• Tidak ada hasil yang ditemukan

PSIKOTERAPI UNTUK GANGGUAN KECEMASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PSIKOTERAPI UNTUK GANGGUAN KECEMASAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PSIKOTERAPI UNTUK GANGGUAN KECEMASAN

disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pengantar Psikoterapi

oleh:

Devi Triana Putri Samosir

15010110120015

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas. Rasa cemas ini biasanya terjadi pada saat adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian berlangsung, dan masih banyak lagi. Kecemasan yang dimiliki seseorang seperti diatas adalah normal dan bahkan kecemasan ini perlu dimiliki oleh manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal ketika kecemasan yang ada dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas umumnya.

(3)

BAB II

TEORI

GANGGUAN KECEMASAN

A. Definisi

Dalam kehidupan sehari-hari anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas, perasaan bingung, was-was, bimbang dan sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk pada kondisi normal.

Menurut Harold I. Lief Anxietas adalah perasaan yang difius yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. J.J Groen juga menambahkan bahwa Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.

Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Anxietas normal sebenarnya sesuatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat

konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang.

(4)

B. GEJALA UMUM ANXIETAS

Gejala psikologik:

Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut ”gila”, takut kehilangan kontrol dan sebagainya.

Gejala fisik:

Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik adalah : rasa sesak nafas, rasa sakit dada, kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam, ada sesuatu yang menekan dada, jantung berdebar, mual, vertigo, tremor, kaki dan tangan merasa kesemutan, kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus, kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan berat, kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.

C. Tipe – tipe Gangguan Kecemasan

1. Gangguan Panik

(5)

kehilangan kendali, menjadi gila, atau akan mati. Orang yang mengalami serangan panik cenderung sangat menyadari adanya perubahan pada degup jantung mereka. Mereka seringkali percaya bahwa mereka mengalami serangan jantung meskipun tidak ada yang salah dengan jantung mereka. Tetapi karena simtom-simtom serangan panik dapat menyerupai simtom serangan jantung atau reaksi alergi yang parah, perlu untuk dilakukan pemeriksaan medis yang teliti.

Serangan panik terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncak intensitas dalam 10 samapi 15 menit. Serangan biasanya berlangsung selama beberapa menit, tetapi dapat berlanjut sampai berjam-jam dan diasosiasikan dengan dorongan yang kuat untuk melarikan diri dari situasi di mana serangan itu terjadi. Supaya diagnosis gangguan panik dapat

ditegakkan, harus ada serangan panik yang tidak terduga dan terjadi berulang. Sepertinya serangan itu datang tanpa penyebab. Meskipun serangan-serangan pertama terjadi secara spontan atau tidak terduga , dengan berjalannya waktu, serangan-serangan ini dapat diasosiasikan dengan situasi-situasi atau tanda-tanda tertentu, seperti melangkah masuk ke department store yang penuh sesak.

Dalam banyak kasus orang yang mengalami serangan panik membatasi aktivitas mereka untuk menghindari tempat yang mereka takutkan terdapat kemungkina untuk terjadinya serangan atu tempat dimana mereka akan terputus dari sumber dukungan mereka yang biasa.

Orang sering mendeskripsikan serangan panik sebagai pengalaman paling buruk dalam hidup mereka. Kemampuan coping mereka dihancurleburkan. Mereka mungkin merasa bahwa mereka harus kabur. Bila kabur sepertinya tak berguna, mereka dapat membeku. Ada kecenderungan untuk melekat pada oarang lain demi mendapatkan pertolongan atau dukungan. Beberapa orang dengan serangan panik, takut untuk pergi sendiri. Serangan panik yang berulang kemungkina menjadi suit untuk dihadapi sehingga penderitanya punya keinginan untuk bunuh diri.

Gangguan panik biasanya dimulai pada akhir masa remaja sampai pertengahan 30an tahun (APA,2000). Perempuan mempunyai kemungkina dua kali lebih besar untuk

mengembangkan gangguan panik (USDHHS,1999a).

2. Gangguan Kecemasan Menyeluruh

(6)

spesifik tetapi lebih merupakan apa yang disebut oleh Freud sebagai “mengambang bebas”.

