• Tidak ada hasil yang ditemukan

S MAT 1200456 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S MAT 1200456 Chapter3"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dikemukakan metode-metode yang akan digunakan pada

bab selanjutnya. Metode-metode pada bab ini yaitu metode Value at Risk dengan

pendekatan distribusi normal maupun pendekatan ekspansi cornish fisher dan metode

rantai Markov.

3.1. VALUEATRISK

Pengkajian dalam permasalahan perubahan indeks harga saham dapat terjadi

kapan saja dengan waktu yang tidak menentu, hal tersebut mengakibatkan terjadinya

ketidakpastian terhadap perubahan indeks harga saham yang menyebabkan timbulnya

suatu risiko. Pengkajian dalam permasalahan tersebut ditujukan untuk memperoleh

pendekatan terhadap perubahan indeks harga saham untuk meminimumkan risiko

yang akan diperoleh.

Salah satu metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran risiko adalah

metode Value at Risk (VaR) yang diperkenalkan oleh Morgan pada tahun 1994.

Menurut Harper (dalam Putri, 2012, hlm. 4) mengemukakan bahwa VaR digunakan

untuk mengukur kemungkinan terburuk yang akan dialami pada suatu periode dengan

tingkat kepercayaan tertentu dengan kondisi pasar normal dengan selang waktu,

tingkat kepercayaan dan besar kerugian. Menurut Jorion (2002) Value at Risk (VaR)

adalah suatu metode pengukuran risiko yang menggunakan teknik statistik.

Sedangkan “VaR adalah ukuran statistik risiko yang memperkirakan kerugian maksimum yang mungkin dialami pada portofolio dengan tingkat kepercayaan

tertentu” (Angelovska, 2013).

Berdasarkan hal tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa VaR

(2)

maksimum pada selang waktu tertentu t dengan tingkat kepercayaan tertentu secara

teoritis.

Definisi 3.1.1 Value at Risk (VaR)(Candelon, dkk. 2008, hlm. 6). VaR dapat

didefinisikan sebagai:

( �< � � − � = − � .

dimana,

: suatu peubah acak yang menyatakan return dari saham tunggal yang memiliki fungsi distribusi � . ;

− � : tingkat kepercayaan.

Oleh karena itu, definisi VaR dapat ditulis dalam bentuk lain yaitu sebagai berikut:

( � < � � − � = − �

( − � = − �

− � = ���− − � .

Berdasarkan persamaan 3.2 diperoleh bahwa VaR sangat bergantung pada

suatu fungsi distribusi, sehingga nilai VaR dapat ditentukan melalui sebuah distribusi

atau juga dapat diperoleh dari nilai persentil dari suatu distribusinya.

3.1.1.Pendekatan Distribusi Normal (Variance-Covariance)

Perhitungan VaR untuk distribusi normal yang disimbolkan oleh Ψnormal

dengan − � = (Jorion, 1975, hlm. 84 – 88) ditulis sebagai berikut:

Ψnormal= +Φ− � .

dengan Φ�− , dan � secara berurutan didefinisikan sebagai bentuk kuartil dari

distribusi return, konstanta drift dan volatility.

Drift (Yuhan, 2013, hlm.13) didefinisikan sebagai perkalian dari periode waktu

dengan mean dengan rumus sebagai berikut:

(3)

Volatility (Yuhan, 2013, hlm.13) merupakan ukuran ketidakpastian dari data deret

waktu keuangan atau risiko yang mungkin dihadapi investor dengan rumus sebagai

berikut:

� =√ × �̂ . Kuantil bawah untuk suatu tingkat kepercayaan q yang disimbolkan dengan Φ− dapat dilihat pada Tabel 3.1.

TABEL 3.1 KUANTIL BAWAH DISTRIBUSI NORMAL BAKU

TINGKAT KEPERCAYAAN (%)

− � 99,99 99,9 99 97,72 97,5 95 90 84,13 50

Φ�− -3,715 -3,090 -2,326 -2,000 -1,960 -1,645 -1,282 -1,000 -0,000

Contoh 3.1.1 Misalkan � , � , … , � adalah sampel acak berukuran 100 yang

berasal dari distribusi normal umum dengan rataan 5 dan varians 1. Dengan memilih � = , tentukan penaksir dari Ψnormal.

Penyelesaian:

Diketahui : =

�~ ,

̂ = �̂= � = , .

