Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M dan Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arifin. (2007). Pendidikan Anak Berkonflik Hukum Model Konvergensi Antara Fungsionalis dan Religius. Bandung: Alfabeta.
Bob Sunardi, A. (2006). Boyman Ragam Latih Pramuka. Bandung: Nuansa Muda.
Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Gunarsa, S.(1991). Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. (2009). Panduan Membina Pramuka Luar Biasa. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. (2011). Panduan Penyelesaian Syarat Kecakapan Umum Penegak. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Lauster, P. (2008). Tes Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Boden Powel, L. (2006). Berkelana Menuju Keberhasilan. Bandung: AIPI dan Puslit KP2W Lemlit Unpad.
Miles dan B. Matthew. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
J. Moleong Lexi. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Perry, M. (2003). Confidence Boosters Pendongkrak Kepercayaan Diri. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
R. Pudjijogyanti, C. (2010). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: ARCAN.
Soetodjo, W. (2010). Hukum Pidana Anak. Bandung: PT. Refika Aditama.
Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung: PT Refika Aditama.
Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sunardi. (1995). Ortopedagogik Anak Tunalaras 1. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Smith, R et al. (1975). The Exeptional Child A Functional Approach. US: McGwaw-Hill
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: UPI.
W Creswell, J. (2010). Research Desain Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
W Santrock, J. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sumber Tesis:
Koswara, I. (2011). Efektivitas Konseling Narasi Melalui Aktivitas Kelompok untuk Meningkatkan Konsep Diri Akademik Siswa. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Lorraine, E. (2013). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI. Nurjanah, N. (2010). Efektivitas Konseling Analisis Transaksional untuk
Meningkatkan Self Esteem Siswa. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Rohayati, I. (2011). Program Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa SMA. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Sa‟adah, M. (2011). Efektivitas Sosiodrama untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Afifuddin. (2012). Perencanaan Pengajaran dalam Proses Pembelajaran.
Tersedia di
http://www.uin-alauddin.ac.id/download.%20Afifuddin_Perenc.%20Pengajaran.pdf
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka No. 203 Th. 2009 tersedia di http://www.pramukanet.org/index.php?option=com_content&task=view&i d=437&Itemid=120#.UkpYNsvEwxQ [22 September 2013]
Astati. (tanpa tahun). Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunadaksa dan Anak Tunalaras
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194808011 974032-ASTATI/Karakteristik_Pend_ATD-ATL.pdf [11 November 2013 18.15]
Counseling Center university of Illinois at Urbana-Champaigh. (2007). Self Confidencce. http://www.counselingcenter.illinois.edu/self-help-brochures/self-awarenessself-care/self-confidence/ [16 Desember 2013 pukul 15.10]
Direktorat Pembinaan PK-LK. (2013). Pendidikan Khusus untuk Anak Tunalaras.
http://www.pkplkdikmen.net/berita-pendidikan-khusus-untuk-anak-tunalaras.html [11 November 2013 pukul 18.23]
Ginintasasi, R. (tanpa tahun) Interaksi Sosial. Tersedia di http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf [16 April 2014 pukul 14.00]
Haryanto. (2011).Bentuk-bentuk Interaksi Sosial. Tersedia di
http://belajarpsikologi.com/bentuk-bentuk-interaksi-sosial/ [16 April 2014]
Haryanto.( 2010). Pengertian Kepercayaan Diri. Terdesia di
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/ [16 April 2014 pukul 14.17]
MetroTV. (2013). Jumlah Anak Bermasalah Hukum Meningkat.
http://www.youtube.com/watch?v=ExLkleuGduU
Harianja Kristina, N. (2011). Gambaran Konsep Diri Pekerja Seks Komersial di Kota Medan. Tersedia di
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 1991 Tentang
Pendidikan Luar Biasa tersedia di
http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp1991_72.htm [15 November 2013 15.33]
Pudjiastuti Adywibowo, I. (2010). Memperkuat Kepercayaab Diri Anak Melalui Percakapan Referensial. Jurnal Tersedia di
http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%2037-49%20Memperkuat%20Kepercayaan%20Diri%20Anak.pdf [16 April 2014 pukul 14.32]
Rini F, J. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. Tersedia di http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=84 [9 September 2013 pukul 18. 47]
Sulipan. (tanpa tahun). Penelitian Deskriptif Analitis Berorientasi Pemecahan Masalah. Tersedia di
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tersedia di http://www.kemenkumham.go.id/attachments/article/167/uu12_1995.pdf [26 September 2013]
Yulianti,Sriati dan Widiasih. (2008) Gambaran Orientasi Masa Depan Narapidana Remaja Sebelum dan Setelah Pelatihan di Rumah Tahanan
Negara Kelas I Bandung. Tersedia di
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id%2Fjkp%2F article%2Fdownload%2F83%2F65&ei=vmTiUqrVDMKzrAfcvYHYBw& usg=AFQjCNGMLYuTMHMSDpoUV1KX2JbHJaPGkg&sig2=KvmuHs SLYGegu6b4g8kNEA [11 November 2013 pukul 18.25]
Yuvita Afrinita, R. (2013). Penyebab dan Kondisi Psikologis Narapidana Kasus
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber Lain:
Kurniasih, E. (2010). Program Pendidikan Kepramukaan Bagi Narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara: Kertas Kerja.
