BAB II
PROFIL KABUPATEN NIAS,GAMBARAN UMUM PEMILIH, GAMBARAN UMUM DPRD DAN BUDAYA PATRIARKI
A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN NIAS
Kabupaten Nias adalah salah satu daerah kabupaten di Propinsi Sumatera
Utara yang berada dalam satu pulau yang disebut pulau Nias. Pulau Nias
mempunyai jarak ± 85 mil laut dari sibolga (daerah Propinsi Sumatera
Utara).Daerah Kabupaten Nias memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 4 buah. Luas
wilayah kabupaten Nias adalah sebesar 980,30 km, (4,88 % dari luas wilayah
provinsi sumatera utara). Menurut letak geografis, kabupaten nias terletak pada
garis 00 12` - 1032` Lintang Utara (LU) dan 970 – 980 Bujur Timur (BT) dekat
dengan garis khatulistiwa dengan batas-batas wilayah :
Gambar 2.1
Sumber : BPS Kabupaten Nias2014
Keterangan : Warna Merah Jambu merupakan wilayah kabupaten Nias.
• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Nias Utara
• Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Nias Selatan,
• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kota Gunungsitoli
• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Nias Barat42
A.1 Keadaan Topografi
Pulau Nias mempunyai kondisi alam/topografi berbukit-bukit sempit dan
terjal serta pegunungan dimana tinggi dari permukaan laut bervariasi antara 0 -
800 m, terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai 24 %,
dari tanah bergelombang sampai tanah berbukit-bukit 28,8 % dan dari tanah
berbukit sampai pegunungan 51,2 % dari keseluruhan luas daratan.
Mengakibatkan adanya 103 sungai yang ditemui hampir diseluruh kecamatan.
Dari 165 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Nias, sebanyak 30 desa/kelurahan
(18%) terletak didaerah pantai, dan 135desa/kelurahan (82%) berada didaerah
bukan pantai/pegunungan.43
Akibat letak kabupaten Nias dekat dengan garis khatulistiwa, maka curah
hujan setiap tahun cukup tinggi. Pada tahun 2013 rata-rata curah hujan mencapai A.2 Keadaan Iklim
42
Data BPS Kabupaten Nias Tahun 2014.
246 mm per bulan dengan banyaknya hari hujan mencapai 262 hari dalam setahun
atau rata-rata 22 hari per bulan. Curah hujan yang tinggi setiap tahun
mengakibatkan kondisi alam kabupaten Nias sangat lembab dan basah dengan
rata-rata kelembaban 88 % dalam setahun.Di samping itu struktur batuan dan
susunan tanah di Kabupaten Nias pada umumnya bersifat labil, mengakibabtkan
sering terjadinya patahan pada jalan aspal dan longsor, demikian juga sering
ditemui daerah aliran sungai yang berpindah-pindah.Keadaan iklim kabupaten
Nias dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara dalam satu tahun rata-rata
26,30 C / bulan.44
No
A.3 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk kabupaten Nias tahun 2014 adalah 133.388 jiwa dengan
kepadatan penduduk 133.07 jiwa/km2.Sex ratio Kabupaten Nias adalah sebesar
95,05 artinya jika ada 10.000 perempuan maka ada 9.505 laki-laki di Kabupaten
Nias. Penduduk Kabupaten Nias yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan
perempuan baik anak-anak maupun orang dewasa. Dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase
1
2
Laki-Laki
Perempuan
64.885
68.503
48,64%
51,36%
Total 133.388 100%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias2014
Pada tabel 2.1 dijelaskan bahwa penduduk yang berjenis kelamin
perempuan yaitu 68.503 jiwa (51,36 %) lebih banyak dari pada penduduk berjenis
kelamin laki-laki yang berjumlah 64.885 jiwa (48,64%).
A.4 Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
Penduduk Kabupaten Nias berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2014 menurut
suku bangsa dapat kita lihat pada tabel 2.2 dibawah ini :
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
No Suku Bangsa Jumlah (Jiwa) Persentase
1
2
3
4
Suku Nias
Suku Minang
Suku Batak
Suku Lainya
128.719
3.201
1.066
402
96.5 %
2,4 %
0.8 %
0.3%
Total 133.388 100 %
Sumber: BPS Kabupaten Nias 2014
Dari tabel 2.2 jelas bahwa penduduk mayoritas kabupaten Nias berasal dari
suku Nias yaitu sebesar 128.719 jiwa (96,5 %) diikuti oleh suku lainnya seperti suku
Minang sebanyak 3.201 (2.4 %) jiwa suku Batak sebanyak 1.066 jiwa (0.8 %) (Karo,
Simalungun, Toba, Madina, dan Pakpak; dan 402 jiwa (0,3 %) dari suku-suku
lainnya.
A.4 Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan dan
jumlah penduduk sekitar 133.388 jiwa dapat dilihat pada tabel 2.2 berdasarkan
tingkat pendidikan berikut ini :
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah(jiwa) Persentase
1 Tidak Tamat SD 19.074 14.3%
2 SD 34.281 25.7%
3 SMP 43.885 32.9%
4 SLTA/SMK 24.810 18.6%
5 Akademi/D3 6.269 4.7%
6 Sarjana 5.069 3.8%
Total 133.388 100 %
Sumber:BPS Kabupaten Nias 2014
Pada tabel 2.3 terlihat bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Nias telah
menyelesaikan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama sebanyak
38.148 jiwa (28.6%), disusul tamat SD sebanyak jiwa 34.281 (25.7%, Kemudian
tamat SLTA sebanyak 24.810 jiwa (18.6%%), dan diikuti setara Akademi DI/D3
sebanyak 6.269 jiwa ( 4.7 %) dan terakhir adalah Sarjana sebanyak 5.069 jiwa (
3.8 %).
