• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Strategi Pemasaran di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengembangan Strategi Pemasaran di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2012"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

TAHUN 2013

TESIS

Oleh

SRI ALINAWATI 117032060/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SRI ALINAWATI 117032060/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : Sri Alinawati

Nomor Induk Mahasiswa : 117032060

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si) (

Ketua Anggota

Siti Khadijah, S.K.M., M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 11 Februari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si Anggota : 1. Siti Khadijah, S.K.M., M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

TAHUN 2013

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Pebruari 2014 Penulis,

(6)

ABSTRAK

Rumah Sakit Haji Medan selama 3 tahun terakhir memiliki tingkat utilitas yang mengalami penurunan dengan Bed Occupancy Rate <BOR) 61,4% tahun 2010 menjadi 52%, kunjungan rawat jalan 53.785 Tahun 2011 menjadi 48.433 di Tahun 2012. Berkurangnya ini menyebabkan perlu adanya peninjauan kembali terhadap strategi pemasaran atau membuat strategi pemasaran yang baru.

Penelitian ini bersifat pendekatan kualitatif di definisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif untuk merumuskan strategi pemasaran melalui bauran pemasaran rumah sakit yaitu produk, harga, tempat, promosi, orang, bukti fisik dan proses dengan menggunakan Analisa SWOT (Strenght, weakness, oportunity, threath) untuk selanjutnya menetapkan altenatif strategi pemasaran yang tepat bagi masing-masing bauran pemasaran rumah sakit.

Basil penelitian menunjukkan secara umum diperoleh bahwa analisis produk, harga, promosi, orang, bukti fisik, proses Rumah Sakit Haji Medan dalam matriks IE berada pada sel V sehingga mengarahkan pada strategi hold and maintain. Sedangkan yang lainnya berada pada strategi grow dan build.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk rencana kedepan Rumah Sakit Haji perlu membuat tim pemasaran dan tujuan pemasaran yang rinci dan jelas dengan rencana program pemasarannya.

(7)

ABSTRACT

In the last three years, the utility of RS Haji, Medan, decreased with BOR (Bed Occupancy Rate) from 61.4% to 52% in 2010, and outpatient visits also decreased from 53,785 in 2011 to 48,433 in 2012. This decrease needs some reviews on the marketing strategy or creating new marketing strategy.

The research used qualitative approach which was defined as the procedure of the research which yielded descriptive data to formulate marketing strategy through marketing mix of the hospital such as product, price, location, promotion, human resources, physical evidence, and process by using SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) analysis; after that, accurate alternative marketing strategy for each marketing mix of the hospital was formulated.

The result of the research showed that, in general, the product, price, promotion, human resources, physical evidence, and process ofRS Haji, Medan, in matrix IE were at cell V so that it was led to hold and maintain strategy while others were led to grow and build strategy.

Based on the result of the research, it could be concluded that for future plan, the management of the hospital needs to create marketing team and clear and detailed marketing program.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan

rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Pengembangan Strategi Pemasaran di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2012”

tepat pada waktunya.

Dalam penulisan Tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K), Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Endang Sulistya Rini, SE, Msi dan Siti Khadijah Nasution, SKM, MKes selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga penulisan propsal tesis ini selesai.

(9)

6. Suami tercinta dan kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberi perhatian dukungan serta doa selama penulis dalam masa pendidikan dan dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dan rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.

7. Direktur Rumah Sakit Haji Medan, BPS Dinas Propinsi Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Kotamadya Medan atas dukungan bantuannya selama penulis dalam proses pendidikan, teman-teman Wahdah Islamiah dan semua pihak yang telah memberi dukungan moril, dan perhatiannya mulai dari masa perkuliahan sampai pada proses penyusunan tesis ini dengan baik dan sempurna.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran serta masukan yang mendukung. Harapan penulis, semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Pebruari 2014 Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

Sri Alinawati lahir pada tanggal 11 Januari 1980 di Aek Bange, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Sukar dan Ibunda Hj. Suparti.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar di SDN 013825 Aek Bange selesai tahun 1992, tahun 1995 menamatkan pendidikan di SMPN 1 Sei Piring, 1998 menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMU Negeri I Kualu Hulu, dan tahun 2005 menamatkan pendidikan profesi Dokter Universitas Islam Sumatera Utara, dan tahun 2011 memulai pendidikan di Pasca Sarjana IKM USU sampai sekarang.

(11)

DAFTAR ISI

2.4. Proses Perencanaan Strategi ... 11

2.5. Proses Manajemen Strategi Pemasaran ... 17

2.6. Analisis Lingkungan ... 17

2.6.1. Analisis Eksternal (Peluang dan Ancaman) ... 18

(12)

3.9. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 44

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45

4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Haji Medan ... 45

4.1.1. Sejarah Rumah Sakit Haji Medan ... 45

4.2. Analisis Lingkungan Eksternal ... 46

4.2.1. Lingkungan Ekonomi ... 46

4.2.2. Lingkungan Demografi ... 47

4.2.3. Lingkungan Budaya ... 49

4.2.4. Lingkungan Politik dan Hukum ... 50

4.2.5. Lingkungan Pelayanan Kesehatan ... 52

4.2.6. Analisis Persaingan ... 52

4.3. Analisis Lingkungan Internal ... 56

4.3.1. Analisis Produk (Product) ... 57

4.3.2. Analisis Harga (Price) ... 71

4.3.3. Analisis Tempat (Place) ... 76

4.3.4. Analisis Promosi (Promotion) ... 81

4.3.5. Analisis Orang (People) ... 87

4.3.6. Analisis Bukti Fisik (Physical Evidence) ... 94

4.3.7. Analisis Proses (Process) ... 99

BAB 5. PEMBAHASAN ... 105

5.1.Analisis Eksternal ... 105

5.2.Analisis Lingkungan Internal ... 107

5.3.Strategi Pemasaran Rumah Sakit Haji Medan ... 107

5.3.1. Strategi Pemasaran Produk (Product) Rumah Sakit Haji Medan ... 107

5.3.2. Strategi Harga (Price) Rumah Sakit Haji Medan ... 110

5.3.3. Strategi Tempat (Place) Rumah Sakit Haji Medan ... 111

5.3.4. Strategi Promosi (Promotion) Rumah Sakit Haji Medan 112

5.3.5. Strategi Orang (People) Rumah Sakit Haji Medan ... 113

5.3.6. Strategi Bukti Fisik (Physical Evidence) Rumah Sakit Haji Medan ... 114

5.3.7. Strategi Proses (Process) Rumah Sakit Haji Medan ... 114

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

6.1. Kesimpulan ... 116

6.2. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 120

(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Kinerja RS. Haji Medan secara umum ... 4

4.1. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga berlaku (dalam Juta) Tahun 2010-2012 ... 46

4.2. Produk Domestik Bruto Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Rupiah) Tahun 2010-2012... 47

4.3. Proyeksi Struktur Penduduk Sumatera Utara Berdasarkan Umur (%), Tahun 2010-2012 ... 48

4.4. Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan Sumatera Utara Tahun 2011 ... 48

4.5. Proyeksi Struktur Penduduk Sumatera Utara Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 ... 49

4.6. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2012 ... 49

4.7. Angka Kriminalitas di Kota Medan Tahun 2010-2011 ... 50

4.8. Statistik Kesehatan di Sumatera Utara Tahun 2011 ... 52

4.9. Tingkat Pertumbuhan Pasar Rumah Sakit, Tahun 2010-2012 ... 53

4.10. BOR, LOS, TOI Rumah Sakit di Kota Medan Tahun 2012 ... 54

4.11. Harga Tarif Kamar Rumah Sakit di Kota Medan tahun 2012 ... 55

4.12. Kerjasama Provider BPJS dengan Rumah Sakit tipe B di Kotamadya Medan tahun 2013 ... 56

4.13. Karakteristik Informan ... 57

4.14. BOR, LOS, TOI Rumah Sakit Haji Medan tahun 2010-2012 ... 58

(14)