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA
TUNALARAS MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Oleh: Siti Haryanti
0906607
A. Pendahuluan
Setiap anak yang dilahirkan akan melewati berbagai fase dalam sepanjang
rentang kehidupannya. Setiap fase akan memberikan dampak terhadap
perkembangan fisik dan psikologis anak. Fase remaja yang sering disebut sebagai
masa peralihan, pencarian identitas dan masa yang bermasalah merupakan fase
yang sangat penting, karena perkembangan pada masa remaja berdampak
langsung terhadap sikap dan perilaku anak serta memberi dampak jangka panjang.
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa fase remaja merupakan masa
peralihan, pencarian identitas dan sebagainya maka pada fase ini permasalahan
yang dialami cukup kompleks. Gejolak dan pertentangan yang dialami remaja
pada fase ini rentan menimbulkan perilaku yang negatif. Berbagai kenakalan
remaja seperti membolos sekolah, perkelahian, kebut-kebutan di jalan, perusakan,
penyalahgunaan narkotika dan sebagainya seringkali kita saksikan dewasa ini.
Perilaku negatif pada remaja timbul karena remaja cenderung memiliki
penilaian yang rendah terhadap dirinya sehingga menimbulkan perasaan rendah
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Anak remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik
menurun dan karena kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak anak laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah diri.
Penilaian rendah remaja terhadap dirinya mengakibatkan rasa kurang
percaya diri untuk mengaktualisasikan dirinya. Rasa kurang percaya diri remaja
untuk mengaktualisasikan dirinya ini akan membuat remaja berperilaku
menyimpang dalam taraf tertentu. Apabila perilaku menyimpang ini tidak
mendapatkan bimbingan yang tepat akan mengakibatkan anak memiliki hambatan
dalam emosi dan perilaku atau di dunia pendidikan lebih dikenal sebagai
tunalaras.
Penilaian yang rendah pada diri sendiri yang dilakukan oleh remaja
tunalaras, mengakibatkan remaja tunalaras merasa terdapat jarak antara dirinya
dengan lingkungan. Seperti diungkapkan Somantri (2007: 157) bahwa:
Perasaan tidak berguna bagi orang lain, perasaan rendah diri, tidak percaya diri, perasaan bersalah menyebabkan mereka merasakan adanya jarak dengan lingkungannya. Salah satu dampak serius yang mereka alami adalah tekanan batin berkepanjangan sehingga merusak diri mereka sendiri.
Dampak penilaian diri yang rendah pada remaja tunalaras adalah munculnya
perilaku negatif yang seringkali dipilih oleh remaja tunalaras untuk menutupi
ketidakpercayaan dirinya. Tak jarang perilaku negatif tersebut membuat remaja
tunalaras berhadapan dengan hukum. Dewasa ini jumlah kasus pelanggaran
hukum yang dilakukan anak di bawah umur semakin meningkat. Sebagaimana
disiarkan dalam acara berita MetroTV 31 Mei 2013 jumlah anak yang melakukan
pelanggaran hukum pada tahun 2009 1.258 kasus, pada tahun 2011 meningkat
menjadi 7.000 kasus.
Rasa kurang percaya diri terlebih akan menimpa remaja yang berhadapan
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kurang percaya diri pada remaja tunalaras di lembaga pemasyarakatan ditegaskan
pula oleh Arifin (2007: 62) “Anak didik lapas adalah anak yang tengah
mengalami krisis, tengah berada di persimpangan jalan, tengah mengalami
dissosialisasi dengan masyarakat…”
Berdasarkan uraian di atas maka kepercayaan diri pada remaja terlebih
remaja tunalaras yang berhadapan dengan hukum sangat penting mengingat
semakin meningkatnya pelanggaran hukum yang dilakukan remaja tunalaras.
