• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH FAKTOR MANUSIA DAN PENCEGAHAN KE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH FAKTOR MANUSIA DAN PENCEGAHAN KE"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FAKTOR MANUSIA DAN PENCEGAHAN KESALAHAN

DITEMPAT KERJA

TEORI REASONED ACTION

OLEH :

DEWI YOSDARTI

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

YAYASAN HANGTUAH

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini saya buat guna memenuhi tugas dari dosen. Makalah ini membahas tentang “TEORI REASONED ACTION”, semoga dengan makalah ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita. Saya mengetahui makalah yang saya susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari itu saya masih mengharapkan kritik dan saran, karena kritik dan saran itu dapat membangun saya dari yang salah menjadi benar. Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

(3)

DAFTAR ISI

TEORI REASONED ACTION...i

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

PENDAHULUAN...1

1.1 LATAR BELAKANG...1

1.2 RUMUSAN MASALAH...1

1.3 TUJUAN PENULISAN...1

TINJAUAN PUSTAKA...2

2.1 Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang Direncanakan ( Theory of Planned Behaviour )...2

2.1.2 SIKAP...4

2.1.2 NORMA SUBJEKTIF...6

2.1.3 KONTROL PERILAKU YANG DIRASAKAN...7

2.1.4 NIAT...8

2.1.5 PERILAKU...9

2.2 Aplikasi Theory Planned Behaviour...11

PENUTUP...14

4.1 Kesimpulan...14

4.2 Saran...14

(4)

BAB I

manusia. Dalam teori-teori tersebut para ahli memaparkan pendapatnya tentang bagaimana suatu perilaku terbentuk dan faktor apa saja yang mempengaruhi.

Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skiner ini dikenal sebagai teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon). Namun dalam kenyataan, stimulus yang diterima oleh organisme tidak selamanya mampu menghasilkan perilaku, ada beberapa faktor lain yang berperan dalam munculnya perilaku, salah satunya adalah adanya niat untuk berperilaku tertentu dari suatu individu. Niat itu sendiri juga tidak akan muncul tanpa adanya determinan yang mempengaruhi. Teori ini dijelaskan oleh Atzen dalam teorinya yang dikenal dengan Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang Direncanakan ( Theory of Planned Behaviour ). Teori ini menghubungkan keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak (intention)dan perilaku. Dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai teori tersebut untuk mengetahui bagaimana perilaku muncul karena adanya niat dari orang tersebut

1.2 RUMUSAN MASALAH

 Apa itu Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour ) ?

 Bagaimana aplikasi teori tersebut dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

 Mengetahui Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour ) ?

 Mengetahui bagaimana aplikasi teori tersebut dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan ?

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang Direncanakan ( Theory of Planned Behaviour )

Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 . Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms).

Theory of Reasoned Action (TRA) atau Behavioral Intention Theory dari Ajzen dan Fishbelin masih relatif baru, dan kurang banyak digunakan dan kurang banyak dikenal . Model ini menggunakan pendekatan kognitif, dan didasari ide bahwa “…humans are reasonable animals who, in deciding what action to make, system atically process and utilize the information available to them…” .Theory of Reasoned Action (TRA) merupakan teori perilaku manusia secara umum : aslinya teori ini dipergunakan di dalam berbagai macam perilaku manusia, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan social-psikologis, kemudian makin bertambah digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan.

Teori ini menghubungkan keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak/intensi (intention), dan perilaku(behavior). Untuk mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik untuk meramalkannya adalah mengetahui intensi orang tersebut.

Theory of Reasoned Action (TRA)

(6)

outcome). Komponen kedua mencerminkan dampak dari norma-norma subyektif. Norma sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggapnya penting (referent person) dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.

Contoh : orang tua mempunyai harapan tentang keikut sertaan dalam program ini imunisasi bagi anak-anaknya. Mereka mungkin percaya bahwa imunisasi melindungi serangan-serangan penyakit (keuntungan), tetapi juga menyebabkan rasa sakit atau tidak enak badan dan juga mahal (kerugian). Orang tua akan mempertimbangkan mana yang lebih penting antara perlindungan kesehatan atau tangisan, mungkin anak panas dan mengeluarkan uang.

