• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG MATERI CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG MATERI CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG

MATERI CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

KURNIA MUNTAHA 1008615

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PENERAPAN METODE EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG MATERI

CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III

SD Negeri Ciluncat I Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung) ABSTRAK

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Hasil Penelitian...4

E. Definisi Operasional...7

BAB II PENERAPAN METODE EKSPOSITORI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG MATERI CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP A. Metode Ekspositori….………...10

B. Hasil Belajar...17

C. Pembelajaran IPA………...24

D. Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup...27

E. Pembelajaran Materi Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup dengan Menerapkan Metode Ekspositori …... 36

(4)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian...39

B. Model Penelitian yang Dikembangkan…………... 41

C. Prosedur penelitian………..……….….…...45

D. Lokasi Penelitian………...….…..55

E. Subjek Penelitian...56

F. Instrumen Penelitian……….…56

G. Pengolahan dan Analisis Data………....….…59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...62

B. Pembahasan Hasil Penelitian...88

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan…...91

B. Rekomendasi...92

DAFTAR PUSTAKA ...95

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa mendatang (UUSPN Nomor 2 BAB 1 Pasal I. Pendidikan harus ditingkatkan demi ketercapaian menghadapi tuntutan hidup dalam dunia yang semakin kompetitif. Sedangkan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

(6)

Tabel 1.1

Berdasarkan data di atas sebanyak 50% siswa tidak lulus dalam tes tertulis dalam aspek kognitif pada materi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup. Hal tersebut telah telah teridentifikasi penyebab dari banyaknya nilai siswa yang kurang dari KKM karena metode yang digunakan guru saat itu adalah metode ceramah tanpa melibatkan siswa sehingga kurang berkesan dan berakibat materi yang diajarkan mudah dilupakan.

Oleh karena itu kreativitas seorang guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA khususnya tentang Ciri-ciri Makhluk dan Kebutuhan Makhluk Hidup, sangat penting dalam memilih metode yang tepat agar menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan menarik di dalam kelas. Sehingga, peneliti mencoba menerapkan metode ekspositori, karena peneliti beranggapan bahwa metode ini cocok untuk memperbaiki permasalahan yang ada di sekolah tersebut

Pada materi Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup ini memungkinkan akan lebih menarik jika disampaikan dengan metode ekspositori dan diharapkan pengajaran ini akan menumbuhkan minat belajar siswa dimana pada akhirnya siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan ditinjau dari segi kognitif yang didukung dengan segi afektif siswa.

No Kriteria Jumlah Persentase (%)

1 Lulus 15 50

(7)

Metode ekspositori membawa siswa dapat belajar bermakna sehingga merupakan metode yang efektif dan efisien apalagi kelas III sekolah dasar yang masih membutuhkan bimbingan.

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan metode ekspositori agar lebih efektif, perlu juga digunakan metode demonstrasi, Metode demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori. Dengan demikian proses pembelajaran IPA di sekolah dasar yang menerapkan metode pembelajaran ekspositori yang didukung dengan metode demonstrasi, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Ekspositori untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

dalam Pembelajaran IPA tentang Materi Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup.”

B.Rumusan Masalah

Latar belakang dapat teridentifikasi bahwa masalah Inti masalah yang penulis angkat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran melalui metode ekspositori dalam pembelajaran IPA kelas III tentang Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup?

(8)

3. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa melaui metode ekspositori?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap

1. Perencanaan pembelajaran melalui metode ekspositori dalam pembelajaran IPA kelas III tentang Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup.

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode ekspositori. 3. Peningkatan hasil belajar siswa melaui metode ekspositori.

D. Manfaat Penelitian

Selain manfaat yang diperoleh oleh guru ada juga manfaat PTK bagi siswa dan pembelajaran, dan manfaat bagi sekolah. Karena dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang menjadi sasaran utama PTK maka ketiiga komponen itulah yang akan menerima manfaat dari PTK tersebut. Berikut ini manfaat PTK Bagi siswa, bagi guru dan sekolah yang penulis kutip dari: (http://www.abdulrahmansaleh.com/2011/03/manfaat-ptk-penelitian-tindakan-kelas.html) :

1. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran

(9)

kelas. Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.

Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Keduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK.

Selain PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilakukan oleh guru dapat menjadi model bagi siswa dalam meningkatkan prestasinya. Guru yang selalu melakukan PTK yang inovatif dan kreatif akan memiliki sikap kritis dan reflektif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap kristis inilah yang akan dijadikan model bagi siswa untuk terus merefleksi diri sebagaimana yang dilakukan oleh gurunya.

2. Manfaat bagi guru.

Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:

(10)

b. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

c. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran.

d. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan menganalisis kinerjanya sendiri di dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan, dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah / kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.

3. Manfaat bagi sekolah

(11)

tersebut akan berkembang pesat. Ada hubungan yang erat antara berkembangnya suatu sekolah dengan berkembangnya kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Mencermati pembahasan manfaat penelitian tindakan kelas diatas, secara ringkas pada dasarnya penelitian tindakan kelas memiliki beberapa manfaat sebagai berikut :

a. Membantu guru memperbaiki kualitas pembelajaran b. Meningkatkan profesionalisme guru

c. Meningkatkan rasa percaya diri guru

d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

E.Definisi Operasional

1. Metode Ekspositori

(12)

Metode ekspositori digunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran secara utuh atau menyeluruh, lengkap dan sistematis dengan penyampaian secara verbal. Pada metode ini tidak terus menerus memberi informasi tanpa peduli apakah siswa memahami informasi itu atau tidak. Guru hanya memberi informasi pada saat tertentu jika diperlukan, misalnya pada permulaan pelajaran, memberi contoh soal, menjawab pertanyaan siswa dan sebagainya. Namun metode mengajar yang dapat digunakan guru disesuaikan dengan situasi dan kondisi guru serta siswa sendiri.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya baik keterampilan, kebiasaan, pengetahuan, dan Sikap

3. Pembelajaran IPA

Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

(13)

Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses.

Guru yang akan mengembangkan IPA sebagai proses, maka akan memasuki bidang yang disebut prosedur ilmiah. Guru perlu mengenalkan cara-cara mengumpulkan data, cara-cara menyajikan data, cara-cara mengolah data, serta cara-cara menarik kesimpulan.

4. Ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode yang berfokuskan kepada situasi kelas, yang lebih dikenal dengan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran (Kasbolah,1998:15) dalam Herma. Hal senada diungkapkan oleh Suharjono (Arikunto, 2006:58) yang mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di

kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik belajar”. Untuk

mendeskripsikan secara rinci penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan, maka digunakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif yang dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian. Sebagaimana Moleong (2004:6) mengungkapkan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, apersepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan manfaat berbagai metode alamiah (Susanah, H: 2008).

(15)

kemudian mengevaluasi tindakan, guru dapat merancang perbaikan proses pembelajaran. Dengan demikian, dalam penelitian tindakan kelas guru dituntut untuk memiliki keterbukaan terhadap pengalaman dan proses-proses pembelajaran baru (Suyanto,1997:11) dalam (Susanah, H: 2008)

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan pendidikan yang harus dilaksanakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Dengan demikian guru akan lebih mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktek pembelajaran secara reflektif. Borg (Suyanto,1997:8) menyebutkan secara eksplisit bahwa tujuan utama penelitian tindakan adalah pengembangan keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi guru di kelasnya sendiri. Manfaat yang dapat diperoleh guru jika mau dan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas adalah inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas dan peningkatan profesionalisme guru (Susanah, H: 2008).

(16)

mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas, (3) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan, (4) Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable) (Susanah, H: 2008).

B. Model Penelitian yang dikembangkan

Penelitian ini merupakan model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan (siklus spiral) yaitu untuk mencapai hasil yang meningkat. Adapu model penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan adalah model Kemmis dan Mc.Taggart. Menurut model Kemmis dan Mc.Taggart (Aqib, 2006:22) tahap penelitian penelitian tindakan kelas terdiri atas 4 komponen, yaitu

(17)

Gambar 3.1 Desain Penelitian (Kemmis dan Taggart dalam Endang Kusmianti, 2008)

Tahap perencanaan (planning) adalah tahap dimana guru merencanakan tindakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap siswa sebagai solusi. Tahap aksi/tindakan (action) merupakan tahap dimana guru melaksanakan tindakan yang harus dilakukan sebagai peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Tahap observasi (observation) adalah tahap dimana guru sebagai peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh siswa. Tahap refleksi (reflection) merupakan tahap untuk mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil dan proses dari setiap tindakan. Dari hasil refleksi ini dilakukan perbaikan terhadap rencana awal.