4.16. Evaluasi Internal (Matriks IFAS) Produk Rumah Sakit Haji Medan ... 68

4.17. Evaluasi Eksternal (Matriks EFAS) Produk Rumah Sakit Haji Medan ... 69

4.18. Persepsi Informan Eksternal terhadap Harga Rumah Sakit Haji Medan ... 72

4.19. IFAS Matrix Berdasarkan Harga pada S-W ... 73

4.20. EFAS Matrix Berdasarkan Harga pada O-T ... 74

4.21. Persepsi Informan Eksternal terhadap Tempat Rumah Sakit Haji Medan ... 77

4.22. IFAS Matrix Berdasarkan Tempat pada S-T ... 78

4.23. EFAS Matrix Berdasarkan Tempat pada O-T ... 80

4.24. Persepsi Informan Eksternal terhadap Promosi Rumah Sakit Haji Medan ... 82

4.25. IFAS Matrix Berdasarkan Promosi pada S-W ... 84

4.26. EFAS Matrix Berdasarkan Promosi pada O-T ... 85

4.27. Pegawai Rumah Sakit Haji Medan ... 88

4.28. Persepsi Informan Eksternal terhadap Orang Rumah Sakit Haji Medan ... 89

4.29. IFAS Matrix Berdasarkan Orang pada S-W ... 91

4.30. EFAS Matrix Berdasarkan Orang pada O-T ... 92

4.31. Persepsi Informan Eksternal terhadap Bukti Fisik Rumah Sakit Haji Medan ... 94

4.32. IFAS Matrix Berdasarkan Bukti Fisik pada S-W ... 96

4.33. EFAS Matrix Berdasarkan Bukti Fisik pada O-T ... 97

(15)
(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Matriks Eksternal dan Internal ... 16

4.1. Posisi Produk Rumah Sakit Haji Medan ... 71

4.2. Posisi Harga Rumah Sakit Haji Medan ... 76

4.3. Posisi Tempat Rumah Sakit Haji Medan ... 81

4.4. Posisi Promosi Rumah Sakit Haji Medan ... 86

4.5. Posisi Orang Rumah Sakit Haji Medan ... 93

4.6. Posisi Bukti Fisik Rumah Sakit Haji Medan ... 99

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Acuan Analisis Lingkungan Eksternal Rumah Sakit Haji Medan ... 122 2. Acuan Analisis Lingkungan Internal Rumah Sakit Haji Medan ... .... 124 3. Pedoman Wawancara Mendalam (Indept Interview) Untuk Manager

Rumah Sakit Tentang Bauran Pemasaran di Rumah Sakit Haji Medan ... 126 4. Pedoman Wawancara Mendalam (Indept Interview) Untuk

Pasien/Keluarga Pasien Tentang Bauran Pemasaran di Rumah Sakit Haji Medan ... 131 5. Tabel Tarif Rawat Jalan, IGD dan Rawat Inap Rumah Sakit Haji

(18)

ABSTRAK

Rumah Sakit Haji Medan selama 3 tahun terakhir memiliki tingkat utilitas yang mengalami penurunan dengan Bed Occupancy Rate <BOR) 61,4% tahun 2010 menjadi 52%, kunjungan rawat jalan 53.785 Tahun 2011 menjadi 48.433 di Tahun 2012. Berkurangnya ini menyebabkan perlu adanya peninjauan kembali terhadap strategi pemasaran atau membuat strategi pemasaran yang baru.

Penelitian ini bersifat pendekatan kualitatif di definisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif untuk merumuskan strategi pemasaran melalui bauran pemasaran rumah sakit yaitu produk, harga, tempat, promosi, orang, bukti fisik dan proses dengan menggunakan Analisa SWOT (Strenght, weakness, oportunity, threath) untuk selanjutnya menetapkan altenatif strategi pemasaran yang tepat bagi masing-masing bauran pemasaran rumah sakit.

Basil penelitian menunjukkan secara umum diperoleh bahwa analisis produk, harga, promosi, orang, bukti fisik, proses Rumah Sakit Haji Medan dalam matriks IE berada pada sel V sehingga mengarahkan pada strategi hold and maintain. Sedangkan yang lainnya berada pada strategi grow dan build.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk rencana kedepan Rumah Sakit Haji perlu membuat tim pemasaran dan tujuan pemasaran yang rinci dan jelas dengan rencana program pemasarannya.

(19)

ABSTRACT

In the last three years, the utility of RS Haji, Medan, decreased with BOR (Bed Occupancy Rate) from 61.4% to 52% in 2010, and outpatient visits also decreased from 53,785 in 2011 to 48,433 in 2012. This decrease needs some reviews on the marketing strategy or creating new marketing strategy.

The research used qualitative approach which was defined as the procedure of the research which yielded descriptive data to formulate marketing strategy through marketing mix of the hospital such as product, price, location, promotion, human resources, physical evidence, and process by using SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) analysis; after that, accurate alternative marketing strategy for each marketing mix of the hospital was formulated.

The result of the research showed that, in general, the product, price, promotion, human resources, physical evidence, and process ofRS Haji, Medan, in matrix IE were at cell V so that it was led to hold and maintain strategy while others were led to grow and build strategy.

Based on the result of the research, it could be concluded that for future plan, the management of the hospital needs to create marketing team and clear and detailed marketing program.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi dan liberalisasi perdagangan mewarnai milenium baru (abad 21). berbagai perubahan telah, sedang dan bakal terjadi bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri (Changes becomes constant). Adanya kemajuan dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan,

telekomunikasi, teknologi informasi, jaringan transportasi dan sektor-sektor kehidupan lain menyebabkan arus informasi semakin mudah dan lancar mengalir antar individu dan/kelompok (Chandra, et al., 2004).

Dalam konteks globalisasi, intensitas dan lingkup kompetisi sangat kompetitif dan luas. Pesaing yang dihadapi sebuah perusahaan tidak lagi datang dari kawasan atau wilayah geografi setempat, tetapi raksasa global dari mancanegara hadir untuk saling berebut pasar (Chandra, et al, 2004).

(21)

Rumah sakit telah mengalami perubahan dan pergeseran nilai dalam sistem pelayanan, baik dalam lingkup internasional, regional, maupun nasional. Perubahan paradigma dalam sistem pelayanan rumah sakit tersebut membawa nilai-nilai baru, harapan-harapan baru, tuntutan-tuntutan baru, tantangan baru dan peluang-peluang baru (Jacobalis, 1995).

Menurut Hartono (2010) mengutip pendapat Soejitno S. et.al., 2000 mengenai adanya kecendrungan fungsi sosial rumah sakit yang semakin berkurang dan digantikan fungsi sosial ekonomi untuk mencari keuntungan semata-mata.

Rumah sakit dituntut untuk siap bersaing, baik dengan rumah sakit dalam maupun luar negeri. Rumah sakit yang dibiayai modal asing akan dilengkapi dengan peralatan diagnostik dan terapi yang paling canggih serta sistem pelayanan profesional dan sistem pemasaran yang handal. Demikian pula rumah sakit domestik juga telah berupaya mengembangkan penampilannya untuk bersaing dengan rumah sakit modal asing. Persaingan yang makin ketat akan merangsang rumah sakit lain, baik pemerintah maupun swasta untuk mengembangkan pelayanan maupun pola pemasaran yang pasif menjadi aktif berdasarkan sistem yang handal (Sabarguna, 2008).

Pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian dari program yang dirancang secara hati-hati untuk pertukaran nilai dengan target pasar untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara komunikasi dan distribusi yang efektif (Sabarguna, 2008).

(22)

bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari empat elemen (4P’s): produk, harga, distribusi, dan promosi. Dalam pemasaran jasa ada tiga elemen lain yang bisa dikontrol dan dikoordinasikan untuk keperluan komunikasi dengan dan memuaskan konsumen jasa. Elemen tersebut adalah : orang (people or participants), lingkungan fisik di mana jasa diberikan atau bukti fisik (physical evidence), dan proses jasa itu sendiri (process). Dengan demikian 4 P’s yang pada mulanya menjadi bauran pemasaran barang, perlu diperluas menjadi 7 P’s jika ingin digunakan dalam pemasaran jasa (Yazid, 1999).

Rumah Sakit Haji Medan telah ditetapkan menjadi Rumah Sakit Pemerintah Propinsi Sumatera Utara sejak dikeluarkannya Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 78 Tahun 2011 tentang Pengalihan Pengelolaan Yayasan Rumah Sakit Umum Haji Medan kepada Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

Izin tetap Rumah Sakit Haji Medan telah dikeluarkan Departemen Kesehatan RI untuk 5 tahun mendatang sampai tanggal 18 Mei 2014 dengan Nomor : HK.07.06/ III/1906/09 tanggal 18 Mei 2009. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1476/MENKES/SK/X/2010 tanggal 11 Oktober 2010 Rumah Sakit Haji Medan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum dengan klasifikasi kelas B.