Pertanyaan yang sering muncul ialah atas dasar apa seseorang mempunyai keyakinan dan norma sosial? Pertanyaan ini mencakup peran variabel eksternal, seperti variabel demografis, jenis kelamin, usia, yang tidak muncul secara langsung dalam ‘theory of reasoned action’. Menurut Fishbein & Middlestadt variabel ini bukannya kurang penting, tetapi efeknya pada intensi (kehendak) dianggap diperantai oleh sikap, norma subyektif, dan berat relatif dari komponen-komponen ini.

Keuntungan teori ini adalah member pegangan untuk menganalisa komponen perilaku dalam item yang operasional. Bagaimana sejumlah pencegahan harus dipertimbangkan supaya model ini dipergunakan dengan tepat. Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan dibawah kendali seseorang. Artinya bahwa perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasikan secara jelas. Tuntutan ini memerlukan pertimbangan mengenai tidakan (action), sasaran (target), konteks (context), waktu (time).

Lebih lanjut, sebuah konsep penting dalam teori ini ialah fokus perhatian (salience). Istilah ini mengacu intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi yang dipertimbangkan. Hal ini berbeda dari dari perilaku populasi yang satu ke populasi yang lain. Ini mengacu pada norma nilai dan norma-norma dalam kelompok sosial yang diselidiki, sebagai indikator penting untuk memprediksikan perilaku yang akan diukur.

Dengan menggunakan model Fishbein, dapat dikatakan yang penting bukankah budaya itu sendiri, tetapi cara budaya mempengaruhi sikap, intensi dan perilaku.

(7)

yang berada di bawah kontrol penuh individu karena ada faktor yang dapat menghambat atau memfalisistasi relisasi niat ke dalam tingkah laku. Berdasarkan analisis ini, lalu Ajzen menambahkan suatu faktor yang berkaitan dengan control individu, yaitu perceived behavior control ( PBC ). Penambahan satu faktor ini kemudian mengubah Theory of Reason Action ( TRA ) menjadi Theory of Planned Behaviour ( TPB ).

Berdasarkan Teori Perilaku yang Direncanakan ( Theory of Planned Behaviour ), niat merupakan fungsi 3 determinan, yang satu bersifat personal, kedua merefleksikan pengaruh sosial dan ketiga berhubungan dengan isu kontrol. Berikut akan dibahas lebih rinci mengenai variabel – variabel utama dari Theory of Planned Behaviour, yaitu sikap, norma subjektif, control perilaku yang dirasakan, niat dan perilaku.

2.1.2 SIKAP

Menurut Alport sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon terhadap suatu objek dalam bentuk rasa suka atau tidak suka. Sikap merupakan kecenderungan untuk mengevaluassi dengan beberapa derajat suka ( favor ) atau tidak suka ( unfavor ), yang ditunjukan dalam respon kognitif, afektif, dan tingkalh laku terhadap suatu objek, situasi, institusi, konsep atau orang / sekelompok orang.

Komponen sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

1. Kognitif

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Mam menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimliki individu mengenai sesuatu. Contohnya adalah sikap profesi medis. Percaya bahwa profesi medis seperti dokter dan perawat berhubungan dengan kepercayaan yang tidak profesional, tidak berkualifikasi baik, hanya berorientasi pada uang adalah beberapa contoh kepercayaan negatif yang dipikirkan seseorang yang kemudian akan mengarahkan orang tersebut pada akhirnya memiliki sikap yang negatif terhadap profesi medis, demikian juga sebaliknya jika ia memiliki kepercayaan yang positif.

2. Afektif

(8)

sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh – pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Apabila diaplikasikan pada contoh sikap terhadap profesi medis diatas, seseorang yang memiliki perasaan jijik terhadap profesi medis dan apa yang dikerjakannya akan melahirkan sikap yang negatif pada orang tersebut, demikian sebaliknya jika ia memiliki perasaan positif, maka ia juga akan memiliki sikap positif pada profesi medis.

