• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAPERADILAN DAN BANTUAN HUKUM KASUS BG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRAPERADILAN DAN BANTUAN HUKUM KASUS BG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PRAPERADILAN DAN

BANTUAN HUKUM

PRAPERADILAN DAN

BANTUAN HUKUM

KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS

SAH TIDAKNYA PENETAPAN TERSANGKA (Studi

Kasus Putusan Hakim Sarpin Terhadap Kasus Budi

Gunawan)

KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS

SAH TIDAKNYA PENETAPAN TERSANGKA (Studi

Kasus Putusan Hakim Sarpin Terhadap Kasus Budi

(2)

PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

PENGERTIAN

PRAPERADILAN

TUJUAN

OBJEK

PRAPERADILAN

PERKEMBANGAN

OBJEK

(3)

PENGERTIAN

PENGERTIAN

Praperadilan merupakan salah satu lembaga baru yang diperkenalkan KUHAP di

tengah-tengah kehidupan penegakan hukum. Praperadilan dalam KUHAP, ditempatkan dalam BAB X, Bagian Kesatu, Sebagai salah satu bagian ruang lingkup kewenangan mengadili bagi pengadilan negeri. Eksistensi dan kehadiran praperadilan bukan merupakan lembaga peradilan tersendiri. Tetapi hanya merupakan pemberian wewenang dan fungsi baru yang dilimpahkan KUHAP kepada setiap pengadilan negeri, sebagai wewenang dan fungsi tambahan pengadilan negeri yang telah ada selama ini.

Praperadilan merupakan suatu lembaga yang diselenggarakan untuk menguji suatu

tindakan paksa yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang selaku penegak hukum

Praperadilan adalah satu mekanisme hukum pidana yang bisa ditempuh seseorang untuk

‘melawan’ perlakuan atau keputusan pihak lain. Perlakuan dan keputusan itulah yang menjadi objek praperadilan.

Praperadilan merupakan salah satu lembaga baru yang diperkenalkan KUHAP di tengah-tengah kehidupan penegakan hukum. Praperadilan dalam KUHAP, ditempatkan dalam BAB X, Bagian Kesatu, Sebagai salah satu bagian ruang lingkup kewenangan mengadili bagi pengadilan negeri. Eksistensi dan kehadiran praperadilan bukan merupakan lembaga peradilan tersendiri. Tetapi hanya merupakan pemberian wewenang dan fungsi baru yang dilimpahkan KUHAP kepada setiap pengadilan negeri, sebagai wewenang dan fungsi tambahan pengadilan negeri yang telah ada selama ini.

Praperadilan merupakan suatu lembaga yang diselenggarakan untuk menguji suatu tindakan paksa yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang selaku penegak hukum

(4)

OBJEK

OBJEK

objek praperadilan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 77 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( KUHAP )  adalah:

Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang:

1. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan;

2. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

objek praperadilan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 77 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( KUHAP )  adalah:

Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang:

1. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan;

(5)

TUJUAN PRAPERADILAN

TUJUAN PRAPERADILAN

Tujuan utama dari praperadilan adalah sebagai perlindungan

bagi setiap tersangka untuk mengetahui sah atau tidaknya

penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, penghentian

penuntutan, ganti kerugian dan rehabilitasi.

Menurut R.Soeparmono tujuan diadakannya lembaga

praperadilan adalah demi tegaknya hukum, kepastian hukum,

dan perlindungan hak asasi tersangka.

Tujuan utama dari praperadilan adalah sebagai perlindungan

bagi setiap tersangka untuk mengetahui sah atau tidaknya

penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, penghentian

penuntutan, ganti kerugian dan rehabilitasi.