A.5 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian adalah sumber utama dalam menunjang kebutuhan
hidup sehari-hari. Untuk melihat mata pencaharian penduduk di kabupaten Nias
Tabel 2.4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase
1
2
3
4
5
Karyawan swasta/Buruh Tani
Wiraswasta/pedagang
PNS
Sekolah
Tidak/belum Bekerja
58.290
4.546
3.014
10.338
57.200
43.7 %
3.4%
2.2%
7.8%
42. 9%
Total 133.388 100 %
Sumber: BPS Kabupaten Nias Tahun 2014
A.5 Penduduk berdasarkan Agama
Penduduk kabupaten Nias berdasarkan agama yang dianutnya dapat dilihat
pada tabel 2.5 berikut ini.
Tabel.2.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase
1
2
3
Protestan
Katolik
Islam
108.711
21.475
3.202
81. 5 %
16.1%
2.4%
Total 133.388 100%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias
Dari tabel 2.5 di atas dijelaskan bahwa mayoritas penduduk di kabupaten
Nias memeluk agama Kristen Protestan dengan jumlah 108.711 jiwa dengan
persentase (16.1%) dan terakhir adalah Islam sebesar 3.202 jiwa dengan
persentase (2.2%). Adapun data dari BPS kabupaten Nias tentang jumlah jumlah
rumah ibadah pada tahun 2013 adalah sebanyak 740 unit, dengan rincian yaitu
mesjid 9 unit, gereja protestan 625 unit, dan 105 unit gereja katolik yang tersebar
diseluruh kecamatan di kabupaten Nias.
B. Gambaran Umum Pemilih pada Pemilihan legislatif 2014
Pemilihan umum legislatif di kabupaten nias dilaksanakan pada 9 april
2014, pemilihan legislatif tersebut dilaksanakan di 376 Tempat Pemungutan Suara
(TPS) yang tersebar pada 10 kecamatan di kabupaten nias.
B.1 Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) Per kecamatan
Rekapitulasi DPT berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.3 dibawah :
Tabel 2.6
Daftar Pemilih Tetap/ Kecamatan
No.
Urut KECAMATAN
JUMLAH
DESA
JUMLAH
TPS
DAFTAR PEMILIH
Total 170 376 42.759 47.222 89.981
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Tabel 2.6mengambarkan bahwa jumlah pemilih terbanyak terdapat pada
kecamatan Idanogawo dengan jumlah pemilih sebanyak 15.219 Jiwa dan jumlah
pemilih terendah terdapat di kecamatan Somolo-molo dengan pemilih sebanyak
3.968 jiwa.
B.2 Tingkat partisipasi pemilih pada pemilihan legislatif 2014
Partisipasi masyarakat kabupaten Nias pada pemilihan umum legislatif
tahun 2014 di bedakan berdasarkan laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 2.7
Partisipasi Pemilih L dan P
No Periode Pemilu Pemilih Terdaftar Pengguna Hak Pilih
L P JLH L P JLH
1 Pemilu Legislatif 2014
42.759 47.222 89.981 32.899 37.839 70.738
2 Persentase (%) 47.6 52.4 100 77.06 80.29 78.75
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Data pada tabel 2.7 sangat jelas mengambarkan bahwa partisipasi politik
masyarakat nias dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum
legislatif cukup besar dengan angka partisipasi mencapai 70.738 jiwa dengan
persentase (78.75 % ). Partisipasi perempuan juga masih lebih besar dari
C. Gambaran Perolehan Suara Partai Politik, Calon legislatif, dan Penetapan Anggota Terpilih DPRD Kabupaten Nias
Hasil pemilihan umum legislatif yang dilaksanakan pada 09 April 2014
menghasilkan beberapa keputusan diantaranya adalah Keputusan KPU Kabupaten
Nias tentang penetapan daftar calon tetap anggota DPRD kabupaten Nias Nomor
:81/Kpts/KPU-Kab.002.434713/2013 dan Berita Acara Penetapan perolehan suara
dan kursi partai politik serta penetapan calon terpilih anggota DPRD kabupaten
Nias tahun 2014 Nomor: 148/BA/V/2014 keputusan dan berita acara yang
dimaksud dapat dilihat pada uraian dibawah ini dengan rincian sebagai berikut:
C.1.1 Rekapitulasi Jumlah perolehan Suara Sah Partai Politik pada Pemilihan Legislatif 2014
Rekapitulasi jumlah perolehan dan persentase suara sah dari semua partai
politik dan dari tiga dapil yang tersebar di 10 kecamatan di kabupaten Nias pada
pemilihan umum Legislatif 2014 dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut ini :
Tabel 2.8
Rekapitulasi Jumlah perolehan Suara Sah Partai Politik No.