3. Konatif ( Tingkah Laku )

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Jika diaplikasikan pada contoh sikap diatas, seseorang yang memiliki sikap positif pada profesi medis jika orang tersebut menyatakan kesediannya untuk memberikan sumbangan pada pembangunan rumah sakit baru, bersedia mengunjungi dokter, dan lainnya.

Individu akan merasa nyaman kalau ketiga komponen tersebut bersesuaian atau harmoni. Jika tidak ada kesesuaian berarti terjadi disonansi, yang menyebabkan konsumnen merasa tidak nyaman dan tidak enak.

Pengukuran Sikap

Berdasarkan Theory of Planned Behaviour, sikap terhadap perilaku ditemutukan oleh adanya belief tentang konsekuensi perilaku, yang disebut behavioural belief. Setiap behavioural belief ini menghubungkan perilaku dengan hasil atau konsekuensi tertentu dari perilaku.

Menurut Michener, Delamater dan Myers, sikap dipengaruhi oleh :

1. Belief seseorang tentang kemungkinan konsekuensi dari tingkah laku

2. Evaluasi seseorang ( positif atau negatif ) terhadap masing – masing konsekuensi hasil dari tingkah laku.

Ajzen berpendapat bahwa :“ Seseorang yang percaya bahwa menampilkan perilaku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang positif, akan mempunyai sikap favorable terhadap ditampilkannya perilaku, sedangkan orang yang percaya bahwa menampilkan tingkah laku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang negatif, maka ia akan mempunyai sikap unfavorable”. Hal tersebut juga dapat dirumuskan sebagai berikut :

(9)

Keterangan :

AB = Sikap terhadap perilaku B

bi = belief bahwa menampilkan perilaku B akan menghasilkan i

ei = evaluasi terhadap i

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan metode skala Likert. Skala Likert ini dirancang untuk mengukur sikap, walaupun kadang – kadang penerapannya juga dilakukan terhadap hal – hal lain selain sikap. Alat ukur ini terdiri dari 2 skala yaitu :

 Skala untuk mengukur salient beliefyang dimiliki subjek tentang konsekuensi melakukan perilaku tertentu.

 Skala untuk mengukur evaluasi subjek terhadap konsekuensi melakukan perilaku tertentu.

2.1.2 NORMA SUBJEKTIF

Menurut Ajzen, norma subjektif merupakan persepsi seseorang terhadap adanya tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan tingkah laku. Selain itu, Ajzen juga mendefinisikan norma subjektif sebagai belief seseorang individu atau kelompok tertentu menyetujui dirinya untuk menampilkan tingkah laku tertentu.

Peran Norma Subjektif

Untuk melakukan seseuatu yang penting, biasanya seseorang mempertimbangkan apa harapan orang lain ( orang – orang terdekat, masyarakat ) terhadap dirinya. Namun, harapan orang – orang lain tersebut tidak sama pengaruhnya. Ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang cenderung diabaikan.

Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut, akan lebih menyokong kemungkinan seseorang bertingkah laku sesuai dengan harapan.

Pengukuran Norma Subjektif

Menurut Ajzen norma subjektif dapat dirumuskan

(10)

Keterangan :

SN = Subjective Norm

ni = Belief normative ( belief seseorang bahwa seseorang atau kelompok yang menjadi referensi berpikir bahwa ia seharusnya menampilkan atau tidak menampilkan perilaku.

Mi = Motivasi seseorang untuk mengikuti seseorang atau kelompok yang menjadi referensi.

2.1.3 KONTROL PERILAKU YANG DIRASAKAN

Kontrol perilaku yang dirasakan merupakan persepsi seseorang tentang kemudahan atau kesulitan untuk menampilkan tingkah laku. Persepsi ini merupakan refleksi dari pengalaman masa lampau individu dan juga halangan atau rintangan untuk menampilkan tingkah laku.

