BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen
Menurut Eugene F. Brigham (2001; 66), ada beberapa teori mengenai
kebijakan dividen, diantaranya:
1. Teori Ketidakrelevanan Dividen
Teori ini menyatakan bahwa pembayaran dividen tidak
berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Jika kebijakan
dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka tersebut tidak
relevan. Untuk memahami argumen Modigliani dan Miller bahwa
kebijakan dividen adalah tidak relevan, perlu diketahui bahwa setiap
pemegang saham dapat menyusun kebijakan dividennya sendiri. Sebagai
contoh, jika suatu perusahaan tidak membayarkan dividen, seorang
pemegang saham yang menginginkan dividen sebesar 5% dapat
“menciptakan” hal itu dengan menjual 5% dari sahamnya. Sebaliknya
jika perusahaan membayarkan dividen lebih tinggi daripada yang
diinginkan investor, dia dapat menggunakan dividen yang tidak
diinginkan itu untuk membeli lebih banyak saham dari perusahaan
tersebut. Jika para investor dapat membeli dan menjual saham, sehingga
menciptakan kebijakan dividennya sendiri tanpa mengeluarkan biaya,
kebijakan dividen perusahaan menjadi benar-benar tidak relevan.
Kesimpulannya adalah bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi
2. Teori Bird-In-The-Hand
Gordon dan Lintner berpendapat bahwa ekuitas (modal sendiri)
akan turun apabila rasio pembagian dividen dinaikkan karena para
investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen
daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal.
Menurut Modigliani dan Miller, pendapat Gordon dan Lintner
tersebut merupakan suatu kesalahan, karena akhirnya investor akan
kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang
sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.
Teori ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pernyataan yang
bertentangan antara Gordon dan Lintner dengan Modigliani dan Miller.
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa investor lebih menyukai
pembayaran dividen daripada
capital gain
karena pembayaran dividen
merupakan penerimaan yang pasti dibandingkan capital gain. Mereka
mengkiaskan bahwa satu burung ditangan
(Bird-In-The-Hand)
lebih
berharga daripada seribu burung di udara.
3. Teori Preferensi Pajak
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan
bahwainvestor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah
daripada yang tinggi:
Jika keuntungan modal dikenakan pajak dengan tarif maksimum
mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali
laba kedalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap
menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal yang
pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih
tinggi.
Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual.
Karena adanya efek nilai waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di
masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah
daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.
Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal,
sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang. Ahli
waris yang menerima saham itu dapat menggunakan nilai saham
pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan demikian
mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.
Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin
lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika
demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk
perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk
perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.
1.
Pembagian dividen secara tunai atau
cash dividend
. Pembagian dividen
secara tunai terdiri dari beberapa bentuk yaitu:
a.
Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
Kebijakan pemberian yang stabil ini artinya dividen akan
diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka tertentu
walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen
stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian
bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap
dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk
selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan
pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh
perusahaan, karena beberapa alasan, yaitu: (1) dapat
meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat
diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, (2) dapat
memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan
mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3)
dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk
keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.
b.
Kebijakan Dividen Meningkat
c.
Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya
mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan.
Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang
dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen
yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering
disebut dividend payout ratio.
d.
Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah
Ekstra
Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan
jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil,
kemudian
ditambahkan
dengan
ekstra
dividen
bila
keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
2.
Pembagian Stock Dividen
3.
Kebijakan Stock Split
Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi,
mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham
perusahaan. oleh karena itu perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan
untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui
stock split
yaitu
pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil.
Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka
mengakibatkan harga saham turun. Oleh karena itu dengan
stock split
harga saham menjadi lebih murah, sehingga harga pasar masih dalam
trading range tertentu.
4.
Kebijakan Repurchase Stock
Repurcahse stock
adalah pembelian kembali saham-saham
perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor.
Menurut Sutrisno (dalam Trianto, 2011: 21), faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan
kepada pemegang saham antara lain adalah:
1.
Posisi Solvabilitas Perusahaan
Apabila perusahaan dalam kondisi
insolvensi
atau
solvabilitasnya
kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba.
Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk
memperbaiki posisi struktur modal perusahaan.