Karena �~ , dan � = , , maka berdasarkan tabel 3.1 diperoleh Φ�− = − ,

Akan dihitung nilai konstanta drift dan volatility = ×̂

= × =

� =√ × �̂

= √ × =

(4)

Ψnormal= +Φ− �

= + − , × = ,

Sehingga diperoleh Ψnormal= , .

3.1.2.Pendekatan Ekspansi Cornish Fisher��

Pendekatan VaR secara konvensional cenderung lebih tekait dengan asumsi

bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Namun, “data keuangan di Indonesia menunjukan penyimpangan dari normalitas yaitu parameter skewness yang

menunjukkan derajat ketaksimetrisan dari distribusi di antara nilai rata-ratanya

sehingga hal tersebut dapat memberikan gambaran intuitif ke arah mana kira-kira

bentuk asimetri dari ekor gemuk distribusinya” (Situngkir & Surya, 2004). Selain itu, menurut Chatterjee (2014, hlm.73) dua momen yang sangat perlu diperhatikan dalam

perhitungan risk management adalah momen ketiga yaitu skewness dan momen

keempat yaitu kurtosis. Pendekatan ekspansi Cornish Fisher tidak menggunakan asumsi

distribusi normal, dan juga memperhatikan momen ketiga dan keempat untuk

menyesuaikan kuantil tertentu yang membentuk kurtosis dan skewness. Suarez, dkk

(ditulis dalam Yuhan (2013)) menunjukan bagaimana kuantil tertentu dengan

menggunakan skewness dan kurtosis melalui ekspansi Cornish-Fisher dapat dilihat pada

Lampiran 4, sehingga diperoleh sebagai berikut:

Φ− = Φ− + Φ

Dengan penyesuaian ini maka dapat dihitung ΨSK dengan pendekatan ekspansi Cornish

Fisher sebagai berikut,

(5)

Contoh 3.1.2 Berdasarkan contoh 3.1.1 jika berikan informasi tambahan bahwa dari

sampel acak tersebut memiliki nilai skewness 2 dan nilai kurtosis 5. Dengan memilih � = , tentukan penaksir dari � dengan pendekatan ekspansi Cornish Fisher.

Penyelesaian:

Diketahui : =

�~ ,

̂ = �̂= � = ,

: 2

: 5: 2

Akan dihitung nilai Φ�− ,

Berdasarkan tabel 3.1 diperoleh Φ�− =(− , , sehingga

Φ�− = Φ�− + Φ�

+(Φ�− − Φ�− ′ −( Φ�− − Φ�−

= − , + − , − × +( − , − × − , ×

−( × − , − × − , ×

= − ,

Akan dihitung nilai konstanta drift dan volatility = ×̂

= × =

� =√ × �̂

= √ × =

Maka berdasarkan persamaan (3.7) diperoleh Ψnormal sebagai berikut: ΨSK = +Φ− �

= + − , × = ,

(6)

3.2. RANTAI MARKOV

Selain menggunakan metode Value at Risk dapat juga digunakan metode

lainnya yang dapat meninjau permasahan dalam analisis Indeks Harga Saham dari sisi

teknik deskriptifnya. Salah satu metode yang merupakan teknik deskriptif yang dapat

membantu menyelesaikan masalah tersebut adalah metode rantai Markov, yang dapat

digunakan untuk melakukan pengkajian dengan cara mengkalkulasi kemungkinan

kondisi indeks harga saham yang akan terjadi berikutnya.

Rantai Markov dikemukakan oleh Andrei A. Markov (1856-1922) sebagai

orang pertama yang mempublis hasil penelitiannya pada tahun 1906. Rantai Markov

dikenal sebagai stochastic process yang memiliki sifat-sifat khusus yaitu jika state

untuk sekarang diketahui, maka peluang state dari proses pada waktu mendatang

hanya dipengaruhi oleh state proses sekarang saja dan tidak dipengaruhi oleh state

pada waktu-waktu yang lampau, dimana proses stokastik merupakan salah satu ilmu

yang mempelajari hubungan dinamis dari suatu runtunan pristiwa yang memiliki sifat

ketidakpastian. Berdasarkan penjabaran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

rantai Markov merupakan rangkaian proses state dimana peluang bersyarat state yang

akan datang tergantung pada state sekarang.

