muka dengan responden menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Pemilihan responden dalam rumah tangga menggunakan Kish Grid. Responden yang menggunakan telepon genggam dalam tiga bulan terakhir sebanyak 39 orang (81,3%). Responden yang menyatakan memiliki telepon genggam sebanyak 26 orang (54,2%) dengan rincian pengguna telepon genggam smartphone sebanyak 16 orang (61,5%), sedangkan pengguna telepon genggam nonsmartphone sebanyak 10 orang (38,5%). Penggunaan telepon genggam tertinggi dalam tiga bulan terakhir tertingi di Desa Ohotahit sebanyak 15 orang (93,8%), sedangkan pengakuan responden terkait kepemilikan telepon genggam tertinggi di Desa Tamedan sebanyak 10 orang (62,5%). Mean untuk rata-rata pengeluaran komunikasi setiap bulan yang dikeluarkan oleh responden Rp34.231,00. Masyarakat berharap agar ada pemasangan jaringan Telepon/HP dan Jaringan Internet yang baik, murah dan terjangkau disiapkan seperti sarana dan prasarana TIK.

(2)

I.

PENDAHULUAN

Komunikasi memang sangat diperlukan untuk menjalin suatu interaksi dalam masyarakat. Syarat terjadinya interaksi adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak tidak hanya terjadi secara berhadapan langsung, kontak dapat terjadi melalui perantara, perantara tersebut bisa melalui peralatan. Berbagai macam peralatan komunikasi di Indonesia saat ini berkembang semakin canggih dalam kehidupan masyarakat dan tidak dapat dihindarkan. Seperti bertambah banyaknya masyarakat yang menggunakan media komunikasi berupa telepon genggam. Telepon genggam pada awalnya merupakan barang yang langka dan dianggap mewah, serta hanya orang kalangan ekonomi atas yang dapat memilikinya. Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, kini telepeon genggam menjadi barang primer bahkan sudah menjadi trend gaya hidup di masyarakat pada saat ini.

Telepon genggam atau handphone (HP) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, tetapi dapat dibawa ke mana-mana (portabel mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel, wireless). Saat ini Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System for Mobile Telecomunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access) (Irham, 2005). Fungsi telepon genggam pada saat ini sudah mulai bergeser. Dahulu telepon genggam hanya digunakan untuk menelepon ataupun dengan menggunakan SMS (Short Message Service) untuk menyampaikan suatu pesan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan di bidang teknologi yang semakin modern, kini telepon genggam telah berkembang bukan hanya sebagai alat untuk berkomunikasi. Adanya berbagai fitur yang tersedia dalam telepon genggam, seperti adanya kamera, musik MP3, internet, 3G dan fasilitas-fasilitas lainnya, masyarakat dapat menggunakannya bukan sekedar untuk berkomunikasi.

Saat ini pemakaian telepon seluler di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat, terutama telepon seluler yang memiliki fasilitas chatting/instant messaging yang terintegrasi. Berdasarkan data statistik ITU (International Telecommunication Union 2009), pada tahun 2002 pengguna telepon seluler di Indonesia mencapai 11,7 juta orang, lima tahun kemudian pengguna telepon seluler di Indonesia mencapai 93 juta orang, dan pada tahun 2009 mencapai 159 juta orang.

Pada saat ini telepon genggam bukan lagi barang mewah, tetapi telah menjadi kebutuhan primer bagi kebanyakan orang. Mengacu pada survei salah satu perusahan terbesar yaitu nokia, saat ini diperkirakan jumlah pengguna telepon seluler di Indonesia telah mencapai lebih dari 120 juta orang (Holzinger 2010). Begitu juga ketika Sony Ericson merilis bahwa jumlah pengguna telepon genggam di Indonesia menempati peringkat ke-6 dunia dengan pengguna telepon genggam lebih dari 121 juta orang (Barker 2010).

Survei 2010 Greater Jakarta Transition to Adulthood dengan jumlah responden 3.006, mengungkapkan bahwa dari total responden tersebut ada 85 persen responden memiliki telepon selular. Kepemilikan telepon selular berhubungan erat dengan tingkat pendidikan, 60 persen responden yang berpendidikan sekolah dasar atau kurang memiliki telepon seluler dibandingkan dengan lebih 40 persen mereka yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Diantara mereka yang memiliki telepon seluler, sekitar 30 persen mengakses internet lewat telepon tersebut sekurang‐kurangnya seminggu sekali(Dwisetyani 2010).

