• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kualitas Papan Komposit Limbah Batang Sawit dengan Acrylic sebagai Water Repellent

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan Kualitas Papan Komposit Limbah Batang Sawit dengan Acrylic sebagai Water Repellent"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan Papan Komposit

Papan komposit adalah papan buatan yang terbuat dari serpihan bagian-bagian kayu dengan bantuan perekat thermosettingkemudian mengalami kempa panas sehingga memiliki sifat seperti kayu, tahan api dan merupakan bahan isolasi serta bahan akustik yang baik (Dumanauw, 1993). Adapun pengetian lain papan partikel adalah produk kayu yang dihasilkan dari pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan perekat organik serta bahan perekat lainnya yang dibuat dengan cara pengempaan mendatar dengan dua lempeng datar.

Macam Papan Komposit a. Bentuk

Papan komposit pada umumnya berbentuk datar dengan ukuran relatif panjang tipis sehingga disebut panel. Ada beberapa papan partikel yang tidak datar (papan komposit lengkung) dan mempunyai bentuk tertentu tergantung pada cetakan yang dipakai seperti bentuk kotak radio.

b. Pengempaan

Cara pengempaan dapat secara mendatar atau secara ekstrusi. Cara mendatar ada yang kontinyu dan tidak kontinyu. Cara kontinyu berlangsung melalui ban baja yang menekan pada saat bergerak memutar. Cara tidak kontinyu pengempaan berlangsung pada lempeng yang bergerak vertikal dan banyaknya celah dapat satu atau lebih. Pada cara ekstrusi, pengempaan berlangsung kontinyu diantara dua lempeng statis. Penekanan dilakukan oleh semacam piston yang bergerak vertikal dan horizontal.

(2)

Ada tiga kelompok kerapatan papan komposit, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Terdapat perbedaan batas antara setiap kelompok tersebut, tergantung pada standar yang digunakan.

d. Kekuatan (Sifat Mekanis)

Pada prinsipnya sama seperti kerapatan, pembagian berdasarkan kekuatan pun ada yang rendah, sedang dan tinggi. Terdapat perbedaan batas antara setiap macam (tipe) tersebut, tergantung pada standar yang digunakan. Ada standar yang menambahkan persyaratan beberapa sifat fisis.

e. Macam perekat

Macam perekat yang dipakai mempengaruhi ketahanan papan kompositterhadap pengaruh kelembaban, yang selanjutnya menentukan penggunaannya. Ada standar yang membedakan berdasarkan sifat perekatnya, yaitu interior dan eksterior. Ada standar yang memakai penggolonganberdasarkam macam perekat, yaitu Tipe U (urea formaldehyde atau yang setara), Tipe M (melamin urea formaldehyde atau yang setara) dan tipe P (phenol formaldehyde atau yang setara). f. Susunan komposit

Pada saat membuat komposit dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu halus dan kasar. Pada saat membuat papan komposit kedua macam komposit tersebut dapat disusun tiga macam sehingga menghasilkan papan komposit yang berbeda. g. Arah komposit

(3)

h. Penggunaan

Berdasarkan penggunaan yang berhubungan dengan beban, papan komposit dibedakan menjadi papan komposit penggunaan umum dan papan komposit struktural (memerlukan kekuatan yang lebih tinggi). Untuk membuat mebel, pengikat dinding dipakai papan komposit penggunaan umum. Untuk membuat komposisi dinding, peti kemas dipakai papan komposit struktural.

i. Pengolahan

Ada dua macam papan komposit berdasarkan tingkat pengolahannya, yaitu pengolahan primer dan pengolahan sekunder. Papan komposit pengolahan primer adalah papan komposit yang dibuat melalui pembuatan komposit, pembentukan hamparan dan pengempaan yang menghasilkan papan komposit. Papan komposit pengolahan sekunder adalah pengolahan lanjutan dari papan komposit pengolahan primer misalnya dilapisi vinir indah, dilapisi kertas aneka corak.

Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Choon et al., (1991) mengemukakan bahwa kelapa sawit adalah jenis

monokotil yang tidak memiliki pertumbuhan sekunder, lingkaran tahun, kayu

muda dan kayu dewasa, cabang, dan mata kayu. Pertumbuhan dan pertambahan

diameter batang berasal dari pembelahan sel secara keseluruhan dan pembesaran

sel pada jaringan dasar parenkim, juga berasal dari pembesaran serat dari berkas

pembuluh.

Secara taksonomi kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut.

(4)

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae (Palmae)

Subfamili : Cocoidae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang

dari Nigeria. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon, tingginya dapat mencapai

24 m. Bunga buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila

masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit

buahnya mengandung minyak yang dapat digunakan sebagai bahan minyak lasti,

sabun dan lilin, sedangkan ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak.

Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit

berkembang biak dengan biji, tumbuh didaerah tropis, pada ketinggian 0 – 500

mdpl. Kelapa sawit menyukai tanah subur, di tempat terbuka dengan kelembaban

tinggi serta curah hujan yang berkisar 2000 – 2500 mm setahun (Hadi, 2004).

Kelapa sawit setelah berumur 25-30 tahun sudah tidak produktif lagi

sehingga akan menjadi limbah. Berdasarkan data luas areal tanaman dan

rendemen penggergajian kelapa sawit bagian tepi, diketahui bahwa potensi batang

kelapa sawit dapat dimanfaatkan sekitar 2.782.060 m3 per tahun. jumlah ini akan

terus meningkat dengan semakin luasnya perkebunan kelapa sawit (Bakar, 2003)

Variasi kadar air (KA) kelapa sawit relatif besar seperti halnya variasi KA

(5)

pusat umumnya mempunyai KA yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian

tengah, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan bagian kulit. KA akan turun dari

pangkal batang ke beberapa meter di atas pangkal dan kemudian naik menuju

bagian ujung (puncak). Bakar (2003) mengemukakan bahwa KA tertinggi berkisar

antara 65%, variasi ini cenderung turun dari atas batang ke bawah dan dari

empulur ke tepi. Beberapa sifat penting dari setiap bagian batang disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Sifat-sifat dasar batang sawit

Sifat-sifat penting Bagian dalam batang Tepi Tengah Pusat Berat jenis 0,35 0,28 0.20 Kadar air 156 257 365 Kekuatan Lentur, (Kg/cm2) 3 x104 1 x 104 0.7 x 104 Keteguhan Lentur, (Kg/cm2) 295 129 67 Susut Volume (%) 26 39 48 Kelas Awet V V V Kelas Kuat III-V V V

Sumber: Bakar (2003)

Menurut Fauzi (2002), batang sawit yang sudah tua dan tidak produktif

lagi, dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit

tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel,

furniture, atau sebagai papan partikel. Sifat-sifat yang dimiliki batang kelapa

sawit tidak berbeda jauh dengan batang kayu yang biasa digunakan untuk perabot

rumah tangga sehingga berpeluang untuk dimanfaatkan secara luas.

(6)

Pada dasarnya batang kelapa sawit tergolong dalam tanaman monokotil,

dimana apabila terlihat dari penampang transversal, batang kelapa sawit dibagi

menjadi 3 bagian yaitu cortex, peripheral region dan central zone. Cortex

merupakan bagian terluar batang dengan tebal sekitar 1,5-3,5 cm. Peripheral

region merupakan wilayah yang agak gelap, yang sangat padat dengan vascular

bundles dan sedikit parenchyma. Bagian ini memberikan kekuatan terhadap

batang kelapa sawit. Daerah central merupakan wilayah yang paling luas sekitar

80 % dari total luas (Killmann dan Choon, 1985).