Beberapa asumsi dalam penggunaan metode rantai Markov adalah sebagai

berikut:

1. Banyaknya keadaan terbatas;

2. Jumlah peluang transisi untuk suatu keadaan awal dari sistem sama dengan 1 ;

3. Peluang- peluang tersebut berlaku untuk semua partisipan dalam sistem;

4. Peluang transisi akan bernilai konstan setelah periode waktu tertentu.

Terdapat tiga prosedur utama yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Menyusun matriks peluang transisi.

2. Menghitung peluang suatu kejadian di waktu yang akan datang.

(7)

Definisi 3.2.1 Proses Rantai Markov (Markov Chain Process) (Ching & Ng, 2006,

hal. 2). Andaikan terdapat probabilitas bersyarat dari kejadian mendatang dengan

kejadian masa lampau dan kejadian saat ini adalah independen terhadap kejadian di

waktu lalu dan hanya tergantung pada kejadian saat ini sebagai berikut: (� �+ = |�= , � �− =

�− , … , � = = , .

dimana , , , , … , �− ∈ , maka hal tersebut disebut dengan proses rantai

Markov.

Berdasarkan ruang keadaan dan ruang parameternya, proses markov dapat

dikelompokan sebagai berikut:

TABEL 3.2 KLASIFIKASI PROSES RANTAI MARKOV

RUANG PARAMETER

Untuk rantai Markov dengan ruang parameter diskrit biasa juga disebut sebagai rantai

Markov.

Definisi 3.2.2 Matriks Transisi Dari Rantai Markov (Anton & Rorres, 2011, hlm.

554). Jika sebuah rantai Markov mempunyai kemungkinan state, yang dinotasikan

dengan 1, 2, ..., , maka probabilitas bahwa sistem berada dalam state pada suatu

pengamatan setelah mengalami state pada pengamatan sebelumnya, dilambangkan

dengan pij, dan disebut dengan transition probability (probabilitas transisi) dari state

ke state . Matriks = [ ] disebut dengan matriks transisi dari rantai Markov

(matrix transition Markov chain).

Misal {� , = , , , …} didefinisikan sebagai barisan data observasi dan

(8)

dapat dikontruksi sebuah matriks � dengan menggunakan {� } sedemikian sehingga

langkah dimana < , dan merupakan bilangan asli.Berdasarkan matriks � maka

dapat diperoleh matriks sebagai berikut:

=

Pada sebuah rantai Markov, state sistem pada suatu waktu pengamatan pada

umumnya tidak dapat ditentukan secara pasti namun terdapat cara untuk menentukan

probabilitas dengan baik secara teoritis untuk setiap state yang mungkin. Sebagai

contoh pada sebuah rantai Markov dengan state yang dapat diuraikan kemungkinan

state sistem tersebut pada suatu pengamatan dengan sebuah vektor kolom sebagai

berikut:

� = [ ]

dimana merupakan probabilitas bahwa sistem tersebut berada pada state 1,

merupakan probabilitas bahwa sistem tersebut berada pada state 2, dan seterusnya

hingga yang merupakan probabilitas bahwa sistem tersebut berada pada state .

(9)

Definisi 3.2.3 State Vector (Anton & Rorres, 2011, hlm. 555). State vector untuk

sebuah pengamatan pada suatu rantai Markov yang mempunyai state adalah sebuah

vektor kolom x dimana komponen ke-i, yakni xi merupakan probabilitas bahwa

sistem berada pada state ke-i pada saat itu.

Contoh 3.2.1 Misal diketahui peluang besok hujan jika hari ini hujan adalah 0,8 dan

peluang besok hujan jika hari ini tidak hujan adalah 0,3. Maka tentukan matriks transisi dari permasalahan tersebut.

Penyelesaian:

Karena peluang besok hujan jika hari ini hujan adalah 0,8 maka peluang besok tidak

hujan jika hari ini hujan adalah 0,2. Karena peluang besok hujan jika hari ini tidak

hujan adalah 0,3 maka peluang besok tidak hujan jika hari ini tidak hujan adalah 0,7.

Misal merupakan matriks transisi dari permasalahan tersebut maka,

= [ ,, ,, ]

Dalam contoh tersebut, matriks transisi rantai Markov memiliki sifat bahwa

entri-entri pada masing-masing kolom memiliki jumlah 1, hal tersebut disebabkan

karena = [ ] merupakan matriks transisi rantai Markov akibatnya untuk setiap j

akan diperoleh + = .

Persamaan Chapman-Kolmogorov (Eunike, 2015, hlm. 5). Persamaan

Chapman-Kolmogorov berguna untuk menentukan probabilitas transisi -step, sebagai

berikut,

= ∑ −

=

.