Pada kegiatan penelitian kelas ini guru secara terus menerus mempertimbangkan pengetahuan awal siswa. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam mengungkap konsepsi awal siswa. Pertama melalui post test, kedua dengan tekhnik berinteraksi atau tanya jawab. Keempat tahapan

Refleksi

Pelaksanaan Tindakan

(18)

penelitian tersebut dilaksanakan secara berkesinambungan, dari siklus 1 ke siklus berikutnya.

Pada siklus I dilakukan tindakan pembelajaran yang tertulis dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan indikator sebagai berikut: IPA

1. Mampu menjelaskan ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup 2. Mampu memberikan contoh makhluk tak hidup

3. Mampu menjelaskan makanan tumbuhan

4. Mampu menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya 5. Mampu memberikan contoh hewan pemakan daging

6. Mampu memberikan contoh hewan pemakan tumbuhan

7. Mampu memberikan contoh hewan yang bergerak dengan sayap 8. Mampu memberikan contoh hewan yang bergerak dengan perut 9. Mampu menganalisis persamaan kucing dengan kambing Bahasa Indonesia

10.Mampu melengkapi puisi berdasarkan gambar ikan

11.Mampu menyusun puisi berdasarkan gambar sarang burung

Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II yaitu melakukan pembelajaran yang tertulis dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan indikator sebagai berikut:

IPA

1. Menjelaskan ciri-ciri makhluk hidup.

(19)

3. Mampu menyebutkan alat pernapasan pada tumbuhan

4. Mampu membedakan kucing, kupu-kupu, dan ikan berdasarkan alat pernapasannya

5. Mampu menyebutkan 3 hewan air yang bernapas dengan paru-paru

6. Mampu menjelaskan cara menerima dan menanggapi rangsang pada tumbuhan putri malu, kucing, dan cacing

7. Mampu menjelaskan kondisi manusia dalam menerima dan menanggapi rangsang ketika kedinginan

8. Mampu menjelaskan fase pertumbuhan pada manusia

9. Mampu menyebutkan hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan manusia Bahasa Indonesia

10. Mampu menyusun paragrap sesuai bahan yang tersedia 11. Mampu membuat puisi berdasarkan gambar kupu-kupu

(20)

Berdasarkan rencana siklus di atas, urutan langkah kegiatannya dapat digambarkan sebagai berikut: setelah tindakan pada siklus I dilaksanakan, kemudian disusun refleksi. Berdasarkan refleksi tindakan pada siklus I, disusun rencana kegiatan tindakan pada siklus II yang merupakan akhir dari keseluruhan rencana kegiatan penelitian yang dilaksanakan.

C.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pada penelitian tindakan kelas ini merupakan langkah nyata secara operasional akan dilakukan. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang akan dilakukan. Masing-masing siklus melalui tahapan sesuai dengan model Kemmis dan Mc.Taggart. Menurut model Kemmis dan Mc.Taggart, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) aksi/tindakan (action), (3) observasi (observation), (4) refleksi (reflection). Proses yang akan ditempuh adalah sebagai berikut:

Siklus I

1. Tahap Perencanaan (Planning) a. Observasi Subjek Penelitian

(21)

mengenai kemampuan intelektual subjek penelitian, serta sikap dan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Selain siswa kelas III sebagai subjek penelitian, peneliti juga mengadakan pengamatan terhadap materi pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam penelitian. Diawali dengan menelaah kurikulum KTSP 2006 mata pelajaran IPA. Analisa kurikulum difokuskan pada standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator yang harus dicapai.

b. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi awal, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang akan dijadikan penelitian, yaitu penggunaan metode ekspositori dalam pembelajaran materi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup pada siswa kelas III sekolah dasar. Kemudian permasalahan tersebut dirinci menjadi:

1) Bagaimana perencanaan pembelajaran melalui metode ekspositori dalam pembelajaran IPA kelas III tentang ciri-ciri dan Kebutuhan Makhluk Hidup?