PARTAI POLITIK PEROLEHAN SUARA SAH JLH
(%)
DAPIL1 DAPIL2 DAPIL3
1 Partai NasDem 3.670 1.715 1.562 6.947 10.8
2 Partai Kebangkitan Bangsa 1.830 487 762 3.079 4.9
4 PDI Perjuangan 1.772 3.125 2.831 7.728 11.4
5 Partai Golongan Karya 3.646 3.398 2.012 9.053 13.4
6 Partai Gerindra 1.880 2.233 1.718 5.831 8
7 Partai Demokrat 6.687 7.995 3713 1839 27.1
8 Partai Amanat Nasional 115 1.030 25 1170 1.7
9 Partai Persatuan Pembangunan 199 878 9 1086 1.6
10 Partai Hati Nurani Rakyat 1.229 3.821 1364 6411 9.3
11 Partai Bulan Bintang 174 89 9 272 0.4
12 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
1.781 2.472 2233 6.486 9.5
JUMLAH 23.033 28,384 16.287 67.704 100 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Data pada tabel 2.8 mengambarkan bahwa partai yang mendapatkan suara
terbanyak dari 3 daerah pemilihan di kabupaten nias yaitu Partai Demokrat
dengan jumlah suara sebanyak 18.395 suara dengan persentase sebesar (27.1%)
dan Partai yang mendapatkan suara terendah adalah partai Bulan Bintang dengan
jumlah suara sebanyak 272 suara dengan persentase (0.4%)
C.1. 2 Daftar Calon DPRD Terpilih Periode 2014-2019
Daftar nama-nama seluruh calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari
seluruh partai politik yang ikut berpartisipasi pada pemiliham umum legislatif di
Kabupaten Nias yang berhasil terpilih menjadi anggota DPRD dapat kita lihat
Tabel 2.9 DPRD Terpilih No Nama Partai Politik Jenis
Kelamin
Dapil Persentase
1. 2.
Maspena Gulo Ronal Zai
Berian Laoli
Rahmat Nduru
Yulius Lase
PDIP
Alfrin Zebua
Otoni Gea
Bazisokhi Gori
Dafati Mendrofa
GERINDRA
Alinuru Laoli
Fo’arota Gulo
Sadarman Nduru
Elianus Gea
Elamaisi Lafau
Yaredi Laoli
DEMOKRAT
Bowoli Sandroto
22. Notarius
Mendrofa
LK 3
23.
24.
Faigiasa bawamenewi Elizama Zai
HANURA
LK
LK
2
2
8%
25. Amran Zai PKS LK 2 4%
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Berdasarkan data pada tabel 2.9 daftar calon DPRD terpilih,
menggambarkan bahwa 100% anggota DPRD yang berhasil memenangkan
pemilihan umum berjenis kelamin laki-laki. Tidak ada satupun yang mewakili
perempuan untuk duduk di DPRD Kabupaten Nias periode 2014-2019. Partai
politik yang mendapatkan kursi terbanyak adalah partai Demokrat sebanyak 7
kursi dengan persentase 28% persen, kemudian disusul partai PDIP, GOLKAR,
GERINDRA dan PKPI yang memperoleh jumlah kursi yang sama yaitu 3 kursi
dengan persentase 12%, kemudian Partai NasDem dan HANURA memperoleh
masing-masing 2 kursi (8%), dan terakhir adalah PKS dengan memperoleh 1 kursi
(4%).
C.1..3 Rincian Daftar Calon dan Perolehan Suara Sah calon anggota DPRD Perempuan
Rekapitulasi dan persentase perolehan suara calon legislatif perempuan
pada semua partai politik di semua dearah pemilihan di kabupaten Nias pada
Tabel 2.10 Partai Nasdem
No. Nama Calon
suara/ Dapil
Perin
Meriana Halawa
Gestrina Waruwu
Yani Murni Gulo
Metiani Mendrofa
Junita Mendrofa
3
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai NasDem di semua
daerah pemilihan masih sangat rendah, dengan hanya mendapat 132 suara dengan
persentase 2 % dari total suara yang didapat oleh partai NasDem di semua daerah
pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 59 suara dengan
persentase (3.8%) dan perolehan terendah sebanyak 2 suara dengan persentase
(0.02 %)
Tabel 2.11
Partai KebangkitanBangsa No Nama Calon No
Urut
Dapil Suara Sah
Persentase
suara/ Dapil
Perin gkat
Jlh
Caleg
1
Yarlina Laoli
Nurlina Harefa
Erna Mendrofa
Yamisia Lawolo
Efenia Gulo
Siti Tafonao
Soniati Warasi
Novi Mendrofa
Yuniati Mendrofa 3
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Kebangkitan Bangsa
di semua daerah pemilihan mendapat 253 suara dengan persentase 8.2 % dari
total suara yang didapat oleh partai Kebangkitan Bangsa di semua daerah
pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 164 suara dengan
persentase (33%) dan perolehan terendah sebanyak 1 suara dengan persentase (0.1
%)
Tabel 2.12
Partai Keadilan Sejahtera No Nama Calon No
urut
Dapil Suara Sah
Persentase
suara/ Dapil
Perin
Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Keadilan Sejahtera di
semua daerah pemilihan mendapat 62 suara dengan persentase 5 % dari total
suara yang didapat oleh partai Keadilan Sejahtera di semua daerah pemilihan di
kabupaten Nias. Dengan hanya mempunyai satu calon perempuan disemua Dapil
dengan perolehan suara sebesar 62 dengan persentase (5%).
