• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang sebagai sesuatu yang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan kegiatan perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Pihak pemberi pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia memberikan pinjaman uang kepada yang memerlukannya. Sebaliknya, pihak peminjam berdasarkan keperluan atau tujuan tertentu melakukan peminjaman uang. Secara umum dapat dikatakan bahwa peminjam dalam meminjam uang dipergunakan untuk membiayai kebutuhan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau untuk memenuhi keperluan dana guna pembiayaan kegiatan usaha. Dengan demikian, kegiatan pinjam-meminjam uang sudah merupakan bagian dari kehidupan mayarakat saat ini.1

Dewasa ini keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Disatu sisi ada masyarakat yang kelebihan dana, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk mengusahakannya, dan disisi lain ada kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan untuk berusaha namun

1

M.Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 1

(2)

terhambat pada kendala oleh hanya karena memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki dana sama sekali.

Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan modal tersebut dapat diperoleh dari jasa perbankan, yaitu lembaga keuangan yang tugas utamanya memasarkan jasanya berupa kredit. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai mobilisator pembangunan dan mengalokasikannya untuk kelanjutan pembangunan.2

Adanya minat orang yang memiliki kelebihan uang untuk menyimpan uangnya di bank, maka bank akan bisa mengumpulkan uang atau menghimpun dana dari masyarakat yang kemudian dana-dana itu akan disalurkan lagi ke masyarakat lainnya yang membutuhkannya dalam bentuk kredit. Penghimpunan dana merupakan suatu jasa utama yang ditawarkan di dunia perbankan, baik oleh bank umum maupun bank perkreditan rakyat.3

Politik hukum perbankan, terutama berkaitan dengn fungsi Bank di Indonesia diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang –Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang menyatakan bahwa bank merupakan “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Oleh karena itu, terdapat dua fungsi bank di Indonesia, yaitu menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali pada masyarkat

2

M.Bahsan, Op.Cit, hal.75

3

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal. 221

(3)

dalam bentuk kredit. Fungsi bank demikian disebut fungsi intermediary antara masyarakat yang kelebihan dana dan masyrakat yang kekurangan dana. 4

Bank sebagai fungsi intermediary demikian itu, secara teoritis dapat saja suatu bank dalam usahanya tidak mempunyai modal yang memadai karena dana yang digunakan dalam pemberian fasilitas kredit (lending) menggunakan dana masyarakat yang telah dihimpun. Perbedaan mendasar antara dana masyarakat yang disimpan pada bank dengan fasilitas kredit adalah dimana simpanan pada bank dapat diambil sewaktu-waktu berdasarkan perjanjian pembukaan rekening, sedangkan fasilitas kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat tidak dapat diambil sewaktu-waktu. Oleh karena itu, dalam banyak kasus, terdapat bank yang tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan dana masyarakat yang disimpan pada bank (rush) karena dana itu masih dimanfaatkan oleh masyarakat laiinnya dalam bentuk kredit, yang hanya dapat diminta setelah jatuh tempo pembayaran berdasarkan perjanjian kredit sehingga tidak dapat diminta sewaktu-waktu untuk dikembalikan.5

Oleh sebab itu, Lembaga perbankan mempunyai peranan dan strategis tidak hanya dalam menggerakkan roda perekonomian nasional, tetapi juga diarahkan agar mampu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Ini berarti bahwa lembaga perbankan haruslah mampu berperan sebagai agen of development

4

Tri Widiyono, Agunan Kredit Dalam Financial Engineering, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hal. 1

5

Ibid, hal. 1

(4)

dalam upaya mencapai tujuan nasional,dan tidak menjadi beban dan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan nasional tadi. 6

Di Negara-negara berkembang seperti Indonesia ini, kegiatan bank terutama dalam pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan bank yang sangat penting, sehingga pendapatan dari kredit yang berupa bunga merupakan komponen pendapatan yang paling besar dibanding dengan pendapatan dasar (Fee

Base Income). Berbeda dengan bank di negara-negara yang ada di negara maju,

laporan keuangan menunjukkan bahwa komponen pendapatan bunga dibanding dengan pendapatan jasa perbankan lainnya cukup berimbang.7