Sebagaimana sikap dan norma subjektif, control perilaku yang dirasakan juga merupakan sebuah fungsibelief, yang biasa disebut control belief yang mengacu pada persepsi pada persepsi seseorang apakah ia mempunyai atau tidak mempunyai kapasitas untuk menunjukkan perilaku. Control belief merupakan belief tentang ada atau tidaknya faktor – faktor yang mempermudah atau menghambat dalam menampilkan tingkah laku tersebut tidak hanya didasarkan pada pengalaman masa lalu individu dengan perilaku, tetapi juga dipengaruhi oleh informasi tidak langsung dari pihak kedua mengenai perilaku, hasil observasi terhadap pengalaman bertingkah laku teman, serta faktor lain yang dapat meningkatkan atau mengurangi persepsi individu terhadap kesulitan untuk menampilkan tingkah laku.

Ajzen berpendapat bahwa “ semakin besar sumber atau kesempatan yang seseorang pikir untuk menampilkan tingkah laku serta semakin sedikit halangan dan rintangan yang dapat diantisipasi, maka semakin besar pula persepsi mereka terhadap control untuk menampilkan perilaku”.

1. Peran Kontrol Perilaku yang Dirasakan

(11)

bahwa orang lain akan sangat mendukung tindakannya tersebut, namun ia mungkin saja tidak dapat melakukannya karena ia terhambat oleh faktor seperti perasaan tidak mampu untuk melakukannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun individu memiliki sikap, dan norma subjektif yang mendukungnya untuk melaksanakan suatu tingkah laku, namun eksekusi tingkah laku itu sendiri masih bergantung pada faktor kontrol perilaku yang dirasakan yang ia miliki.

2. Pengukuran kontrol Perilaku yang Dirasakan

Menurut Ajzen, kontrol perilaku yang dirasakan ini dapat diukur secara langsung dengan memberikan pertanyaan pada individu apakah ia mampu menampilkan suatu tingkah laku yang diinginkannya atau apakah individu tersebut percaya bahwa ia dapat melakukannya dengan sepenuhnya di bawah kontrol mereka.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa control belief mengacu pada persepsi seseorang apakah ia mempunyai atau tidak mempunyai kapasitas untuk menunjukkan perilaku. Berdasarkan hal itu, control perilaku yang dirasakan dapat dirumuskan sebagai berikut :

PBC ∞∑ Ci Pi

Keterangan :

PBC = Kontrol perilaku yang dirasakan

Ci = control belief

Pi = kekuatan faktor I untuk mempermudah atau menghambat dalam menampilkan perilaku.

Kontrol perilaku yang dirasakan diukur dengan menggunakan 2 skala yaitu :

1. Skala yang mengukur control belief subjek yaitu mengenai ada tidaknya faktor yang menghambat atau mendorong untuk menampilkan perilaku.

2. Skala yang mengukur perceived power yaitu mengenai persepsi individu terhadap kekuatan faktor – faktor yang ada dalam mendorong atau menghambat ditampilkannya perilaku.

2.1.4 NIAT

(12)

Dapat disimpulkan bahwa niat merupakan predictor yang kuat dari perilaku yang menunjukkan seberapa keras seseorang mempunyai keinginana untuk mencoba, seberapa besar usaha mereka untuk merencanakan, sehingga menampilkan suatu tingkah laku.

Berdasarkan Theory of Planned Behaviour tersebut, niat berperilaku ini dilakukan oleh sikap, nornma subjektif, dan control perilaku yang dirasakan yang dimilki individu terhadap suatu perilaku. Dari sini niat berperilaku tersebut dapat dirumuskan :

B ~ I = (AB) W1 + (SN) W2 + (PBC) W3

Keterangan :

B = Behaviour

I = Intention

AB = Sikap ( Attitude ) terhadap perilaku

SN = Subjective Norm

PBC = Kontrol perilaku yang dirasakan

W1, W2, W3 = Weight / bobot / skor

Fishbein dan Ajzen mengatakan bahwa seberapa kuat niat seseorang menampilkan suatu perilaku ditunjukkan dengan penilaian subjektif seseorang ( subjective probability ), apakah ia akan melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut.

Beberapa ahli juga berpendapat bahwa cara yang paling sederhana untuk memprediksi apakah seseorang akan melakukan sesuatu adalah dengan menanyakan apakah mereka berniat atau mempunyai niat untuk melakukannya. Oleh karena itu, niat diukur denagn meminta seseorrang untuk menempatkan dirinya dalam sebuah dimensi yang bersifat subjektif yang meliputi hubungan antara individu dengan perilaku.