Tabel 2.13
PDI Perjuangan
No Nama Calon
Meniati Waruwu
Marwati Zebua
Dika Zai
Murni Lafau
Animawarti Zai
Sadarmawati Zebua
Senimawati Laoli
Karyani Mendrofa
3
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan di semua daerah pemilihan mendapat 169 suara dengan persentase 2.1
Perjuangandi semua daerah pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara
terbanyak sebesar 85 suara dengan persentase (5%) dan perolehan terendah
sebanyak 1 suara dengan persentase (0.03 %)
Tabel 2.14 Partai Golongan Karya
No Nama Calon
Sepleti Halawa
Crosmeri Waruwu
Hilda Waruwu
Seniwati Zai
Yuniman Lawolo
Sariati Giawa
Angela Lase
Biarawati Halawa
2
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Golkar di semua
daerah pemilihan mendapat 714 suara dengan persentase 7.9 % dari total suara
yang didapat oleh partai Partai Golkar di semua daerah pemilihan di kabupaten
Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 488 suara dengan persentase (24 %) dan
Tabel 2.15
Partai Gerakan Indonesia Raya
No Nama Calon
Merianus Gori
Evi Cristianti
Lisbet Zebua
Rohmanwati Draha
Dewiman Hura
Seimanhati Gulo
Meliana Larosa
Yuniria Zendrato
Simine Gea
3
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Gerindra di semua
daerah pemilihan mendapat 208 suara dengan persentase 3.6 % dari total suara
yang didapat oleh partai Partai Gerindra di semua daerah pemilihan di kabupaten
Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 88 suara dengan persentase (4 %) dan
perolehan terendah sebanyak 11 suara dengan persentase (0.5 %)
Tabel 2.16 Partai Demokrat
1
Binta Hulu
Iberia Zandroto
Evangelis Draha
Wiwiek Hura
Yaniman Gea
Augusriang Zai
Yulina Lase
Mawartini Halawa
Martiline Mendrofa 3
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Demokrat di semua
daerah pemilihan mendapat 1.250 suara dengan persentase 6,8 % dari total suara
yang didapat oleh partai Partai Demokrat di semua daerah pemilihan di
kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 1093 suara dengan persentase
(13 %) dan perolehan terendah sebanyak 9 suara dengan persentase (0.1 %)
Tabel 2.17
Partai Amanat Nasional No Nama Calon No.
Marnihati Laia
Muliani Mendrofa
Yalina Mendrofa
1
Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Amanat Nasional di
semua daerah pemilihan mendapat 1.250 suara dengan persentase 12,3 % dari
total suara yang didapat oleh partai Partai Amanat Nasional di semua daerah
pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 103 suara
dengan persentase (13 %) dan perolehan terendah sebanyak 4 suara dengan
persentase (1,6 %)
Tabel 2.18
Partai Persatuan Pembangunan No Nama Calon No.
Urut
Dapil Suara Sah
Persentase
suara/Dapil
Perin gkat
Jlh
Caleg
L&P
1 Mikdar Almadany 2 2 19 0.09% 2 2
Total 19 0.09% 2
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Persatuan
Pembangunan di semua daerah pemilihan mendapat 19 suara dengan persentase
1.7 % dari total suara yang didapat oleh partai Partai Persatuan Pembangunan di
semua daerah pemilihan di kabupaten Nias.Perolehan suara terbanyak sebesar 19
suara dengan persentase (0.09%) dan hanya terdapat 1 calon legislatif
perempuan.
Tabel 2.19
Partai Hati Nurani Rakyat No Nama Calon No.
Urut
Dapil Suara Sah
Persentase
suara/Dapil
Perin gkat
Jlh
Caleg
1
Apriani Batee
Yanti Zandroto
Ernawati Nduru
Dionisia Zebua
Ernani Gulo
Yarniwati Lase
Nerwany Nduru
Erisnawati Halawa
Yanti Lase
3
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Hati Nurani Rakyatdi
semua daerah pemilihan mendapat 179 suara dengan persentase 2.78 % dari total
suara yang didapat oleh Partai Hati Nurani Rakyatdi semua daerah pemilihan di
kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 82 suara dengan persentase
(9%) dan perolehan terendah sebanyak 4 suara dengan persentase (0.3%)
Tabel 2.20 Partai Bulan Bintang No.
Peringkat Jlh Caleg L&P
- - 1 - 0 % 1
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Tidak ada calon legislatif perempuan yang diusung oleh partai Bulan
Bintang di semua daerah pemilihan di kabupaten Nias pada pemilihan legislatif 9
Tabel 2.21
Partai Keadilan Dan Persatuan Indonesia No Nama Calon No.
Meliana Draha
Munida Gulo
Oktaviani Lawolo
Dewiman Lawolo
Syahida Zai
Timeria Lase
Krisman Hulu
Alfrin Halawa
3
Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014
Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Keadilan Dan
Persatuan Indonesia di semua daerah pemilihan mendapat 791 suara dengan
persentase 12.92 % dari total suara yang didapat oleh Partai Keadilan Dan
Persatuan Indonesiadi semua daerah pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan
suara terbanyak sebesar 692 suara dengan persentase (31 %) dan perolehan
terendah sebanyak 4 suara dengan persentase (0.01 %)
Persentase suara caleg perempuan terbesar dari seluruh partai politik di
kabuapaten Nias jika dipersentasikan berdasarkan jumlah total perolehan suara
dari tiga daerah pemilihan, berasal dari partai Partai Hati Nurani Rakyat sebesar
Pembangunan0.09 %. Hal ini menggambarkan bahwa perempuan masih kalah
bersaing dan tertinggal jauh dari laki-laki, dalam urusan politik.
D. Gambaran Umum DPRD Kabupaten Nias periode 2014 – 2015
Sebagai implementasi dari Undang-Undang Dasar 1945, khususnya yang
mengatur susunan kedudukan MPR, DPR dan DPRD, maka telah ditetapkan
beberapa Undang-undang yang mengatur Susunan dan Kedudukan MPR, DPR
dan DPRD yaitu Undang-undang No. 27 tahun 2009 yang mengatur tentang
Susunan, Kedudukan, Keanggotaan dan Pimpinan MPR, DPR, DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten/Kota.
D.1 Kedudukan DPRD
Adapun Susunan dan Kedudukan Anggota DPRD Kabupaten Nias
sebagaimana di atur dalam UU No. 27 tahun 2009 pasal 341 dan 342 adalah :
1. DPRD kabupaten/kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan
umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
2. DPRD kabupaten/kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
kabupaten/kota.45
45
D.2. Fungsi DPRD Kabupaten Nias
Ada tiga fungsi utama DPRD sebagaimana diatur dalam pasal 343 UU No.