(23)

umum dan beberapa perusahaan.

RSU Haji Medan mempunyai sejumlah pesaing rumah sakit yang ada di Kota Medan, diantaranya adalah rumah sakit pirngadi medan. Persaingan terjadi berbagai aspek seperti perbedaan tarif pelayanan, jenis dan kualitas pelayanan serta karakteristik/kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Berikut ini dapat dilihat gambaran kinerja Rumah Sakit Haji Medan selama tiga tahun terakhir:

Tabel 1.1. Kinerja RS. Haji Medan secara umum

No Uraian 2010 2011 2012

1. Pasien masuk rawat inap 9.568 10.153 9.547 2. Pasien keluar rawat inap 9.555 9.545 8.962 3. Kunjungan rawat jalan 50.716 53.785 48.433

4. BOR (%) 61.4% 58% 52%

5. LOS (hari) 5,3 5 5

6. BTO (kali) 40,8 38 38

7. TOI (hari) 3 4 5

8. GDR (%) 6 6 6

9. NDR (%) 4 3 3

Sumber : Bagian Rekam Medik Rumah sakit Umum Haji Medan, 2013

Dari data Tabel 1.1 diketahui Rumah Sakit Haji Medan selama 3 tahun terakhir memiliki tingkat utilitas yang mengalami penurunan dengan BOR 61,4% tahun 2010 menjadi 52% di Tahun 2012, kunjungan rawat jalan 53.785 Tahun 2011 menjadi 48.433 di Tahun 2012.

(24)

perusahaan yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Haji Medan dimana pasien Jamkesmas, Askes tetap terlayani dengan baik.

1.2. Permasalahan

Penurunan tingkat kunjungan rawat jalan serta BOR Rumah Sakit Haji ini menyebabkan perlu adanya peninjauan kembali terhadap strategi pemasaran Rumah Sakit Haji Medan atau membuat strategi pemasaran yang baru sehingga diharapkan dapat meningkatkan utilitasnya.

1.3. Tujuan Penelitian

Merumuskan strategi pemasaran dengan mengidentifikasi bauran pemasaran rumah sakit dilihat dari faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal rumah sakit untuk meningkatkan utilitas Rumah Sakit Haji Medan.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit Haji Medan dalam menetapkan strategi pemasaran rumah sakit.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Diharapkan dapat menjadi sebuah konstribusi guna memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan strategi pemasaran rumah sakit.

3. Bagi Mahasiswa

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/MENKES/Per/II/1988 adalah : Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan terhadap tenaga kesehatan dan penelitian kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik.

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Berdasarkan kepemilikannya, UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit membedakan Rumah Sakit di indonesia ke dalam dua jenis, yakni:

(26)

Sakit milik Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Rumah Sakit milik Departemen di luar Departemen Kesehatan (termasuk milik Badan Usaha Milik Negara seperti Pertamina).

2. Rumah Sakit Privat, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero, rumah sakit privat meliputi: Rumah sakit milik yayasan, Rumah sakit milik perusahaan, Rumah sakit milik penanam modal (dalam negeri dan luar negeri), Rumah sakit milik badan hukum lain.

Menurut Menkes RI 1988, berdasarkan bentuk pelayanannya, rumah sakit dapat dibedakan menjadi rumah sakit umum (RSU) dan rumah sakit khusus (RSK). Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik. rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu seperti rumah sakit jiwa (RSJ), rumah sakit tuberkulosa paru (RSTP), rumah sakit mata (RSM), dan lain-lain.

(27)

Rumah sakit umumnya menyelenggarakan banyak pelayanan. Lengkapnya sebuah rumah sakit menyelenggarakan empat kelompok dasar pelayanan, yaitu: (a) diagnosis dan pengobatan (rawat jalan, rawat darurat, laboratorium, dan rawat inap), (b) pencegahan (pemeriksaan kesehatan, konseling), (c) promosi kesehatan (dalam gedung, luar gedung), dan (d) pemulihan (rehabilitasi medik fisik dan jiwa) (Hartono, 2010).

2.2. Pemasaran

Menurut Yazid (1999) pemasaran merupakan penghubung antara organisasi dengan konsumennya. Peran penghubung ini akan berhasil bila semua upaya pemasaran diorientasikan kepada konsumen. Keterlibatan semua pihak dari manajemen puncak hingga karyawan non-managerial, dalam merumuskan maupun mendukung pelaksanaan pemasaran yang berorientasi kepada konsumen tersebut, merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Menurut Yazid (1999) mengutip pendapat Lovelock (1991) alasan tersebut diatas ialah karena pemasaran semestinya:

a. Mencakup perumusan upaya-upaya strategik yang dilakukan oleh manajemen puncak.

(28)

c. Juga merupakan sarana bagi upaya untuk menjadikan keseluruhan bagian organisasi berorientasi kepada konsumen.

2.3. Pemasaran Rumah Sakit

Menurut Hartono (2010) yang mengutip pendapat Shafner, R, seorang kepala unit perencanaan dari Burbank Hospital Amerika Serikat mendefinisikan pemasaran rumah sakit sebagai upaya rumah sakit menyimak persepsi masyarakat tentang kebutuhannya sehingga rumah sakit dapat mengetahui pelayanan-pelayanan apa yang dapat ditawarkannya kepada masyarakat, untuk kemudian rumah sakit menyelenggarakan pelayanan-pelayanan itu. Rumah sakit merupakan organisasi semi bisnis yang tidak membutuhkan prinsip-prinsip baru dalam pemasaran akan tetapi menerapkan prinsip-prinsip pemasaran yang sudah ada.

Menurut Hartono (2010) mengutip pendapat Weinberg dan Lovelock (1977) bahwa telah mengidentifikasi empat ciri utama organisasi semibisnis yang perlu diperhatikan dalam menerapkan prinsip-prinsip pemasaran. Ciri-ciri itu apabila diterapkan dirumah sakit adalah sebagai berikut:

(29)

b. Banyak tujuan, Rumah sakit sebagai organisasi semibisnis cenderung memiliki banyak tujuan secara simultan, bukan hanya laba. Akibatnya menjadi lebih sulit dalam merumuskan strategi yang dapat mencapai seluruh tujuan. Para manajer rumah sakit harus berfikir keras untuk menetapkan skala prioritas dari tujuan-tujuan. Dengan demikian akan dapat dipilih satu, dua, tiga tujuan yang terpenting. c. Produk utama adalah pelayanan, Rumah sakit tentu lebih mengutamakan

pelayanan sebagai produk usahanya ketimbang barang seperti obat. Pelayanan memiliki ciri-ciri tidak kasat mata (Intangible), tidak dapat dipisahkan (Inseparable), bervariasi (variable), dan tidak dapat ditimbun (perishable). Dalam

merumusan strategi pemasaran ciri-ciri tersebut harus diperhatikan.

d. Diawasi masyarakat, Rumah sakit merupakan sasaran pengawasan oleh masyarakat karena rumah sakit mengadakan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat dan mendapat subsidi (terutama rumah sakit pemerintah). Oleh karena itu, rumah sakit pada umumnya merasakan tekanan-tekanan politis dari berbagai pihak dan dituntut untuk beroperasi sesuai dengan kehendak masyarakat.

2.4. Proses Perencanaan Strategi

Rangkuti F (2009) mengutip pendapat Steiner Miner (1977) Strategi adalah respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.