Cash dividend
merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh
karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa
menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan
tingkat likuiditas
perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya
kurang baik, biasanya
dividend payout rationya
kecil, sebab sebagian
laba digunakan untuk menambah
likuiditas. Namun perusahaan yang
sudah mapan dengan
likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen
lebih besar.
3.
Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang
Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa
hutang, yaitu hutang jangka pendek maupun jangka panjang.
Hutang-hutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk
membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin
banyak hutang yang harus dibayar, semakin besar dana yang harus
disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan
dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh
temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif
mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau
meroll-over
hutang, dan juga bisa dengan sumber dana intern dengan cara
memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividend
payout ratio.
Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya
pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang
dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan,
semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar
kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana
dalam rangka
ekspansi
tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang,
menambah modal sendiri, yang berasal dari pemilik, dan juga bisa
diperoleh dari
internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan.
Dengan demikian, semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan,
semakin kecil dividend payoutnya.
5.
Kesempatan Investasi
Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan
investasi, semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya
digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila
kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak
digunakan untuk membayar dividen.
6.
Stabilitas Pendapatan
Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan
dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan
perusahaan yang
pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang
berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil
harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.
7.
Pengawasan Terhadap Perusahaan
Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap
perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal
sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan
mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan.
Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu
perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian
tetap berada ditangannya
.
2.2
Free Cash Flow
Free cash flow
merupakan sisa uang sesungguhnya setelah perusahaan
memperhitungkan seluruh kebutuhan re-investasi dan merupakan jumlah yang
tersedia untuk membayar hutang, membeli kembali saham, membayar dividen,
atau mengembangkan operasi perusahaan. (Koch, Edward T.,
at al
2008:107).
Free cash flow
adalah kas dari aktivitas operasi dikurangi
capital expenditures
yang dibelanjakan perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini.
Semakin besar
free cash flow
yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka
semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk
pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen.
Hasil penelitian Achmad Fauz Rosidi (2007), dan Bram Hadianto dan
memprediksi kemungkinan perusahaan dalam membayarkan dividen. Sehingga
free cash flow
(arus kas bebas) tidak dapat mempengaruhi perusahaan dalam
membayarkan dividen.
2.3 Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Fakhruddin &
Sopian, 2001:64). Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang
mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan opperasionalnya. Dividen
merupakan bagian dari laba bersih yang dicapai perusahaan. Perusahaan akan
dapat melakukan pembagian dividen jika perusahaan memperoleh profit. Semakin
besar profitabilitas perusahaan, maka kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen kepada investor akan semakin besar.
Hasil penelitian Suharli (2007), Bram Hadianto dan Herlina (2010), Abdul
Kadir (2010), dan Mafizatun Nurhayati (2013), sama-sama menemukan bahwa
profitabilitas perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
dalam pembayaran dividen. Sedangkan Eva Rahmawati (2011) menemukan
bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen
pada suatu perusahaan. Dari hasil-hasil penelitian terdahulu itu, hampir semua
peneliti menggunakan ROI/ROA sebagai proksi untuk profitabilitasnya. Hanya
Suharli yang menggunakan ROE sebagai proksi untuk profitabilitas.
2.4 Kebijakan Hutang
Menurut Jensen, Solberg, dan Zorn (dalam Kartika Nuringsih 2005:13),
terdapat hubungan kausal yang negatif atau substitusi antara tingkat hutang
dengan dividen. Penggunaan hutang tinggi menyebabkan perusahaan menurunkan
pembayaran dividen dan sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai
cadangan pelunasan hutang.
Keputusan pendanaan dengan kebijakan
hutang bertujuan untuk
memperoleh dana dengan biaya yang paling murah. Menurut Husnan (dalam
Bram Hadianto dan Herlina 2010:58), sumber dana tersebut dapat berasal dari
bank ataupun pasar modal. Ketika perusahaan melakukan peminjaman uang lewat
bank ataupun penerbitan obligasi lewat masyarakat, maka perusahaan harus
berkomitmen untuk membayarkan bunga beserta pokok pinjamannya secara
periodik. Namun kenyataannya, semakin tinggi hutang maka semakin tinggi
mendorong perusahaan untuk menjaga aliran kasnya untuk membayar hutang
beserta pokok pinjamannya sehingga perusahaan menurunkan pembayaran
dividen pada pemegang saham. Kebijakan hutang diproksikan dengan
debt to
equity ratio
(DER). Rasio ini mengukur perbandingan hutang dengan ekuitas
(modal sendiri). Perusahaan yang tidak membayar dividen diprediksi memiliki
rasio hutang yang tinggi karena harus berkonsentrasi dalam membayar bunga dan
pokok pinjamannya, sebaliknya perusahaan
yang membayarkan dividen
diperkirakan memiliki rasio hutang yang rendah.