, untuk semua , , dan .

Kondisi cuaca hari ini A B

(10)

Bentuk khusus dari persamaan Chapman-Kolmogorov sebagai berikut:

maka persamaan Chapman-Kolmogorov menjadi seperti berikut:

= ∑

=

.

, untuk semua , .

Definisi 3.2.4 (Ching & Ng, 2006, hlm. 5). Didefinisikan merupakan matriks

probabilitas dari state i menuju state j setelah n kali transisi. Khususnya = .

Teorema 3.2.1 (Ching & Ng, 2006, hlm. 5). = dimana merupakan

n-langkah matiks probabilitas transisi dan merupakan matiks probabilitas transisi

satu-langkah.

Akan ditunjukan benar untuk = +

+ =

= ∑

(11)

Berdasarkan pembuktian dengan menggunakan induksi matematika sehingga terbukti

bahwa = .

Karena merupakan elemen matriks dari matriks maka `dengan

mengalikan matriks probabilitas transisi 1 langkah dengan dirinya sendiri sehingga

diperoleh,

= Secara umum maka akan diperoleh,

=

= �− .

Definisi 3.2.5 Reachable (Ching & Ng, 2006, hlm. 7). State dikatakan reachable

dari state jika > untuk . Artinya dengan berawal dari state dapat

menuju state dengan transisi.

Definisi 3.2.6 Communicate (Ching & Ng, 2006, hlm. 7). State dan state

dikatakan communicate jika state dan state saling reachable.

Definisi 3.2.7 Irreducible (Ching & Ng, 2006, hlm. 8). Rantai markov dikatakan

irreducible jika hanya mempunyai satu kelas saja, jadi semua state saling

communicate.

Definisi 3.2.8 Recurrent dan Transient (Ching & Ng, 2006, hlm. 8). Untuk setiap

state pada rantai markov, ambil yang merupakan probabilitas yang diawali dari

state , setelah keluar dari state i sistem pasti akan dapat kembali lagi ke state . State

disebut reccurent jika = dan transient jika < .

Definisi 3.2.9 Period dan Aperiodic (Ching & Ng, 2006, hlm. 14). State dikatakan

memiliki period jika = untuk setiap n yang tidak bisa dibagi d, dan d adalah

(12)

Definisi 3.2.10 Positif Recurrent (Ching & Ng, 2006, hlm. 14). State dikatakan

positif recurrent, jika state recurrent dan jika dimulai dari state , waktu harapan

sampai proses kembali lagi ke state adalah terbatas.

Definisi 3.2.11Egordic (Ching & Ng, 2006, hlm. 14). Jika suatu state bersifat positif

recurrent dan aperiodik maka state tersebut disebut ergodic.

Teorema 3.2.2 (Anton & Rorres, 2011, hlm. 555). Jika P merupakan matriks transisi

dari rantai Markov dan � adalah state vector pada pengamatan ke- , maka � + = � .

Bukti:

Karena merupakan matriks transisi dari rantai Markov, dan berdasarkan persamaan

Chapman-Kolmogorov diperoleh,

+ = .

karena � adalah state vektor pada pengamatan ke-n yang merupakan salah satu

kolom dari , maka jelas � + = �

Contoh 3.2.2 Berdasarkan contoh 3.2.1, tentukanlah vektor keadaan pada

pengamatan ke-3 jika diketahui bahwa vektor keadaan awalnya adalah [ ]�.

Penyelesaian:

Misal � �menyatakan vektor keadaan pada saat i. Dengan menggunakan teorema

3.2.2 maka diperoleh,

� = �� =[ ,, ,, ] [ ]=[ ,, ]

� = �� =[ ,, ,, ] [ ,, ]=[ ,, ]

� = �� =[ ,, ,, ] [ ,, ]=[ ,, ]

Sehingga diperoleh vektor keadaan pada pengamatan ke-3 yaitu � =[ , , ]�.

Definisi dan teorema tersebut sangatlah penting untuk mengetahui kondisi

(13)

dipelajari kelakuan dari suatu rantai Makov. Sebelumnya akan dilakukan pembahasan

terlebih dahulu mengenai rantai Markov dengan matriks peluang transisi regular dan

bagaimana distribusi limitnya.