Selain itu kepercayaan pada diri sendiri merupakan kebutuhan yang mendasar
bagi setiap individu sebagaimana diungkapkan Adler dalam Lauster (2008: 13)
„Kebutuhan manusia yang paling penting adalah kebutuhan akan kepercayaan diri
dan rasa superioritas.‟
Kaitannya dengan remaja tunalaras yang berhadapan dengan hukum, upaya
meningkatkan rasa percaya diri menjadi penting karena rasa percaya diri
merupakan modal utama yang harus dimiliki agar dapat mandiri secara perilaku
dan emosional sehingga remaja tunalaras bisa hidup secara harmonis dalam
lingkungannya. Agar remaja tunalaras yang telah mendapatkan binaan lembaga
pemasyarakatan tidak kembali berperilaku menyimpang atau kembali berhadapan
dengan hukum.
Kegiatan kepramukaan menjadi menarik untuk diteliti karena kegiatan ini
merupakan program pendidikan bagi warga binaan yang wajib dilaksanakan di
setiap lembaga pemasyarakatan sejak 2010. Hal ini berdasarkan kesepakatan
antara Kwartir Nasional Pramuka dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor 02/PK-MoU/2010. Sehingga setiap warga
binaan lembaga pemasyarakatan yang di dalamnya terdapat anak tunalaras
mendapatkan pembinaan kepramukaan.
Selain kegiatan kepramukaan merupakan program wajib untuk dilaksanakan
di lembaga pemasyarakatan, kegiatan kepramukaan dipilih dalam penelitian ini
karena tujuan dari kegiatan kepramukaan adalah membangun pribadi warga
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Melalui kegiatan kepramukaan diharapkan peserta mendapatkan kembali
kepercayaan dirinya. Sehingga remaja tunalaras dapat kembali ke tengah-tengah
masyarakat.
Kegiatan kepramukaan atau dalam perkembangannya tak jarang disebut
sebagai pendidikan kepramukaan telah memiliki prinsip, metode dan tujuan yang
terstruktur dalam memberikan pelatihan terhadap anggotanya. Sehingga kegiatan
kepramukaan memungkinkan untuk dijadikan metode alternatif dalam pembinaan
remaja tunalaras.
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melakukan penelitian untuk
mengetahui lebih mendalam bagaimana upaya meningkatkan kepercayaan diri
remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan
Narkotika Kelas II A Bandung.
B.Kegiatan Kepramukaan
Kepramukaan identik dengan sebuah permainan yang menyenangkan, suatu
pembinaan kepribadian, dan sebuah petualangan. Boden Powell (2006: 3)
memberikan definisi mengenai kepramukaan sebagai berikut:
Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan bagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagian, keterampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkannya.
Pengertian kepramukaan juga dikemukakan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka (2009: 3) yang mendefinisikan kepramukaan sebagai berikut:
suatu proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan kepramukaan adalah suatu
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepribadian serta keterampilan bagi generasi penerus bangsa serta dilaksanakan
berdasarkan prinsip dan metode tertentu.
C.Kepercayaan Diri
Lauser (2008: 4) menyatakan kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau
keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya
tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan
dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang
lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kekurangan dan kelebihan
diri sendiri.
Counseling Center University of Illinois at Urbana-Champaigh (2007)
menyebutkan karakteristik individu yang memiliki kepercayaan pada diri sebagai
berikut:
Self-confident people trust their own abilities, have a general sense of control in their lives, and believe that, within reason, they will be able to do what they wish, plan, and expect. Having self-confidence does not mean that individuals will be able to do everything. Self-confident people have expectations that are realistic. Even when some of their expectations are not met, they continue to be positive and to accept themselves.
(Orang yang memiliki rasa percaya diri, percaya terhadap kemampuan
mereka sendiri, memiliki pengendalian diri dalam hidupnya, dan percaya bahwa,
tanpa alasan, mereka akan dapat melakukan apa yang mereka inginkan,
rencanakan, dan harapkan. Memiliki kepercayaan diri bukan berarti bahwa
individu akan dapat melakukan semuanya. Orang percaya diri memiliki harapan
yang realistis. Bahkan ketika beberapa harapan mereka tidak terpenuhi, mereka
terus menjadi positif dan menerima diri mereka sendiri)
D.Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, sesuai dengan tujuan yang penulis telah jabarkan maka
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian kualitatif menurut Moleong (2011: 6) adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Menurut Lodico dkk (Emzir, 2011: 1) penelitian kualitatif yang juga disebut
penelitian interpretatif atau penelitian lapangan adalah suatu metodologi yang
dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropogi dan diadaptasi ke
dalam setting pendidikan. Peneliti kualitatif menggunakan metode penalaran
induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan
diungkapkan. Peneliti kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada
pemberian suara pada perasaan dan persepsi partisipan di bawah studi.