(3)

masyarakat nelayan di Kecamatan Pulau Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan telepon genggam, total rata-rata pengeluaran menggunakan telepon genggam setiap bulan, jenis telepon genggam yang digunakan, dan rata-rata pengeluaran untuk jenis telepon genggam yang berdesa di Kecamatan Pulau Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku.

A. Masyarakat Nelayan

Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori sosial yang membentuk kesatuan sosial. Mereka juga memiliki sistem nilai dan simbol-simbol kebudayaan sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari. Faktor kebudayaan inilah yang menjadi pembeda antara masyarakat nelayan dengan kelompok sosial lainnya. Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya kelautan.

Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi banyak masalah seperti politik, sosial dan ekonomi yang kompleks. Sehingga dari beragam masalah tersebut antara lain: 1) kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap saat, 2) keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga mempengaruhi dinamika usaha, 3) kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada, 4) kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik, 5) degradasi sumberdaya lingkungan, baik di kawasan pesisir, laut maupun di pulau-pulau kecil, 6) belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan nasional (Kusnadi 2006).

Selanjutnya, menurut MJ (2011), ciri masyarakat nelayan dapat dilihat dari berbagai segi sebagai berikut:

1. Segi mata pencaharian. Nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya berkaitan dengan

lingkungan laut dan pesisir. Atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.

2. Segi cara hidup. Masyarakat nelayan adalah masyarakat gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau tanggul penahan gelombang di sekitar desa.

3. Segi keterampilan. Meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat, pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional.

Selain itu, struktur sosial masyarakat nelayan terdiri atas masyarakat yang heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang bermukim di desa-desa yang mudah dijangkau secara transportasi darat. Sedangkan, masyarakat yang homogen adalah mereka yang tinggal di desa nelayan terpencil dengan alat-alat tangkap ikan yang sederhana yang digunakan setiap harinua sehingga produktivitas kecil. (MJ 2011).

Selanjutnya, pendapatan masyarkat nelayan bergantung terhadap pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang terdapat di lautan. Pendapatan masyarakat nelayan secara langsung maupun tidak, akan sangat mempengaruhi kualitas hidup mereka, karena pendapatan dari hasil melaut merupakan sumber pemasukkan utama atau bahkan satu-satunya bagi mereka, sehingga besar kecilnya pendapatan akan sangat memberikan pengaruh terhadap kehidupan mereka, terutama terhadap kemampuan mereka dalam mengelola lingkungan tempat hidup mereka (Hakim 2011).

B. Telepon Genggam

(4)

pikirannya arti atau makna yang terkandung dalam pikiran pengirim. Selanjutnya, Koncaid dan Scharmn (dalam Arviana 2011) menyatakan komunikasi sebagai sebuah proses, artinya

komunikasi merupakan proses

berbagi/menggunakan sebuah informasi secara bersama dan pertalian antara para peserta dalam proses informasi secara bersama dan pertalian antara para peserta dalam proses informasi tersebut dinamakan komunikasi. Ciri adanya proses komunikasi menurutnya adalah harus ada dua pihak atau lebih, dan ada proses berbagi informasi sehingga harus selektif dalam memilih alat komunikasi dan memilih pola yang sesuai untuk menggambarkan pikiran. Lebih jauh ia menyatakan bahwa langkah-langkah dalam sebuah proses komunikasi adalah menciptakan informasi, menyampaikan informasi tersebut, memperdalam perhatian, menafsirkannya, memahaminya lalu melaksanakan, serta timbulnya pengertian bersama.

Selanjutnya, Berlo (dalam Arviana 2011) menyatakan komunikasi sebagai cara memengaruhi orang lain, dimana unsur komunikasi menurutnya adalah adanya source (sumber). Massage (pesan), channel (saluran), receiver (penerima), dan effect (akibat). Sedangkan dalam pasal 1 UU No. 36 Tahun 1999 (Arviana 2011) pengertian telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan berbunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sisetm elektormagnetik lainnya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa telepon genggam adalah suatu teknologi yang diciptakan oleh manusia. Tujuannya adalah untuk mempermudah berkomunikasi antarsesama. Selain untuk berkomunikasi, telepon genggam juga bisa untuk menyampaikan.