Tanda-tanda pada gangguan ini diantaranya : kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher dan bahu, pelupuk mata berkedip terus, bcrgetar, mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh. Cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan.serangan

jantung, cemas akan mati. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi.

GAD cenderung merupakan suatu gangguan yang stabil, muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan umur 20an tahun dan kemudian berlangsung sepanjang hidup (Rappee, 1991). Pravelensi seumur hidup dari GAD pada populasi umum di Amerika Serikat diperkirakan sebanyak 5% (APA,2000). Gangguan ini muncul dua kali lebih banyak pada perempuan dibandingkan pada laki-laki (APA,2000; USDHHS,1999a).

3. Gangguan Obsesif-Kompulsif

Obsesi adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusif dan berulang yang sepertinya berada di luar kemampuan sesorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan, seperti keraguan-keraguan, impuls-impuls, dan citra (gambaran) mental. Misalnya, orang dapat bertanya-tanya tanpa berhenti apakah pintu-pintu sudah ditutup.

Kompulsi adalah tingkah laku yang repretitif (seperti mencuci tangan atau memeriksa kunci pintu) atau tindakan mental repretitif (seperti berdoa, mengulang-ulang kat-kata tertentu, atau menghitung) yang dirasakan seseorang sebagai suatu keharusan terhadap pikiran obsesif dan muncul cukup sering serta kuat sehingga mengganggu kehidupan

(7)

a. Kompulsi pengecakan

Kegiatan yang dilakukan seperti terus-terusan memeriksa apakah pintu sudah dikunci sebelum meninggalkan rumah yang menyebabkan keterlambatan berangkat dan mengganggu orang lain.

b. Kompulsi bersih-bersih

Kegiatan yang dilakukan seperti mencuci tangan berkali-kali selama berjam-jam supaya bersih dan bebas kuman.

Gangguan obsesif-komplusif (OCD) dapat menyebabkan distress yang nyata, mengganggu hal-hal rutin yang normal, mengganggu fungsi kerja atau sosial.

4. Gangguan Stress Akut dan Gangguan Stress Pascatrauma

Gangguan stress akut (Acute stress disorder/ASD) adalah suatu reaksi maladaptif yang terjadi pada bulan pertama pengalaman traumatis. Gangguan stress pascatrauma (Posttraumatic stress disorder/PTSD) adalah reaksi maladaptif yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis. PTSD kemungkinan berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun, atau sampai beberapa dekade dan mungkin baru muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan terhadap peristiwa traumatis. Contoh dari tipe gangguan stess ini adalah korban perkosaan. Respon terhadap gangguan stress ini mencakup perasaan takut yang intens, perasaan tak berdaya, atau rasa ngeri.

Pria lebih sering dihadapkan pada pengalaman traumatis, perempuan yang lebih banyak mengembangkan PTSD sebagai respons terhadap trauma. Perempuan dua kali lebih banyak yang mengembangkan gangguan ini di sepanjang hidupnya dibandingkan dengan laki-laki. Para peneliti menemukan bahwa perempuan yang mengembangkan PTSD cenderung untuk mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita gangguan depresi mayor.

ASD dan PTSD mempunyai beberapa cirri dan simtom yang sama, diantaranya :

o Mengalami kembali peristiwa traumatis

o Menghindari petunjuk atau stimuli yang diasosiasikan dengan peristiwa tersebut

o Mati rasa dalam responsivitas secara umum atau dalam segi emosional o Mengalami distress emosional

Perbedaan utama antara kedua gangguan tersebut adalah pada ASD penekanannya ada pada disosiasi (perasaan asing terhadap diri sendiri atau terhadap lingkungannya).

(8)

perasaan bahwa peristiwa tersebut memang terulang kembali. Pemaparan terhadap peristiwa yang menyerupai pengalaman traumatis dapat menyebabkan distress psikologi yang intens. Orang-orang dengan reaksi stress traumatis cenderung untuk menghindari stimuli yang mengingatkan terhadap trauma, seperti tidak mamu membahas atau membicarakan hal-hal yang dapat mengingatkan terjadinya trauma.

5. Gangguan Fobia

Fobia bersal dari bahasa Yunani yaitu ‘Fobos’ yang berarti ketakutan. Fonia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap dan berlebihan terhadap suatu objek spesifik,

keadaan dan situasi.