Masyarakat sangatlah membutuhkan keberadaan lembaga perbankan, timbulnya kebutuhan masyarakat terhadap perbankan tersebut disebabkan karena semakin banyaknya orang atau badan-badan usaha yang membuat perjanjian-perjanjian terutama perjanjian-perjanjian kredit, kontrak, pinjam-meminjam uang dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan perekonomiannya. Dengan banyaknya kebutuhan masyarakat yang melibatkan pihak bank tersebut secara otomatis akan terwujud adanya suatu hubungan hukum berupa perjanjian kredit dimana pihak bank berkedudukan sebagi kreditur sedangkan para nasabahnya berkedudukan sebagai debitur.8

Penyediaan kredit bank-bank yang semula mengandalkan kredit likuiditas Bank Indonesia, secara bertahap dialihkan menjadi penyediaan kredit biasa oleh

6

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Prenada Media Group, 2008), hal. 3.

7

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, ( Bandung: Alfabeta, 2003), hal. 5

8

Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, (Bandung : Alumni, 1992), hal. 222

(5)

perbankan dan lembaga-lembaga keuangan lain yang didasarkan atas dana yang dihimpun dari masyarakat.9

Kebutuhan akan keperluan kredit mempunyai berbagai corak ragam alasan dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara, atau bangsa di dunia ini mempunyai berbagai kepentingan dan alasan untuk berusaha dengan aneka jalan mendapatkan kredit. Hal ini dikarenakan bantuan permodalan berupa kredit pada dasarnya merupakan daya perangsang baik kepada pihak yang mendapatkan bantuan kredit harus dapat menunjukkan prestasi-prestasi yang lebih tinggi demi kemajuan usahanya sendiri, maupun kepada pihak yang memberi kredit secara materil mendapatkan rentabilitas berdasarkan perhitungan yang wajar dan secara spiritual harus merasa bangga dapat membantu sesuatu perusahaan untuk mencapai kemajuan, yang bersifat baik mikro maupun makro ekonomis demi kepentingan negara dan rakyat.10

Perjanjian kredit dapat dilakukan baik di lingkungan bank maupun non bank, yang mana pada prinsipnya perjanjian kredit merupakan hubungan hukum antara pihak pemberi kredit (bank) dengan pihak penerima kredit (debitur) yang diatur dalam suatu dokumen tertentu. Dalam pemberian kredit yang dilakukan oleh bank selaku kreditur, bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.

Namun setelah proses kredit telah berjalan dan pihak debitor telah menikmati hasil dari kredit yang diberikan oleh pihak bank, maka pihak kreditor

9

Thomas Suyatno,dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal. 3

10

R. Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, ( Jakarta : Pradnya Paramita, 1994), hal.1

(6)

dalam hal ini bank meminta kepada pihak debitor untuk pemenuhan kewajibannya yaitu pengembalian kredit tepat pada waktunya. akan tetapi, tidak semua keinginan kreditor atau bank selalu dapat dipenuhi oleh pihak debitor. Dan hal ini yang menimbulkan akhirnya menimbulkan kredit macet di bank-bank.

Macetnya kredit yang diberikan dapat disebabkan faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal berkaitan erat dengan keadaan didalam internal usaha debitur itu sendiri, sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan kondisi ekonomi secara keseluruhan yang berada di luar kekuasaan debitur.11

Kredit bermasalah merupakan bagian dari kehidupan bisnis perbankan. Apabila seorang investor berani mendirikan bank, maka harus berani pula menanggung risiko menghadapi kesulitan menagih kredit yang diberikan kepada debitur tertentu. Karena kredit bermasalah adalah bagian dari kehidupan bisnis perbankan.

Secara umum kredit bermasalah merupakan kredit yang dapat menimbulkan persoalan, bukan hanya terhadap bank sebagai lembaga pemberi kredit, tetapi juga terhadap nasabah penerima kredit, karena itu bagaimanapun juga kredit itu harus diselesaikan dengan berbagai cara. Jika kredit menjadi kredit bermasalah, dalam arti macet, maka secara tidak langsung juga akan merugikan masyarakat pemilik dana. Kata “masalah” berarti adanya suatu kesulitan yang memerlukan pemecahan atau suatu kendala yang menggangu pencapaian tujuan atau kinerja yang optimal.12

11

Jonker Sihombing, Tanggung Jawab Yuridis Bankir atas Kredit Macet Nasabah, ( Bandung : Alumni, 2009), hal. 68

12

As. Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2002), hal. 1

(7)

Berjalannya kegiatan perkreditan akan lancar apabila adanya suatu saling mempercayai dari semua pihak yang terkait dalam kegiatan tersebut. Kegiatan itu pun dapat terwujud hanyalah apabila semua pihak terkait mempunyai integritas moral.13

Dengan demikian, pemberian fasilitas kredit haruslah berdasarkan suatu kepercayaan (trust), yaitu fasilitas yang diberikan tersebut digunakan untuk tujuan yang sesuai dengan permohonan calon debitur. Bagi bank , pemberian fasilitas kredit tersebut dapat kembali dengan aman dan menguntungkan. Arus dasar dalam pemberian kredit demikian merupakan suatu keniscayaan dalam dasar-dasar pemberian fasilitas kredit. 14

Salah satu bank yang memfasilitasi pemberian kredit tersebut adalah Bank Rakyat Indonesia Cabang Krakatau Medan. Program kredit yang dikeluarkan diantaranya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program Kredit Usaha Rakyat ini dilakukan dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan.

Dan didalam perjalanan proses perkreditan ini tentunya tidak terlepas dari apa yang disebut dengan kredit macet sebagai risiko dari kegiatan usaha perbankan pada umumnya. Hal ini dapat disebabkan baik oleh faktor intern bank seperti analisis kredit yang kurang tepat dan oleh karena faktor ekstern bank seperti usaha nasabah yang mengalami kebangkrutan.

13

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, ( Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 366

14

Tri Widiyono, Op.Cit, hal.2

(8)

Dengan demikian pihak Bank Rakyat Indonesia harus benar-benar memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip pemberian kredit untuk mengindari risiko kredit macet. Selain itu, itikad baik dan kesadaran dari nasabah Kredit Usaha Rakyat ini juga sangat menentukan bagi kelancaran pengembalian dana Kredit Usaha Rakyat.

Bertitik tolak dari uraian diatas dan berbagai masalah hukum yang timbul dan berkaitan dengan penyelesaian kredit macet, telah mendorong penulis untuk menulisnya dan untuk selanjutnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul : “ Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan”

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dipilihlah beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini. adapun permasalahan yang akan dibahas antara lain :

1. Bagaimana syarat dan prosedur pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan ? 2. Apakah yang menyebabkan terjadinya kredit macet pada Kredit Usaha

Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan ?

3. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan dalam penyelesaian kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan?

(9)

C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan perumusan masalah yang ditentukan di atas, maka adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui syarat dan prosedur pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan.

3. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam penyelesaian kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yangdiharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, skripsi ini diharapkan dapat mampu memperkaya khasanah perkembangan Ilmu hukum apada umumnya dan hukum perdata pada khususnya, serta dapat bermanfaat selain sebagai bahan informasi juga sebagai literatur atau bahan informasi sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran guna membangun argumentasi ilmiah mengenai

(10)

Penyelesaian Kredit Macet pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak terkait mengenai pelaksanaan pemberian, permasalahan yang timbul dan penyelesaian kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan melakukan penelusuran di kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, belum ditemukan penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan”.

Adapun beberapa judul yang memiliki sedikit kesamaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara antara lain :

1. Penyelesaian Kredit Macet Bank Pemerintah melalui Kebijakan Pemberian Keringanan Utang.

2. Tata Cara Penyelesaian Kredit Macet pada PT.Bank Sumut Cabang Medan.

(11)

3. Proses Penyelesaian Kredit Macet pada Sentra Kredit Kecil Medan (Studi Kasus Bank BNI Kesawan Jl. Ahmad Yani No.72 Medan.

4. Kebijakan Bank dalam Peneyelesaian Kredit Macet (Studi Kasus PT. Bank Buana Indonesia Tbk ).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa isi skripsi ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis.