Selain berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon, telepon genggam umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat (SMS). Ada pula penyedia jasa telepon genggam di beberapa negara yang menyediakan layanan generasi ketiga (3G) dengan menambahkan jasa videophone, sebagai alat pembayaran, maupun untuk televisi online di telepon genggam mereka.

Sekarang telepon genggam menjadi gadget yang multifungsi. Mengikuti perkembangan teknologi digital, kini telepon genggam juga dilengkapi dengan berbagai pilihan fitur, seperti bisa menangkap siaran radio dan televisi, perangkat lunak pemutar audio (mp3) dan video, kamera digital, game, dan layanan internet (WAP, GPRS,3G). Perkembangan teknologi telepon genggam berkembang dengan cepat, sehingga fungsi telepon genggam bukan sebagai fitur komunikasi saja, dengan tambahan-tambahan fitur seperti kamera digital, radio, LCD berwarna dengan resolusi tinggi, telepon genggam menjadi perangkat yang canggih dan pintar.

Telepon genggam merupakan alat komunikasi wireless yaitu komunikasi bergerak tanpa kabel yang disebut mobile device. Teknologi wireless ini telah berkembang dengan pesat dalam satu dekade terakhir ini. Prinsip dari komunikasi wireless ini adalah penggunaan kanal radio yang terpisah untuk berkomunikasi dengan cell site. Sejarah telepon seluler merupakan gabungan dari teknologi radio yang dikawinkan dengan teknologi komunikasi telepon.

Dewasa ini, peranan telepon genggam sudah menjadi sebuah kebutuhan primer sehari-hari, berikut ini kategori telepon genggam berdasarkan fungsi :

1. Telepon Genggam Bisnis

Telepon genggam jenis ini ditujukan untuk orang yang menginginkan perangkat bisnis dalam genggamannya, biasanya telepon genggam yang telah memiliki kemampuan ini tergolong pintar (smartphone). Berbagai aplikasi bisnis terdapat da;am ponsel ini dan dapat membuat pekerjaan kantor dapat dilihat dan dikerjakan dalam sebuha telepon genggam. 2. Telepon Genggam Hiburan

Telepon genggam jenis ini merupakan telepon genggam berjenis multimedia, dimana semua aktivitas yang berhubungan dengan musik, seni, foto, sosial, dan lainnya dapat diatas dengan sebuah telepon genggam.

3. Telepon Genggam Fashion

(5)

dengan fitur yang terkesan seadanya. Sebuah telepon genggam fashion dapat berharga berkali-kali lipat dari harga telepon genggam yang berharga lebih mahal dari harga sebuah rumah.

4. Telepon Genggam Standar

Telepon genggam jenis ini diperuntukkan untuk orang yang menginginkan telepon genggam yang sederhana, fitur yang disematkan dalam telepon genggam ini merupakan fitur inti, tanpa teknologi baru. Dari penjelasan di atas dapat memberikan gambaran bahwa ada banyak macam dari telepon genggam. Macamnya tersebut mulai dari yang standar sampai yang canggih. Tiap-tiap macam telepon genggam tersebut memiliki fungsi masing-masing.

II.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode survei. Populasi penelitian adalah para penduduk berusia 9 – 65 tahun pada tingkat rumah tangga dan individu di Kecamatan Pulau Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku. Survei ini dilakukan dengan melakukan wawancara tatap muka dengan responden menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner).

Pemilihan responden dalam rumah tangga menggunakan Kish Grid dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Daftarkan semua anggota keluarga dari yang tertua hingga yang termuda dalam rumah tangga tersebut,

2. Tarik garis horisontal dari nama terakhir dan garis vertikal dari nomor urut rumah tangga, 3. Nomor yang terdapat pada perpotongan kedua

garis tersebut merupakan nomor responden yang dipilih untuk wawancara,

4. Jika responden yang terpilih tidak ada, maka pindah satu nomor diatasnya, jika tidak ada juga maka pindah satu nomor di bawahnya. Jika tidak ada juga, lakukan kunjungan berikutnya setelah mengadakan perjanjian untuk datang kembali.