E.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II
Bandung yang beralamat di Jl. KH. Abdul Halim No. 270 Ciparay, Bandung.
Penelitian dilaksanakan dari Maret sampai dengan Juli 2014.
F. Subjek Penelitian
Subjek yang pertama, Kasubsi Bimkemaswat dan seorang staff
Bimkemaswat sebagai pembina kegiatan kepramukaan yang akan memberikan
gambaran mengenai proses penyusunan program, pelaksanaan, hambatan dan
upaya mengatasi hambatan pelaksanaan kegiatan kepramukaan dalam
meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan
Narkotika Kelas II A Bandung
Kedua, Pelatih kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan
Narkotika Kelas II A Bandung yang akan memberikan informasi mengenai
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan
kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung.
G.Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dalam tiga langkah yaitu
reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan. Pertama, reduksi data.
Menurut Suharsaputra (2012: 218) pada tahap ini peneliti melakukan proses
mengolah data dari lapangan dengan memilah dan memilih, dan
menyederhanakan data dengan merangkum yang penting-penting sesuai dengan
fokus penelitian. Reduksi data dilakukan setelah peneliti melakukan observasi dan
wawancara. Reduksi data dilakukan dengan cara menulis semua data lapangan
kemudian data dirangkum sesuai dengan hal-hal pokok untuk mencari polanya.
Kedua, display data. Suharsaputra (2012: 219) mengungkapkan dalam
display data laporan yang sudah direduksi dilihat kembali gambaran secara
keseluruhan, sehingga dapat tergambar konteks data secara keseluruhan, dan dari
situ dapat dilakukan penggalian data kembali apabila dipandang perlu untuk lebih
mendalami masalahnya.
Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan
merupaka upaya untuk memberi makna dari data yang telah dikumpulkan selama
penelitian. Sugiyono (2012: 345) mengatakan kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak
awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
H.Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diketahui perumusan program kegiatan
kepramukaan bagi warga binaan khususnya warga binaan remaja belum disusun
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disusun untuk seluruh warga binaan dengan berbagai latar belakang permasalahan
dan kebutuhan pembinaan yang beragam. Hal ini jika dilihat dari sudut pandang
pendidikan dirasa kurang tepat. Program pembinaan mestinya disesuaikan dengan
kebutuhan setiap warga binaan remaja. Warga binaan remaja dengan latar
belakang masalah yang sama pun harus diberikan pembinaan dengan pendekatan
yang berbeda mengingat kepribadian setiap warga binaan yang berbeda. Sehingga
sebelum melaksanakan program kegiatan kepramukaan diperlukan adanya
identifikasi atau assessment terhadap kebutuhan dari setiap warga binaan remaja
yang akan mengikuti kegiatan pramuka. Hal ini diperlukan sebagai acuan bagi
pelatih, pembina dan pihak Lapas dalam memberikan kegiatan kepramukaan bagi
setiap warga binaan remaja.
persiapan dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan diketahui tidak terdapat
paksaan terhadap warga binaan remaja untuk mengikuti kegiatan kepramukaan.
Warga binaan remaja mengikuti kegiatan atas kemauannya sendiri. Kemudian
dalam hal pengelompokkan tidak seperti pada penggolongan anggota di pramuka
yang membagi anggota berdasarkan usia dan kemampuan yang dimiliki. Seluruh
warga binaan remaja melaksanakan latihan secara bersama-sama bahkan warga
binaan remaja juga berlatih bersama warga binaan dewasa. Keuntungan yang
didapat warga binaan remaja dengan latihan bersama-sama warga binaan dewasa
adalah dapat mengasah kemampuan dalam melakukan interaksi sosial dengan
lingkungan yang lebih luas. Selain itu dalam interaksi dengan warga binaan
dewasa tak jarang warga binaan remaja mendapatkan nasehat, teguran dan arahan
bagaimana berinteraksi di dalam Lapas.
Materi inti yang diberikan dalam latihan kegiatan pramuka selama 11 kali
latihan diketahui adalah Pelatihan Baris Berbaris (PBB), Sandi Semapore dan
Pioneering. Masing-masing materi diberikan dalam beberapa kali pertemuan.