(30)

antara tujuan akhir (goals) dan peluang-peluang yang dipasar yang sedang berubah. Menurut Rangkuti (2009) proses perencanaan strategi adalah melalui tiga tahap analisis yaitu: Tahap pengumpulan data, Tahap Analisis dan Tahap pengambilan keputusan. Tahap pertama adalah tahap pengumpulan data dan merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan praanalisis. Pada tahap ini dibagi menjadi dua yaitu: Data eksternal dan data internal atau dapat juga menggunakan Matriks profil kompetitif. Tahap kedua adalah tahap analisis data untuk menentukan strategi-strategi alternatif, dimana dapat menggunakan tehnik-tehnik seperti matriks SWOT, matriks BCG, matriks internal-eksternal (IE), matriks SPACE, dan matriks grand strategy. Berikutnya tahap ketiga merupakan tahap pengambilan keputusan

dengan tehnik Quantitative strategic planning matriks (QSPM) dimana tehnik ini menggunakan informasi dari tahap input untuk mengevaluasi alternatif strategi yang paling strategi yang paling sesuai untuk dilakukan yang dapat pada tahap analisis. Dalam membuat perencanaan strategi selain digunakan tehnik-tehnik pada kerangka formulasi strategi juga diperlukan adanya instuisi terbaik (good intuitive judgement) a. Matriks Faktor Strategi Internal

(31)

1) Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman)

2) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dengan 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

3) Hitung Rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang makin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya jika nilai ancamannya sangat besar ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya adalah 4. 4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5) Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

(32)

Dari daftar faktor peluang dan ancaman setelah diberi pembobotan dan rating, kita dapat melihat faktor peluang dan ancaman mana yang paling dominan dengan melihat Weight score tertinggi.

b. Matriks faktor strategi internal

Menurut Rangkuti (2009) setelah faktor-faktor strategi internal suatu perusahaan diidentifikasi, suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam

kerangka Strenght dann Weakness perusahaan. Tahapnya adalah:

1) Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.

2) Beri bobot masing-masing tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terdapat posisi strategi perusahaan (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

3) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya.

(33)

rating, dapat dilihat faktor kekuatan dan kelemahan mana yang lebih dominan dengan melihat Weight score tertinggi.

Tahap II The (Matching Stage) menggunakan Analisis matrik Internal Eksternal (IE) yaitu menganalisis posisi organisasi, menggunakan nilai total EFAS (External Strategic Factors Analysis summary) dan IFAS (Internal Strategic Factors

Analysis summary) yang akan menentukan posisi organisasi tersebut. Matriks IE

terdiri dari 9 buah sel. Apabila organisasi tersebut terletak pada sell I, II atau IV maka organisasi tersebut termasuk dalam kategori grow dan build. posisi ini perusahaan disuruh memilih strategi yang intensif (seperti pengembangan produk, pengembangan pasar atau penetrasi pasar) atau yang integratif (seperti; backaward integration, forward integration atau horizontal integration). Jika terletak pada sel III, V dan VII

(34)

The IFAS Total Weight Score

Gambar 2.1. Matriks Eksternal dan Internal Sumber: David 1996, Strategic Management

III II

I

The EFAS Total Weight

Score

High 3.0 to 4.0

Average 2.0 to 2.99

Weak

1.0 to 1.99 VII

IV V

IX VI

VIII Strong

3.0 to 4.0

Weak 1.0 to 1.99 Average

2.0 to 2.99 Grow and Build

Hold and Maintain

(35)

2.5. Proses Manajemen Strategi Pemasaran

Menurut Laksana (2008) dalam manajemen strategi terdapat tiga level pelaksanaan strategi yaitu tingkat korporat, tingkat divisional dan tingkat operasional.

Level I (tingkat korporat) dimana proses manajemen strategi harus menjawab bisnis apa yang harus kita masuki. Strategi pada tingkat ini juga harus memperhitungkan banyaknya pasar, produk dan tehnologi yang sangat beragam pada tiap pasarnya, sehingga manajer harus menentukan pada bisnis apa korporat harus berkompetisi.

Level II (tingkat divisional). Pada tingkat ini manajemen strategi harus menjawab bagaimana suatu organisasi harus berkompetisi dalam pasar yang tersedia. Unit ini disebut sebagai strategic bussiness unit (SBU) atau Strategic Service Unit (SSU).

Level III (Strategi tingkat operasional). Strategi fungsional dibuat dalam departemen fungsional seperti pemasaran, keuangan, sistem informasi, sumber daya manusia dan lain-lain. Strategi-strategi tersebut dapat dibuat oleh manajer SBU atau SSU. Pengembangann strategi operasional juga mencakup analisis situasional, formulasi strategi, implementasi strategi, dan kontrol strategi. Strategi pada tingkat ini dibuat untuk menunjang strategi pada tingkat yang lebih tinggi.

2.6. Analisis Lingkungan

(36)

kelemahan. Golongan peluang dan ancaman merupakan bagian dari lingkungan ekternal, sedangkan golongan kekuatan dan kelemhan merupakan bagian dari lingkungan internal. Faktor-faktor yang ada dalam masing-masing lingkungan dijelaskan sebagai berikut:

2.6.1. Analisis Eksternal (Peluang dan Ancaman)

Menurut Laksana (2008) lingkungan eksternal adalah ling ingkungan yang tidak dapaat dikendalikan oleh perusahaan, meliputi lingkungan makro dan mikro.

Lingkungan makro meliputi: faktor-faktor dari keadaan ekonomi dan kependudukan (demografi), faktor budaya, keadaan politik dan hukum sedangkan Lingkungan mikro meliputi faktor-faktor dari para pemasok (suplier), pesaing, perantara yaitu perusahaan yang membantu promosi, penjualan dan pendistribusian produk, serta publik masyarakat umum (Laksana, 2008)

(37)

Lingkungan Demografi adalah lingkungan kepentingan utama bagi pemasaran karena lingkungan ini melibatkan orang-orang, dan orang yang membentuk pasar. Demografi adalah ilmu tentang populasi dalam hal ukuran, kepadatan lokasi, umur, jenis kelamin, mata pencaharian dan ststistik lainnya (Sunarto, 2010)

Menurut Laksana (2008) mengutip dari Kotler (1991) Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang meliputi kelompok acuan (kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap dan prilaku seseorang), keluarga serta peran dan status sosial.

Menurut Sunarto (2010) lingkungan budaya dibentuk oleh lembaga-lembaga dan kekuatan-kekuatan lain yang mempengaruhi nilai dasar, persepsi dan prilaku masyarakat.

Menurut Kotler (2008) lingkungan politik dan hukum terdiri dari badan hukum, pemerintah dan kelompok-kelompok penekan yang mempengaruhi dan membatasi berbagai organisasi dan perorangan.

Faktor-faktor dalam lingkungan eksternal tersebut dianalisis untuk dipilih menjadi peluang dan mana yang menjadi ancaman bagi perusahaan.

2.6.2. Analisis Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

Menurut Kotler (1995) lingkungan internal terdiri dari publik internal dari rumah sakit yaitu : Dewan pengawas/dewan penyantun, direktur utama, para direktur, para pimpinan lain, para karyawan dan para sukarelawan. Kebutuhan dan keinginan mereka harus diperhatikan.

(38)

dalam lingkungan internal meliputi: 1) Pemasaran

2) Keuangan dan akunting 3) Produksi, operasi dan tehnik 4) Personalia

5) Manajemen mutu 6) Sistem informasi

7) Organisasi dan manajemen umum

Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan tersebut dianalisis untuk dipilih mana yang menjadi kekuatan dan yang menjadi kelemahan perusahaan. (Laksana, 2008).

Menurut Duncan (1996) untuk organisasi jasa layanan kesehatan, lingkungan rumah sakit adalah:

1) Lingkungan umum (General Environment)

(39)

2) Lingkungan rumah sakit (health care environment)

Terdapat 5 segmen dalam sistem pelayanan kesehatan yaitu:

a) Planning/Regulatory Organization: adalah organisasi yang merencanakan dan mengatur primary provider dan secondary provider.

b) Primary provider: Organisasi yang menyediakan pelayanan kesehatan.

c) Secondary provider: Organisasi yang menyediakan sumber daya untuk sistem pelayanan kesehatan.

d) Provider Representative: Organisasi yang mewakili primary provider dan secondary provider.

e) Individual/pelanggan: seperti dokter, perawat, profesional dan yang lainnya. Menurut Duncan (1996) secara garis besar lingkungan eksternal rumah sakit dapat digambarkan dalam suatu hubungan yang saling mempengaruhi. Lingkungan rumah sakit dan lingkungan diluar rumah sakit saling berkomunikasi, melalui dinamika dalam masalah tehnologi, sosial, peraturan pemerintah, politik, ekonomi dan kompetisi.