Achmad Fauz Rosidi (2007), Bram Hadianto dan Herlina (2010), Abdul
Kadir (2010), dan Eva Rahmawati (2001) menemukan bahwa kebijakan hutang
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian
terdahulu
mengenai
pengaruh
variabel-variabel
yang
mempengaruhi kebijakan pembayan dividen dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Michell Suharli
(2007)
Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat
Variabel bebas (variabel X) adalah Profitabilitas
(ROI) sebagai X1, dan kesempatan investasi sebagai
X2, variabel terikat (variabel Y) yaitu kebijakan
jumlah dividen tunai, dan variabel moderator yaitu likuiditas (CR)
likuiditas dapat digunakan sebagai variabel
penguat (variabel moderator) karena memberikan
hasil yang signifikan pada α = 0.10 dalam mempengaruhi
independen hanya profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan. Dengan
demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan
dipengaruhi oleh profitabilitas dan diperkuat oleh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang dan collateral asset terhadap kebijakan dividen.
Model analisis Regresi berganda
Variabel terikat: kebijakan dividen.
institusional, kebijakan hutang dan collateral asset
Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel free cash flow, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang dan collateral asset terhadap kebijakan dividen. Secara parsial, free cash flow dan kepemilikan manajerial menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen, tetapi tidak signifikan. Kebijakan hutang menunjukkan pengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan dividen. collateral asset menunjukkqn pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dan variabel kepemilikan institusional menunjukkan pengaruh negative dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas terhadap kemungkinan dibayarkannya dividen Kebijakan utang
(DER), dan
Profitabilitas (ROA). Variabel terikat: Kebijakan dividen (DIV).
Arus kas bebas tidak signifikan dalam memprediksi
Abdul Kadir (2010)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan dividen pada perusahaan credit agencies go public di BEI
Model analisis Regresi berganda
Variabel terikat: Kebijakan Dividen (DPR).
Variabel bebas: Profitabilitas (ROI), Likuiditas (CR), hutang (DER), dan rasio aktivitas (ATO).
Variabel Profitabilitas (ROI), Likuiditas (CR), hutang (DER), dan rasio aktivitas (ATO), secara simultan mempengaruhi Dividend Payout Ratio. Secara parsial variabel profitabilitas mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap dividen. Variabel likuiditas tidak mempengaruhi kebijakan dividen. Variabel hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel aktivitas menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Eva
Rahmawati (2011)
Pengaruh current ratio, ROA, kebijakan hutang dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen dengan menggunakan regresi logistik
Model regresi logistik
Variabel terikat: kebijakan dividen. Variabel bebas: current ratio, ROA, kebijakan hutang dan ukuran perusahaan
Variabel current ratio
dan ROA tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kebijakan hutang mempunyai pengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dan variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
Mafizatun Nurhayati
(2013)
Profitabilitas, Likuiditas dan
Ukuran Perusahaan
Pengaruhnya terhadap
Kebijakan Dividend an nilai perusahaan sector non jasa
Analisis Jalur (Path Analysis)
Variabel terikat: Kebijakan Dividen (DPO) dan nilai perusahaan (PBV). Variabel bebas: Ukuran perusahaan (SIZE), Profitabilitas (ROA), dan Liquiditas
Ukuran perusahaan berpengaruh negative tetapi signifikan terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Likuiditas mempunyai koefisien negative. Profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai
Tabel 2.2
Perbedaan Arah Hasil Variabel Temuan Peneliti
Peneliti
Free Cash Flow
(Arus Kas Bebas)
Achmad Fauz Rosidi
(2007)
Positif
(Tidak Signifikan)
n.a.
Positif
(Signifikan)
Bram Hadianto dan
Herlina (2010)
Keterangan: n.a.= variable tidak diteliti,tidak signifikan = tidak berpengaruh sekalipun memiliki tanda positif dan negative
Sumber: diolah oleh peneliti, 2014