27 tahun 2009 yaitu :
1. Legislasi; Legislasi adalah fungsi Dewan perwakilan rakyat dalam hal
membuat suatu perundang-undangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan
perundang-undangan di tingkat lokal atau daerah adalah berupa peraturan
daerah.
2. Anggaran; Fungsi Anggaran adalah fungsi anggota legislatif untuk ikut
serta dalam penentuan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja
daerah, serta anggaran-anggaran lain.
3. Pengawasan; Fungsi pengawasan adalah fungsi untuk mengawasi jalannya
kebijakan yang telah ditetapkan. Pengawasan dilakukan melalui sidang
panitia-panitia legislatif, dan melalui hak-hak kontrol khusus, seperti hak
bertanya,interprelasi, dan sebagainya. 46
D.3 Tugas dan Wewenang DPRD
Adapun Tugas dan Wewenang anggota DPRD kabupaten/kota dalam UU
No.27 tahun 2009 Pasal 344 adalah:
• Membentuk peraturan daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota;
• Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah
mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota yang
diajukan oleh bupati/walikota;
46
• Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota;
• Mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian bupati/walikota dan/atau
wakil bupati/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur
untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;
• Memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan
wakil bupati/wakil walikota;
• Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;
• Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang
dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota;
• Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota;
• Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau
dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;
• Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan; dan
• Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan. 47
47
D.4 Hak-hak dan Kewajiban DPRD Kabupaten Nias
Secara kelembagaan Hak dan Kewajibananggota DPRD kabupaten/kota
dalam UU No.27 tahun 2009 Pasal 349,350 dan 351 adalah sebagai berikut :
a. Interpelasi; yaitu hak untuk meminta keterangan kepada bupati/walikota
mengenai kebijakan pemerintah kabupaten/kota yang penting dan strategis
serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
b. Angket; yaitu hak DPRD kabupaten/kota untuk melakukan penyelidikan
terhadap kebijakan pemerintah kabupaten/kota yang penting dan strategis serta
berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Menyatakan pendapat; yaitu hak DPRD kabupaten/kota untuk menyatakan
pendapat terhadap kebijakan bupati/walikota atau mengenai kejadian luar
biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau
sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket
Secara Personal, Anggota DPRD Kabupaten mempunyai hak:
a. Mengajukan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota;
b. Mengajukan pertanyaan;
c. Menyampaikan usul dan pendapat;
d. Memilih dan dipilih;
e. Membela diri;
f. Imunitas;
h. Protokoler; dan
i. Keuangan dan Administratif.
Adapun kewajiban anggota DPRD adalah :
a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan menaati peraturan perundangundangan;
c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan;
e. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;
f. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
g. Menaati tata tertib dan kode etik;
h. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota;
i. Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja
secara berkala;
j. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan
k. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen
D.5 Alat-alat Kelengkapan DPRD Kabupaten Nias
Alat-alat kelengkapan DPRD Kabupaten Nias berdasarkan UU No.27
tahun 2009 Pasal 353adalah :
1. Pimpinan DPRD, terdiri dari seorang ketua dan dua orang wakil ketua.
2. Badan Musyawarah;
3. Komisi;
4. Badan Legislasi Daerah;
5. Badan Anggaran; dan
6. Badan Kehormatan48
D.6 Aggota DPRD Terpilih Kabupaten Nias
Anggota DPRD Kabupaten Nias periode 2014 – 2019 berjumlah dua puluh
lima orang, berasal dari perwakilan Sembilan partai politik dan seluruhnya
berjenis kelamin laki-laki. Seperti di gambarkan pada tabel 2.9 tentang DPRD
Terpilih kabupaten Nias.
D.7 Pembagian Komisi di DPRD Kabupaten Nias
Komisi DPRD Kabupaten Nias periode 2014-2019 telah disepakati bahwa
jumlahnya tetap sama seperti jumlah komisi pada DPRD Kabupaten Nias periode
2009-2014 sebelumnya sebanyak tiga komisi Yaitu:
48
• Komisi A
Ketua Komisi A adalah Alinuru Laoli ( Partai Demokrat) Komisi A
membidangi Pemerintahan, Hukum dan Hak Azassi Manusia. SKPD yang
menjadi mitra kerja komisi I di Pemerintah Kota Gunungsitoli adalah Kesatuan
Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(Disdukcapil), Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM),Dinas Perhubungan
(Dishub), Lingkungan Hidup, Bagian Hubungan Masyarakat (Humas), dan
Bidang Ketenaga Kerjaan pada Dinas Sosial. Selain itu, komisi I juga bermitra
dengan instansi vertikal seperti Polri, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Pertahanan
serta instansi yang membidangi Pertahanan dan Keamanan.
• Komisi B
Ketua Komisi B adalah Sadarman Nduru (Partai Demokrat) Komisi B
membidangi Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra). Mitra kerjanya
adalah Dinas Perindustrian, perdagangan, koperasi dan UMKM (Deperindakop
dan UMKM), Dinas Pertanian, Perikanan, peternakan dan Kelautan, Dinas
Pariwisata dan Olah Raga, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan
Bagian Perekonomian sekretariat daerah Kota Gunungsitoli.