Menurut Duncan (1996) organisasi rumah sakit merupakan lingkungan internal didalam rumah sakit yang berpengaruh pada kinerja rumah sakit, sehingga harus dianalisis kekuatan dan kelemahannya meliputi:

(40)

- Sub sistem fungsional yang meliputi : klinik, pelayanan administratif, fasilitas fisik, keuangan, pemasaran, dan manajemen umum. Sedangkan evaluasi sistem informasi organisasi merupakan bagian integral dari seluruh sub sistem yang ada.

Menurut Duncan (1996) ada beberapa kunci yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan:

1. Staff, Apakah kita memiliki staf yang adekuat dalam jumlah dan kualifikasi untuk melaksanakan pelayanan saat ini? Dapatkah karyawan tersebut menunjang pengembangan organisasi pada masa yang akan datang? Apakah kita mempunyai kemampuan manajerial untuk mengkoordinasikan semua area fungsional?

2. Information dan Inteligence. Apakah informasi internal kita dapat mengalir ke subsistem operasional klinik, keuangan, pemasaran, dan manajemen umum dalam jumlah yang memadai untuk menunjang aktifitas sehari-hari? Dan apakah kita mempunyai sistem untuk mendapatkan informasi strategis yang ada diluar organisasi kita?

(41)

2.7. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Menurut Tjiptono (2005) bauran pemasaran adalah seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik layanan yang ditawarkan kepada pelanggan. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi jangka panjang dan merancang program taktik jangka pendek.

Menurut Yazid (1999) bahwa bauran pemasaran terdiri dari semua variabel yang bisa dikontrol perusahaan dalam komunikasinya dengan dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen sasaran. Bauran pemasaran jasa terdiri dari 7 P’s yaitu: produk, harga, distribusi, promosi, orang, bukti fisik dan proses.

Klasifikasi bauran pemasaran, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Produk (product)

Menurut Kotler (1991) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikomunikasikan sehingga dapat memuaskan suatu keinginan atau suatu kebutuhan.

Menurut Tjiptono (2005) bahwa produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi, dan ide.

(42)

a. Core Product

Merupakan produk utama yang ditawarkan, misalnya: produk pelayanan rawat jalan padaa jasa rumah sakit.

b. Expected Product

Merupakan produk yang diharapkan berupa inti bersama pertimbangan keputusan minimal yang harus dipenuhi, misalnya, ruang tunggu poliklinik yang nyaman.

c. Augmented Product

Merupakan produk tambahan/pelengkap yang memungkinkan suatu produk dideferensiasikan terhadap yang lainnya. Misalnya, bisa memilih dokter yang diinginkan.

d. Potential Product

(43)

Lupiyoadi (2001) menyatakan ada empat karakteristik produk jasa, yaitu: a. Intangbility; Jasa bersifat abstrak dan tidak berwujud,

b. Heterogenity/Variability; bersifat non-standar dan sangat bervariasi, c. Inseparability; umumnya diproduksi dan dikomsumsi pada waktu yang

bersamaan dengan partisipasi konsumen dalam prosesnya, d. Perishability; Jasa tidak mungkin disimpan dalam inventor.

Menurut Kotler (1995) rumah sakit menghasilkan produk jasa kesehatan berupa: rawat jalan, rawat inap, farmasi, laboratorium, radiologi dan tindakan medik lainnya. Produk ini harus dijaga mutunya sesuai dengan standar profesi dan kepuasan pasien.

Menurut Simamora (2001) faktor-faktor yang berhubungan dengan produk adalah kualitas, fitur dan design.

Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Yazid (1999) faktor-faktor yang terdapat pada produk dalam pemasaran jasa adalah: fitur, fisik barang, tingkat kualitas, asesoris, pembungkus, garansi, lini produk dan penentuan merk.

Menurut Lupiyoadi (2001) analisis terhadap jasa pendidikan dapat dilakukan berdasarkan pada tingkat produk, yaitu core offer (penawaran inti). Tangible offer, dan augmented offer.

2. Tempat (place)

Place dalam unsur bauran pemasaran jasa adalah gabungan antara lokasi

(44)

Dalam membangun suatu bisnis salah satu hal penting yang juga harus diperhatikan adalah masalah lokasi perusahaan. Masalah lokasi dianggap penting karena menyangkut kinerja perusahaan tersebut. Dalam upaya pencapaian kepuasan dapat merupakan proses yang sederhana namun komplek dan rumit untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara lebih baik. Lokasi adalah suatu tempat dimana perusahaan itu melakukan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan bersedia bagi konsumen (Kotler, 2000).

Meurut Tjiptono (2005) distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan dan dapat disimpulkan bahwa proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu :

a. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan.

b. Memperlancar arus saluran pemasaran secara fisik dan non fisik.

Menurut Kotler (1995) rumah sakit, jasa ambulance, dokter, pengujian laboratorium, perusahaan asuransi, dan toko-toko obat membentuk saluran distribusi bagi jasa pemeliharaan kesehatan.

(45)

1. Akses : lokasi mudah dijangkau sarana transfortasi

2. Visibilitas : lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan

3. Lalu lintas, ada dua hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: banyaknya orang yang lalu lalang dapat memberikan peluang besar terjadinya impulse buying dan kepadatan serta kemacetan lalu lintas dapat pula menjadi

hambatan

4. Tempat parkir yang luas dan aman

5. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan 6. Persaingan yaitu lokasi persaingan

Menurut Payne (2001) tempat yang digunakan untuk memasok jasa kepada pelanggan sasaran merupakan dua bidang keputusan kunci. Keputusan tempat (lokasi dan saluran distribusi) meliputi pertimbangan mengenai cara menyampaikan jasa kepada pelanggan dan dimana jasa harus ditempatkan.

Menurut Purnama (2001) ada 5 faktor yang mungkin mempengaruhi bentuk saluran yaitu: a). Pertimbangan pengguna terakhir, b). Karakteristik produk, c). Kemampuan dan sumber daya operasional, d). Fungsi-fungsi yang diisyaratkan, e). Ketersediaan dan ketrampilan perantara.

(46)

dari: pelanggan mendatangi penyedia jasa, penyedia jasa mendatangi pelanggan atau penyedia jasa dan pelanggan mentransaksikan bisnis dalam jarak jauh.

3. Harga (price)

Menurut Angipora (1999) mengutip pendapat Stanton J.W, Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya.

Menurut Lupiyoadi (2001) penetapan harga juga sedemikian penting dalam menentukan seberapa jauh pelayanan jasa yang dinilai oleh konsumen dan juga dalam proses membangun citra.

Menurut Angipora (1999) segala keputusan yang berhubungan dengan harga akan sangat mempengaruhi berbagai aspek kegiatan perusahaan, baik yang menyangkut kegiatan penjualan maupun aspek keuntungan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Dengan demikian semua keputusan yang berkaitan dengan harga hendaknya harus dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dan mendalam serta memperhatikan aspek intern dan ekstern perusahaan.

Menurut Payne (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga jasa terdiri dari: a). Positioning jasa, b). Tujuan-tujuan korporat, c) Sifat

kompetensi, d). Daur hidup jasa, e). Elastisitas pemintaan, f). Struktur biaya, g). Sumber daya yang digunakan, h). Kondisi ekonomi yang berlaku, i). Kapasitas

(47)

Sedangkan Nagle dalam Purnama (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga pembeli dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a). Penilaian nilai unik, b). Pengaruh kesadaran atau produk pengganti, c). Pengaruh perbandingan yang sulit, d). Pengaruh pengeluaran total, e). Pengaruh manfaat akhir, f). Pengaruh investasi yang tertanam, g). Pengaruh

kualitas harga, h). Pengaruh persediaan. 4. Promosi (Promotion)

Menurut Tjiptono (2005) komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

(48)

produk dengan produk dari perusahaan lain.

Menurut Ratnasari dan Aksa (2011) ada beberapa hal yang perlu diperlukan dalam promosi, yaitu:

a. Identifikasi terlebih dahulu target audiencenya. (berhubungan dengan segmentasi pasarnya).

b. Tentukan tujuan promosi, apakah untuk menginformasikan, mempengaruhi atau untuk mengingatkan.

c. Pengembangan pesan yang disampaikan. Ini berhubungan dengan isi pesan, struktur pasar, gaya pesan, dan sumber pesan.

d. Pemilihan bauran komunikasi, apakah personnal atau non personal communication.