Sedangkan Erwinsyah (2008) membagi penampang lintang batang

menjadi 3 bagian yaitu peripheral, central dan inner zone. Zona peripheral

merupakan zona paling luar batang sebelum kulit dan korteks. Vascular bundles

pada area ini sangat padat, sedangkan sel parenkim sangat sedikit dibandingkan

wilayah lainnya. Secara visual, daerah ini terlihat agak gelap. Zona central

merupakan daerah paling lebar sekitar 50 % dari total seluruh area. Orientasi

vascular bundles pada area ini adalah random atau acak. Zona inner hanya 20–25

% dari total area dan memiliki kandungan sel parenkim yang tinggi. Kandungan

vascular bundle pada area ini paling sedikit dibandingkan area lainnya. Orientasi

vascular bundles pada area ini sama dengan zona central.

b. Kadar Air

Bagian pusat batang kelapa sawit umumnya mempunyai kadar air yang

lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tengah dan tepinya. Kadar air kayu akan

naik dari pangkal ke beberapa meter di atas pangkal dan kemudian naik menuju

bagian ujung. Hal ini disebabkan pada bagian pusat dan bagian ujung memiliki

(7)

sedangkan parenkim memiliki kemampuan untuk mengikat air lebih banyak

dibandingkan vascular bundle (Bakar et al. 1998).

Killmann dan Choon (1985) menyatakan bahwa kadar air kayu kelapa

sawit sangat bervariasi antara 100-500 %. Lim dan Khoo (1986) juga menyatakan

bahwa kadar air meningkat ke arah tinggi dan juga ke arah pusat batang.

Sedangkan Erwinsyah (2008) mengemukakan kadar air batang kelapa sawit dalam

kondisi segar mencapai lebih dari 500 % dan nilai rata-rata kadar air 304 %.

Tabel 2. Sifat fisis vascular bundles

Sifat fisis Rataan

(pada bagian pangkal, tengah, ujung )

Kadar air 11,71%

Berat jenis zat 0,52

Berat jenis 0,44

Sumber: Saragih (2010)

c. Kerapatan

Menurut faktor ketinggian batang, bagian pangkal mempunyai nilai kerapatan

tertinggi, diikuti bagian tengah dan bagian ujung. Nilai kerapatan tertinggi juga

tercatat pada lapisan terluar dan nilainya menurun menuju ke bagian pusat kayu

(Prayitno, 1995).

Erwinsyah (2008) mengemukakan bahwa kerapatan kayu pada bagian

dalam (inner zone) berkisar antar 0,16 - 0,19 g/cm3 dengan nilai rata-rata 0,18

g/cm3, pada bagian tengah (central zone) berkisar antara 0,17 - 0,23 g/cm3 dengan

nilai rata-rata 0,20 g/cm3. Bagian tepi (peripheral zone) memiliki nilai kerapatan

tertinggi dibandingkan bagian tengah dan dalam. Besarnya nilai kerapatan pada

(8)

kerapatan kayu kelapa sawit meningkat dari bagian dalam hingga bagian tepi,

tetapi akan menurun dari pangkal hingga ujung batang.

d. Kerapatan Ikatan Pembuluh

Bakar et al. (1998) mengemukakan bahwa kerapatan vascular bundles di

bagian tepi sangat rapat dan mengalami penurunan ke arah pusat kayu. Sedangkan

faktor ketinggian tidak memberikan kecenderungan yang jelas tentang jumlah

vascular bundles.

Pola kerapatan vascular bundles kelapa sawit berbanding lurus dengan

nilai berat jenis. Bagian tepi yang mempunyai vascular bundles lebih banyak

menghasilkan nilai berat jenis yang tinggi pula. Jaringan vascular bundles

mempunyai kerapatan yang lebih tinggi daripada jaringan di sekitarnya (Bakar et

al. 1998).

e. Penyusutan

Bakar et al. (1998) menyatakan bahwa penyusutan volume batang kelapa

sawit berkisar antara 25-74 %. Berdasarkan kedalaman batang nilai susut volume

tertinggi ada pada bagian pusat batang dan semakin ke tepi semakin kecil.

Sedangkan berdasarkan faktor ketinggian batang, bahwa pada bagian pangkal

(sampai ketinggian 4,5 m) mempunyai nilai susut yang lebih rendah dibandingkan

bagian lainnya. Prayitno (1995) dan Bakar et al. (1998) menganggap sebagai

(9)

f. Sifat Mekanis

Bakar et al. (1999) mengemukakan bahwa seluruh sifat-sifat mekanis yang

diteliti yaitu keteguhan lentur atau MOE (Modulus of Elasticity), keteguhan patah

atau MOR (Modulus of Rupture), keteguhan tekan, keteguhan belah, keteguhan

geser, dan kekerasan menurun dari bagian dekat kulit ke arah pusat batang dan

dari bagian pangkal ke arah pucuk dari batang, dimana pengaruh kedalaman (arah

diameter) lebih besar dari pengaruh ketinggian (arah tinggi).