• Komisi C
Sedangkan komisi C Ketuanya adalah Agustinus Waruwu (Partai
Gerindra).Komisi C membidangi Keuangan dan Pembangunan. Mitra kerjanya
Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (PPKAD), Badan
Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda), dan Bagian Sumber Daya Alam
(SDA) di sekretariat daerah Kota Gunungsitoli.49
1. Fraksi Demokrat ( Ketua Fatou’osa Waruwu)
D.8 Pembagian Fraksi di DPRD Kabupaten Nias
Fraksi di DPRD Kabupaten Nias terdiri dari 6 Fraksi Partai Politik yaitu :
2. Fraksi PDIP (Ketua Rahmat Nduru )
3. Fraksi GERINDRA ( Ketua Agustinus Waruwu)
4. Fraksi GOLKAR ( Ketua Talizamuala Lawolo)
5. Fraksi PKPI ( Ketua Bowoli Zandroto)
6. Fraksi Gabungan (NasDem, PKB) Ketua Maspena Gulo 50
E. Gambaran Budaya Patriarki di Kabupaten Nias
Orang Nias berciri fisik mongoloid dengan kulit kuning cerah dan
berambut lurus. Sistem silsilah keturunan Nias adalah sebuah keluarga besar yang
di sebut Songambato yang terdiri dari keluarga senior dengan keluarga-keluarga
anak-anak mereka. Songambato ini merupakan sebuah sebutan unik dalam
kehidupan nias di susun berdasarkan garis Patrilineal yaitu mengikuti garis
keturunan Laki-laki atau marga laki-laki. Sesama anggota marga tidak
49
Data DPRD Kabupaten Nias Tahun 2014 50
diperbolehkan untuk saling menikah kecuali masing-masing pasangan dapat
membuktikan bahwa secara silsilah keturunan mereka paling tidak sudah
merupakan generasi ke -10 sampai ke – 15, sehingga orang-orang Nias
mempunyai tradisi perkawinan eksogami antar marga.
Pada zaman dulu tipe rumah tangga cenderung sebagai sebuah keluarga
besar.Beberapa keluarga yang segaris keturunan atau sesame marga
dimungkinkan tinggal disebuah rumah besar (omo hada). Hal ini di sebabkan oleh
beberapa hal yaitu :Pertama untuk menjaga status sosial mereka, misalnya
kekerabatan keluarga bangsawan. Kedua Kebanggaan kelurga mereka merupakan
sesuatu yang sangat esensial. Oleh karena itu marga harus ditambahkan
dibelakang nama mereka karna hanya marga yang termasuk bangsaan yang dapat
mengklaim sebagai penerus leluhur mereka. Ketiga tidak ada tuan tanah disetiap
wilayah, kecuali masyarakat. Peraturan setempat menyatakan bahwa terkait
dengan kepemilikan tanah, tidak mengacu pada kekayaan individu, tetapi
merupakan milik kekerabatan.Dari beberapa alasan tersebut sangat jelas bahwa
sistem kekerabatan dalam masyarakat Nias mempunyai peran utama dalam
mengontrol kehidupan sosial mereka.51
Masyarakat Nias umumnya mengenal sistem struktur sosial yaitu
kelompok bangsawan (si’ulu, si’ ila, salawa) dan kelompok masyarakat biasa
D.1 Struktur Sosial
51
(sato). Struktur sosial ini selalu dalam konteks budaya patriarki atau konteks
laki-laki, dimana yang menjadi pimpinan dalam masyarakat haruslah seorang laki-laki.
Struktur sosial masyarakat Nias terdiri dari :
• Kelompok bangsawan (si’ulu, si’ila, salawa),
• Kelompok masyarakat biasa (sato) dan
• Kelompok budak (sawuyu, harakana).
Masyarakat Nias dalam melaksanakan sistem pemerintahan tradisionalnya
membagi masyarakat atas empat bagian yaitu kelompok bangsawan (si’ulu,
salawa), kelompok bangsawan, penasehat (si’ila), kelompok masyarakat biasa
(sato) dan kelompok budak (sawuyu, harakana). Sedangkan dalam kegiatan religi
masyarakat Nias memiliki empat struktur pelapisan masyarakat yaitu: siulu
(bangsawan), ere (pemuka agama), Ono mbanua/sato (rakyat biasa) dan Sawuyu
(budak). Tingkatan kasta kekerabatan tersebut tidak berdasarkan marga,
melainkan berdasarkan kemampuan melaksanakan upacara adat Owasa.
Kelompok kekerabatan yang terkecil yang disebut keluarga batih di Nias
paling tidak ada dua penyebutannya.Keluarga batih di Nias bagian Utara disebut
fanganbaton sedangkan di Selatan disebut gagambato.Dalam masyarakat Nias
kelompok yang terpenting adalah Sambun mohelo atau sambua faono (keluarga
luas) yaitu keluarga batih senior beserta keluarga batih putera-puteranya yang
tinggal bersama di dalam satu rumah, dan merupakan satu kesatuan
membangun sendiri rumah yang tentunya dibarengi dengan pesta adat.Kelompok
kekerabatan yang lebih besar yang merupakan gabungan dari beberapa keluarga
luas dari satu leluhur disebut Mado.Seperti halnya marga pada masyarakat Batak,
Mado di Nias juga memiliki cabang-cabang.Dalam masyarakat Nias kelompok
organisasi sosial yang terkecil disebut gana.Kelompok organisasi tradisional ini
terdiri dari beberapa keluarga batih dari satu marga atau dapat juga dari beberapa
marga yang di dalam desa itu tidak cukup banyak anggotanya dalam membentuk
gana tersebut.
Dalam kelompok gana itu terdapat seorang pemimpin yang tugas
fungsinya sangat jelas pada upacara adat saja.Kumpulan dari pada beberapa gana
disebut nafolu.Seperti halnya gana, nafolu juga dipimpin oleh seseorang yang
tugas fungsinya sangat jelas hanya pada upacara adat saja.Kumpulan dari
beberapa nafolu disebut banua, yang dapat diidentikkan dengan desa dengan
pemimpinnya disebut salawa (di utara) dan siulu (di Selatan). Selain pejabat
tersebut di desa juga ada pejabat lain yang di sebut si’ ila yang diangkat oleh
rakyat dan tidak didapatkan secara turun temurun. Si’ ila ini dalam sebuah
kampung jumlahnya bisa banyak dan pemimpin si’ ila disebut balo si’ ila. Di
Selatan pemimpin banua yang disebut siulu memiliki pemimpin lagi yang disebut
balo siuluSedangkan kumpulan dari beberapa banua disebut öri (negeri) yang
dipimpin oleh tuhenöri.