2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode ekspositori?

(22)

c. Merumuskan media dan desain pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas pada pokok bahasan ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup di kelas III sekolah dasar.

d. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan pada tahapan-tahapan dalam metode ekspositori. Pada tahap ini peneliti menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh berupa siklus tindakan penelitian.

e. Menentukan alat peraga yang sesuai dengan materi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup sebagai alat bantu yang tepat untuk membantu pemahaman siswa terhadap materi yang dijadikan objek penelitian.

f. Menyusun teknik pengamatan pada setiap tindakan penelitian, yaitu berupa format observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, lembar pengamatan proses, kamera foto.

2. Tahap Pelaksanaan/ Tindakan (Action)

Segala sesuatu yang sudah dipersiapkan pada tahapan perencanaan dilaksanakan pada tahap ini yaitu dengan melakukan pembelajaran materi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup dan melakukan penilaian baik terhadap pemahaman siswa maupun aktifitas belajar dan mengajar.

(23)

a. Tahap Awal

Memberikan pre test sebagai pembukan pembelajaran dan menjaring pengetahuan siswa kemudianm menyiapkan siswa untuk mengerjakan LKS secara berkelompok untuk mengamati media pembelajaran.

b. Tahap Kegiatan Inti

Guru menjelaskan dan mengekspos mengenai media yang ada. Setelah dijelaskan siswa dengan bimbingan guru melakukan pengamatan dengan mengisi LKS. Setelah itu guru menjelaskan cara membuat puisi dengan tema binatang.

Mengaitkan materi dengan pengalaman yang pernah dialami siswa dengan melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi. Setelah itu emberikan kesempatan kepada siswa memberikan komentar terhadap penjelasan guru. Setelah tanya jawab guru menjelaskan pembuatan puisi dengan tema binatang dan siswa menyimak penjelasan guru.

c. Tahap Kegiatan Akhir

Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru. Kemudian melakukan tes akhir.

3. Tahap Observasi (Observing)

(24)

pembelajaran yang telah disusun melalui rencana pembelajaran dari waktu ke waktu dan bagaimana dampaknya terhadap proses dan hasil belajar. Kegiatan observasi dilaksanakan dengan tujuan membandingkan hubungan indikator keberhasilan yang telah dirancang dengan pembelajaran yang diamati. Hal ini sebagaimana diungkapkan Suhardjono (2006:79) (Susanah, H: 2008) bahwa “kegiatan pengamatan pada hakikatnya dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan PTK tercapai atau belum. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjabarkan terlebih dahulu apa indikator utama dari kegiatan PTK yang dirancangkan”.

Berdasarkan tujuan observasi, maka diharapkan adanya suatu perubahan yang bersifat positif dari suatu pelaksanaan tindakan. Sehingga dapat memperbaiki proses dan hasil belajar, data yang terkumpul dari hasil observasi dimanfaatkan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi, yaitu perubahan pada kinerja guru, hasil prestasi siswa, perubahan kinerja siswa dan perubahan suasana kelas. Apabila kenyataan dalam pelaksanaan tindakan terjadi perubahan di luar perencanaan, maka perubahan tersebut mutlak dicatat dan dicermati penyebabnya serta ditentukan langkah-langkah perbaikannya (Susanah, H: 2008).

(25)

dan hal-hal di luar perencanaan. Selanjutnya, catatan-catatan yang telah terkumpul akan dianalisis keabsahannya.

4. Refleksi

Refleksi adalah tahap penting lainnya dalam penelitian tindakan kelas, yang dimaksudkan untuk mengkaji tindakan yang telah dilakukan secara keseluruhan berdasarkan data yang terkumpul serta melakukan evaluasi guna penyempurnaan tindakan selanjutnya. Sebagaimana pendapat Hopkins, bahwa “Refleksi dalam PTK mencakup analisis,

sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan…” (Suhardjono, 2006:80) dalam (Susanah, H: 2008).

