• Tidak ada hasil yang ditemukan

APAKAH BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APAKAH BAHASA INDONESIA DALAM SURAT DINA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 Kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar di kalangan masyarakat,

mahasiswa, dan pegawai negeri sangat diperlukan. Yang dimaksud dengan bahasa yang baik

adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi

pemakaiannya, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa yang

menerapkan kaidah dengan konsisten.

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena bahasa

Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa

nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928, dan sebagai bahasa negara sesuai dengan

Undang!Undang Dasar 1945.

Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara,

peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tertulis,

termasuk penulisan dokumen dan putusan!putusan serta surat!surat yang dikeluarkan oleh

pemerintah dan badan!badan kenegaraan lainnya.

Kegiatan berkomunikasi melalui tulisan memiliki karakteristik yang berbeda dengan

kegiatan berkomunikasi melalui lisan. Kegiatan berkomunikasi melalui tulisan yang berwujud

surat perlu dilakukan secara cermat. Hal ini disebabkan paparan dalam surat tidak didukung

konteks yang memperjelas pembicaraan. Ini berbeda dengan bahasa lisan yang selalu hadir

dalam konteks tertentu. Konteks tersebut sangat membantu kelancaran pembicaraan. Di

samping itu, apabila terjadi ketidakjelasan atau ketidakpahaman terhadap suatu tuturan bisa

ditanyakan secara langsung.

Kegiatan berkomunikasi melalui tulisan (surat), dewasa ini dirasa semakin diperlukan.

Hal ini disebabkan berbagai kegiatan yang dahulu (biasanya) dilakukan secara lisan sekarang

tidak lagi dilakukan secara lisan. Sekarang hampir tidak dijumpai seseorang mengundang

orang lain dengan cara berkomunikasi secara lisan. Itu menunjukkan betapa pentingnya

kegiatan melalui tulisan.

Surat dinas adalah naskah dinas pelaksanaan tugas pejabat dalam menyampaikan

informasi kedinasan berupa pemberitahuan, pernyataan, permintaan, penyampaian naskah

dinas atau barang, atau hal kedinasan lainnya kepada pihak lain di luar organisasi yang

(2)

2 Surat yang dimaksudkan untuk memberi (informasi) antara lain surat pemberitahuan

pengumuman, surat keterangan, dan surat keputusan. Surat yang dimaksudkan untuk meminta

antara lain surat permohonan dan surat lamaran. Surat yang dimaksudkan untuk memerintah

antara lain surat perintah dan surat tugas. Di samping itu, sebagai sarana komunikasi, surat

juga berfungsi sebagai bukti tertulis, bukti kesejarahan, alat pengingat, dan sebagai pedoman.

Mengingat demikian pentingnya surat dalam kegiatan berkomunikasi, khususnya surat

dinas, maka penulisannya perlu mendapat perhatian serius, baik dari segi penampilan fisik

maupun penampilan bahasanya. Akan tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan masih

dijumpai adanya berbagai kesalahan dalam penulisan surat, atau dalam menjawab soal!soal

baik DUD maupun UPKP. Paparan berikut dimaksudkan untuk mendeskripsikan berbagai

kesalahan yang bisa terjadi dalam penulisan surat dinas. Sebelum itu, akan dipaparkan terlebih

dahulu persyaratan penulisan surat dengan harapan dapat dipakai pijakan dalam mendeskripsi

dan menganalisis kesalahan penulisan surat. Analisis kesalahan penulisan surat dinas yang

dipaparkan lebih banyak mengacu pada aturan yang berlaku di lingkungan Kementerian

Keuangan RI.

Surat yang baik adalah surat yang dapat menyampaikan pesan/gagasan penulis kepada

penerima surat sama seperti yang diinginkan oleh penulis surat, tidak menimbulkan salah

penafsiran, menghargai penerima surat, dan tampil dengan bentuk yang benar. Oleh sebab itu,

surat yang baik haruslah memenuhi beberapa syarat, baik syarat yang berkaitan dengan

bentuk, pengetikan, isi, maupun bahasa surat. Keempat hal tersebut dapat dipaparkan sebagai

berikut.

Pertama, surat harus disusun dengan teknik penyusunan surat yang benar. Penyusunan

letak bagain!bagian surat (bentuk surat) harus sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan.