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 hari yaitu tanggal 7 – 14 Mei 2015. Data primer dikumpulkan berdasarkan hasil wawancara menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder yang digunakan adalah jumlah nelayan yang berada di Kecamatan Pulau Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku. Data yang terkumpul kemudian diedit secara manual dan kemudian diolah secara komputerisasi melalui bantuan aplikasi SPSS. Out put data SPSS menjadi sumber data utama untuk keperluan analisis dan interpretasi data secara deskriptif.

Tabel 1.Karakteristik Responden Table 1. Respondent Characteristics

Karakteristik Responden

(Respondent Characteristics) N %

Desa (Village)

Tamadean 16 33,33

Ohotahit 16 33,33

Ohoitel 16 33,33

Jenis Kelamin (Gender)

Laki-Laki 19 39,58

Perempuan 29 60,42

Pekerjaan (Job)

Wiraswasta 1 2,08

Nelayan 16 33,33

Pedagang / Buruh / Tukang 1 2,08

Ibu Rumah Tangga 29 60,42

(6)

Tabel 1.Lanjutan Table 1. Continued

Karakteristik Responden

(Respondent Characteristics) N %

Pengeluaran Rumah Tanggal (Household Expenditure)

< Rp.500.000 1 0,48

Rp.500.000 – Rp.1.000.000 35 16,80

Rp.1.000.001 – Rp.2.000.000 11 5,28

Rp.2.000.001 – Rp.5.000.000 1 0,48

Mobilitas (Mobility)

Rendah 10 20.83

Sedang 35 72.92

Tinggi 3 6.25

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Wilayah

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara, jumlah penduduk Kota Tual tahun 2014 yakni 64.032. Luas wilayah Kota Tual ±19.088,29 km2. Wilayah Kota Tual meliputi wilayah dataran ±352,29 km2 dan wilayah perairan ±18.736 km2. Untuk wilayah dataran terdiri dari kawasan terbangun dan kawasan belum terbangun. Kota tual menurut astronomi terletak antara 5° sampai 6,5° Lintang Selatan dan 131° sampai 133,5° Bujur Timur. Adapun letak geografis dibatasi antara lain oleh :

a. Sebelah Selatan : Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara

b. Sebelah Utara: Laut Banda

c. Sebelah Timur: Kabupaten Maluku Tenggara, Selat Nerong

d. Sebelah Barat : Laut Banda

Selanjutnya, Kota Tual terdiri dari 66 pulau dan meliputi tiga gugusan pulau yaitu gugus Pulau-pulau Kur, gugus Pulau Tayando Tam, dan gugus Pulau Dullah. Kota Tual terdiri dari 5 kecamatan yaitu Pulau-pulau Kur, Kur Selatan, Tayando Tam, Dullah Utara, dan Dullah Selatan. Jumlah penduduk masing-masing kecamatan yaitu Pulau-pulau Kur 2.295, Kur Selatan 3.079, Tayando Tam 5.975, Dullah Utara 16.040, dan Dullah Selatan 36.643.

B. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pulau Dullah Utara dengan pembagian 3 desa yaitu Tamedan, Ohotahit, Ohoitel. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bemukim di desa nelayan dengan karakteristik yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Responden penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang (60,4%). Saat wawancara berlangsung, responden yang paling banyak ditemui adalah ibu rumah tangga sebanyak 29 orang (60,4%). Selanjutnya, pendidikan responden yang terbanyak adalah tamatan SMP 19 orang (39,6%). Menurut pengakuan responden rata-rata pengeluaran tertinggi yaitu 500 ribu – 1 juta sebanyak 35 orang (72,9%). Terakhir, mobilitas responden terbanyak adalah dengan mobilitas sedang sebanyak 35 orang (72,9%).

C. Penggunaan Telepon Genggam

(7)

Tabel 2.Analisa Frekuensi Penggunaan Telepon Genggam Table 2. Frequency Analysis Using Mobile Phones

Karakteristik Responden

(Respondent Characteristics) N %

Menggunakan telepon genggamdalam 3 bulan terakhir (Using a Mobile Phone in the Last 3 Month)

Ya 39 70,91

Tidak 16 29,09

Kepemilikan Telepon Genggam (Ownership of Mobile Phones)

Ya 26 54,17

Tidak 22 45,83

Pengguna Telepon Pintar (Smartphone User)

Ya 16 61,54

Tidak 10 38,46

Bukan Pengguna Telepon Pintar (Non-Smartphone User)

Ya 10 38,46

Tidak 16 61,54

Jenis Layanan (Type of Services)

Telkomsel 26 100

Dari kepemilikan tesebut diketahui bahwa, responden memiliki satu telepon genggam saja dengan satu kartu layanan yang aktif. Jenis layanan yang paling banyak digunakan oleh penduduk di Kecamatan Pulau Dullah Utara yaitu Telkomsel sebanyak 26 orang (100%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.

Mean untuk rata-rata pengeluaran komunikasi setiap bulan yang dikeluarkan oleh respondenRp34.231,00. Perbandingan untuk pengguna smartphone dan nonsmartphone menunjukkan hal yang berbeda. Untuk pengguna nonsmartphone, total pengeluarannya adalah Rp37.000,00. Sedangkan pengguna smartphone, responden hanya menggunakannya untuk layanan suara dan SMS saja sebesar Rp34.063,00.

Responden menyatakan kesulitan jika menggunakan layanan data untuk mengakses internet dengan alasan menelpon saja jaringan putus-putus bagaimana mau menggunakan

internet.Untuk lebih jelas analisa deskriptif dengan nilai mean, maksimum, dan minum untuk melihat data penggunaan telepon genggam, dapat dilihat pada tabel 3.

Pengeluaran uang untuk pulsa telepon seluler sebesar 7% menempati urutan belanja ke-4 di bawah uang pondokan, makan-minum, dan transportasi. Nilai belanja pulsa masih jauh lebih tinggi dibanding biaya internet (rata-rata Rp48.000 per bulan), kesehatan atau perawatan diri(Rp 67.300 per bulan), rekreasi (Rp 89.900 per bulan). Pengeluaran untuk belanja buku justru posisi ke-2 dan alat tulis ke-1 dari urutan terendah. Bahkan, dana beli buku masih lebih rendah dibanding keperluan belanja (rata-rata Rp 63.350). Penggunaan telepon genggam tertinggi dalam 3 bulan terakhir tertingi di Desa Ohotahit sebanyak 15 orang (93,8%), sedangkan kedua desa lainnya menunjukkan perbdeaan yang tidak terlalu signifikan Desa Tamedan sebanyak 14 orang

Tabel 3.Analis Deskriptif Penggunaan Telepon Genggam Table 3. Descriptive Analyst of Use of Mobile Phone

Penggunaan Telepon Genggam

(Use of Mobile Phone) Mean Max Mean

(8)

Tabel 3.Lanjutan Table 3. Continued

Penggunaan Telepon Genggam

(Use of Mobile Phone) Mean Max Mean

Total Pengeluaran untuk pengguna smartphone layanan

suara/SMS 34.063 15.000 34.063

Total pengeluaran untuk pengguna smartphone layanan data 0 0 0

(87,5%) dan Desa Ohoitel sebanyak 10 orang (62,5%). Selanjutnya, pengakuan responden terkait kepemilikan telepon genggam tertinggi di Desa Tamedan sebanyak 10 orang (62,5%), sedangkan kedua desa lainnya memiliki nilai yang sama masing-masing sebanyak 8 orang (50%) memiliki telepon genggam. Untuk lebih jelas analisis pengkategorian analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

Menurut masyarakat nelayan di Kecamatan Pulau Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku telepon genggam sangat bermanfaat untuk langsung mengontak para pelanggan di Tempat Penjualan Ikan (TPI) sehingga dapat diketahui perputaran harga ikan. Selain itu, telepon genggam bisa difungsikan untuk menghubungi petugas jika ada pengunjung anak-anak atau yang membuat masalah. Masyarakat nelayan tersebut juga mulai berpikir dampak jauh penggunaan telepon genggam adalah meningkatkan efektivitas kerja dan menambah penghasilan. Hanya saja saat ini masalah infrastruktur menjadi momok besar sehinggapembagunan ICT di Kecamatan Pulau Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku masih sangat minim. Masyarakat juga mengeluhkan

bahwa jaringan telepon genggam akan hilang jika telah berada tidak jauh dari bibir pantai.

Sarana komunikasi telepon genggam digunakan oleh masyarakat yang berada di Kecamatan Pulau Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku. Masyarakat dapat menggunakan telepon genggam untuk bertelekomunikasi dengan masyarakat lainnya di luar pulau. Akan tetapi, penerimaan sinyal telepon hanya bagus di beberapa lokasi saja, bahkan ada yang harus menggunakan antena luar agar dapat memperoleh sinyal telepon seluler dengan baik. Selain itu, hanya beberapa operator saja yang dapat digunakan untuk berkomunikasi seperti Telkomsel dan XL.

Masyarakat nelayan memang sering menggunakan telepon genggam, namun kepemilikan dari telepon genggam tidak menunjukkan adanya perbandingan yang sama. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak menganggap bahwa telepon genggam adalah sebuah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Masyarakat nelayan di daerah tersebut menyatakan untuk dilelang atau dijual kepada pendistibusi ikan selanjutnya baik dalam layanan panggilan suara atau melalui SMS.

Tabel 4.Analisis Crosstabulasi Penggunaan Telepon Genggam Berdasarkan Desa Table 4. Crosstabulating Analysis of Use of Mobile Phone Based on Village

Penggunaan Telepon Genggam (Use of Mobile Phone)

Tamadean Ohotahir Ohoitel

n % n % n %

Menggunakan telepon genggam dalam 3 bulan terakahir

Ya 14 87,50 15 93,75 10 62,50

Tidak 2 12,50 1 6,25 6 37,50

Kepemilikan telepon genggam

Ya 10 62,50 8 50,00 8 50,00

(9)

bahwa penggunaan telepon genggam hanya untuk menyampaikan banyaknya hasil tangkapan ikan

Kecenderungan persaingan tarif seluler mengindikasikan bahwa persaingan antar operator seluler semakin ketat,hingga saat ini di Indonesia telah hadir 10 operator yaitu Telkom, Telkomsel, Indosat, Excelcomindo (XL), Hutchison (3), Sinar Mas Telecom, Sampoerna Telecommunication, Bakrie Telecom (Esia), Mobile-8 (Fren), dan Natrindo Telepon Selular (sebelumnya Lippo Telecom). Walaupun ada persaingan antara penyedia layanan tersebut, masyarakat nelayan di Kecamatan Pulau Dullah Utara hanya menggunakan layanan Telkomsel, itupun layanan jaringan yang tidak stabil di wilayah kecamatan tersebut.

Masyarakat nelayan memang sering menggunakan telepon genggam hanya saja untuk memiliki bukanlah sebuah keharusan. Padahal, sedandainya masyarakat nelayan tersebut dapat memanfaatkan telepon genggam khususnya smartphone akan dapat memberikan keuntungan. Selain bertukar info kumpulan ikan, telepon seluler juga dapat dimanfaatkan oleh nelayan untuk menghubungi keluarganya di darat. Keluarga di darat bisa diminta menyediakan keranjang tambahan atau pemikul ikan, kalau hasil tangkapan melimpah. Kegunaan lainnya, nelayan juga dapat mengambil titik koordinat wilayah penangkapan ikan yang dapat dibagikan kepada sesama nelayan.

Keterbatasan terhadap pemanfaatan telepon genggam juga diteliti oleh Widiastuti (2010) yang menyatakan bahwa terbatasnya pengetahuan mengenai penggunaan telepon genggam agar mereka lebih mengetahui komoditi pasar ikan sehingga mereka tidak menemui dukungan sosial antara sesama nelayan. Keterbatasan inilah jika dapat diminimalisir akan sangat berguna bagi masyarakat nelayan. Mereka dapat mempermudah pengurusan peminjaman perahu dan pembagian lokasi penangkaan ikan di laut.

Menurut Dahlan (2010) kebangkitan masyarakat nelayan berbasis informatika dipertimbangkan oleh para pelaku dan penyelenggara pertelekomunikasian di Indonesia. Pemerintah (dalam hal ini Departemen Komunikasi dan Informatika), para operator

telekomunikasi, berbagai dinas terkait, masyarakat, dan institusi keuangan harus bersama-sama merancang sebuah program penyelenggaraan telekomunikasi yang optimal. Program yang dimaksud memang sudah termediasi melalui USO, namun penyelenggaraannya di lapangan harus sesuai dengan karakter dan kebutuhan masyarakat pedesaan.Dengan kata lain, penyelenggaraan telepon pedesaan harus mengandung dua hal pokok:

a. Memboncengi sarana ICT dengan berbagai layanan yang diprediksi dapat mengatasi berberbagai ketiadaaan infrastruktural. Ketiadaan infrastruktur di bidang pendidikan, misalnya, harus dapat diantisipasi oleh para penyelenggara dengan layanan seperti pendidikan jarak jauh, data base bahasa, dan lain-lain. Demikian juga dalam bidang infrastruktur lain seperti transportasi, kesehatan, pemerintahan, dan lain-lain.

b. Meningkatkan perekonomian pedesaan berbasis informasi, entah dengan menggabungkan teknologi internet, fixed line, atau kerja sama dengan institusi finansial (untuk mengembangkan layanan finansial dan perbankan di daerah pedesaan). Hal ini kelihatan susah diwujudkan. Namun, keberhasilan di beberapa daerah mesti diadopsi oleh pemerintah, institusi finansial dan perbankan, serta operator telepon.

Layanan jaringan telepon genggam ke semua desa nelayan, hari ini dan di masa mendatang, tidak cukup lagi sebatas pada fungsi call atau SMS. Penciptaan berbagai layanan yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan masyarakat desa, atau layanan yang mengatasi berbagai persoalan infrastruktural dan membangkitkan pertumbuhan ekonomi desa, merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan bangsa pasar yang besar di daerah. Bangsa pasar inilah yang akan menjadi sumber benefit bagi operator-operator telepon. Masyarakat di daerah desan nelayan tidak dapat berkomunikasi bukan karena mereka tidak mampu secara finansial tetapi semata-mata karena mereka tidak memiliki akses atau sarana. (Dahlan, 2010)

(10)

memikirkan penyelenggaraan sarana informasi di desa nelayan. Peran pemerintah adalah menyusun regulasi, merencanakan program atau design komunikasi dan informasi yang akurat, dan mengembangkan mekanisme kerja sama di antara berbagai departemen. Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan, Departemen Percepatan Pembangunan Desa Tertinggal, dapat dilibatkan di sini karena penyelenggaraan telepon genggam di pedesaan bermanfaat juga bagi penyelenggaraan bidang-bidang tersebut. Dengan program penyelenggaraan sarana ICT yang menghadirkan berbagai layanan lain, negara dapat merealisasikan fungsi utama untuk melayani masyarakat, meningkatkan kesejahteraan, dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa seperti yang diembankan oleh para founding fathers. (Hartono 2008)

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa telepon genggam dalam 3 bulan terakhir telah banyak digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Pulau Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku, hanya saja untuk kepemilikan sangat minim karena masyarakat nelayan di Kecamatan Pulau Dullah menganggap punya telepon genggam bukanlah sebuah keharusan. Total rata-rata pengeluaran komunikasi setiap bulan yang dikeluarkan oleh adalah Rp34.231,00. Jenis telepon genggam yang paling banyak digunakan adalah smartphone, tanpa menggunakan layanan data seluler. Untuk pengguna nonsmartphone, total pengeluarannya adalah Rp37.000,00. Sementara itu rata-rata pengeluaran pengguna smartphone pengguna layanan suara dan SMS adalah Rp34.063,00.

B. Saran

Masyarakat berharap agar ada pemasangan jaringan baik jaringan Telepon/HP dan Jaringan Internet disiapkan seperti sarana dan prasarana TIK yang murah dan terjangkau. terutama di sekolah-sekolah dan perlu disediakan fasilitas TIK sebagai sarana pembelajaran sehingga kemampuan para siswa lebih terampil. Akses informasi dan

telekomunikasi di Kota Tual dapat dilakukan melalui satelit dengan menggunakan telepon seluler dan jaringan internet seperti Hospot Kota di Taman Kota Tual.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan kepada Pejabat di lingkungan Penerintah Kota Tual Propinsi Maluku yang telah memberikan rekomendasi dan kemudahan serta dukungan kepada penulis dalam memperoleh data dan untuk melakukan penelitian di Kecamatan Pulau Dullah Utara.

DAFTAR PUSTAKA

Arviana, V., 2011. Tinjauan Media-Media Komunikasi Elektronik Sebagai Komponen Teknologi Komunikasi. (Artikel) didapat di: http://vinyarviana.blogspot.com/2011/04/tinja uan-media-media-komunikasi.html

Barker. 2010. Impact Analysis In Public Policy Research. United Stated: Sage publication, Beverly Hills.

Dwisetyani, B., 2010. Evaluasi Kerentanan Longsor Lahan Pada Masyarakat Nelayan di Lereng Selatan gunung Meapi, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Daerah Istimewa Yogyakarta. (Skripsi) Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi. Yogyakarta.

Hakim, A.A., 2011. Negara Hukum dan Demokrasi Di Indonesia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Celeban Timur Yogyakarta.

Hartono, A., 2008. Telepon Seluler adalah Lokomotif Pembagunan dan Perekonomian Daerah. Peneliti The Blora Institude. Artikel

dapat dilihat

https://inohartono.wordpress.com/2008/12/30/

telepon-seluler-adalah-lokomotif-pembangunan-dan-perekonomian-daerah/

(11)

Holzinger. 2010. Case Study Research: Design and Methods (Applied Social Research Methods). New York: Teachers College Press.

Imran, H.A., 2013. Pola Penggunaan Media Komunikasi. Jurnal SKM, Vol.17, No.1

Irham, B., 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Telepon Seluler Makassar: Tesis Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin

Kusnadi., 2006. Konflik Sosial Nelayan, Kemiskinan, dan Perebutan Sumber Daya Alam. Yogyakarta: LkiS.

Sidik, M. J., 2011. Indonesia Empat Besar Pengguna Internet. Artikel dapat dilihat http://www/antaranews.com/berita/275403/in donesia-empat-besar-pengguna-internet

Rakhmat, J., 1991:134. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya. CV. Bandung.

Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendi (editor). 1989. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi, Jakarta: LP3ES.

(12)

Gambar

Table 1. Respondent Characteristics
Tabel 2.Analisa Frekuensi Penggunaan Telepon Genggam
Tabel 4.Analisis Crosstabulasi Penggunaan Telepon Genggam Berdasarkan Desa Table 4. Crosstabulating Analysis of Use of Mobile Phone Based on Village

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan tinggi terbesar adalah bibit seleksi yang dihasilkan dari provenans Sungai Runtin, sedangkan pertumbuhan

Sahid Group juga berencana untuk berekspansi lebih lanjut ke dalam segmen hotel bujet hingga mencapai 10.000 kamar pada tahun 2017, naik dari 350 kamar yang saat

Karena tingginya mobilitas masyarakat Jakarta saat ini yang lebih memilih untuk makan makanan yang cepat dan instan, dan tetap peduli terhadap kesehatan atas

Bagi peneliti, penelitian ini untuk mengetahui keberhasilan penerapan model pembelajaran quantum learning sehingga berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar siswa dalam

Pertumbuhan penduduk ini mengakibatkan semakin tingginya kebutuhan lahan untuk pemukiman sehingga perubahan fungsi lahan yang sebelumnya merupakan daerah pertanian

Terkait dengan hal tersebut Rencana Kerja (Renja) Kecamatan Bagor ini menyajikan dasar pengukuran kinerja kegiatan dan Pengukuran Kinerja Sasaran dari hasil apa yang

Kegiatan yang diusulkan ini merupakan kegiatan evaluasi/tes kebugaran jantung paru bagi Karyawan Dinas Kesehatan Provindi DIY yang bertujuan untuk menilai derajat

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian tentang “Pengaruh Keberadaan Industri Batik terhadap Perkembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Klaten” menarik untuk diangkat