Pada arah diameter, seluruh sifat mekanis menurun tajam dari bagian tepi

ke bagian medium dan menurun landai dari bagian medium ke bagian pusat.

Penurunan tersebut terutama disebabkan perbedaan berat jenis dan kerapatan

ikatan pembuluh pada masing-masing bagian. Sedangkan penurunan pada arah

tinggi disebabkan oleh perbedaan umur dari batang kelapa sawit pada setiap

ketinggian (Bakar et al. 1999).

Dibandingkan dengan nilai sifat mekanis kayu lain, nilai keteguhan lentur,

keteguhan patah, keteguhan tekan, keteguhan geser dan kekerasan kayu kelapa

sawit bagian luar hampir setara dengan nilai sifat mekanis pada kayu sengon

(Paraserianthes falcataria) yang termasuk ke dalam kelas kuat IV-V (Bakar et

al. 1999).

g. Sifat Kimia

Bakar et al. (1998) mengemukakan bahwa sifat kimia batang kelapa sawit

bervariasi secara horizontal. Kandungan selulosa dan lignin menurun dari bagian

(10)

pusat batang. Kandungan silica dan abu lebih tinggi pada bagian pusat batang,

seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisa kimia pada berbagai posisi kedalaman batang

Jenis Analisa Near the Bark Inner Center

Lignin (%) 37,87 36,66 36,31

Selulosa (%) 45,40 42,16 41,11

Pati (%) 4,09 4,81 5,90

Abu (%) 2,23 2,14 3,14

Silica (%) 1,26 1,26 1,96

Kelarutan (%) :

• Air dingin 11,24 13,56 17,82

• Air panas 12,51 15,22 18,22

• Alkohol Benzene 9,90 9,89 10,84

• NaOH 1 % 27,64 28,48 32,26

Sumber : Bakar et al. (1998)

h. Sifat Keawetan

Kelapa sawit tidak luput dari serangan hama dan penyakit. Batangnya

dapat menjadi busuk akibat serangan beberapa cendawan Ganoderma seperti G.

applanatum, G. cochlear, G. laccatum, dan G. tropicum. Berdasarkan klasifikasi

kelas awet, batang kelapa sawit termasuk kelas awet V yang berarti sangat rentan

terhadap serangan faktor-faktor perusak kayu terutama dari faktor biologi.

Berdasarkan hasil pengujian grave yard test didapatkan umur pakai batang kelapa

sawit berkisar antara 0 sampai 232 hari. Batang kelapa sawit yang paling panjang

umurnya terdapat pada bagian tepi pangkal. Berdasarkan laju kerusakan, terjadi

peningkatan persentasi kerusakan dengan semakin tinggi dan semakin dalamnya

(11)

PerekatIsocyanate

Perekatan adalah keadaan dimana 2 permukaan material dapat diikat

secara bersamaan dengan adanya kekuatan interparsial, dapat berupa kekuatan

valensi, kekuatan terpadu ataupun gabungan keduanya. Kekuatan valensi

merupakan interaksi atom-atom, ion-ion dan molekul yang bereaksi didalam dan

pada permukaan material perekat. Kekuatan terpadu yang juga disebut keteguhan

rekat berarti permukaan-permukaan material diikat secara bersamaan oleh perekat

yang telah berpenetrasi melalui pori-pori (bila berbentuk cairan) selama proses

solidifikasi (Vick, 1999).

Menurut Nuryawan (2007) keuntungan perekat isocyanate dibandingkan

perekat berbahan dasar resin antara lain:

1. Jumlah yang dibutuhkan sedikit saja untuk memproduksi papan dengan

kekuatan yang sama.