Tahap refleksi dalam penelitian tindakan kelas dilaksanakan setelah peneliti selesai melakukan satu tindakan yang difokuskan kepada berbagai aspek antara lain: minat dan aktivitas siswa selama pembelajaran, kendala-kendala yang dihadapi guru, pendekatan, metode, penggunaan alat peraga, evaluasi dan hasil catatan lapangan. Refleksi dilakukan setelah peneliti dan observer berdiskusi dalam menganalisa data-data yang terkumpul. Berdasarkan analisa data peneliti mendeskripsikan hasil pelaksanaan tindakan yang dijadikan dasar untuk membuat rencana pembelajaran pada siklus II.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan (Planning)

(26)

penelitian tindakan kelas pada pokok bahasan ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup di kelas III sekolah dasar, khususnya pembahasan makhluk hidup bernapas, manerima dan menanggapi rangsangan, dan tumbuh.

b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan pada tahapan-tahapan dalam metode ekspositori. Pada tahap ini peneliti menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh berupa siklus II sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I.

c. Menentukan alat peraga yang sesuai dengan materi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup khususnya bernapas, manerima dan menanggapi rangsangan, dan tumbuh sebagai alat bantu yang tepat untuk membantu pemahaman siswa terhadap materi yang dijadikan objek penelitian yaitu cacing, kucing, kupu-kupu, tumbuhan putri malu, ikan, pulpen, penghapus, tas, meja, dan lemari.

d. Menyusun teknik pengamatan pada setiap tindakan penelitian, yaitu berupa format observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, lembar pengamatan proses, kamera foto.

2. Tahap Pelaksanaan/ Tindakan (Action)

(27)

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori meliputi:

a. Tahap persiapan

Memberikan pre test sebagai pembukan pembelajaran dan menjaring pengetahuan siswa. Kemudian menyiapkan siswa untuk mengerjakan LKS secara berkelompok untuk mengamati Cacing, kucing, kupu-kupu, tumbuhan putri malu, ikan, pulpen, penghapus, tas, meja, dan lemari.

b. Tahap Penyajian

Guru menjelaskan dan mengekspos mengenai media yang ada Cacing, kucing, kupu-kupu, tumbuhan putri malu, ikan, pulpen, penghapus, tas, meja, dan lemari. Setelah dijelaskan siswa dengan bimbingan guru melakukan pengamatan dengan mengisi LKS.

c. Tahap Korelasi

Mengaitkan materi dengan pengalaman yang pernah dialami siswa dengan melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi. Setelah itu emberikan kesempatan kepada siswa memberikan komentar terhadap penjelasan guru. Setelah tanya jawab guru menjelaskan pembuatan puisi dengan tema binatang dan siswa menyimak penjelasan guru.

d. Tahap menyimpulkan

(28)

3. Tahap Observasi (Observing)

Observasi dilakukan untuk pengumpulan data melalui pengamatan langsung dengan lembar observasi pada seperti pada siklus I. Hal-hal yang diamati adalah pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun melalui rencana pembelajaran siklus II dan bagaimana dampaknya terhadap proses dan hasil belajar. Kegiatan observasi dilaksanakan dengan tujuan membandingkan hubungan indikator keberhasilan yang telah dirancang dengan pembelajaran yang diamati. Hal ini sebagaimana diungkapkan Suhardjono (2006:79) bahwa kegiatan pengamatan pada hakikatnya dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan PTK tercapai atau belum. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjabarkan terlebih dahulu apa indikator utama dari kegiatan PTK yang dirancangkan (Susanah, H: 2008).

(29)

Dalam rangka melaksanakan kegiatan observasi peneliti menyusun lembar observasi, selain itu peneliti akan dibantu seorang observer yang mengamati pelaksanaan tindakan dan mencatatnya pada lembar observasi tadi. Catatan-catatan yang dituangkan observer dalam lembar observasi tersebut meliputi tanggapan-tanggapan mengenai kinerja siswa atau guru dan hal-hal di luar perencanaan. Selanjutnya, catatan-catatan yang telah terkumpul akan dianalisis keabsahannya.

4. Refleksi

Sebagaimana pada siklus I refleksi adalah tahap penting lainnya dalam penelitian tindakan kelas, yang dimaksudkan untuk mengkaji tindakan yang telah dilakukan secara keseluruhan berdasarkan data yang terkumpul serta melakukan evaluasi guna penyempurnaan tindakan selanjutnya. Sebagaimana pendapat Hopkins, bahwa “Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan…” (Suhardjono, 2006:80) (Susanah, H: 2008).