(13)

2.1.5 PERILAKU

Secara etimologis kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi seseorang ( individu ) terhadap rangsangan / lingkungan. Selain itu, perilaku juga merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam usaha memenuhi kebutuhan. Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism atau makhluk hidup yang bersangkutan.

Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skiner ini dikenal sebagai teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon).

Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati atau tidak, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Teori Perilaku yang Direncanakan atau Theory Planned Behaviour merupakan salah satu teori yang menjelaskan tentang perilaku manusia. Theory Planned Behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (TRA).Konstruk yang belum ada adalah kontrol perilaku yang dipersepsi. Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Dengan kata lain, dilakukannya atau tidak dilakukannya perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata tapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap control tersebut (control beliefs).

Sebagai aturan umum, semakin baik sikap dan norma subjektif dan semakin besar control yang dirasakan, semakin besar niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.

Model teoritik dari Teori Perilaku yang Direncanakan (Theory Planned Behaviour) mengandung berbagai variabel yaitu :

(14)

yang percaya bahwa menampilkan tingkah laku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang negatif, maka ia akan mempunyai sikap unfavorable.

2. Norma subjektif (subjective norm) adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (normative belief). Jika individu merasa bahwa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang dia lakukan, bukan ditentukan orang lain di sekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang ttentang perilaku yang akan dilakukannya. Fishbein dan Atjen menggunakan istilah motivation to comply untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mamatuhi pandangan orang lain yang brpengaruh terhadap hidupnya atau tidak. Atzen (1991) berpendapat bahwa harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut, akan lebih menyokong kemungkinan seseorang bertingkah laku sesuai dengan harapan tersebut. Namun jika harapan dari orang lain itu lemah, kurang memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut, maka orang yang bersangkutan akan mengabaikan harapan orang lain itu.

3. Persepsi kemampuan mengontrol (kontrol perilaku yang dirasakan/Perceived Behaviour Control), yaitu keyakinan (beliefs) apakah individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak punya kemampuan untuk melakukan perilaku itu. Semakin besar kesempatan atau sumber yang seseorang pikir untuk menampilkan tingkah laku serta semakin sedikit halangan dan rintangan yang dapat diantisipasi, maka makin besar pula persepsi mereka terhadap control untuk menampilkan perilaku.

4. Niat untuk melakukan perilaku (intention), yaitu kecenderungan seseorang untuk memilih untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu dan sejauh mana bila dia memilih untuk melakukan perilaku itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. Seseorang yang mempunyai niat berperilaku tinggi, maka seseorang yang bersangkutan akan melakukan perilaku tersebut. Namun jika seseorang yang bersangkutan memiliki niat yang rendah, maka perilaku tersebut tidak akan dilakukan atau terwujud.

(15)

2.2 Aplikasi Theory Planned Behaviour

1. PHBS di lingkungan Sekolah Dasar (SD) 2. Sikap

Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya sikap para siswa mengenai PHBS di lingkungan sekolah, salah satunya adalah pengarahan yang diberikan oleh guru atau penyuluhan oleh petugas kesehatan. Dari kegiatan semacam itu akan memberikan pengetahuan terhadap para siswa mengenai apa dan bagaimana PHBS itu (kognitif). Dengan pengetahuan pengetahuan tersebut akan memunculkan sikap dalam siri para siswa. Sikap yang muncul pada tiap-tiap siswa pasti berbeda. Sikap tersebut bisa berupa :

 Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran siswa terhadap PHBS.

 Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. Dalam hal ini berarti bagaimana para siswa menilai terhadap PHBS, apakah merupakan suatu hal yang baik dan bermanfaat, biasa saja atau malah sesuatu yang tidak berguna.

 Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Dalam hal ini siswa akan berpikir/berancang-ancang untuk menerapkan PHBS.