Berdasarkan jenis objek atau situasi ketakutan fobia digolongkan menjadi tiga jenis yaitu agrofobia, fobia spesifik dan fobia sosial.

1. Agrofobia.

Agrofobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak seta adanya kesulitan untuk segera menyingkir ketempat aman. Dilihat dari faktor genetik, penelitian menyimpulkan bahwa gangguan Agrofobia memiliki komponen genetik yang jelas, gangguan panik dengan agrofobia adalah bentuk parah dari gangguan panik, dan lebih mungkin diturunkan. Bila gangguan panik diobati, seringkali Agrofobia akan membaik.

Tanda dan gejala pada pasien dengan agrofobia adalah pasien menghindari situasi disaat sulitcuntuk mendapatkan bantuan. Lebih suka ditemani kawan atau anggota keluarga ditempat tertentu. Pada keadaan parah, mereka akan menolak keluar rumah dan mungkin ketakutan akan menjadi gila.

2. Fobia Spesifik.

Fobia Spesifik adalah ketakutan irasional terhadap objek tertentu. Dilihat dari faktor genetik, Fobia Spesifik cenderung terdapat dalam satu keluarga. Kebanyakan fobia spesifik yang dimulai waktu anak-anak dan menetap hingga usia dewasa, akan menetap selama waktu yang lama.

Tanda dan gejala pada fobia spesifik adalah ketakuatan yang jelas dan menetap dan tak beralasan terbatas pada objek atau situasi yang spesifik dan terbagi dalam tipe heawan,

(9)

3. Fobia Sosial.

Fobia sosial adalah ketakutan irasional yang jelas dan menetap terhadap satu lebih situasi sosial atau tampil di depan orang-orang yang belum dikenal atau dengankemungkinan dinilai oleh orang lain yang tidak dikenal.

Tanda dan gejala fobia sosial adalah, adanya ketakutan terhadap situasi sosial atau tampil di depan orang-orang yan belum dikenal atau situasi yang memungkinkan ia dinilai oleh orang lain atau menjadi pusat perhatian, merasa takut bahwa ia akan berperilaku memalukan atau menampakkan gejala ansietas atau bersikap yang dapat merendahkan

dirinya. Diperkirakan sepertiga dari semua orang dengan fobia sosial menderita gangguan depresi berat.

D. Penanganan Gangguan Kecemasan

Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam teknik dan tujuan penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai teknik tersebut sama-sama mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan :

1. Pendekatan Psikodinamika

Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan

tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka

(10)

2. Pendekatan Humanistik

Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.

3. Pendekatan Biologis

Berbagai variasi obat-obatan dipakai untuk menobati gangguan-gangguan kecemasan, diantaranya adalah obat penenang ringan seperti benzodiazepine Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine memiliki efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan dependesi fisik (adiksi), orang-orang yang ketergantungan dapat mengalami serangkaian simtom putus zat bila mereka berhenti menggunakannya dengan tiba-tiba, misalnya mengalami lagi simtom-simtom kecemasan, insomnia, dan kegelisahan. Simtom-simtom-simtom yang tidak mengenakan ini dapat mendorong orang untuk menggunakan kembali obat-obat tersebut.

Obat antidepresi memiliki efek anti kecemasan dan anti panik. Obat andi depresi kemungkinan membantu melawan kecemasan dengan menormalkan aktivitas neurotransmitter di otak. Beberapa obat anti depresi yang sering dipakai untuk mengobati gangguan panik mencakup golongan trycylic imipramine (Torranil) dan clomipramine (Anafranil) dan golonggan SSRI paroxetine (Paxil) dan sentraline (Zoloft), tetapi dapat terjadi efek samping yang mengganggu, seperti banyak keringat dan palpitasi jantung, yang menyebabkan banyak pasien secara premature menghentikan penggunaan obat. Obat penenang dengan potensi tinggi

(11)

antidepresan SSRI (obat-obatan seperti fluoxetine (Prozac), clomipraamine (Anafranil), dan fluvoxamine (Luvox). Obat-obatan ini meningkatkan keberadaan neurotransmitter di serotin di otak.