(30)

pelaksanaan tindakan yang dijadikan dasar untuk membuat rencana pembelajaran pada siklus berikutnya jika masih ada masalah.

Supaya lebih jelas, garis besar langkah-langkah kegiatan yang direncanakan dapat digambarkan dengan alur sesuai pelaksanaanya, seperti tersaji dalam gambar alur pada halaman berikut:

Siklus I

Gambar 3.2 Alur kegiatan penelitian tindakan kelas.

D.Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Ciluncat I Cangkuang Kabupaten Bandung, yang merupakan sekolah tempat peneliti mengajar.

(31)

E. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas III Sekolah Dasar Negeri Ciluncat I Cangkuang Kabupaten Bandung. Subjek Penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah 30 orang, terdiri dari 16 laki-laki dan 14 perempuan. Usia mereka antara tujuh tahun sampai dengan sembilan tahun.

Pemilihan sekolah tempat penelitian ditetapkan dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Peneliti merupakan salah satu guru kelas yang mengajar di kelas III SD Negeri Ciluncat I, sehingga memudahkan pengumpulan data yang diperlukan.

2. Adanya kesesuaian antara materi dengan kurikulum yang digunakan di sekolah tempat penelitian berlangsung.

3. Adanya sejumlah masalah yang dihadapi oleh guru sebagai peneliti yang berkaitan dalam pelaksanaan pembelajaran.

4. Mendapat dorongan dan dukungan dari pihak sekolah, baik dari Kepala Sekolah maupun dari rekan kerja seprofesi yang ada di lingkungan SD Negeri Ciluncat I Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

5. Adanya kerjasama yang baik antara peneliti dengan siswa kelas III SD Negeri Ciluncat I Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung

F. Instrumen Penelitian

1. Tes tertulis

(32)

pembelajaran telah tercapai atau belum. Tes kemampuan diberikan pada akhir pembelajaran. Tes disusun sesuai dengan indikator yang ingin dicapai pada setiap tindakannya. Jenis tes yang digunakan dalam setiap tindakan adalah tes tertulis yang berbentuk uraian.

2. Lembar observasi

Lembar observasi (terlampir) digunakan untuk mengetahui, merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas. Observasi ini dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan baik terhadap aktivitas siswa sehingga penampilan guru dan penampilan siswa dalam melaksanakan tahapan-tahapan pendekatan kontekstual dapat diketahui (Susanah, H: 2008).

Selain mengobservasi kegiatan guru dan siswa, observasi juga dilakukan pada komponen-komponen pembelajaran yang lainnya guna mengetahui situasi dan kondisi kelas pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga perbaikan-perbaikan untuk pertemuan berikutnya dapat dilaksanakan.

(33)

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan menurut Hasan, S dan Asnawi (Widayati:2007) dalam adalah alat pengumpul data/catatan yang berisi peristiwa atau kenyataan yang spesifik dan menarik mengenai sesuatu yang diamati atau terlihat secara kebetulan. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan yang dianggap penting oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Berikut merupakan contoh catatan lapangan yang digunakan dalam penelitian ini (Susanah, H: 2008).

4. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS merupakan panduan bagi siswa untuk melakukan kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. LKS merupakan salah satu proses pengolahan secara induktif seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mujiono (Widayati: 2007) dalam (Susanah, H: 2008).

5. Kamera Foto

(34)

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah teknik observasi, wawancara dan tes tertulis, dan catatan lapangan. Agar lebih jelas, teknik pengumpulan data ini dapat diuraikan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Dalam pelaksanaannya pengolahan data dan analisa data dilakukan sepanjang penelitian, secara terus menerus dari awal samapi akhir penelitian. Tehnik analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif dan teknik data kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data

No. Jenis data Metode

1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori

Wawancara dengan observer tentang kesesuaian antara rencana pembelajaran dengan

(35)

yang menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Data-data itu diperoleh dari lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, lembar pengamatan proses, LKS, dan hasil tes/ evaluasi. Untuk memperoleh data yang aktual dilakukan diskusi antara peneliti dengan observer untuk membanding dan mengecek data penelitian.