Menurut R.Soeparmono tujuan diadakannya lembaga

(6)

PERKEMBANGAN OBJEK DALAM

PRAPERADILAN

PERKEMBANGAN OBJEK DALAM

PRAPERADILAN

Objek praperadilan terera dalam ketentuan pasal 77 KUHAP, namun dalam praktiknya hakim juga menerima dan mengabulkan gugatan praperadilan yang diajukan diluar dari pada kewenangan praperadilan yang telah diberikan undang-undang. Seperti penetapan sah tidaknya status tersangka yang dijadikan sebagai objek dalam praperadilan menjadi masalah baru untuk masyarakat Indonesia, mengingat bahwa objek praperadilan dalam Pasal 1 angka 10 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana hanya mengenai :

1. Sah tidaknya penangkapan 2. Sah tidaknya penahanan

3. Sah tidaknya penghentian penyidikan 4. Sah tidaknya penghentian penuntutan 5. ganti kerugian

6. rehabilitas

Objek praperadilan terera dalam ketentuan pasal 77 KUHAP, namun dalam praktiknya hakim juga menerima dan mengabulkan gugatan praperadilan yang diajukan diluar dari pada kewenangan praperadilan yang telah diberikan undang-undang. Seperti penetapan sah tidaknya status tersangka yang dijadikan sebagai objek dalam praperadilan menjadi masalah baru untuk masyarakat Indonesia, mengingat bahwa objek praperadilan dalam Pasal 1 angka 10 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana hanya mengenai :

1. Sah tidaknya penangkapan

2. Sah tidaknya penahanan

3. Sah tidaknya penghentian penyidikan

4. Sah tidaknya penghentian penuntutan

5. ganti kerugian

(7)

CONTOH KASUS

(8)

KASUS PENETAPAN TERSANGKA TERHADAP

BUDI GUNAWAN

KASUS PENETAPAN TERSANGKA TERHADAP

BUDI GUNAWAN

Sarpin Rizaldi, hakim yang memimpin sidang perkara praperadilan yang

diajukan oleh Komisaris Jenderal(Komjen) Budi Gunawan (BG), telah

menjatuhkan putusan di luar dari pada apa yang diatur dalam Pasal 1

angka 10 dan Pasal 77 KUHAP. Dalam putusannya, Hakim Sarpin Rizaldi

telah mengabulkan gugatan praperadilan penetapan tersangka Komjen

BG. Adanya dugaan korupsi pada Komjen BG, yang mengajukan

praperadilan atas status tersangka atas dugaan korupsi yang di

dikeluarkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Maqdir Ismail sebagai kuasa hukum Budi Gunawan memberikan

pernyataan bahwa penetapan tersangka diatas dianggap tidak sesuai

dengan prosedur sehingga penetapan tersangka dianggap cacat secara

yuridis.

Sarpin Rizaldi, hakim yang memimpin sidang perkara praperadilan yang

diajukan oleh Komisaris Jenderal(Komjen) Budi Gunawan (BG), telah

menjatuhkan putusan di luar dari pada apa yang diatur dalam Pasal 1

angka 10 dan Pasal 77 KUHAP. Dalam putusannya, Hakim Sarpin Rizaldi

telah mengabulkan gugatan praperadilan penetapan tersangka Komjen

BG. Adanya dugaan korupsi pada Komjen BG, yang mengajukan

praperadilan atas status tersangka atas dugaan korupsi yang di

dikeluarkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

(9)

Dasar kewenangan pengadilan memeriksa dan memutus gugatan praperadilan tentang tidak sahnya

penetapan tersangka

Gugatan Praperadilan yang Diajukan Oleh Budi Gunawan

Kekuatan Hukum Dari Putusan Praperadilan Tentang Tidak Sahnya

Penetapan Tersangka

ANALISIS TERHADAP KASUS

(10)

Dasar kewenangan pengadilan memeriksa dan

memutus gugatan praperadilan tentang tidak

sahnya penetapan tersangka

Dasar kewenangan pengadilan memeriksa dan

memutus gugatan praperadilan tentang tidak

sahnya penetapan tersangka

Kewenangan Praperadilan dalam KUHAP

Putusan MK sebagai dasar kewenangan praperadilan memeriksa dan memutus gugatan keabsahan penetapan

tersangka

(11)