Di Kabupaten Nias yang menjadi setingkat dengan camat adalah
“Balugu”. Syarat menjadi seorang kepala daerah ( balugu/tuhenõri).Tidaklah
mudah, sangat banyak pengorbanan untuk mendapatkannya.Syarat-syarat itu
antara lain : `
a. Mengadakan “OWASA” atau lebih di kenal dengan pesta besar-besaran,
selama tiga hari dan tiga malam.Owasa adalah pesta adat tertinggi bagi orang
Nias.Bagi orang yang sudah menjalankan Owasa, maka segala perkataannya
menjadi hukum.Merekalah yang kemudian menduduki strata paling tinggi
dalam masyarakat.Owasa adalah sebuah upacara adat pengukuhan.Upacara
adat ini ditandai dengan adanya pesta dan pemotongan babi dalam jumlah
yang banyak dan dilaksanankan dengan meriah.Owasa menjadi ciri khas
ritualitas aktivitas adat orang Nias.
b. Dalam pesta tersebut haruslah diikuti tiga orang kepala desa tetangga bersama
warganya.
c. Sebagai bukti harus memberikan “ simbi mbawi “ (dagu babi yang sudah di
potong ) kepada masing-masing orang yang di anggap mampu membantu dia
di dalam kekerabatan, sedangkan untuk pihak dari pada perempuan di berikan
“ ta’io mbawi bagian depan).
d. Dalam waktu tiga hari tersebut, ketiga desa yang hadir di beri makan tiga kali
sehari selama tiga hari lamanya.
e. Mengangkat saudara dan orang terdekatnya untuk di jadikan sebagai
f. Mampu mengorganisir, cakap dalam mengambil keputusan, berasal dari
keluarga yang berada ataupun merupakan keluarga balugu, serta tidak mudah
terpengaruh denagn pendapat orang lain yang memang dianggap tak perlu.52
a) Menurut tradisi bahwa nenek moyang Ono Niha yang turun ke Tanõ Niha
(Daerah Nias) adalah laki-laki, oleh karena itu yang meneruskan generasi
adalah laki-laki.
D.2 Kedudukan Laki-laki dalam Adat
Berdasarkan system yang dimiliki oleh masyarakat Nias yaitu system
Patrilineal dimana peranan yang sangat besar dan dominan adalah ditangan kaum
laki-laki atau bergaris keturunan kaum Bapak.
b) Yang menaikkan status sosial (Bosi) dalam masyarakat Nias untuk
mencapai kuasa, wibawa dan kedudukan yang lebih tinggi adalah laki-laki
bukan perempuan. Laki-laki dengan nama keluargalah yang melaksanakan
pesta adat yang disebut Owasa (Pesta Adat Besar) misalnya pemberian
gelar Balugu, dan pendirian batu kebesaran (Gowe Zalawa), perempuan
hanya duduk sebagai pelengkap.
52
c) Yang menjadi pemimpin dalam mengambil keputusan dalam masyarakat
Nias mulai dari keluarga sampai pada kesatuan masyarakat Nias yang
terbesar adalah
laki-laki.53
D.3 Perempuan Dalam Adat Nias54
Kedudukan perempuan sebagai nomor dua membuka kesempatan kepada
pihak laki-laki untuk berlaku secara sewenang-wenang terhadap
perempuan.Perempuan bukan tidak diperlukan, tapi dikalahkan.Perempuan dilihat
sebagai jenis kelamin kedua.Akan tetapi, dalam beberapa hal perempuan nias Perempuan dalam adat istiadat dan suku Nias adalah warga kelas
dua.Tingkatan ini jelas, dan secara terang-terangan terjadi.Pertama, yang menjadi
kepala keluarga adalah laki-laki.Kedua, perempuan tidak bisa mengambil
keputusan apapun tanpa suaminya.Ketiga, perempuan sering disamakan dengan
barang/harta/kekayaan laki-laki.Keempat, anak yang diharapkan dalam keluarga
adalah laki-laki.Bila laki-laki belum ada, maka orang nias bisanya merasa belum
memiliki anak.Anak laki-laki adalah penerus marga. Yang mampu mengantikan
posisi keluarga dan meneruskan nama klan. Artinya lelaki adalah hidup itu
sendiri.
53
Mariati Zendato, Sh, M.Hum. 2003. “Perkembangan Kedudukan Wanita Dalam System Partineal Terhadap
Hak-Hak Pewarisan Tanah Di Daerah Kabupaten Nias.” Jurnal Ilmu Hukum Tahun 2003Hal.10.
54
P. Johannes Maria Harmmerle,OFMCap. 2001. Asal Usul Masyarakat Nias – suatu Interpretasi. Gunung
memiliki peranan yang sangat sentral.Misalnya saat pesta perkawinan.Merekalah
yang mamidi afo (membuat sirih) dan mamotu ono nihalő (menasehati pengantin
perempuan).Dan mereka juga yang pertama sekali menyambut ketika tamu
rombongan dari pengantin laki-laki datang. Memperlakukan perempuan sebagai
jenis kelamin kedua memang tidak adil.Akan tetapi perspektif budaya nias
membuka kesempatan ke arah ketidakadilan ini.Dalam adat perkawian,
perempuan secara tidak langsung itu dibeli oleh pihak laki-laki. Dengan
membayar “bowő ” (jujuran) yang besar, maka perempuan itu menjadi miliknya.