Mengingat setiap lembaga memiliki model yang telah dibakukan untuk lembaga tersebut maka

penulisan model harus sesuai dengan ketentuan dari lembaga. Pemilihan model surat yang

tidak berasal dari lembaga tempat bekerja dianggap salah.

Kedua, surat harus diketik secara benar. Pengetikan surat dianggap benar apabila

pengetikan surat tersebut dilakukan secara cermat, bersih, rapi, dan menggunakan kertas yang

sesuai dengan aturan. Cermat artinya tidak terdapat kesalahan pengetikan kata!kata yang

(3)

3 surat resmi perlu dipilih jenis huruf yang menunjukkan keresmian, misalnya

n, dan . Bersih dalam arti tidak terdapat noda (biasanya tinta pita)

atau dalam pengetikan manual tidak banyak tindasan ( ). Kertas yang digunakan adalah

kertas yang memang dipersiapkan untuk surat, bukan sembarang kertas. Pemilihan warna

kertas juga mendapat perhatian.

Ketiga, isi surat harus dinyatakan secara jelas, ringkas, sopan, dan eksplisit. Jelas

dalam arti isi atau maksud surat dapat ditangkap secara jelas dan mudah. Surat resmi tidak

perlu ditulis dengan cara yang berbelit!belit dan bertele!tele. Isi surat cukup dipaparkan secara

ringkas tetapi utuh. Sopan dalam arti tidak ada hal!hal yang dapat menyakitkan hati penerima

surat. Kesopanan biasanya berhubungan dengan pemilihan kata yang digunakan dalam surat.

Eksplisit dalam arti bahwa isi surat harus dituangkan dengan kata!kata yang nyata.

Secara garis besar isi surat dipilah menjadi tiga bagian, yaitu paragraf pembuka,

paragraf isi, dan paragraf penutup. Paragraf pembuka merupakan pengantar yang mengarah

pada inti surat. Dengan pengantar ini diharapkan pembaca tidak terkejut karena penulis

langsung mengarah pada isi. Paragraf isi merupakan hal yang akan disampaikan penulis

kepada pembaca. Isi surat hendaknya ditulis secara jelas, singkat, dan utuh sehingga mudah

dipahami dan tidak menimbulkan salah pengertian. Paragraf penutup merupakan simpulan

dari paragraf isi. Sebagai simpulan, paragraf penutup berisi inti hal yang ditulis. Di samping itu,

sebagai penutup paragraf ini juga mengungkapkan harapan penulis pada penerima surat dan

ucapan terima kasih.

Keempat, bahasa yang digunakan dalam surat harus baik dan benar. Penggunaan

bahasa dalam surat berhubungan dengan pemakaian ejaan, pemilihan kata, penyusunan

kalimat, pengembangan paragraf, dan pemakaian gaya berbahasa. Kesalahan penulisan surat

pada umumnya berkaitan dengan pemakaian bahasa. Kesalahan yang dimaksud meliputi

kesalahan penerapan ejaan, kesalahan pemilihan kata, dan kesalahan penyusunan kalimat.

Pemakaian ejaan akan berhadapan dengan cara bagaimana menuliskan huruf, kata,

dan menggunakan tanda baca. Masalah ejaan yang sering salah dalam penulisan surat resmi

meliputi penggunaan titik, koma, tanda hubung dan tanda pisah, tanda kurung, garis miring, dan

garis bawah/cetak miring. Kesalahan pemakaian ejaan tersebut menyebar mulai kepala surat

(4)

4 Kesalahan pemakaian ejaan dalam penulisan kepala surat pada umumnya berkaitan dengan

penggunaan singkatan dan pemakaian tanda koma untuk pemilah antarbagian alamat.

Perhatikan contoh berikut!

!" # $%&'() **+&', * ,,((

Penulisan kepala surat tersebut di atas memiliki beberapa kesalahan. Pertama, kepala

surat seharusnya ditulis lengkap, tanpa ada penyingkatan. Kata jalan seharusnya ditulis jalan,

tidak disingkat dengan Jl. Untuk menghindari kesalahan pemahaman, nama jalan seharusnya

tidak disingkat. Singkatan B seperti contoh akan membingungkan pembaca . apakah yang

dimaksud dengan B itu adalah Budi, Batang atau yang lainnya. Singakatan nama orang yang

digunakan sebagai nama jalan diperbolehkan untuk kepala surat, misal M.T. Haryono.

Kedua, antarbagian alamat pada kepala surat seharusnya diberi tanda koma. Antara

jalan, kota, telepon, dan antarnomor telepon perlu diberi tanda koma. Di samping itu, setelah

kata telepon tidak perlu digunakan tanda titik dua, meskipun nomor telepon yang dimiliki lebih

dari satu. Terakhir, kepala surat seharusnya ditutup dengan garis tebal. Pada contph di atas

garis itu tidak ada. Pembetulan contoh di atas adalah sebagai berikut.

! !-.!" ! / !" +,(,(/ ! $%&'() **+&',/ * ,,(( 0000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000

Kesalahan penulisan tanggal surat ada umumnya berkaitan dengan penggunaan tanda titik

pada akhir penanggalan, pemakaian singkatan, penggunaan angka untuk bulan, dan

penggunaan nama kota. Perhatikan penulisan tanggal pada surat berikut ini!

(1) 4 Juni 2011

(2) 4 Jun. 2011

(5)

5 (4) 4!6!2011

(5) Malang, 4 Juni 2011

Penulisan tanggal tersebut karena tidak mengikuti aturan. Aturan penulisan

tanggal pada surat adalah sebagai berikut. Penanggalan surat seharusnya tidak diakhiri dengan

tanda titik atau tanda lainnya, baik tanda koma (,), titik koma (;) atau titik dan garis hubung (.,).

Tanggal surat ditulis secara lengkap, yaitu tanggal ditulis dengan angka, bulan ditulis dengan

huruf, dan tahun ditulis dengan angka. Nama bulan tidak boleh disingkat, ditulis lengkap dan

benar. Nama bulan juga tidak boleh diganti dengan angka seperti contoh (4). Angka tahun

harus ditulis utuh, tidak boleh ditulis hanya dua angka yang terakhir seperti contoh (3).

Penulisan tanggal seharusnya tidak diawali dengan nama kota. Nama kota secara jelas sudah

terdapat pada kepala surat. Penulisan tanggal yang betul adalah sebagai berikut.

(6) 4 Juni 2011

Kesalahan penulisan nomor surat pada umumnya terdapat pada pemakaian tanda titik.

Pemakaian tanda titik yang salah pada nomor surat biasanya terletak pada akhir nomor atau

pada kata yang disingkat. Perhatikan contoh berikut!

(7) Nomor: 054/BPP.08/2011

(8) No: 054/BPP.08/2011

Kesalahan contoh (7) terletak pada pemakaian tanda pada akhir nomor. Contoh (7) semestinya

tidak diakhiri titik. Kesalahan contoh (8) terletak pada tidak dipakainya tanda titik setelah kata

nomor yang disingkat. Sebagai suatu singkatan, kata itu memerlukan titik. Pembetulan contoh

di atas adalah sebagai berikut.

(9) Nomor: 054/BPP.08/2011

(10) No.: 054/BPP.08/2011

Kesalahan penulisan hal surat dapat diamati pada contoh berikut.

(11) Hal: Permohonan penceramah.

(12) Hal.: Permohonan penceramah

(6)

6 (14) Hal: PERMOHONAN PENCERAMAH

(15) Hal: Permohonan penceramah

Kesalahan contoh (11) terletak pada pemakaian tanda titik pada akhir hal

(penceramah). Penulisan hal surat semestinya tidak diakhiri dengan tanda apapun baik tanda

titik, koma, titik koma, ataupun tanda lainnya. Contoh (11) semestinya tidak diakhiri titik.

Kesalahan contoh (12) terletak pada dipakainya tanda titik setelah kata hal. Kata bukan

merupakan singkatan dari perihal sehingga penulisan kata hal tidak perlu menggunakan titik.

Kesalahan contoh (13) terletak pada penggunaan huruf kapital kata kedua untuk isi hal. Isi hal

seharusnya diawali dengan huruf kapital pada kata pertama saja, kata kedua dan seterusnya

(bila ada) tidak menggunakan huruf kapital. Kesalahan penulisan hal pada contoh (14) terletak

pada penggunaan huruf kapital untuk semua isi hal. Isi hal seharusnya hanya menggunakan

huruf kapital satu, yaitu pada awal kata pertama. Perkecualian pada kata yang menurut aturan

harus ditulis dengan huruf kapital. Penulisan isi hal tidak perlu diberi garis bawah seperti pada

contoh (15). Pembetulan contoh di atas adalah sebagai berikut.

(16) Hal: Permohonan penceramah

Kesalahan penulisan lampiran surat pada umumnya berhubungan dengan pemakaian

tanda titik dan penggunaan angka. Pemakaian tanda titik yang salah pada lampiran surat

biasanya terletak pada akhir lampiran atau pada akhir kata yang disingkat. Perhatikan

contoh berikut!

(17) Lampiran: Satu eksemplar

(18) Lampiran: 1 eksemplar

(19) Lamp: Satu eksemplar

Kesalahan contoh (17) terletak pada pemakaian tanda titik pada akhir lampiran. Contoh (17)

semestinya tidak diakhiri titik. Jumlah lampiran contoh (18) hendaknya tidak ditulis angka, tetapi

dengan huruf. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi kemungkinan melakukan pengubahan di

tengah perjalanan. Kesalahan contoh (19) terletak pada tidak dipakainya tanda titik setelah kata

yang disingkat. Sebagai singkatan, kata itu memerlukan titik. Pembetulan contoh di

atas adalah sebagai berikut.

(7)

7 (21) Lamp.: Satu eksemplar

Perhatikan contoh penulisan alamat surat berikut ini!

(22) Kepada Yth.

(24) Yth. Bapak Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Jalan Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya

Tangerang Selatan

Penulisan alamat tujuan contoh (22) terdapat beberapa kekeliruan. Pertama,

penulisan alamat tujuan diawali dengan kata Seharusnya, penulisan alamat diawali

dengan kata Yth. Kata kepada tidak digunakan pada alamat tujuan yang terdapat dalam surat.

Kedua, penulisan alamat tujuan dalam surat seharusnya tidak diakhiri dengan tanda titik.

Ketiga, sapaan penghormatan (Yth.) seharusnya ditulis sejajar dengan orang yang dihormati

Keempat, nama tempat (kota) pada alamat seharusnya tidak didahului kata depan .

Pembetulan contoh (22) tersebut adalah sebagai berikut.

(25) Yth. Yanto Primanto Jalan Sanjaya 99 Jakarta Selatan

Sapaan Bapak, Ibu, atau Saudara di depan nama jabatan dan gelar tidak diperlukan,

baik pada surat maupun pada sampul surat. Dengan demikian, sapaan Bapak pada contoh (23)

dan (24) seharusnya tidak ada. Sapaan hanya dipergunakan untuk mengiringi nama orang yang

tidak diawali dengan gelar. Contoh: Yth. Bapak Ahmad. Alamat tujuan harus ditulis dengan

lengkap, tanpa ada penyingkatan. Ini dimaksudkan agar pembaca memahami secara jelas

tanpa adanya keraguan. Contoh (23) seharusnya ditulis ! " #

Pembetulan contoh (23) dan (24) adalah sebagai berikut.

(26) Yth. Dr. Tono

(8)

8 (27) Yth. Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Jalan Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya Tangerang Selatan

$

Kesalahan penulisan isi surat yang berhubungan dengan penerapan ejaan pada

umumnya berupa kesalahan pemakaian tanda koma, tanda hubung dan tanda pisah, garis

miring, dan garis bawah. Paparan berikut secara berturut!turut menyajikan berbagai kesalahan

penerapan ejaan pada penulisan bagian isi surat.

Kesalahan penggunaan tanda koma (,) dalam surat resmi terdapat pada contoh berikut.

(28) Dengan ini diberitahukan, bahwa STNK kenderaan Saudara berakhir masa berlakunya

pada tanggal 24 Juni 2011.

(29) Kami segera memberitahu Saudara, jika ada perubahan jadwal.

Tanda koma (,) tidak digunakan untuk mengawali anak kalimat yang terletak di belakang

induk kalimat. Jadi, tanda koma sebelum kata sambung %

dan harus dihilangkan.

Demikian juga tanda koma sebelum kata % dan pada contoh di atas harus

dihilangkan. Sebaliknya, anak kalimat yang mendahului induknya harus diakhiri dengan tanda

koma. Perhatikan contoh berikut!

(30) Meskipun kami tidak dapat mengirimkan utusan, kami tetap mendukung pendanaan

kegiatan itu.

(31) Karena Saudara belum memberikan jawaban, kami menganggap Saudara tidak

bersedia.

Tanda koma harus dipakai di belakang ungkapan penghubung atau

& Perhatikan contoh berikut!

(32) @ di atas. Karena itu, @.

(33) Sehubungan dengan itu, @.

Sebagai kesimpulan, @.

(9)

9 Selanjutnya, tanda koma perlu dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal

bagian kalimat untuk menghindari salah baca. Contoh

(34) Atas kerjasama baik Saudara, kami ucapkan terima kasih.

(35) Atas bantuan Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Penutup surat terdiri atas nama jabatan penanda tangan, nama pejabat penanda

tangan, tanda tangan, NIP, cap dinas, dan tembusan. Kesalahan penulisan penutup surat dapat

diamati pada contoh berikut

(36) Direktur Jenderal,

(Sasmita)

(37) a/n Direktur Jenderal

DIAN PUTRI

(38) Direktur Jenderal,

Sasmita

Penulisan nama pejabat penanda tangan surat seharusnya ditulis dengan huruf kapital

pada setiap awal kata tanpa ada tanda lainnya, baik berupa garis bawah seperti (38) maupun

tanda kurung seperti contoh (36). Dengan semikian, penulisan nama pejabat dengan

menggunakan huruf kapital semua tidak dibenarkan.

Penulisan singkatan atas nama seharusnya tidak ditulis a/n, tetapi a.n. kesalahan

serupa yang sering muncul adalah u/p, u/b, a/p, d/a, dan d/h. Bentuk!bentuk itu seharusnya

ditulis u.p. (untuk perhatian), u.b. (untuk beliau), a.p. (atas perintah), d.a. (dengan alamat), dan

d.h. (dahulu). Pembetulan contoh di atas adalah sebagai berikut.

(39) Direktur Jenderal,

Sasmita

(40) a.n. Direktur Jenderal,

Dian Putri

(10)

10 (41) NIP. 196109201983031004

(42) N.I.P. 196109201983031004

(43) NIP 1961.0920.198303.1004

Singkatan (kumpulan) kata tidak perlu memerlukan tanda titik, demikian juga singkatan

setiap kata. Singkatan kata dapat mengambil hurup depannya tidak memerlukan titik. Titik juga

tidak dipakai pada angka yang tidak menunjukkan jumlah. Pembetulan contoh di atas adalah

sebagai berikut.

(44) NIP 196109201983031004

Penulisan kata (dengan huruf T kapital diikuti dengan tanda titik dua), tidak

perlu menggunakan garis bawah dan tidak diikuti oleh kata atau ungkapan '

atau ' , apalagi jika diikuti kata penyapa, seperti " $ , atau .

Jika tembusan surat lebih dari satu, angka Arab dipakai untuk menomorinya tidak

menggunakan penggunaan tanda hubung (!) sebagai lambang penomoran. Jika tembusan

hanya satu, penulisannya tidak perlu diberi nomor. Kata atau tidak digunakan

dalam tembusan surat karena sebuah surat dinas sudah tentu memiliki arsip. Selain itu,

tembusan hanya diisi oleh pihak yang berhak memperoleh tembusan. Oleh karena itu,

ungkapan selain nama instansi/badan atau nama orang yang mendapat tembusan tidak perlu

dicantumkan. Ungkapan tidak perlu dicantumkan. Perhatikan contoh berikut!

(45) Tembusan:

Direktur Jenderal Pajak

(46) Tembusan:

1. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

2. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai

3. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Umum

(47) Tembusan:

1. Ir. Heri Putranto

(11)

11

Pemakaian kata dalam surat resmi hendaknya dan . Benar berkaitan

dengan pembentukan kata, sedangkan cermat berhubungan dengan pemilihan kata. Perhatikan

pemakaian kata pada contoh berikut.

(48) @ dengan ini kami menugaskan Budianto, S.H. untuk @.

Pemakaian kata menugaskan pada contoh (48) tidak betul karena pembentukan

katanya tidak benar. Untuk maksud seperti di atas bentukan kata yang betul adalah

Dengan demikian pembetulannya adalah sebagai berikut.

(49) @ dengan ini kami menugasi Budianto, S.H. untuk @.

Dalam surat dinas masih terdapat pemakaian kata yang tidak cermat. Berikut ini

diberikan contoh!contoh

(50) Bersama ini kami mengharap kehadiran Bapak pada rapat yang diselenggarakan @

(51) Sehubungan dengan itu, bersama ini kami mengharap Saudara segera mengirimkan

utusan.

Ungkapan dipakai jika surat yang dikirimkan itu berlampiran.

Apabila surat tersebut tidak berlampiran maka pemakaian kata tersebut tidak benar.

Jadi, yang benar adalah

(52) Dengan ini kami mengharap @.

(53) Sehubungan dengan itu, kami mengharap @

Sejalan dengan pernyataan di atas tidak berarti ungkapan tidak bisa

dipakai dalam menulis surat. Ungkapan tersebut dipakai bila surat tersebut memiliki lampiran.

Ungkapan pada kalimat berikut dipakai secara cermat.

(54) Sebagai bahan pertimbangan Bapak bersama ini saya lampirkan surat!surat

kelengkapan lamaran saya.

Dalam surat resmi harus digunakan kalimat efektif. Kalimat efektif ialah kalimat yang

memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan!gagasan pada pikiran pendengar

atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Atau dengan kata

(12)

12 dan dapat dipahami secara tepat pula oleh penerima (pembaca). Ciri kalimat efektif dapat

dikenali dari pemakaian bahasa yang (1) lugas, (2) ringkas, (3) jelas, dan (4) sopan.

Lugas berarti wajar, sederhana, atau bersahaja. Kalimat yang lugas adalah kalimat yang

wajar, alami, dan tidak berlebihan. Kalimat yang lugas juga tidak berbunga!bunga seperti

bahasa sastra. Untuk itu, kalimat dalam surat resmi hanya mengungkapkan hal!hal yang perlu.

Perhatikan contoh kalimat tidak lugas berikut.

(55) Sudi apalah kiranya Bapak mengabulkan lamaran saya ini.

(56) Dengan kerendahan hati kami mohon bantuan Bapak untuk membantu mengawasi

tes CPNS.

Kalimat (55) dan (56) tidak memiliki ciri kelugasan. Kalimat tersebut sangat berlebihan

dan berbunga!bunga. Sifat kelangsungan kalimat tersebut juga kurang. Kalimat tersebut

menjadi lugas kalau diubah sebagai berikut.

(57) Saya berharap Bapak mengabulkan lamaran saya.

(58) Kami mengharapkan bantuan Bapak menjadi pengawas CPNS.

Ringkas berarti singkat tetapi padat. Kalimat ringkas adalah kalimat yang ditulis secara

singkat tetapi padat. Kalimat ringkas tidak ditulis secara bertele!tele, berpanjang!panjang, dan

berbelit!belit. Kepadatan isi perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kalimat yang bertele!

tele. Perhatikan penyusunan kalimat berikut!

(59) Setelah Saudara bubuhkan tanda tangan di tempat yang telah disediakan, kami

mohon dengan hormat lagi sangat dalam waktu yang tidak terlalu lama tanda terima

ini Saudara kirimkan kembali.

Kalimat (59) terasa bertele!tele. Demikian panjang dan bertele!tele kalimat tersebut

sehingga pembaca kesulitan menangkap gagasan yang dikemukakan. Kalimat (60) atau (61)

berikut meskipun lebih pendek tetapi mengandung makna yang tidak jauh berbeda dengan

kalimat (59).

(60) Setelah Saudara tanda tangani, kami harap tanda terima ini segera Saudara kirimkan

kembali.

(13)

13 Kalimat yang jelas adalah kalimat yang artinya tidak meragukan dan tidak

menimbulkan salah paham. Kalimat yang jelas memiliki unsur!unsur yang lengkap, yaitu hal

yang diterangkan dan hal yang menerangkan. Perhatikan contoh kalimat tidak jelas berikut!

(62) Berdasarkan Juklak (petunjuk pelaksanaan) Penyaringan CPNS menyebutkan bahwa

para ketua penguji harus segera melaporkan hasil penyaringan CPNS ke Pemda

Tingkat I.

(63) Hal itu untuk memperlancar penyelesaian administrasi di Pemda.

Kalimat (62) tidak jelas maksudnya. Hal ini disebabkan tidak ada atau tidak jelasnya unsur

yang dijelaskan. Kalimat tersebut memerlukan unsur yang dijelaskan. Untuk itu, perlu

dihadirkan unsur yang dijelaskan (dicetak miring) secara eksplisit. Kalimat tersebut dapat

dibetulkan menjadi beberapa kemungkinan berikut.