2. Suhu yang digunakan lebih rendah.

3. Penggunaan kempa lebih cepat.

4. Lebih toleran pada perekat berkadar air tinggi.

5. Energi untuk pengeringan lebih sedikit dibutuhkan.

6. Stabilitas dimensi papan yang dihasilkan lebih stabil.

7. Tidak ada emisi formaldehyde.

Isocyanate adalah perekat yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi dari

pada perekat lainnya. Isocyanate bereaksi bukan hanya dengan aquarous tetapi

juga dengan kayu yang menghasilkan ikatan kimia yang kuat sekali (chemical

bonding). Isocyanate juga memiliki gugus kimia yang sangat reaktif, yaitu

(12)

glue, mucilage, pasta, dan cement. Glue merupakan perekat yang terbuat dari

protein hewani, seperti kulit, kuku, urat, otot dan tulang yang secara luas

digunakan dalam industri pengerjaan kayu. Mucilage merupakan perekat yang

dipersiapkan dari getah dan air dan digunakan terutama untuk merekat kertas.

Paste merupakan perekat pati (strach) yang dibuat melalui pemanasan campuran

pati dan air yang hasilnya berbentuk pasta. Cement merupakan istilah yang

digunakan untuk perekat yang bahan dasarnya semen dan mengeras melalui

pelepasan pelarut.

Acrylicuntuk Water Repellent

Acrylic merupakan bahan kimia yang berisi komponen asam acrylic yang

berasal dari

acrylic tanpa mengambil dari perut bumi ini

sintetis polimer yang berisi sekurang-kurangnya 85% acrylonitrile.

Asam acrylic atau prop-2-enoic merupaka

sederhana antara asam karboksida denga

terminus. Dalam bentuk murni, asam acrylic berupa cairan yg tidak memiliki

warna, tetapi memiliki karakteristik acrid atau berbau tajam. itu akibat tidak

bercampur dengaacrylic dapat dihasilkan dari

sebuah produk minyak dan gas yang ada di pasaran. Ester da

acrylic yang secara kolektif dikenal sebagai

paling umum dari alkyl ester. Asam acrylic terdiri dari methyl-,-butyl, ethyl-, dan

(13)

Serat acrylic adalah

monomer. Untuk dikatakanacrylic di negara Amerika Serikat, maka polimer

harus berisi setidaknya 85%

acrylic, maka akan

terasa lembut, dan hangat pada permukaan kulit kita. Belakangan ini, acrylic

biasa digunakan untuk campuran bahan pelapis anti bocor pada atap atau genting

yang produksinya mencapai skala besar, seperti industri Waterproof, Aquaproof

dan Multiguard dan lainnya (Anatole, 2007).

Jenis Umum WaterRepellent di Indonesia

-

-

- Aquaproof

-

- Water proofer

-

-

-

-

-

Gambar

Tabel 1. Sifat-sifat dasar batang sawit
Tabel  3.  Hasil analisa kimia pada berbagai posisi kedalaman batang

Referensi

Dokumen terkait

4 Tapak Ruang luar yang mampu mewadahi semua aktivitas pengguna - Dominan tekstur kasar dikombinasikan dengan tekstur lembut (soft material), Conblock dan rerumputan

Demikian pula dengan masalah pertambangan yang terjadi di Distrik Uwapa, Kabupaten Nabire, Papua. Daerah ini merupakan daerah yang kaya akan tambang emas. Sejak tahun 2002, emas

Yang menjadi dasar membangun ahklak peserta didik MTs Ma‟arif NU 4 Kecamatan Pekalongan diantaranya adalah meningkatkan kedisplinan dan juga ketertiban sekolah, dan tidak lepas

Pemilihan Alat Kontrasepsi Melalui Penerapan Sistem Pendukung Keputusan dengan Metode AHP. Raditya Danar Dana,

Dalam Gereja Kristen Indonesia (GKI Pernias) khususnya Remaja dihadiri dalam tiap minggunya kira-kira 200 orang, maka untuk meningkatkan efektivitas dalam kinerjanya dibutuhkan

[r]

The maximum difference in the claim rate is achieved using the downsampled surface model with 10 meters spatial resolution, which is shown in figure 5(b).. Both the original

Contoh atau brosur Bahan Material yang akan digunakan harus diadakan atas tanggungan Kontraktor, setelah disetujui oleh KonsultanPengawasmaka bahan/material tersebut harus ditandai