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui kemajuan siswa selama mengikuti pembelajaran. Data tersebut diperoleh dari hasil tes akhir individu, yang selanjutnya dihitung melalui data kuantitatif yaitu dengan dengan perhitungan sebagai berikut:

1. Rumus Menghitung hasil belajar siswa

(Jumlah Skor: Jumlah Skor Maksimal) X 100 2. Perhitungan Rata-rata

X= Keterangan

X = nilai rata-rata kelas

∑n = total nilai yang diperoleh siswa

N = jumlah siswa

3. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa TB = x 100

Keterangan

(36)

n ≥ 67 = banyak siswa yang memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 67

(37)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini hanya berlaku di SD Negeri Ciluncat I Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan secara rinci dalam Bab IV, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

(38)

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode ekspositori sangat memungkinkan bagi guru untuk dapat mengejar materi yang begitu banyak dengan pada proses pembelajaran. Walaupun metode ini berpusat pada guru tetapi metode ekspositori cukup baik dalam peningkatan aktifitas siswa karena tidak hanya ceramah saja tetapi dipadukan dengan adanya demonstrasi dan pengamatan yang mamacu siswa untuk selalu aktif dalam pembelajaran.

3. Hasil belajar siswa melalui metode ekspositori mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata prasiklus 63, Siklus I 68, dan siklus II 80, dengan presentase pencapai KKM antara lain: pada prasiklus 50%, siklus I sebesar 64%, dan silus II 90%, yang merupakan perubahan yang cukup signifikan. Peningkatan hasil belajar dengan menerapkan metode ekspositori bukan hanya segi kognitif saja, tapi aspek afektif dan psikomotor juga mengalami peningkatan. Aspek afektif dapat terlihat dari kemampuan kerja sama yang meningkat ketika diadakan pengamatan secara berkelompok.. Sedangkan dalam aspek psikomotor, keterampilan proses IPA berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mengamati objek yang di ekspos mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.

B. Rekomendasi

(39)

bagi semua pihak yang terlibat dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan hasil tersebut, maka beberapa saran yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru

a. Hendaknya guru mempertimbangkan berbagai hal ketika akan mengadakan pembelajaran dengan mata pelajaran IPA. Salah satunya adalah mempertimbangkan perkembangan berpikir peserta didik, sebagai acuan dalam memilih model pembelajaran yang tepat. Selain itu, perlu dipertimbangkan kebahasaan dalam penyusunan tes hasil belajar siswa sehingga dapat membantu siswa dalam memahami soal uraian atau soal aplikatif terhadap konsep yang diajarkan. Dalam pelaksanaannya, selain prestasi belajar sebaiknya pembelajaran ditekankan pula pada aktivitas siswa dalam memperoleh pengetahuan. b. Pembelajaran yang dilaksanakan sebaiknya memanfaatkan

pengetahuan awal yang dimiliki siswa, serta memperhatikan kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari materi selanjutnya. Siswa juga sebaiknya dibimbing untuk mengaplikasikan materi yang telah dipelajarinya ke dalam pemecahan masalah sehari-hari.

(40)

2. Bagi Sekolah

a. Pihak sekolah khususnya kepala sekolah hendaknya sering memotivasi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. b. Kepala sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada guru

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Mulyati. Nurjhani, Mimin, K. dan Muslim. (2008). Ilmu Pengetahuan

Alam dan Lingkunganku untuk Kelas III Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: PT. Setia Purna Inves.

Aqib, Zainal.2007. Penelitian Tindakan Kelas. YRama Widya. Bandung

Budiawan, Taviv. (2010). Penerapan Pendekatan Ekologi untuk Meningkatkan

Kemampuan Eksplorasi pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas $ Sekolah Dasar Negeri Sodong. Sripsi. Tidak Diterbitkan.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata

Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta : Depdiknas.

Faiq, M. (2010). Metode Ekspositori [Online]

Tersedia:

penelitiantindakankelas.blogspot.com/2010/.../metode-ekspositori.ht... [Wednesday, April 7, 2010]

Fatmawati, T. (2006). Penerapan Pembelajaran Interaktif untuk Meningkatkan

hasil belajar siswa di Kelas III SDN Cibeber I Cimahi. Skripsi: Tidak

diterbitkan.