1. Norma Subjektif

(16)

siswa, maka siswa tersebut akan memiliki kebiasaan PHBS dimanapun dia berada. Dalam hal ini norma keluarga mempengaruhi kecenderungan berperilaku dari siswa tersebut.

2. Kontrol Perilaku yang Disadari

Kontrol perilaku di sini adalah mengenai penilaian diri atas kemungkinan dilaksanakannya suatu perilaku tetentu. Dalam hal ini seorang siswa mampu atau tidak dirinya menerapkan PHBS di sekolah serta mengenai ada tidaknya hambatan yang mungkin menghalangi siswa tersebut untuk menerapkan PHBS di sekolah. Dalam contoh kasus ini faktor control perilaku yang disadari menurut kami memberikan pengaruh yang kecil karena dalam penerapan PHBS, semua siswa pasti mampu melaksanakannya selama ada sikap yang positif, apalagi didukung dengan norma subjektif yang positif pula. Mengenai hambatannya, pihak sekolah sebalum membuat komitmen untuk menerapkan PHBS terhadap semua warga sekolah, tentunya semua persiapan telah dilakukan, seperti sarana dan prasarana, misal tempat sampah yang memadai, tempat cuci tangan yang layak dan memadai, dan lain-lain.

3. Niat

Niat untuk melakukan sesuatu akan muncul setelah munculnya sikap yang positif, adanya dukungan normatif yang positif dan adanya kemampuan diri untuk melakukannya. Setelah seorang siswa merasa bahwa PHBS di sekolah memang baik dan penting untuk diterapkan karena nanti juga akan berdampak baik bagi dirinya dan lingkungannya, dia juga termotivasi dari orang-orang sekitarnya, serta merasa mampu untuk melaksanakannya, maka akan muncul niat dalam diri siswa tersebut untuk menerapkan PHBS di sekolah.

4. Perilaku

Niat yang muncul dalam diri siswa tersebut akan teraplikasi dalam sebuah perilaku, yaitu perilaku hidup bersih di sekolah.

1. Perilaku Ibu untuk Mengimunisasikan Anaknya di Posyandu Didasari oleh Niat Ibu Sendiri

2. Niat ibu ini ditentukan oleh :

Sikap ibu, yakni penilaian ibu tersebut terhadap untung ruginya tindakan yang akan diambil untuk imunisasi anaknya,

(17)

Pengendalian diri, yakni persepsi ibu tersebut tentang akibat-akibat yang harus ditanggung bila anaknya sakit setelah diimunisasi.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) merupakan suatu teori yang menjelaskan tentang perilaku manusia. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia.

2. Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) merupakan bentuk pengembangan dari Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action).

3. Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) / Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) menjelaskan bahwa perilaku manusia teerbentuk karena adanya niat dan niat itu sendiri juga memiliki determinan.

4. Faktor pembeda antara kedua teori tersebut adalah pada determinan niat. Dalam Theory Of Reasoned Action determinan niat terdiri atas dua hal, yaitu sikap dan norma subjektif sedangkan dalam Theory of Planned Behaviour, Ajzen menambahkan satu determinan lagi, yaitu control perilaku yang disadari.

(18)

4.2 Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Machfoedz, Ircham dan Eko Suryani. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.

Shim, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu. Diterjemahkan oleh Revyani Sjahrial dan Dyah Anikasari. Jakarta : Erlangga.

Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan saran sebagai berikut: 1) bagi mahasiswa pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai calon guru hendaknya menjadikan

Ibu Faderina Komisia, M.Pd selaku dosen pembimbing II pada program studi pendidikan kimia yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan, saran serta masukan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil pengamatan plankton (Tabel 3) pada umur 7 dan 8 minggu terjadi penurunan kelimpahan plankton yang menyebabkan mortalitas tinggi pada tiram mutiara yang telah mencapai

besar dibagi dengan bilangan yang lebih kecil, maka hasil baginya adalah 3 dan sisanya 5.. Pada gambar berikut, ABCD merupakan sebuah

Jenis TE-70 kecepatan gelombang P dan gelombang S lebih kecil atau lebih lambat dari pada batubara jenis ANS, yang berarti bahwa batubara berjenis ini kurang padat atau sedikit

[r]

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang