• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PLB 0906607 Bibliography

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PLB 0906607 Bibliography"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M dan Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arifin. (2007). Pendidikan Anak Berkonflik Hukum Model Konvergensi Antara Fungsionalis dan Religius. Bandung: Alfabeta.

Bob Sunardi, A. (2006). Boyman Ragam Latih Pramuka. Bandung: Nuansa Muda.

Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Gunarsa, S.(1991). Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. (2009). Panduan Membina Pramuka Luar Biasa. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. (2011). Panduan Penyelesaian Syarat Kecakapan Umum Penegak. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Lauster, P. (2008). Tes Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Boden Powel, L. (2006). Berkelana Menuju Keberhasilan. Bandung: AIPI dan Puslit KP2W Lemlit Unpad.

Miles dan B. Matthew. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

J. Moleong Lexi. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Perry, M. (2003). Confidence Boosters Pendongkrak Kepercayaan Diri. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

R. Pudjijogyanti, C. (2010). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: ARCAN.

Soetodjo, W. (2010). Hukum Pidana Anak. Bandung: PT. Refika Aditama.

Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

(2)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Bandung: PT Refika Aditama.

Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Sunardi. (1995). Ortopedagogik Anak Tunalaras 1. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Smith, R et al. (1975). The Exeptional Child A Functional Approach. US: McGwaw-Hill

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI.

W Creswell, J. (2010). Research Desain Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

W Santrock, J. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sumber Tesis:

Koswara, I. (2011). Efektivitas Konseling Narasi Melalui Aktivitas Kelompok untuk Meningkatkan Konsep Diri Akademik Siswa. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Lorraine, E. (2013). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI. Nurjanah, N. (2010). Efektivitas Konseling Analisis Transaksional untuk

Meningkatkan Self Esteem Siswa. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Rohayati, I. (2011). Program Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa SMA. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Sa‟adah, M. (2011). Efektivitas Sosiodrama untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

(3)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Afifuddin. (2012). Perencanaan Pengajaran dalam Proses Pembelajaran.

Tersedia di

http://www.uin-alauddin.ac.id/download.%20Afifuddin_Perenc.%20Pengajaran.pdf

Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka No. 203 Th. 2009 tersedia di http://www.pramukanet.org/index.php?option=com_content&task=view&i d=437&Itemid=120#.UkpYNsvEwxQ [22 September 2013]

Astati. (tanpa tahun). Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunadaksa dan Anak Tunalaras

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194808011 974032-ASTATI/Karakteristik_Pend_ATD-ATL.pdf [11 November 2013 18.15]

Counseling Center university of Illinois at Urbana-Champaigh. (2007). Self Confidencce. http://www.counselingcenter.illinois.edu/self-help-brochures/self-awarenessself-care/self-confidence/ [16 Desember 2013 pukul 15.10]

Direktorat Pembinaan PK-LK. (2013). Pendidikan Khusus untuk Anak Tunalaras.

http://www.pkplkdikmen.net/berita-pendidikan-khusus-untuk-anak-tunalaras.html [11 November 2013 pukul 18.23]

Ginintasasi, R. (tanpa tahun) Interaksi Sosial. Tersedia di http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf [16 April 2014 pukul 14.00]

Haryanto. (2011).Bentuk-bentuk Interaksi Sosial. Tersedia di

http://belajarpsikologi.com/bentuk-bentuk-interaksi-sosial/ [16 April 2014]

Haryanto.( 2010). Pengertian Kepercayaan Diri. Terdesia di

http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/ [16 April 2014 pukul 14.17]

MetroTV. (2013). Jumlah Anak Bermasalah Hukum Meningkat.

http://www.youtube.com/watch?v=ExLkleuGduU

Harianja Kristina, N. (2011). Gambaran Konsep Diri Pekerja Seks Komersial di Kota Medan. Tersedia di

(4)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 1991 Tentang

Pendidikan Luar Biasa tersedia di

http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp1991_72.htm [15 November 2013 15.33]

Pudjiastuti Adywibowo, I. (2010). Memperkuat Kepercayaab Diri Anak Melalui Percakapan Referensial. Jurnal Tersedia di

http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%2037-49%20Memperkuat%20Kepercayaan%20Diri%20Anak.pdf [16 April 2014 pukul 14.32]

Rini F, J. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. Tersedia di http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=84 [9 September 2013 pukul 18. 47]

Sulipan. (tanpa tahun). Penelitian Deskriptif Analitis Berorientasi Pemecahan Masalah. Tersedia di

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tersedia di http://www.kemenkumham.go.id/attachments/article/167/uu12_1995.pdf [26 September 2013]

Yulianti,Sriati dan Widiasih. (2008) Gambaran Orientasi Masa Depan Narapidana Remaja Sebelum dan Setelah Pelatihan di Rumah Tahanan

Negara Kelas I Bandung. Tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id%2Fjkp%2F article%2Fdownload%2F83%2F65&ei=vmTiUqrVDMKzrAfcvYHYBw& usg=AFQjCNGMLYuTMHMSDpoUV1KX2JbHJaPGkg&sig2=KvmuHs SLYGegu6b4g8kNEA [11 November 2013 pukul 18.25]

Yuvita Afrinita, R. (2013). Penyebab dan Kondisi Psikologis Narapidana Kasus

(5)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber Lain:

Kurniasih, E. (2010). Program Pendidikan Kepramukaan Bagi Narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara: Kertas Kerja.

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA

TUNALARAS MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Oleh: Siti Haryanti

0906607

A. Pendahuluan

Setiap anak yang dilahirkan akan melewati berbagai fase dalam sepanjang

rentang kehidupannya. Setiap fase akan memberikan dampak terhadap

perkembangan fisik dan psikologis anak. Fase remaja yang sering disebut sebagai

masa peralihan, pencarian identitas dan masa yang bermasalah merupakan fase

yang sangat penting, karena perkembangan pada masa remaja berdampak

langsung terhadap sikap dan perilaku anak serta memberi dampak jangka panjang.

Sebagaimana telah diungkapkan bahwa fase remaja merupakan masa

peralihan, pencarian identitas dan sebagainya maka pada fase ini permasalahan

yang dialami cukup kompleks. Gejolak dan pertentangan yang dialami remaja

pada fase ini rentan menimbulkan perilaku yang negatif. Berbagai kenakalan

remaja seperti membolos sekolah, perkelahian, kebut-kebutan di jalan, perusakan,

penyalahgunaan narkotika dan sebagainya seringkali kita saksikan dewasa ini.

Perilaku negatif pada remaja timbul karena remaja cenderung memiliki

penilaian yang rendah terhadap dirinya sehingga menimbulkan perasaan rendah

(6)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anak remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik

menurun dan karena kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak anak laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah diri.

Penilaian rendah remaja terhadap dirinya mengakibatkan rasa kurang

percaya diri untuk mengaktualisasikan dirinya. Rasa kurang percaya diri remaja

untuk mengaktualisasikan dirinya ini akan membuat remaja berperilaku

menyimpang dalam taraf tertentu. Apabila perilaku menyimpang ini tidak

mendapatkan bimbingan yang tepat akan mengakibatkan anak memiliki hambatan

dalam emosi dan perilaku atau di dunia pendidikan lebih dikenal sebagai

tunalaras.

Penilaian yang rendah pada diri sendiri yang dilakukan oleh remaja

tunalaras, mengakibatkan remaja tunalaras merasa terdapat jarak antara dirinya

dengan lingkungan. Seperti diungkapkan Somantri (2007: 157) bahwa:

Perasaan tidak berguna bagi orang lain, perasaan rendah diri, tidak percaya diri, perasaan bersalah menyebabkan mereka merasakan adanya jarak dengan lingkungannya. Salah satu dampak serius yang mereka alami adalah tekanan batin berkepanjangan sehingga merusak diri mereka sendiri.

Dampak penilaian diri yang rendah pada remaja tunalaras adalah munculnya

perilaku negatif yang seringkali dipilih oleh remaja tunalaras untuk menutupi

ketidakpercayaan dirinya. Tak jarang perilaku negatif tersebut membuat remaja

tunalaras berhadapan dengan hukum. Dewasa ini jumlah kasus pelanggaran

hukum yang dilakukan anak di bawah umur semakin meningkat. Sebagaimana

disiarkan dalam acara berita MetroTV 31 Mei 2013 jumlah anak yang melakukan

pelanggaran hukum pada tahun 2009 1.258 kasus, pada tahun 2011 meningkat

menjadi 7.000 kasus.

Rasa kurang percaya diri terlebih akan menimpa remaja yang berhadapan

(7)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurang percaya diri pada remaja tunalaras di lembaga pemasyarakatan ditegaskan

pula oleh Arifin (2007: 62) “Anak didik lapas adalah anak yang tengah

mengalami krisis, tengah berada di persimpangan jalan, tengah mengalami

dissosialisasi dengan masyarakat…”

Berdasarkan uraian di atas maka kepercayaan diri pada remaja terlebih

remaja tunalaras yang berhadapan dengan hukum sangat penting mengingat

semakin meningkatnya pelanggaran hukum yang dilakukan remaja tunalaras.

Selain itu kepercayaan pada diri sendiri merupakan kebutuhan yang mendasar

bagi setiap individu sebagaimana diungkapkan Adler dalam Lauster (2008: 13)

„Kebutuhan manusia yang paling penting adalah kebutuhan akan kepercayaan diri

dan rasa superioritas.‟

Kaitannya dengan remaja tunalaras yang berhadapan dengan hukum, upaya

meningkatkan rasa percaya diri menjadi penting karena rasa percaya diri

merupakan modal utama yang harus dimiliki agar dapat mandiri secara perilaku

dan emosional sehingga remaja tunalaras bisa hidup secara harmonis dalam

lingkungannya. Agar remaja tunalaras yang telah mendapatkan binaan lembaga

pemasyarakatan tidak kembali berperilaku menyimpang atau kembali berhadapan

dengan hukum.

Kegiatan kepramukaan menjadi menarik untuk diteliti karena kegiatan ini

merupakan program pendidikan bagi warga binaan yang wajib dilaksanakan di

setiap lembaga pemasyarakatan sejak 2010. Hal ini berdasarkan kesepakatan

antara Kwartir Nasional Pramuka dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor 02/PK-MoU/2010. Sehingga setiap warga

binaan lembaga pemasyarakatan yang di dalamnya terdapat anak tunalaras

mendapatkan pembinaan kepramukaan.

Selain kegiatan kepramukaan merupakan program wajib untuk dilaksanakan

di lembaga pemasyarakatan, kegiatan kepramukaan dipilih dalam penelitian ini

karena tujuan dari kegiatan kepramukaan adalah membangun pribadi warga

(8)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melalui kegiatan kepramukaan diharapkan peserta mendapatkan kembali

kepercayaan dirinya. Sehingga remaja tunalaras dapat kembali ke tengah-tengah

masyarakat.

Kegiatan kepramukaan atau dalam perkembangannya tak jarang disebut

sebagai pendidikan kepramukaan telah memiliki prinsip, metode dan tujuan yang

terstruktur dalam memberikan pelatihan terhadap anggotanya. Sehingga kegiatan

kepramukaan memungkinkan untuk dijadikan metode alternatif dalam pembinaan

remaja tunalaras.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melakukan penelitian untuk

mengetahui lebih mendalam bagaimana upaya meningkatkan kepercayaan diri

remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Kelas II A Bandung.

B.Kegiatan Kepramukaan

Kepramukaan identik dengan sebuah permainan yang menyenangkan, suatu

pembinaan kepribadian, dan sebuah petualangan. Boden Powell (2006: 3)

memberikan definisi mengenai kepramukaan sebagai berikut:

Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan bagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagian, keterampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkannya.