Artinya perempuan adalah harta suaminya.Lelaki memiliki kuasa penuh kepada
istrinya.Orang tua perempuan tidak boleh ikut campur lagi.Kedudukan laki-laki
yang lebih tinggi dalam budaya Nias tampaknya tidak terlepas dari mitos asal-usul
masyarakat Nias.Di mana Sirao, menurunkan anak-anaknya ke dunia, dan mereka
semua adalah laki-laki.
D.3.1 Kedudukan Wanita Nias Dalam Kelembagaan.
Di dalam masyarakat Nias Perempuan dalam kelembagaan tidak dapat
mengadakan pesta adat untuk menaikkan derajat atau statusnya, sebagaimana
diuraikan diatas, nilai perempuan yang diskriminatif menempatkan perempuan
sebagai warga kelas dua, tidak produktif, malah kehadiran wanita di forum publik
cenderung disepelekan, wanita itu dianggap melampaui kodrat wanitanya.
D.3.2 Kedudukan Wanita Dalam Hubungannya Dengan Keluarga.
Hubungan keluarga dalam Hukum Adat Nias merupakan Hukum Adat
yang mengatur kedudukuan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat,
kedudukan anak terhadap orang tuanya yang mengatur pertalian darah.
1. Kedudukan wanita sebagai anak.
• Sebelum berkeluarga atau sebelum menikah dipelihara oleh orang tuanya,
dan segala keperluannya ditanggung oleh orang tuanya sebagai anak yang
sah.
• Setelah berkeluarga tetap sebagai anak yang sah dari orang tuanya tetapi
dalam tanggung jawab penuh adalah suaminya dan mertuanya (Orang tua
suaminya).
2. Kedudukan Wanita sebagai Anak Piatu
• Apabila orang tuanya meninggal baik bapak atau ibunya jika masih
dibawah umur atau sudah dewasa maka yang berhak memelihara dan
melindunginya adalah pihak saudara bapaknya dan setelah berkeluarga
adalah suami dan mertuanya.
3. Kedudukan Wanita sebagai Anak Angkat
Mengangkat anak apabila yang sama sekali bukan keluarganya, anak
tersebut dimasukkan dalam keluarga yang mengangkatnya sebagai anak sendiri
dan berkedudukan sama sebagai anak kandung yang mengangkatnya. Dalarn hal
misalnya menjamu makan semua masyrakat dan keluarga anak yang diangkat,
orang tua, saudara pihak hapak dan ibu dan pengetua adat, juga dengan membayar
dengan emas sebesar 3 fanulo (30 gram) untuk berikan kepada pengetua adat dan
pihak paman (saudara laki-laki dari ibu sianak).
Beberapa contoh kasus yang dihadapi oleh perempuan di Nias terutama di
desa-desa antara lain:
1. Berpendidikan rendah
Anak perempuan jarang bersekolah tinggi misalnya melanjutkan sekolah
di SMP/SMU, apalagi ke Perguruan Tinggi.Mereka hanya tamat Sekolah Dasar,
setelah itu tinggal di rumah membantu orangtua membanting tulang mencari
nafkah dan biaya pendidikan untuk saudara laki-laki.Salah satu penunjang biaya
pendidikan anak laki-laki biasanya dalam keluaraga menurut kebiasaan mereka
adalah memelihara babi.Dalam hal ini yang ditugaskan untuk itu adalah anak
perempuan.Mereka harus mengurus dan memelihara sampai besar dan setelah
besar, lalu dijual. Hasilnya akan diserahkan untuk biaya sekolah anak laki-laki.
Hal ini paling menyakitkan, karena perempuan tidak menikmati hasil jerih
payahnya.Akibat dari pendidikan yang rendah ini, perempuan semakin
terpinggirkan dan tinggal dalam kebodohan dengan dalih kodrat.
2. Tidak boleh menentukan pasangan hidup atau jodohnya sendiri
Peranan orangtua dalam menentukan jodoh anaknya sangatlah besar,
terutama kepada anak perempuan.Banyak perempuan yang sudah menikah sejak
ini sangat mempengaruhi angka kematian ibu, sebab umur tersebut masih terlalu
muda untuk memproduksi/ melahirkan. Akibat dari perkawinan ini, maka lahirlah
keluarga baru yang tidak didasari cinta atau suka sama suka. Dan tidak sedikitnya
banyak suami yang pergi merantau meninggalkan istri, bahkan ada juga yang
tidak mau pulang.Hal ini terjadi akibat kurang matangnya pemikiran dan rasa
tanggungjawab dalam berumah tangga.
3. Kawin paksa
Ini juga sudah menjadi tradisi.Banyak alasan mengapa terjadi kawin
paksa. Umpamanya, orangtua perempuan memaksa anaknya untuk kawin supaya
ia mendapat penghormatan dari orang lain, segera mendapat cucu, merasa
berutang budi kepada pihak laki-laki, meringankan beban keluarga, calon
menantu kebetulan orang kaya sehingga derajatnya di tengah masyarakat akan
meningkat, dan masih banyak alasan lain.
4. Tidak berhak mengemukakan pendapat
Sesuai dengan kebiasaan di Nias, perempuan tidak boleh angkat bicara,
sekalipun keputusan itu merugikan dirinya sendiri. Dalam hal suami-istri,
seandainya suami tidak ada di rumah sementara ada satu hal penting yang harus
diputuskan saat itu juga, maka istri tidak boleh mengambil keputusan sendiri,
melainkan harus menunggu suami pulang atau bila ada ayah mertuanya, maka
itulah yang bisa membantu memberi keputusan. Dalam musyawarah adat,
perempuan tidak dilibatkan. Mereka hanya menunggu apa yang diputuskan oleh