George dan Berry dalam Payne (2001) ada enam pedoman untuk pemasaran jasa yang benar-benar dapat diterapkan untuk kebanyakan unsur bauran promosi, yaitu: a). Memberikan petunjuk berwujud, b). Membuat jasa dimengerti, c). Kesinambungan komunikasi, d). Menjanjikan apa yang mungkin diberikan, e). Mengkapitalisasi word of mouth, f). Komunikasi langsung kepada konsumen.

Sedangkan menurut Zeithaml dan Bitner dalam Yazid (1999) faktor-faktor promosi yang terdapat dalam pemasaran jasa yang terdiri dari: a). Tenaga

penjualan dan pelayanan, b). Jumlah, c). Seleksi, d). Pelatihan, e). Insentif, f). Target, g). Jenis media dan periklanan, h). Bauran promosi (periklanan, sales,

(49)

Selanjutnya Lupiyoadi (2001) menyatakan bahwa untuk mengembangkan promosi yang efektif diperlukan produk sebagai berikut: a). Mengidentifikasi

terget audience, b). Menentukan tujuan promosi, c). Merancang pesan, d). Menyeleksi saluran komunikasi, e). Menetapkan jumlah anggaran promosi, f). Menentukan bauran promosi, g). Mengukur hasil-hasil promosi, h). Mengelola

dan menkoordinasi proses komunikasi/promosi. 5. Orang (people) atau partisipan

Orang (people) adalah semua pelaku yang memainkan sebagian penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli. Yang termasuk elemen ini adalah personel perusahaan, dan konsumen lain dalam lingkungan jasa (Yazid, 1999).

Partisipan adalah setiap orang atau semua orang yang memainkan suatu peran dalam waktu – riil jasa (selama berlangsungnya proses dan konsumsi jasa berlangsung). Jadi yang termasuk disini adalah semua karyawan maupun konsumen. Semua sikap dan tindakan konsumen bahkan cara berpakaian karyawan dan penampilan karyawan yang mempunyai pengaruh terhadap persepsikonsumen dan keberhasilan waktu riil pelayanan (service encounter). Karena pada kenyataannya jasa profesional berorientasi pada hubungan (relationship-based). Alasan yang mendasari semua itu adalah bahwa semua

(50)

Judd dalam Payne (2001) telah mengembangkan skema kategori berdasarkan tingkat frekuensi kontak pelanggan dan seberapa jauh staff dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan pemasaran yang konvensional yang terdiri dari: Contactor, modifier, influencer dan isolated.

Lupiyoadi (2001) menyatakan bahwa ada empat kriteria peranan atau pengaruh dari aspek-aspek people yang mempengaruhi konsumen yaitu peran: a). Contraktor, people disini berinteraksi langsung dengan konsumen dalam membeli, b). Modifier, mereka tidak secara langsung mempengaruhi keputusan konsumen, tetapi cukup sering berhubungan dengan konsumen, misalnya resepsionis, c). Influencer, mereka ini mempengaruhi konsumen dalam keputusan untuk membeli tetapi tidak secara langsung kontak dengan konsumen d). Isolated, people ini tidak secara langsung ikut serta dalam marketing mix dan

juga tidak sering bertemu dengan konsumen misalnya karyawan bagian administrasi penjualan, SDM, dan data processin.

6. Bukti Fisik (physical Evidence)

Bukti fisik adalah Lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi, dan setiap komponen tangible memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa tersebut (Yazid 1999).

(51)

mengirimkan pesan yang konsisten dan kuat berkenaan dengan upaya organisasi, segmen pasar yang dituju, karakteristik jasa. Oleh karena itu para pemasar jasa semestinya terlibat di dalam design perencanaan, dan pengawasan bukti fisik (Yazid 1999).

Menurut Jewell dan Siegell (1998) variabel lingkungan fisik terdiri dari suhu di tempat kerja, penerangan ditempat kerja, kebisingan ditempat kerja, ukuran dan tata letak tempat kerja, pembagian tempat kerja, pengaturan kantor dan warna dinding.

Sedangkan Yazid (1999) menyatakan bahwa dalam sejumlah kasus bukti ini mencakup fasilitas fisik dimana jasa ditawarkan, fasilitas kantor dan peralatan.

Menurut Payne (2001) Lingkungan fisik tempat jasa diciptakan langsung berinteraksi dengan konsumen dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu: Esensial evidence dan peripheral evidence. Bukti esensial mewakili keputusan kunci yang

dibuat oleh penyedia jasa mengenai design dan layout dari gedung, ruang dan lain-lain. Sedangkan bukti peripheral menambah perwujudan nilai jasa yang diberikan kepada segmen pelanggan yang dituju nilai tersebut atau berfungsi sebagai pelengkap saja.

7. Proses (process)

Proses adalah semua prosedur aktual, mekanisme dan aliran aktivitas dengan mana jasa disampaikan yang merupakan sistem penyajian atau operasi jasa (Yazid, 1999).

(52)

memungkinkan jasa dapat disampaikan dengan baik kepada konsumen. Dalam hal ini proses dapat dibedakan dalam dua cara, yaitu (Lupiyoadi, 2001):

a. Conflexity, proses yang berhubungan dengan langkah-langkah dan tahap yang telah ditetapkan dalam penyampaian jasa.

b. Divergence, yaitu proses yang berhubungan dengan adanya perubahan dalam langkah atau tahap proses tersebut.

Pada akhirnya, proses mencerminkan bagaimana semua elemen bauran pemasaran dikoordinasikan untuk menjamin kualitas dan konsistensi jasa yang diberikan kepada konsumen (Yazid 1999).

2.8. Landasan Teori

Cakupan kegiatan pemasaran jasa ditentukan oleh konsep pemasaran yang disebut bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari tujuh elemen (7P’s): produk (product), harga (price), distribusi (distribution), promosi (promotion), orang (people or participants), lingkungan fisik di mana jasa diberikan atau bukti fisik

(physical evidence), dan proses jasa itu sendiri (process) (Yazid, 1999).

Proses perencanaan strategi pemasaran melalui tahapan sebagai berikut:

1. Tahap pengumpulan data merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan praanalisis, terdiri dari:

a. Analisis faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) terhadap bauran pemasaran dalam tabel EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) b. Analisis faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) terhadap bauran

(53)
(54)

2.9. Kerangka Pikir

Strategi Pemasaran

Saat Ini

Strategi Pemasaran

Yang Diusulkan

Produ k

Harg a

Tempat Promosi Orang Bukti

Fisik Proses

Tempat Promosi Orang Bukti Fisik

FAKTOR INTERNAL

KONDISI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN SAAT INI

FAKTOR EKSTERNA

Proses SWOT ANALISIS

Produ k

(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat pendekatan kualitatif di definisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari hasil pengolahan data primer yaitu wawancara mendalam (Indepth Interview) dari orang-orang yang di tentukan sebagai informan dan data sekunder yang berasal dari rekam medik rumah sakit, dengan tujuan untuk merumuskan strategi pemasaran melalui bauran pemasaran rumah sakit menggunakan tahapan proses perencanaan strategi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada Rumah Sakit Haji Medan. 3.2.2. Waktu

Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal oktober 2013 sampai dengan selesai. Tahapan penelitian dilaksanakan dari survei pendahuluan, pembuatan proposal penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, penelitian lapangan dan membuat laporan hasil penelitian.

3.3. Informan Penelitian

(56)

memiliki kemampuan untuk menerapkan strategi pemasaran di rumah sakit (Hamidi, 2010). Informan dari internal rumah sakit yang dipilih adalah Kepala Rekam Medik, Kepala Humas dan Kepala keperawatan Rumah Sakit Haji Medan. Sedangkan informan dari eksternal rumah sakit adalah pasien/keluarga pasien.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu melakukan tanya jawab berupa pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan bauran pemasaran terhadap informan serta observasi atau pengamatan (Hamidi, 2010).

3.5. Jenis dan Sumber Data 1. Data primer

Merupakan data yang bersumber dari informan yang diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (in-depth interview).

2. Data sekunder

Data sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer yang dianggap perlu untuk penelitian ini (Hamidi, 2010).

a. Untuk memperoleh gambaran lingkungan eksternal digunakan data-data ekonomi, demografi, budaya, politik dan hukum (kebijakan atau peraturan-peraturan tentang pelayanan kesehatan) yang dapat bersumber dari :

- Institusi pemerintahan : Dinkes, BPS, dll.