A. Kewenangan Praperadilan dalam KUHAP

A. Kewenangan Praperadilan dalam KUHAP

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), telah mengatur kewenangan praperadilan yang terbatas dan tidak seluas seperti Pre Trial Hearing di Amerika maupun Rechter Commisaris di Belanda. Dalam Pasal 1 angka 10 KUHAP, menyatakan bahwa :

“Praperadilan adalah wewenang pengadilan untuk memeriksa dan memutus tentang :

1. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan, atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;

2. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan yang berkepentingan demi tegaknya hukum dan keadilan; dan

3. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.”

Ketentuan mengenai kewenangan praperadilan secara limitatif diatur dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 82 KUHAP yaitu memeriksa sah atau tidaknya upaya paksa berupa penangkapan dan penahanan, memeriksa sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian

penuntutan, dan memeriksa tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi..

KAITKAN PULA DENGAN

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), telah mengatur kewenangan praperadilan yang terbatas dan tidak seluas seperti Pre Trial Hearing di Amerika maupun Rechter Commisaris di Belanda. Dalam Pasal 1 angka 10 KUHAP, menyatakan bahwa :

“Praperadilan adalah wewenang pengadilan untuk memeriksa dan memutus tentang :

1. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan, atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;

2. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan yang berkepentingan demi tegaknya hukum dan keadilan; dan

3. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.”

Ketentuan mengenai kewenangan praperadilan secara limitatif diatur dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 82 KUHAP yaitu memeriksa sah atau tidaknya upaya paksa berupa penangkapan dan penahanan, memeriksa sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian

penuntutan, dan memeriksa tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi..

KAITKAN PULA DENGAN

(12)

B. Penemuan Hukum tentang praperadilan

B. Penemuan Hukum tentang praperadilan

Hakim praperadilan secara tegas menyatakan dalam pertimbangan hukumnya

bahwa sah atau tidaknya penetapan tersangka tidak termasuk objek

praperadilan, dengan alasan hal tersebut tidak diatur baik dalam KUHAP,

khususnya Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 77 jo. Pasal 82 ayat (1) jo. Pasal 95 ayat (1)

dan ayat (2), maupun dalam peraturan perundang-undangan pidana khusus

yang berlaku sebagai hukum positif di Indonesia.

Namun tidak ada ketentuan yang mengatur mengenai apakah pengujian sah

tidaknya penetapan tersangka merupakan bagian dari kewenangan

praperadilan, namun hal tersebut tidak membuat hakim secara langsung

menolak permohonan praperadilan yang diajukan.

Hakim praperadilan secara tegas menyatakan dalam pertimbangan hukumnya

bahwa sah atau tidaknya penetapan tersangka tidak termasuk objek

praperadilan, dengan alasan hal tersebut tidak diatur baik dalam KUHAP,

khususnya Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 77 jo. Pasal 82 ayat (1) jo. Pasal 95 ayat (1)

dan ayat (2), maupun dalam peraturan perundang-undangan pidana khusus

yang berlaku sebagai hukum positif di Indonesia.

Namun tidak ada ketentuan yang mengatur mengenai apakah pengujian sah

tidaknya penetapan tersangka merupakan bagian dari kewenangan

(13)

Dalam Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang redaksi lengkapnya berbunyi :

Pasal 10 ayat (1)

“Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk diperiksa dan mengadilinya.”

Pasal 5 ayat (1)

“Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.”

Dalam Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang redaksi lengkapnya berbunyi :

Pasal 10 ayat (1)

“Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk diperiksa dan mengadilinya.”