Masalah potensial dengan terapi obat adalah pasien menganggap perbaikan klinis yang terjadi disebabkan oleh obat dan bukan karena sumber daya mereka sendiri, obat - obatan ini juga tidak membawa kesembuhan total. Terapi obat kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi kogmitif-behavioral (membantu pasien-pasien panik memodifikasi reaksi kognitif mereka yang berlebih terhadap sensasi tubuh).

4. Pendekatan-Pendekatan Belajar.

Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya :

a). Pemaparan Gradual

Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan.

b). Rekonstruksi Pikiran

(12)

c). Flooding

Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.

d)Terapi Kognitif

Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan

sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan. e). Terapi Kognitif Behavioral (CBT).

Terapi ini memadukan tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.

(13)

BAB III

PEMBAHASAN

1. Definisi Cognitive-Behavior Therapy (CBT)

Aaron T. Beck (1964) mendefinisikan CBT sebagai pendekatan konseling yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli pada saat ini dengan cara melakukan

restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang. Pedekatan CBT didasarkan pada formulasi kognitif, keyakinan dan strategi perilaku yang mengganggu. Proses konseling didasarkan pada konseptualisasi atau pemahaman konseli atas keyakinan khusus dan pola perilaku konseli. Harapan dari CBT yaitu munculnya restrukturisasi kognitif yang menyimpang dan sistem kepercayaan untuk membawa perubahan emosi dan perilaku ke arah yang lebih baik.

Matson & Ollendick (1988: 44) mengungkapkan definisi cognitive-behavior therapy yaitu pendekatan dengan sejumlah prosedur yang secara spesifik menggunakan kognisi sebagai bagian utama konseling. Fokus konseling yaitu persepsi, kepercayaan dan pikiran. Para ahli yang tergabung dalam National Association of Cognitive-Behavioral Therapists (NACBT), mengungkapkan bahwa definisi dari cognitive-behavior therapy yaitu suatu pendekatan psikoterapi yang menekankan peran yang penting berpikir bagaimana kita merasakan dan apa yang kita lakukan. (NACBT, 2007). Bush (2003) mengungkapkan bahwa CBT merupakan perpaduan dari dua pendekatan dalam psikoterapi yaitu cognitive therapy dan behavior therapy. Terapi kognitif memfokuskan pada pikiran, asumsi dan kepercayaan. Terapi kognitif memfasilitasi individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan. Terapi kognitif tidak hanya berkaitan dengan positive thinking, tetapi berkaitan pula dengan happy

thinking. Sedangkan Terapi tingkah laku membantu membangun hubungan antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan. Individu belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat.

(14)

CBT didasarkan pada konsep mengubah pikiran dan perilaku negatif yang sangat mempengaruhi emosi. Melalui CBT, konseli terlibat aktivitas dan berpartisipasi dalam training untuk diri dengan cara membuat keputusan, penguatan diri dan strategi lain yang mengacu pada self-regulation (Matson & Ollendick, 1988: 44). Teori Cognitive-Behavior (Oemarjoedi, 2003: 6) pada dasarnya meyakini pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses Stimulus-Kognisi-Respon (SKR), yang saling berkaitan dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia, di mana proses kognitif menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak. Sementara dengan adanya keyakinan bahwa manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional dan irasional, di mana pemikiran yang irasional dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah

laku yang menyimpang, maka CBT diarahkan pada modifikasi fungsi berfikir, merasa, dan bertindak dengan menekankan peran otak dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali. Dengan mengubah status pikiran dan perasaannya, konseli diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya, dari negatif menjadi positif.

(15)

2. Terapi Musik

Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal. Perlu diingat bahwa banyak dari proses dalam hidup kita selalu ber-irama. Sebagai contoh, nafas kita, detak jantung, dan

pulsasi semuanya berulang dan berirama.

Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua orang karena kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi (sistem limbik). Pengaruh musik yang besar bagi pikiran dan tubuh kita. Contohnya, ketika Anda mendengarkan suatu alunan musik (meskipun tanpa lagu), seketika Anda bisa merasakan efek dari musik tersebut. Ada musik yang membuat Anda gembira, sedih, terharu, terasa sunyi, semangat, mengingatkan masa lalu dan lain-lain.