Pengertian kepramukaan juga dikemukakan Kwartir Nasional Gerakan

Pramuka (2009: 3) yang mendefinisikan kepramukaan sebagai berikut:

suatu proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan kepramukaan adalah suatu

(9)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepribadian serta keterampilan bagi generasi penerus bangsa serta dilaksanakan

berdasarkan prinsip dan metode tertentu.

C.Kepercayaan Diri

Lauser (2008: 4) menyatakan kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau

keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya

tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan

dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang

lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kekurangan dan kelebihan

diri sendiri.

Counseling Center University of Illinois at Urbana-Champaigh (2007)

menyebutkan karakteristik individu yang memiliki kepercayaan pada diri sebagai

berikut:

Self-confident people trust their own abilities, have a general sense of control in their lives, and believe that, within reason, they will be able to do what they wish, plan, and expect. Having self-confidence does not mean that individuals will be able to do everything. Self-confident people have expectations that are realistic. Even when some of their expectations are not met, they continue to be positive and to accept themselves.

(Orang yang memiliki rasa percaya diri, percaya terhadap kemampuan

mereka sendiri, memiliki pengendalian diri dalam hidupnya, dan percaya bahwa,

tanpa alasan, mereka akan dapat melakukan apa yang mereka inginkan,

rencanakan, dan harapkan. Memiliki kepercayaan diri bukan berarti bahwa

individu akan dapat melakukan semuanya. Orang percaya diri memiliki harapan

yang realistis. Bahkan ketika beberapa harapan mereka tidak terpenuhi, mereka

terus menjadi positif dan menerima diri mereka sendiri)

D.Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, sesuai dengan tujuan yang penulis telah jabarkan maka

(10)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2011: 6) adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Lodico dkk (Emzir, 2011: 1) penelitian kualitatif yang juga disebut

penelitian interpretatif atau penelitian lapangan adalah suatu metodologi yang

dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropogi dan diadaptasi ke

dalam setting pendidikan. Peneliti kualitatif menggunakan metode penalaran

induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan

diungkapkan. Peneliti kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada

pemberian suara pada perasaan dan persepsi partisipan di bawah studi.

E.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II

Bandung yang beralamat di Jl. KH. Abdul Halim No. 270 Ciparay, Bandung.

Penelitian dilaksanakan dari Maret sampai dengan Juli 2014.

F. Subjek Penelitian

Subjek yang pertama, Kasubsi Bimkemaswat dan seorang staff

Bimkemaswat sebagai pembina kegiatan kepramukaan yang akan memberikan

gambaran mengenai proses penyusunan program, pelaksanaan, hambatan dan

upaya mengatasi hambatan pelaksanaan kegiatan kepramukaan dalam

meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Kelas II A Bandung

Kedua, Pelatih kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Kelas II A Bandung yang akan memberikan informasi mengenai

(11)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan

kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung.

G.Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dalam tiga langkah yaitu

reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan. Pertama, reduksi data.

Menurut Suharsaputra (2012: 218) pada tahap ini peneliti melakukan proses

mengolah data dari lapangan dengan memilah dan memilih, dan

menyederhanakan data dengan merangkum yang penting-penting sesuai dengan

fokus penelitian. Reduksi data dilakukan setelah peneliti melakukan observasi dan

wawancara. Reduksi data dilakukan dengan cara menulis semua data lapangan

kemudian data dirangkum sesuai dengan hal-hal pokok untuk mencari polanya.

Kedua, display data. Suharsaputra (2012: 219) mengungkapkan dalam

display data laporan yang sudah direduksi dilihat kembali gambaran secara

keseluruhan, sehingga dapat tergambar konteks data secara keseluruhan, dan dari

situ dapat dilakukan penggalian data kembali apabila dipandang perlu untuk lebih

mendalami masalahnya.

Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan

merupaka upaya untuk memberi makna dari data yang telah dikumpulkan selama

penelitian. Sugiyono (2012: 345) mengatakan kesimpulan dalam penelitian

kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak

awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah

dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan

berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

H.Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian diketahui perumusan program kegiatan

kepramukaan bagi warga binaan khususnya warga binaan remaja belum disusun

(12)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disusun untuk seluruh warga binaan dengan berbagai latar belakang permasalahan

dan kebutuhan pembinaan yang beragam. Hal ini jika dilihat dari sudut pandang

pendidikan dirasa kurang tepat. Program pembinaan mestinya disesuaikan dengan

kebutuhan setiap warga binaan remaja. Warga binaan remaja dengan latar

belakang masalah yang sama pun harus diberikan pembinaan dengan pendekatan

yang berbeda mengingat kepribadian setiap warga binaan yang berbeda. Sehingga

sebelum melaksanakan program kegiatan kepramukaan diperlukan adanya

identifikasi atau assessment terhadap kebutuhan dari setiap warga binaan remaja

yang akan mengikuti kegiatan pramuka. Hal ini diperlukan sebagai acuan bagi

pelatih, pembina dan pihak Lapas dalam memberikan kegiatan kepramukaan bagi

setiap warga binaan remaja.

persiapan dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan diketahui tidak terdapat

paksaan terhadap warga binaan remaja untuk mengikuti kegiatan kepramukaan.

Warga binaan remaja mengikuti kegiatan atas kemauannya sendiri. Kemudian

dalam hal pengelompokkan tidak seperti pada penggolongan anggota di pramuka

yang membagi anggota berdasarkan usia dan kemampuan yang dimiliki. Seluruh

warga binaan remaja melaksanakan latihan secara bersama-sama bahkan warga

binaan remaja juga berlatih bersama warga binaan dewasa. Keuntungan yang

didapat warga binaan remaja dengan latihan bersama-sama warga binaan dewasa

adalah dapat mengasah kemampuan dalam melakukan interaksi sosial dengan

lingkungan yang lebih luas. Selain itu dalam interaksi dengan warga binaan

dewasa tak jarang warga binaan remaja mendapatkan nasehat, teguran dan arahan

bagaimana berinteraksi di dalam Lapas.

Materi inti yang diberikan dalam latihan kegiatan pramuka selama 11 kali

latihan diketahui adalah Pelatihan Baris Berbaris (PBB), Sandi Semapore dan

Pioneering. Masing-masing materi diberikan dalam beberapa kali pertemuan.

Pelaksanaan latihan kegiatan pramuka diawali dengan berdo‟a yang

dipimpin oleh pelatih, kemudian pelatih memeriksa kehadiran warga binaan, lalu

(13)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyanyikan yel, kemudian masuk pada materi inti. Sebagaimana telah diuraikan

pada bahasan sebelumnya materi inti yang diberikan adalah PBB, sandi semapore

dan pioneering. Setelah materi inti kegiatan ditutup dengan berdo‟a dan

pengarahan dari pelatih kegiatan kepramukaan. Namun tidak jarang dalam

kegiatan pembuka tidak ada pengucapan Tri Satya dan Dasa Darma serta

menyanyikan yel. Dalam kegiatan penutup juga tidak selalu diakhiri dengan do‟a.

Tak jarang setelah pemberian materi inti dan membereskan perlengkapan latihan,

latihan diakhiri dengan makan bersama setelah itu langsung membubarkan diri

untuk menuju kamar masing-masing.

Metode yang digunakan dalam setiap latihan cenderung menggunakan

metode belajar sambil melakukan dan sistem beregu dengan teknik demonstrasi

dan ceramah. Selain itu dalam latihan seringkali warga binaan remaja diberikan

kesempatan untuk mempraktikkan materi yang telah diberikan. Seperti dalam

pemberian materi semapore setelah pelatih mendemostrasikan sambil memberikan

penjelasan, warga binaan remaja diberikan kesempatan untuk mempraktikkan

sandi semapore di depan warga binaan lain. Sarana pendukung pelaksanaan

kegiatan pramuka seperti tongkat, tali kur, bendera semaphore.

Pelaksanaan latihan kegiatan kepramukaan dijadwalkan dua kali dalam

seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis dan dalam setiap kali latihan waktu

yang digunakan adalah dua jam. Namun dalam pelaksanaannya latihan tidak

berjalan secara rutin. Terkadang dalam satu minggu tidak dilaksanakan latihan,

pada minggu berikutnya dilaksanakan latihan lebih dari dua kali.

Mengenai sistem dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan kepramukaan

dari pihak Lapas sendiri selain ketersediaan sarana pendukung latihan berupa

tongkat, tali kur, bendera semapore, tenda, seragam pramuka, dan sebagainya,

dukungan juga diberikan dalam bentuk kemudahan akses sarana di Lapas yaitu

Aula, lapangan futsal, lapangan blok dan sebagainya untuk digunakan latihan

kegiatan pramuka. Kemudian dukungan berupa pengawasan dari petugas

(14)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jarang mengikutsertakan warga binaan dalam kegiatan pramuka yang

diselenggarakan oleh Kwarda bagi para warga binaan.

Dukungan dari masyarakat atau lembaga lain untuk pelaksanaan kegiatan

kepramukaan datang dari Kwartir Daerah. Hal ini terbukti dari adanya kunjungan

salah seorang penggagas program kepramukaan di Lapas.

Hambatan dalam perumusan program kegiatan kepramukaan diketahui

adalah kurangnya tenaga ahli untuk melakukan identifikasi kebutuhan pembinaan

setiap warga binaan. Selain itu pihak Lapas mengalami hambatan dalam hal dana

untuk menjalin kerjasama dengan pihak atau lembaga terkait. Hambatan utama

dalam perekrutan warga binaan remaja adalah minat warga binaan remaja untuk

ikut serta dalam kegiatan kepramukaan. Hambatan lain dalam hal perekrutan

adalah masa tahanan warga binaan remaja yang singkat sehingga peserta kegiatan

pramuka mengalami pergantian dalam waktu yang cukup cepat. Hambatan yang

dialami dalam penyampaian materi kegiatan adalah tidak adanya perumusan

program kegiatan sesuai dengan kebutuhan pembinaan warga binaan remaja. Hal

ini membuat pelatih memberikan materi kegiatan secara spontan. Kemudian

dalam menyampaikan materi, pelatih kurang bisa mengendalikan warga binaan

untuk fokus terhadap materi yang disampaikan. Pelatih juga mengalami hambatan

dalam hal referensi mengenai kegiatan kepramukaan. Terbatasnya buku-buku

kepramukaan juga keterbatasan pelatih yang merupakan warga binaan menjadi

hambatan tersendiri untuk meningkatkan kemampuan dalam memberikan materi

kegiatan pramuka.

Hambatan dalam hal mekanisme yang meliputi tahapan, metode dan sarana

pendukung yang digunakan, diketahui dalam hal tahapan pelaksanaan latihan

konsistensi kegiatan pembuka yaitu pembacaan Tri Satya dan Dasa Darma serta

kegiatan ice breaking yang menyenangkan tidak terjaga. Hambatan dalam

menggunakan metode yang lebih variatif dalam menyampaikan materi kegiatan

pramuka disebabkan kurangnya referensi mengenai metode apa saja yang dapat

(15)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi di lapangan adalah jumlah tongkat, tali kur, bendera semapore, seragam

dan sebagainya yang masih kurang dibandingnya jumlah warga binaan yang

mengikuti kegiatan pramuka.

Hambatan dalam hal sistem dukungan dari pihak Lapas adalah belum

adanya kerjasama yang dijalin secara sinergis dengan lembaga terkait dalam

upaya meningkatkan kualitas warga binaan remaja yang mengikuti kegitan

pramuka. Misalnya mendatangkan pembina dari Kwartir atau Kwarcab. Hambatan

yang dihadapi dalam hal penilaian adalah pelatih tidak memiliki kriteria penilaian

terhadap materi yang disampaikan. Sehingga penilaian yang diberikan saat latihan

terbatas hanya pada gerakan atau produk fisik dari latihan. Penilaian terhadap

perkembangan psikologis warga binaan remaja dilakukan berdasarkan

pengamatan selintas petugas dan pelatih.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam hal perumusan

program kegiatan kepramukaan adalah dengan mengirimkan petugas untuk

mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Kwartir Daerah Jawa Barat atau

lembaga kepramukaan lainnya. Hal ini sebagai upaya yang dilakukan untuk

mengatasi tidak adanya tenaga ahli dalam kepramukaan. Hambatan dalam hal

mekanisme pelaksanaan latihan kegiatan pramuka khususnya dalam hal metode

yang digunakan diatasi dengan cara berdiskusi dengan warga binaan lain yang

ikut membantu melatih dan membaca buku kepramukaan yang tersedia. Dalam

hal pengadaan sarana pendukung latihan upaya yang dilakukan pelatih adalah

mengajukan kebutuhan alat kepada pihak Lapas.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam hal waktu

pelaksanaan latihan dilakukan dengan merubah jadwal latihan ketika berbenturan

dengan kegiatan lain. Mengatasi hambatan dalam hal sistem dukungan dilakukan

dengan cara menjalin kerjasama dengan Kwarcab untuk menempatkan pelatih

kegiatan pramuka di Lapas, namun hal ini belum terealisasi. Upaya lain untuk

meningkatkan kualitas warga binaan yang mengikuti kegiatan pramuka pelatih

(16)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

langkah ini belum optimal karena dari tiga orang warga binaan yang kadang

membantu melatih masing-masing memiliki kesibukan lain sebagai korve.

I. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya meningkatkan kepercayaan

diri remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Penyusunan program kegiatan kepramukaan yang sesuai dengan kebutuhan

warga binaan remaja belum dilaksanakan. Belum dilakukan asesmen terdapat

kebutuhan masing-masing warga binaan remaja sebelum penyusunan dan

pelaksanaan program kegiatan kepramukaan.

2. Keseluruhan pelaksanaan kegiatan kepramukaan memiliki potensi untuk dapat

meningkatkan kepercayaa diri melalui tiga aspek yaitu kemampuan pribadi,

interaksi sosial dan konsep diri positif. Namun upaya meningkatkan

kepercayaan diri warga binaan remaja di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Kelas II A Bandung belum mencapai hasil yang optimal karena materi,

metode, teknik dan sistem dukungan yang ada tidak dirancang berdasarkan

kebutuhan masing-masing warga binaan remaja.

3. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan sebagai

upaya meningkatkan kepercayaan diri warga binaan remaja adalah kurangnya

jumlah pelatih, kurangnya referensi mengenai materi serta metode

pelaksanaan kegiatan kepramukaan, kurangnya anggaran untuk pengadaan

sarana pendukung kegiatan pramuka seperti tongkat, tali kur, bendera

semapore, dan sebagainya.

4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi adalah

dengan meningkatkan kemampuan pembina dalam bidang kepramukaan

melalui pelatihan-pelatihan kepramukaan yang diselenggarakan oleh Kwarda.

Upaya meningkatkan kemampuan pelatih dilakukan dengan cara pemberian

(17)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pramuka. Upaya lain yang dilakukan adalah merekrut warga binaan yang

merupakan mantan TNI atau polisi untuk membantu melatih.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pola Asuh Orangtua Anak Tunarungu Usia Dini Yang Memiliki Keterampilan Sosial Baik Di SLB Prima Bhakti Mulia, Kota Cimahi1. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

sama dengan Kabupaten Batu Bara. Pendapatan nelayan bersifat harian, tidak dapat ditentukan jumlahnya karena. pendapatan sangat tergantung oleh musim, sementara pengeluaran

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

[r]

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Pengembangan Alat Asesmen Keterampilan Menulis Menggunakan

Dengan menggunakan formulasi M/M/S/I/I, dimana M pertama menunjukan tingkat kedatangan mengikuti distribusi poisson, M kedua menunjukan tingkat pelayanan mengikuti distribusi poisson,