Pelaksanaan latihan kegiatan pramuka diawali dengan berdo‟a yang
dipimpin oleh pelatih, kemudian pelatih memeriksa kehadiran warga binaan, lalu
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyanyikan yel, kemudian masuk pada materi inti. Sebagaimana telah diuraikan
pada bahasan sebelumnya materi inti yang diberikan adalah PBB, sandi semapore
dan pioneering. Setelah materi inti kegiatan ditutup dengan berdo‟a dan
pengarahan dari pelatih kegiatan kepramukaan. Namun tidak jarang dalam
kegiatan pembuka tidak ada pengucapan Tri Satya dan Dasa Darma serta
menyanyikan yel. Dalam kegiatan penutup juga tidak selalu diakhiri dengan do‟a.
Tak jarang setelah pemberian materi inti dan membereskan perlengkapan latihan,
latihan diakhiri dengan makan bersama setelah itu langsung membubarkan diri
untuk menuju kamar masing-masing.
Metode yang digunakan dalam setiap latihan cenderung menggunakan
metode belajar sambil melakukan dan sistem beregu dengan teknik demonstrasi
dan ceramah. Selain itu dalam latihan seringkali warga binaan remaja diberikan
kesempatan untuk mempraktikkan materi yang telah diberikan. Seperti dalam
pemberian materi semapore setelah pelatih mendemostrasikan sambil memberikan
penjelasan, warga binaan remaja diberikan kesempatan untuk mempraktikkan
sandi semapore di depan warga binaan lain. Sarana pendukung pelaksanaan
kegiatan pramuka seperti tongkat, tali kur, bendera semaphore.
Pelaksanaan latihan kegiatan kepramukaan dijadwalkan dua kali dalam
seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis dan dalam setiap kali latihan waktu
yang digunakan adalah dua jam. Namun dalam pelaksanaannya latihan tidak
berjalan secara rutin. Terkadang dalam satu minggu tidak dilaksanakan latihan,
pada minggu berikutnya dilaksanakan latihan lebih dari dua kali.
Mengenai sistem dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan kepramukaan
dari pihak Lapas sendiri selain ketersediaan sarana pendukung latihan berupa
tongkat, tali kur, bendera semapore, tenda, seragam pramuka, dan sebagainya,
dukungan juga diberikan dalam bentuk kemudahan akses sarana di Lapas yaitu
Aula, lapangan futsal, lapangan blok dan sebagainya untuk digunakan latihan
kegiatan pramuka. Kemudian dukungan berupa pengawasan dari petugas
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jarang mengikutsertakan warga binaan dalam kegiatan pramuka yang
diselenggarakan oleh Kwarda bagi para warga binaan.
Dukungan dari masyarakat atau lembaga lain untuk pelaksanaan kegiatan
kepramukaan datang dari Kwartir Daerah. Hal ini terbukti dari adanya kunjungan
salah seorang penggagas program kepramukaan di Lapas.
Hambatan dalam perumusan program kegiatan kepramukaan diketahui
adalah kurangnya tenaga ahli untuk melakukan identifikasi kebutuhan pembinaan
setiap warga binaan. Selain itu pihak Lapas mengalami hambatan dalam hal dana
untuk menjalin kerjasama dengan pihak atau lembaga terkait. Hambatan utama
dalam perekrutan warga binaan remaja adalah minat warga binaan remaja untuk
ikut serta dalam kegiatan kepramukaan. Hambatan lain dalam hal perekrutan
adalah masa tahanan warga binaan remaja yang singkat sehingga peserta kegiatan
pramuka mengalami pergantian dalam waktu yang cukup cepat. Hambatan yang
dialami dalam penyampaian materi kegiatan adalah tidak adanya perumusan
program kegiatan sesuai dengan kebutuhan pembinaan warga binaan remaja. Hal
ini membuat pelatih memberikan materi kegiatan secara spontan. Kemudian
dalam menyampaikan materi, pelatih kurang bisa mengendalikan warga binaan
untuk fokus terhadap materi yang disampaikan. Pelatih juga mengalami hambatan
dalam hal referensi mengenai kegiatan kepramukaan. Terbatasnya buku-buku
kepramukaan juga keterbatasan pelatih yang merupakan warga binaan menjadi
hambatan tersendiri untuk meningkatkan kemampuan dalam memberikan materi
kegiatan pramuka.