F. Metode Penelitian

Diperlukan metode penelitian sebagai suatu tipe pemikiran secara sistematis yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian skripsi ini, yang pada akhirnya bertujuan mencapai keilmiahan dari penulisan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian Yuridis Normatif, yaitu penelitian dengan menerangkan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, kemudian dianalisis dengan membandingkan antara tuntuan nilai-nilai ideal yang ada dalam peraturan perundang-undangan.15

15

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983), hal. 24

(12)

Sifat penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian deskriptif analitis yang merupakan penelitian yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematik, faktual dan akurat16

2. Sumber Data

Penelitian Yuridis Normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode, baik secara komersial maupun nonkomersial.17

Data sekunder yang dipakai adalah sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait. Misalnya UUD Negara Republik Indonesia TAhun1945, Pancasila, Traktat, Yurisprudensi, Adat, dan Kebiasaan.

b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik.

c. Bahan hukum tertier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

16

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: RadjaGrafindo Persada 2007), hal. 42.

17

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif , Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: RadjaGrafindo Persada 2007), hal. 33.

(13)

sekunder, seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi pustaka (library research) dan studi lapangan (field research). Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data yang bersumber dari kepustakaan dan melakukan penelitian lapangan untuk mencari dan mengumpulkan data sekunder dengan menggunakan wawancara terstruktur dengan informan yaitu Bapak Harry Tardas dan Bapak Surya Ardiansyah selaku Accont Officer PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan dengan mempergunakan pedoman wawancara.

4. Analisis data

Pada penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, maka biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya.18 Metode analisis data yang dilakukan penulis adalah pendekatan kualitatif yaitu dengan cara penguraian, menghubungkan dengan peraturan – peraturan yang berlaku

18

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Depok: Universitas Indonesia Press, 1994), hal. 69.

(14)

dan menghubungkan dengan pendapat pakar hukum, dan hasil yang diperoleh dari analisis ini berbentuk deskripsi19.

5. Penarikan Kesimpulan

Sebagai akhir, penarikan kesimpulan dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode deduktif, yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan yang konkret dihadapi20

G. Sistematika Penulisan

Suatu karya ilmiah yang baik harus disusun secara sistematis guna mempermudah uraian pembahasan karya ilmiah yang bersangkutan. sitematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang saling berhubungan satu sama lain. Penulis membagi skripsi ini dalam lima bab, yaitu sebagai berikut :

Bab I , Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, permusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

Bab II, Bab ini merupakan bab yang memberikan penjelasan mengenai Bank sebagai penyalur kredit. Pada bab ini menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pengertian bank, fungsi utama bank, jenis-jenis bank dan kegiatan usaha bank.

19

H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta :Sinar Grafika, 2009), hal.107.

20

Bambang Sunggono, Op. Cit, hal. 71.

(15)

Bab III, Bab ini merupakan bab yang memberikan penjelasan tentang Tinjauan Umum Tentang Kredit. Pada bab ini menjelaskan tentang pengertian dan unsur-unsur kredit, tujuan dan fungsi kredit, jenis-jenis kredit, perjanjian kredit bank, prinsip-prinsip pemberian kredit, serta kredit bermasalah.

Bab IV, Bab ini merupakan bab yang memberikan penjelasan tentang Tinjauan Penyelesaian Kredit Macet Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan. Pada bab ini menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan Deskripsi tentang Bank Rakyat Indonesia, Syarat dan prosedur pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan, Faktor penyebab terjadinya kredit macet Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan, Upaya dalam penyelesaian kredit macet Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Jiadi pada dasarnya, problema-problema sosial me- nyangkut nilai-nilai sosial dan moral ; problema- problema tersebut merupakan persoalan, oleh karena menyangkut tata

Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT Catur Sentosa Adiprana Tbk. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si., Notaris di Jakarta, yang telah diberitahukan kepada Menteri

Dalam mengambil kesimpulan, dibutuhkan suatu kalimat yang dapat dinyatakan nilainya yaitu dengan meliputi benar atau salah2.

[r]

Semua mobil produksi dalam negeri yang dibuat sebelum tahun 1990 yang nilai jualnya kurang dari Rp 100 juta. Sebuah kelas terdiri 40 siswa ,diantaranya 18 siswa suka IPA, 23 suka

[r]

The determination of the refined building contour vertices is accomplished by intersecting straight lines representing building roof contour sides with object-space

Tidak Terlaksana 2 Program Pembinaan dan Fasilitasi Pemerintahan Daerah 4 Tersusunnya rencana kerja kecamatan Ada/Tidak Ada 3 Program Perencanaan Pembangunan Daerah. 5