Dua Macam Terapi Musik

Dalam dunia penyembuhan dengan musik, dikenal 2 macam terapi musik, yaitu:

1. Terapi Musik Aktif.

Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main menggunakan alat musik,

menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik. Untuk melakukan Terapi Musik aktif tentu saja dibutuhkan bimbingan seorang pakar terapi musik yang kompeten.

2.Terapi Musik Pasif.

(16)

Manfaat Terapi Musik

Ada banyak sekali manfaat terapi musik. Jika disebutkan satu per satu semuanya, tentu saja butuh banyak waktu. Di bawah ini kami sebutkan sepuluh manfaat utama terapi musik

Hasil riset kami menunjukkan bahwa terapi musik sangat efektif dalam meredakan kegelisahan dan stress, mendorong perasaan rileks, meredakan depresi dan mengatasi insomnia. Terapi musik membantu banyak orang yang memiliki masalah emosional, membuat perubahan positif, menciptakan suasana hati yang damai, membantu memecahkan masalah dan memperbaiki konflik internal.

Terapi musik dapat mengurangi kebutuhan pengobatan selama kelahiran dan melengkapi fungsi mati rasa dalam operasi dan perawatan gigi, terutama jika yang dirawat

anak-anak serta pasien yang menjalani prosedur pembedahan. Musik juga berguna untuk mengatasi trauma pada bayi yang lahir premature. Disamping situasi akut ini, terapi musik juga membantu menghilangkan rasa sakit.

(17)

BAB IV

KESIMPULAN

Anxietas adalah perasaan yang difius yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau

beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.

CBT dan Terapi musik adalah beberapa metode yang digunakan dalam penanganna gangguan kecemasan

CBT sebagai pendekatan konseling yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang. Pedekatan CBT didasarkan pada formulasi kognitif, keyakinan dan strategi perilaku yang mengganggu. Proses konseling didasarkan pada konseptualisasi atau pemahaman konseli atas keyakinan khusus dan pola perilaku konseli.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto (ed).2010.buku ajar psikiatri. Jakarta:Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Univrsitas Indonesia

Nevid, Jeffery S. Psikologi Abnormal jilid 1. Erlangga : Jakarta

Siswanto. 2007.Kesehatan Mental (konsep Cakupan Perkembangan 2). Andi Yogyakarta: Yogyakarta

News Medical. (___). Terapi musik-apakah terapi musik?. Diunduh 2 Mei 2013, dari

http://www.news-medical.net/health/Music-Therapy-What-is-Music-Therapy-(Indonesian).aspx

Diunduh 2 Mei 2013, dari

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1keperawatan/207312014/BAB%20II.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Program edukasi dan sosialisasi yang diberikan, diharapkan dapat mengurangi perilaku konsumtif pada anak dan memberikan manfaat kepada ibu-ibu warga

Minat konsumen dalam pemilihan tata rias pengantin tradisional dan modifikasi di Salon Kemuning Purwokerto lebih cenderung memilih tata rias pengantin modifikasi,

Yang dimasukkan ke dalam rekening ini adalah nilai penjaminan yang menjadi retensi sendiri setelah dikurangi dengan estimasi klaim retensi sendiri, baik dalam rupiah

Berdarkan standar tetapan SNI 06-2048-1990 dan SNI 06-3532-1994 yang menyatakan bahwa kadar asam lemak bebas maksimum yang diperbolehkan untuk sabun cuci dan mandi

Pada tahap perencanaan ini, peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu menyusun RPP penelitian dengan guru kolaborator, menyiapkan media boneka tangan yang akan digunakan

TG : Keluhan Tenggorokan Gatal KK : Keluhan Iritasi Kulit Kering KG : Keluhan Iritasi Kulit Gatal-Gatal KM : Keluhan Iritasi Kulit Merah BK : KeluhanKekeringan Bibir SKE

Hasil uji hipotesis dan analisis regresi dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa variabel kualitas produk, serta ekuitas merek secara simultan atau bersama-sama

Hasil penelitian menunjukkan kecilnya pengaruh Debt To Total Asset (DTA), Cash Ratio, Size, Return On Asset (ROA), Kepemilikan Institusional, dan Growth terhadap variabel