(57)

b. Untuk memperoleh gambaran tentang utilisasi rumah sakit (BOR, LOS, TOI) dan kelengkapan rumah sakit data diperoleh dari bagian rekam medik.

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam berupa pertanyaan yang sesuai dengan bauran pemasaran (Hamidi, 2010)

3.7. Definisi Istilah

Analisis faktor eksternal EFAS (External Strategic Factors Analysis summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis ekternal tersebut dalam

kerangka peluang (Oportunity) dan ancaman (Threat) yang berpengaruh terhadap bauran pemasaran.

Analisis faktor eksternal Rumah Sakit Haji Medan meliputi: 1. Lingkungan ekonomi

Identifikasi informasi dibidang ekonomi yang melingkupi daerah Sumatera Utara atau Kotamadya Medan yang mempunyai pengaruh bagi pemasaran Rumah Sakit Haji Medan.

2. Lingkungan Demografi

(58)

3. Lingkungan Budaya

Identifikasi informasi dibidang budaya yang melingkupi daerah Sumatera utara atau Kotamadya Medan yang mempunyai pengaruh bagi pemasaran Rumah Sakit Haji Medan.

4. Lingkungan politik dan hukum

Identifikasi informasi di bidang politik dan hukum yang melingkupi daerah Nasional atau Sumatera Utara yang mempunyai pengaruh bagi pemasaran Rumah Sakit Haji Medan.

5. Lingkungan Pelayanan Kesehatan

Identifikasi informasi di bidang pelayanan kesehatan yang melingkupi daerah Sumatera Utara atau Kotamadya Medan yang mempunyai pengaruh bagi pemasaran Rumah Sakit Haji Medan.

6. Analisis Persaingan

Mengidentifikasi tingkat mutu rumah sakit pesaing.

Analisis faktor internal IFAS (Internal Strategic Factors Analysis summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal Rumah Sakit Haji Medan dalam kerangka kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness) dalam Bauran Pemasaran (Marketing Mix) yang terdiri dari 7 faktor (7P) yaitu:

(59)

2. Harga (Price) : Gambaran tarif pelayanan rumah sakit, Data diperoleh dari wawancara mendalam informan internal dan eksternal Rumah Sakit Haji Medan. 3. Tempat (Place): Gambaran tentang tempat lokasi dan jalur distribusi yang dalam

pengiriman/penyimpanan barang, obat, peralatan dan lain-lain serta kenyamanan konsumen dengan lokasi dan distribusi yang ada saai ini. Data diperoleh dari wawancara mendalam informan.

4. Promosi (Promotion): Gambaran tentang upaya-upaya untuk mengkomunikasikan produk jasa layanan rumah sakit melalui kegiatan promosi. Data diperoleh dari wawancara mendalam informan.

5. Orang (People), Gambaran tentang SDM sebagai pemberi pelayanan dilihat dari kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang ada, kemampuan tehnis dan keselarasannya dengan pelayanan lainnya. Data diperoleh dari wawancara mendalam informan.

6. Bukti Fisik (Phisical Evidence), gambaran tentang fasilitas fisik di rumah sakit haji dilihat dari ketersediaan sarana fisik, pemeliharaan sarana fisik tersebut, sistem informasi penunjang fasilitas fisik, dan keselarasannya dengan pelayanan lain. Data diperoleh dari wawancara mendalam informan dan pengamatan langsung.

(60)

Analisis Eksternal (EFAS) dan Analisis Internal (IFAS) dijabarkan sebagai berikut:

a. Analisa Internal (IFAS) berdasarkan produk pada S-W dan Analisa Eksternal (EFAS) berdasarkan produk pada O-T

b. Analisa Internal (IFAS) berdasarkan harga pada S-W dan Analisa Eksternal (EFAS) berdasarkan harga pada O-T

c. Analisa Internal (IFAS) berdasarkan tempat pada S-W dan Analisa Eksternal (EFAS) berdasarkan tempat pada O-T

d. Analisa Internal (IFAS) berdasarkan promosi pada S-W dan Analisa Eksternal (EFAS) berdasarkan promosi pada O-T

e. Analisa Internal (IFAS) berdasarkan orang pada S-W dan Analisa Eksternal (EFAS) berdasarkan orang pada O-T

f. Analisa Internal (IFAS) berdasarkan bukti fisik pada S-W dan Analisa Eksternal (EFAS) berdasarkan bukti fisik pada O-T

g. Analisa Internal (IFAS) berdasarkan proses pada S-W dan Analisa Eksternal (EFAS) berdasarkan proses pada O-T

3.8. Metode Analisa Data

Metode Analisis data dilakukan melalui dua tahap yaitu: a. Tahap Pengumpulan Data

(61)

internal yang termasuk kekuatan/kelemahan dan mengidentifikasi faktor eksternal yang termasuk peluang/ancaman yang dihubungkan dengan bauran pemasaran rumah sakit.

1. Membuat pembobotan untuk setiap faktor dengan ketentuan jumlah total bobot peluang dan ancaman adalah 1 (satu), demikian juga untuk kekuatan dan kelemahan totalnya 1 (satu).

2. Buat rating sesuai dengan instuisi masing-masing antara 1-4 (1 sangat

melemahkan/mayor weakness, 2 kurang melemahkan/minor weakness, 3 Kurang memperkuat/minor strength, dan 4 sangat memperkuat/mayor

strength).

3. Kalikan bobot dan rating untuk menentukan setiap faktor b. Tahap Analisis

Tahap Analisis dengan matriks internal eksternal (IE). Analisis ini menghasilkan 9 sel yang dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu:

1. Sel I, II atau IV termasuk dalam kategori grow dan build. Posisi ini perusahaan disuruh memilih strategi yang intensif (seperti pengembangan produk, pengembangan pasar atau penetrasi pasar) atau yang integratif (seperti; backaward integration, forward integration atau horizontal integration).

(62)

3. Sel VI, VIII dan IX strategi yang dapat dilakukan adalah Harvest atau divest.

3.9. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menjaga keabsahan data yang telah dikumpulkan maka peneliti melakukan dengan triangulasi metode dan triangulasi sumber :

1. Triangulasi metode dilakukan dengan membandingkan informasi hasil wawancara mendalam yang direkam dengan hasil pengamatan melalui foto dokumentasi di lokasi penelitian dan teori yang ada.

(63)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Haji Medan 4.1.1. Sejarah Rumah Sakit Haji Medan

Awal Tahun 1960-an sudah terdengar keinginan Umat Islam Sumatera Utara

yang mendambakan sebuah Rumah Sakit yang bernafaskan Islam, karena rumah sakit

yang ada dirasa belum mampu membawakan dakwah Islam secarah menyeluruh.

Gubernur Sumut H. Raja Inal Siregar pada Safari Ramadhan tahun 1990 menggagas

pendirian RS yang bernafaskan Islam sehingga dimulailah pengumpulan infaq

Jemaah Haji asal Sumatera Utara. Tanggal 31 Juli 1990 dikembangkan pengumpulan

dana dari masyarakat (partisipasi/keikhlasan PNS Sumut berinfaq). Gagasan terus

berkembang, dan pada Tahun 1990 terjadi musibah terowongan Mina dan kebetulan

pemerintah berniat membangun Rumah Sakit Haji di 4 embarkasi (Medan, Jakarta,

Surabaya dan Ujung Pandang). Rencana membangun RS Islam Sumut waktu itu

dalam proses sehingga segera dapat persetujuan dan dukungan nyata dari pemerintah

pusat dan instansi terkait. Tanggal 28 Februari 1991 di Jakarta, Presiden RI

menandatangani Prasasti permulaan pembangunan RS Haji Medan. SK Gubernur

Sumut No. 445.05/712.K, tanggal 7 Maret 1991 dibentuk Panitia Pembangunan RS

Haji Medan. Peletakkan batu pertama pembangunan RS Haji Medan tanggal 11

Maret 1991 oleh Menteri Agama RI dan Gubernur KDH Tk I Sumut. Tanggal 4 Juni

(64)

berdiri Sekolah Keperawatan Rumah Sakit Haji Medan dan pada tanggal 3 Juni1998

dibentuk Yayasan RS Haji Medan. Tanggal 29 Desember 2011 Pengalihan

Pengelolaan status Yayasan RS Haji Medan kepada Pemerintah Propinsi Sumatera

Utara.