Hambatan dalam hal mekanisme yang meliputi tahapan, metode dan sarana
pendukung yang digunakan, diketahui dalam hal tahapan pelaksanaan latihan
konsistensi kegiatan pembuka yaitu pembacaan Tri Satya dan Dasa Darma serta
kegiatan ice breaking yang menyenangkan tidak terjaga. Hambatan dalam
menggunakan metode yang lebih variatif dalam menyampaikan materi kegiatan
pramuka disebabkan kurangnya referensi mengenai metode apa saja yang dapat
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
observasi di lapangan adalah jumlah tongkat, tali kur, bendera semapore, seragam
dan sebagainya yang masih kurang dibandingnya jumlah warga binaan yang
mengikuti kegiatan pramuka.
Hambatan dalam hal sistem dukungan dari pihak Lapas adalah belum
adanya kerjasama yang dijalin secara sinergis dengan lembaga terkait dalam
upaya meningkatkan kualitas warga binaan remaja yang mengikuti kegitan
pramuka. Misalnya mendatangkan pembina dari Kwartir atau Kwarcab. Hambatan
yang dihadapi dalam hal penilaian adalah pelatih tidak memiliki kriteria penilaian
terhadap materi yang disampaikan. Sehingga penilaian yang diberikan saat latihan
terbatas hanya pada gerakan atau produk fisik dari latihan. Penilaian terhadap
perkembangan psikologis warga binaan remaja dilakukan berdasarkan
pengamatan selintas petugas dan pelatih.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam hal perumusan
program kegiatan kepramukaan adalah dengan mengirimkan petugas untuk
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Kwartir Daerah Jawa Barat atau
lembaga kepramukaan lainnya. Hal ini sebagai upaya yang dilakukan untuk
mengatasi tidak adanya tenaga ahli dalam kepramukaan. Hambatan dalam hal
mekanisme pelaksanaan latihan kegiatan pramuka khususnya dalam hal metode
yang digunakan diatasi dengan cara berdiskusi dengan warga binaan lain yang
ikut membantu melatih dan membaca buku kepramukaan yang tersedia. Dalam
hal pengadaan sarana pendukung latihan upaya yang dilakukan pelatih adalah
mengajukan kebutuhan alat kepada pihak Lapas.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam hal waktu
pelaksanaan latihan dilakukan dengan merubah jadwal latihan ketika berbenturan
dengan kegiatan lain. Mengatasi hambatan dalam hal sistem dukungan dilakukan
dengan cara menjalin kerjasama dengan Kwarcab untuk menempatkan pelatih
kegiatan pramuka di Lapas, namun hal ini belum terealisasi. Upaya lain untuk
meningkatkan kualitas warga binaan yang mengikuti kegiatan pramuka pelatih
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
langkah ini belum optimal karena dari tiga orang warga binaan yang kadang
membantu melatih masing-masing memiliki kesibukan lain sebagai korve.
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya meningkatkan kepercayaan
diri remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Penyusunan program kegiatan kepramukaan yang sesuai dengan kebutuhan
warga binaan remaja belum dilaksanakan. Belum dilakukan asesmen terdapat
kebutuhan masing-masing warga binaan remaja sebelum penyusunan dan
pelaksanaan program kegiatan kepramukaan.
2. Keseluruhan pelaksanaan kegiatan kepramukaan memiliki potensi untuk dapat
meningkatkan kepercayaa diri melalui tiga aspek yaitu kemampuan pribadi,
interaksi sosial dan konsep diri positif. Namun upaya meningkatkan
kepercayaan diri warga binaan remaja di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika
Kelas II A Bandung belum mencapai hasil yang optimal karena materi,
metode, teknik dan sistem dukungan yang ada tidak dirancang berdasarkan
kebutuhan masing-masing warga binaan remaja.
3. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan sebagai
upaya meningkatkan kepercayaan diri warga binaan remaja adalah kurangnya
jumlah pelatih, kurangnya referensi mengenai materi serta metode
pelaksanaan kegiatan kepramukaan, kurangnya anggaran untuk pengadaan
sarana pendukung kegiatan pramuka seperti tongkat, tali kur, bendera
semapore, dan sebagainya.
4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi adalah
dengan meningkatkan kemampuan pembina dalam bidang kepramukaan
melalui pelatihan-pelatihan kepramukaan yang diselenggarakan oleh Kwarda.
Upaya meningkatkan kemampuan pelatih dilakukan dengan cara pemberian
Siti Haryanti , 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pramuka. Upaya lain yang dilakukan adalah merekrut warga binaan yang
merupakan mantan TNI atau polisi untuk membantu melatih.