Pasal 5 ayat (1)

(14)

C. Putusan MK sebagai dasar kewenangan praperadilan

memeriksa dan memutus gugatan keabsahan penetapan

tersangka

C. Putusan MK sebagai dasar kewenangan praperadilan

memeriksa dan memutus gugatan keabsahan penetapan

tersangka

Mahkamah Kostitusi dalam putusan MK Nomor 21/PUU/XII/2014 mempertimbangkan Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara hukum, sehingga “asas due process of law” harus dijunjung tinggi oleh seluruh pihak lembaga penegak hukum.

Oleh karena penetapan tersangka adalah bagian dari proses penyidikan yang merupakan perampasan terhadap hak asasi manusia, maka sudah seharusnya penetapan tersangka oleh penyidik merupakan objek yang dapat dimintakan perlindungan melalui ikhtiar hukum pranata praperadilan.

Adanya Putusan Mahkamah Konstitusi telah memberikan kepastian hukum terhadap kewenangan praperadilan memeriksa dan memutus gugatan sah atau tidaknya penetapan tersangka.

Pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia, Ganjar Bondan Laksamana mengatakan, putusan MK tentang objek praperadilan akan melahirkan tiga dampak ikutan, antara lain;

1. setiap orang yang ditetapkan jadi tersangka berpotensi mengajukan praperadilan, 2. penyidik harus makin hati-hati menetapkan tersangka, dan

3. penegak hukum akan dapat kesibukan baru "meladeni" praperadilan

Mahkamah Kostitusi dalam putusan MK Nomor 21/PUU/XII/2014 mempertimbangkan Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara hukum, sehingga “asas due process of law” harus dijunjung tinggi oleh seluruh pihak lembaga penegak hukum.

Oleh karena penetapan tersangka adalah bagian dari proses penyidikan yang merupakan perampasan terhadap hak asasi manusia, maka sudah seharusnya penetapan tersangka oleh penyidik merupakan objek yang dapat dimintakan perlindungan melalui ikhtiar hukum pranata praperadilan.

Adanya Putusan Mahkamah Konstitusi telah memberikan kepastian hukum terhadap kewenangan praperadilan memeriksa dan memutus gugatan sah atau tidaknya penetapan tersangka.

Pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia, Ganjar Bondan Laksamana mengatakan, putusan MK tentang objek praperadilan akan melahirkan tiga dampak ikutan, antara lain;

1. setiap orang yang ditetapkan jadi tersangka berpotensi mengajukan praperadilan, 2. penyidik harus makin hati-hati menetapkan tersangka, dan

(15)

2. Kekuatan Hukum Dari Putusan Praperadilan

Tentang Tidak Sahnya Penetapan Tersangka

2. Kekuatan Hukum Dari Putusan Praperadilan

Tentang Tidak Sahnya Penetapan Tersangka

Pasal 82 ayat (1) huruf d KUHAP yang menentukan bahwa

apabila suatu perkara sudah dimulai diperiksa oleh pengadilan

negeri, sedangkan permintaan mengenai praperadilan belum

selesai, maka praperadilan tersebut gugur.

Pasal 83 ayat (1) KUHAP menentukan terhadap putusan

praperadilan tidak dapat dimintakan banding

Pasal 82 ayat (1) huruf d KUHAP yang menentukan bahwa

apabila suatu perkara sudah dimulai diperiksa oleh pengadilan

negeri, sedangkan permintaan mengenai praperadilan belum

selesai, maka praperadilan tersebut gugur.

(16)

putusan tersebut telah sesuai atau tidak dengan kewenangan

Praperadilan yang diatur dalam Pasal 77 KUHAP, setelah dibacakan,

putusan praperadilan telah memiliki kekuatan hukum tetap.

hal tersebut tidak serta merta mengakhiri perkara pidana yang

dihadapi tersangka. Objek pemeriksaan praperadilan hanya bersifat

procedural, dan belum menyentuh pokok perkara. Putusan yang

dihasilkan bersifat fnal dan mengikat dan wajib dilaksanakan.