4.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal merupakan analisis terhadap faktor-faktor di luar Rumah Sakit Haji Medan yang dapat menjadi peluang atau ancaman bagi meningkatnya utilitas Rumah Sakit Haji. Lingkungan Eksternal tersebut terdiri:

4.2.1. Lingkungan Ekonomi

Sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 konstribusi terbesar dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pemerintah Sumatera Utara adalah dari sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Urutan kedua adalah dari sektor pengangkutan dan komunikasi.

Tabel 4.1. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku (Dalam Juta) Tahun 2010-2012

Lapangan Usaha 2010 2011 2012

Pertanian 5.70 4.82 4.72

Pertambangan dan Penggalian 5.87 6.73 2.04

Industri Pengolahan 4.16 2.05 3.63

Listrik, Gas dan Air Bersih 6.88 8.21 3.43

Konstruksi 6.77 8.54 6.78

Perdangangan, Hotel dan Restoran 6.53 8.09 7.23

Pengangkutan dan komunikasi 9.44 10.02 8.26

Keuangan, persewaan dan jasa Perusahaan 10.78 13.61 11.20

Jasa-Jasa 6.77 8.30 7.54

PDRB 6.42 6.63 6.22

(65)

PDRB Perkapita Provinsi Sumetera Utara setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tahun 2010 PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 21.108.505 dan tahun 2013 naik menjadi Rp. 26.568.861

Tabel 4.2. Produk Domestik Bruto Perkapita Menurut Kabupaten/Kota atas Dasar Harga Berlaku (Dalam Rupiah) tahun 2010-2012

2010 2011 2012

PDRB Perkapita 21.108.505 23.991.310 26.568.861 Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2013

Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan eksternal mengenai biaya pengurusan rujukan Jamkesmas ke Rumah Sakit Haji Medan diperoleh bahwa tidak ada pengutipan dana pengurusan dari tingkat kepala desa sampai Rumah Sakit, ada beberapa Informan dikenakan biaya di puskesmas rata-rata sebesar Rp. 2.000,00.- persurat rujukan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat dimana dalam Permenkes ini diatur Pengelolaan dana Jamkesmas oleh BOK Pusat dan tim pengelola kabupaten/kota.

4.2.2. Lingkungan Demografi

(66)

Tabel 4.3. Proyeksi Struktur Penduduk Sumatera Utara Berdasarkan Umur (%), Tahun 2010-2012

No Gologan Umur 2010 2011 2012

1. Usia Muda (0-14) 33.24% 30.07% 32.73%

2. Usia Produktif (15-64) 62.87% 65.77% 67.07%

3. Usia Tua (65+) 3.89% 4.13% 0.21%

Jumlah 100.00 100.00 100.00

Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2013

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh BPS mengenai keadaan sosial budaya masyarakat Sumatera Utara, mereka yang berpendidikan universitas hanya 7.33%, sedangkan yang terbanyak adalah berpendidikan SMA 32.52%.

Tabel 4.4. Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Sumatera Utara Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Persentase (%)

1. Tdk/blm sekolah 2.14

2. Tdk/blm tamat sekolah SD 10.76

3. SD 22.93

4. SLTP 24.32

5. SLTA 32.52

6. DI/DII/DIII/ Universitas 7.33

Jumlah 100.00

Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2012

(67)

Tabel 4.5. Proyeksi Struktur Penduduk Sumatera Utara Berdasarkan jenis Kelamin Tahun 2012

No Umur Laki-laki Perempuan

Jumlah 6.544.092 6.559.504

Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2013

Proyeksi Jumlah Penduduk Sumatera Utara mengalami peningkatan setiap tahunnya, tahun 2010 penduduk Sumatera Utara sebesar 12.982.204 orang. Tahun 2012 meningkat menjadi 13.215.401 orang.

Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2012

No Jumlah Penduduk 2010 2011 2012

1. Sumatera Utara 12.982.204 13.103.596 13.215.401 Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2013

4.2.3. Lingkungan Budaya

Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan Pihak Rumah Sakit Haji Medan rata-rata pasien RS Haji Medan adalah beragama Islam.

(68)

Sakit diperoleh hasil bahwa Rumah Sakit Islam paling sering dikunjungi pasien/ keluarga pasien yang beragama Islam untuk berobat.

4.2.4. Lingkungan Politik dan Hukum

Angka Kriminalitas didaerah kotamadya Medan sejak tahun 2010 hingga tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah angka kejahatan dari 1972 pada tahun 2010 menjadi 10412 pada tahun 2011. Walaupun jenis kejahatan terbesar adalah Obat terlarang, Perkelahian & Penganiayaan, namun pencurian dan perampokan menduduki jumlah yang tinggi. Perampokan merupakan 17,83% dari kejahataan yang ada, sehingga hal ini menjadi peluang untuk menjadikan RSHM sebagai pusat perawatan kasus-kasus trauma kejahatan.

Tabel 4.7. Angka Kriminalitas di Kota Medan Tahun 2010-2011

No Uraian Kejahatan 2010 2011

1. Pencurian 561 3.075

2. Perampokan 356 1.857

3. Pemerkosaan 23 133

4. Kebakaran akibat kejahatan 34 153

5. Pembunuhan 18 108

6. Obat terlarang, Perkelahian & Penganiayaan

980 5.086

Jumlah 1.972 10.412

Sumber : BPS, kota Medan dalam Angka Tahun 2012

(69)

3. Peraturan Gubernur Sumatera Utara. Nomor 78 tahun 2011 tentang Pengalihan Pengelolaan Yayasan Rumah Sakit Umum Haji Medan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

4. Peraturan Pemerintah RI No.66 tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan (Perjan) membuka kemungkinan bagi Rumah Sakit Pemerintah untuk berubah pengelolaannya dimana nantinya Rumah Sakit pemerintah harus dapat membiayai sendiri kegiatan operasionalnya tanpa harus dicampuri oleh birokrasi.

5. Surat Keputusan Jenderal Pelayanan Medik tahun 1992 tentang pedoman teknis upaya kesehatan swasta dibidang Rumah Sakit dalam penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan asing (PMA).

6.

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa pada Instansi Pemerintah Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum di Lingkungan Departemen Kesehatan.

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

8. UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), bentuk perlindungan sosial masyarakat untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.

9. UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Gambar

Gambar 2.1. Matriks Eksternal dan Internal
Tabel 4.5. Proyeksi Struktur Penduduk Sumatera Utara Berdasarkan jenis
Tabel 4.9. Tingkat Pertumbuhan Pasar Rumah Sakit, Tahun 2010 – 2012
Tabel 4.10. BOR, LOS, TOI Rumah Sakit di Kota Medan Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siswa yang menjawab demikian masih belum memahami hukum I Newton dan masih belum bisa menyelesaikan masalah sehingga siswa tidak bisa menyelesaikan masalah, Sebanyak 21 siswa

Desa Program Kegiatan Output Kegiatan Volume Satuan Jumlah SKPD Ket.. Lekor Program Peningkatan Pemberdayaan lembaga

Department. Kontraktor harus menyediakan waktu untuk rapat lapangan dengan Infrastructure Department sekurang-kurangnya satu kali setiap minggu selama masa kontrak,

 Peserta didik menganalisis Grammar/Kata Kerja yang di temukan dalam teks atau unsur kebahasaan yang ada dalam teks khusus dalam bentuk surat pribadi dengan memberi dan

Konsep ini yang disebut konsep public goods.Ide kabijakan publik mengandung anggapan bahwa ada suatu ruang atau domain dalam kehidupan yang bukan privat atau

Terdapat tiga isu utama yang akan dikerjakan dalam lima tahun ke depan oleh Jurusan Ilmu Komputer, yaitu (1) peningkatan pengetahua, soft skill dan

Semakin panjang lama penyimpanan alat steril, maka semakin besar kemungkinan terjadinya kotaminasi.Kontaminasi mikroba patogen dapat memicu terjadinya infeksi

Lengkuas putih(Alpina galanga SW) banyak digunakan sebagai rempah atau bumbu dapur, sedangkan yang banyak digunakan sebagai obat adalah lengkuas merah.