Faturrohman, P dan Sutikno, M. S. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Refika Aditama.

Susanah, Herma. (2008). Penerapan Model Learning Cycle (Siklus Belajar) pada

Pembelajaran Sifat Benda Di Kelas III SD (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas III Sekolah Dasar Negeri Sukakarya Kecamatan Arcamanik Kota Bandung). Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Hermawan, Ruswandi, Dkk. (2007). Model Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS.

Hernawan, A.H. dan Asra. Dan Dewi, L. (2007). Belajar dan Pembelajaran

Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Iskandar. (1997). Model-model Pembelajaran IPA Pendidikan dan Pelatihan

Profesi Guru. Bandung : UPI PRESS.

Karli, Hilda. Dkk. (2002) Implementasi Kurikulum Berbasis kompetensi

(Model-model Pembelajaran). Bandung : Bina Media Informasi.

(42)

Komara, E. (2006). ”Peran Pembelajaran CTL, Dalam Mengimplementasikan Pembelajaran Interaktif”. Suara Daerah. (April 2006).

Koswara, Udin. (1993). Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah untuk Angka Kredit

Guru SD. Bandung : PT. Bandung Intermediary Utama.

Kuraesin, E, S.Pd. (2004). Belajar Sains dengan Kompetensi Dasar Eksperimen

untuk SD Kelas 3 Jilid 3A. Bandung: PT Sarana Pancakarya Nusa.

Mohammad Ashori (2007), Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima.

Nurkancana Wayan & Sunarta. 1986. Evaluasi Pendidikan, Cet. IV. Surabaya: Usaha Nasional.

Panut, H. dkk. (2006). Dunia Ilmu pengetahuan Alam Kelas 3. Bogor: Yudhistira.

Publish By Admin → Sunday, April 03, 2011 Kategory → Metode Ekspositori »

PEMBELAJARAN , PENDIDIKAN » Media Pembelajaran

Rahman, la ode abd. (2010). IPA dan Model-Model Pembalajaran. [Online]. Tersedia: http/ipadanmodelpembelajaran.blogspot.com [31 Januari 2010] Sukayati.( 2008) Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta : Pusat Pengembangan

dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika, Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cet. I. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Thoha M. Chabib. 2001. Teknik Evaluasi Pendidikan, Cet. IV. Jakarta: PT. raja Grafindo Persada.

Winata Putra, dkk. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.

Wiriatmaja, Rochayati, (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk

Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Yuliatianingsih, M. S. dan Dede Margo. (2008). Pendidikan IPA di Sekolah Dasar

2. Bandung : UPI.

Yusuf Syamsu. (2004) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Psikologi Perkembangan Anak.

(43)

http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-ekspositori http://www.duasatu.web.id/2012/07/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html www.gurukelas.com/2012/09/metode-ekspositori.html

Gambar

tabel data kelulusan siswa sebagai berikut:
Gambar  3.1 Desain Penelitian (Kemmis dan Taggart dalam Endang
Gambar  3.2 Alur kegiatan penelitian tindakan kelas.
Tabel 3.1 No. Jenis data

Referensi

Dokumen terkait

Ciri-ciri makhluk hidup antara lain bergerak, tumbuh, berkembang biak, dan menanggapi rangsang.. Sedangkan makhluk tak hidup tidak tumbuh, tidak berkembang biak, dan tidak

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penerapan peer assessment pada kegiatan praktikum ciri-ciri makhluk hidup untuk menilai kinerja

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang “ Pengaruh Modul dan LKS Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Terhadap Hasil Belajar

Pertemuan 1: “ Dengan cara guru memberikan informasi kepada siswa bahwa dengan mempelajari materi ciri- ciri makhluk hidup, maka kita akan bisa lebih memahami ciri-ciri makhluk

Makhluk Hidup Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Di.. Kelas III SDN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewandengan metode jigsaw pada siswa kelas VI

Hasil dari penelitian yang dilakukan, secara umum dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas melalui model Team Game Tournamen dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi

Media pembelajaran powerpoint atau ppt ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan dan