putusan tersebut telah sesuai atau tidak dengan kewenangan

Praperadilan yang diatur dalam Pasal 77 KUHAP, setelah dibacakan,

putusan praperadilan telah memiliki kekuatan hukum tetap.

hal tersebut tidak serta merta mengakhiri perkara pidana yang

dihadapi tersangka. Objek pemeriksaan praperadilan hanya bersifat

procedural, dan belum menyentuh pokok perkara. Putusan yang

(17)

3. Gugatan Praperadilan yang Diajukan Oleh Budi

Gunawan

3. Gugatan Praperadilan yang Diajukan Oleh Budi

Gunawan

Dalam putusan praperadilan

nomor 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel

yang

memutuskan penetapan tersangka yang dilakukan oleh KPK terhadap

tersangka Budi Gunawan tidak sah, dan Surat Perintah Penyidikan

Nomor:

Sprin.Dik-03/01/01/2015

yang menetapkan pemohon sebagai tersangka

tidak memiliki kekuatan hukum mengikat.

Dalam putusan praperadilan

nomor 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel

yang

memutuskan penetapan tersangka yang dilakukan oleh KPK terhadap

tersangka Budi Gunawan tidak sah, dan Surat Perintah Penyidikan

Nomor:

Sprin.Dik-03/01/01/2015

yang menetapkan pemohon sebagai tersangka

(18)

Gugatan Praperadilan yang diajukan oleh Budi Gunawan dan

juga diterima oleh Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah

menyalahi logika hukum karena hal tersebut tidak sesuai dengan

penerapan dari Pasal 77 Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (

KUHAP

).

Gugatan Praperadilan yang diajukan oleh Budi Gunawan dan

juga diterima oleh Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah

menyalahi logika hukum karena hal tersebut tidak sesuai dengan

penerapan dari Pasal 77 Kitab Undang-Undang Hukum Acara

(19)

Dan keputusan hakim Sarpin yang menyatakan objek penetapan

tersangka masuk dalam penyidikan adalah keputusan yang sangat

tepat karena secara hukum dalam proses penyidikan pasti ada

penetapan tersangka dan tindakan penetapan tersangka dan

penyidikan bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan dan jika

dipisahkan maka mata uang tersebut tidak akan bernilai.

Dan keputusan hakim Sarpin yang menyatakan objek penetapan

tersangka masuk dalam penyidikan adalah keputusan yang sangat

tepat karena secara hukum dalam proses penyidikan pasti ada

penetapan tersangka dan tindakan penetapan tersangka dan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Pengenalan tulisan tangan, Neural Network banyak diterapkan dan terbukti dapat memberikan akurasi pengenalan yang tinggi [4][5][6][7], dan algoritma yang banyak

Sedangkan sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu set peristiwa yang terdiri dari komponen-komponen yang mana komponen tersebut saling berinteraksi dan

Meskipun tidak ada perbedaan pada performa pertumbuhan antara kolam dengan rasio Na/K ideal (kolam B) dengan rasio Na/K tinggi (kolam C), namun secara fisiologis

+DVLO DQDOLVLV SHWURJUD¿ EDWXDQ VHGLPHQ GDQ RUJDQLN Scanning Electron Microscope (SEM) dan geokimia (TOC, rock-eval pyrolysis, GDQ JDV NURPDWRJUD¿ SDGD EHEHUDSD

- pasien dapat berbicara normal tapi tampak bingung,pasien tidak tahu secara pasti apa yang telah terjadi pada dirinya,dan memberikan jawaban yang salah saat

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan krioprotektan kedalam pengencer sperma terhadap kualitas sperma setelah thawing dan untuk mengetahui tahapan mana

Dari 2 substrat epididymis (carnitine dan proline) yang diuji dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kedua substrat tersebut dapat meningkatkan persentase motile dan spermatozoa

Penelitian terhadap komponen ini pula menunjukkan bahawa jangkaan untuk berjaya dalam kursus di UiTM berada pada tahap yang tinggi manakala jangkaan untuk menguasai