(64) Berdasarkan Juklak harus segera melaporkan hasil penyaringan ke

Pemda Tingkat I.

(65) ! ( ) menyebutkan bahwa ketua penguji harus segera

melaporkan hasil penyaringan ke Pemda Tingkat I.

Kalimat (63) tidak jelas maksudnya karena tidak adanya unsur yang menjelaskan

agar kalimat itu benar, maka diperlukan unsur yang menjelaskan. Untuk itu, unsur yang

menjelaskan (dicetak miring) perlu dihadirkan secara eksplisit. Perhatikan alternatif pembetulan

berikut.

(66) Hal itu (

(67) Hal itu (

Kejelasan suatu kalimat dapat rusak karena pemakaian logika yang salah. Pemakaian

logika yang salah menyebabkan hubungan antargagasan dalam kalimat menjadi kabur.

Perhatikan pemakaian logika yang salah pada kalimat berikut.

(68) Sehubungan dengan permohonan Saudara, maka kami mengharapkan kehadiran

Saudara di kantor kami.

Pemakaian kata sebagai penanda hubung antargagasan dalam kalimat di atas

tidak tepat. Kalimat di atas tidak memerlukan penanda hubung antargagasan secara eksplisit.

(14)

14 Sopan berarti hormat dengan takzim, tidak menyakitkan perasaan orang lain. Dalam

surat dinas rasa hormat itu dinyatakan dengan ungkapan penghormatan yang terhormat (Yth.),

salam pembuka , dan * ( + , dan

,

Selain itu, untuk menunjukkan rasa hormat dapat digunakan kata ganti, kata sapaan,

kata!kata baku, atau kata!kata yang bernilai rasa halus. Bandingkan kalimat sopan dan tidak

sopan berikut!

1 2 1- 3 ! 1 2 !

(69) @ kami pecat @. kami

(70) Surat permohonan Surat permohonan Saudara sudah kami

sudah kami terima terima.

(71) Sehubungan dengan itu, Sehubungan dengan itu, kami ingin

kami ingin beritahukan hal!hal berikut. memberitahukan hal!hal berikut.

(72) Atas perhatian Ibu terhadap lamaran ini, Atas perhatian Ibu terhadap

ucapkan terima kasih. lamaran ini, saya ucapkan terima kasih

(73) Dengan sangat menyesal permintaan Dengan sangat menyesal permintaan

Saudara kami tolak. Saudara kami

4

Arifin, Zainal & S. Amran Tasai. 2004. ) " $ . Jakarta: Akademika

Pressindo.

Basuki, Imam Agus. “Kesalahan Umum Penulisan Surat Dinas” Dalam Jurnal "

$ Tahun II Nomor 2. Malang: JPBSI FPBS IKIP MALANG.

Soedjito. 1986. -& &. Malang: tanpa penerbit.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.01/2010 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Kementerian Keuangan

Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia. 2011. " $ . Jakarta.

!. 15/

6. ! .615

Referensi

Dokumen terkait

Pemasaran safe deposit box iB Ar-Rahman pada Bank Kalsel Syariah Kantor Cabang Banjarmasin harus dilakukan dengan sebaik mungkin, agar dapat bersaing dengan bank-bank

Pada dasarnya Team lembaga pengawasan internal sama seperti petugas- petugas yang lain yaitu tunduk pada ketentuan atau peraturan yang berlaku. Perbedaannya adalah

Secara fisik sebagian besar naskah yang ditemukan di Masjid Layur Semarang telah hancur, namun demikian dari naskah yang tersisa dapat dilakukan pengamatan

Kalindaqdaq yang dapat meningkatkan konsep diri siswa yang valid, praktis, dan menarik dikembangkan menjadi tiga bagian penayangan. Bagian pertama menampilkan

Surat pelepasan Hak Atas Tanah Prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan permukiman dari Pelaku pembangunan kepada Badan Pertanahan Nasional Kota

Untuk menangani masalah penjualan agar sesuai target perusahaan, maka diperlukan adanya sebuah peramalan penjualan.. Dimana peramalan merupakan suatu teknik untuk

Perbandingan Metode Ceramah dan Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Materi Rokok Dalam Pendidikan Kesehatan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Adapun frekuensi dan persentase minat siswa kelas XII SMA Negeri 1 Pontianak dapat hasil untuk kategori berminat sekali yaitu 4 orang siswa dengan persentase 1,45% ini