Misalkan adalah matriks peluang transisi dari suatu rantai Markov dengan

keadaan yaitu , , … , . Matriks disebut dengan maatriks regular jika memenuhi:

(i) Untuk setiap pasangan dan , selalu ada keadaan , , … , dimana … > ;

(ii) Sekurang-kurangnya terdapat satu keadaan dimana > .

Perhatikan syarat (i) untuk matriks regular dimana … > yang

merupakan komponen dari elemen-elemen matriks peluang transisi langkah.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk suatu matriks peluang

transisi regular terdapat dimana peluang transisi dari satu kedaan menuju keadaan

lainnya dalam langkah selalu bernilai positif. Oleh karena itu suatu matriks peluang

transisi dikatakan regular jika memiliki sifat yaitu jika dipangkatkan oleh suatu

konstanta positif maka matriks seluruh elemen bernilai positif. matriks peluang

transisi dari suatu rantai Markov dengan keadaan demikian disebut dengan regular

yang ditulis dalam definisi 3.2.12.

Definisi 3.2.12 Matriks Transisi Reguler (Anton & Rorres, 2011, hlm. 558).

Sebuah matriks transisi bersifat reguler jika suatu pangkat bulat dari matriks tersebut

mempunyai entri-entri positif.

Teorema 3.2.3 (Anton & Rorres, 2011, hlm. 558). Jika adalah sebuah matriks

transisi regular, maka ketika → ∞

[

… … ⋱

]

(14)

Karena merupakan matriks regular, maka irreducible, aperiodic, dan sifat

Transien sehingga setelah proses berawal dari keadaan i, peluang untuk kembali ke

keadaan i setelah suatu selang interval waktu tertentu sama dengan satu. Berdasarkan

hal tersebut dapat dilihat bahwa setiap rantai Markov reguler mempunyai sebuah

vektor state tetap sedemikian sehingga � mendekati untuk → ∞ pada

sebarang pilihan � dimana hal tersebut ditulis pada teorema 3.2.4.

Teorema 3.2.4 (Anton & Rorres, 2011, hlm. 559). Jika P adalah sebuah matriks

dimana q adalah sebuah vektor probabilitas tetap, yang tidak tergantung pada n, dan

semua entrinya adalah positif.

Bukti:

Misalkan Q adalah sebuah matriks transisi dimana seluruh kolomnya sama dengan

vektor probabilitas q yang didefinisikan sebagai berikut:

(15)

= + + + [ ]

=

=

Karena � → � ketika → ∞ dan � = maka terbukti bahwa � → ketika → ∞.

Sehingga untuk sebuah rantai Markov reguler, sistem tersebut pada akhirnya

mendekati sebuah vektor state tetap yang disebut dengan Steady-state vector dari

suatu rantai Markov reguler. Selain dengan cara tersebut terdapat cara lain untuk

memastikan bahwa merupakan vektor Steady-state yaitu mengecek apakah yang

diperoleh memenuhi empat syarat pada definisi 3.2.13 dimana keberadaan tunggal

yang ditulis padateorema 3.2.5.

Definisi 3.2.13 (Ching & Ng, 2006, hlm. 15) vektor disebut distribusi stasioner

(steady-state) jika memenuhi,

(i) = [ ]

(ii) , ∀

(iii) ∑= =

(iv) =

Teorema 3.2.5 (Anton & Rorres, 2011, hlm. 559). Vektor Steady-state q dari sebuah

matriks transisi regular P merupakan vektor probabilitas yang unik, yang memenuhi

persamaan = .

Bukti:

+ = �+

+ = + ; karena memenuhi sifat assosiatif

= + ; karena lim �→∞

= lim

(16)

= ; misal q adalah vektor probabilitas dari matriks Q yang menyebabkan

= .

akan ditunjukan bahwa keberadaan q tunggal.

Misal r merupakan vektor probabilitas lain dari matriks Q yang menyebabkan

=

kemudian perhatikan juga bahwa = ; ketika → ∞. Berdasarkan teorema

3.2.4 karena → = ketika → ∞, maka = ketika → ∞ sedangkan = ketika → ∞, artinya dapat disimpulkan bahwa = . Sehingga terbukti bahwa Vektor Steady-state q dari sebuah matriks transisi regular P merupakan vektor

probabilitas yang unik, yang memenuhi persamaan =

Perhatikan bahwa teorema 3.2.5 dapat dinyatakan pula sebagai berikut:

=

= ; �merupakan matriks identitas

0 = � −

0 = � − .

Sehingga diperoleh bentuk lainnya dari teorema 3.2.5 yaitu � − = dimana q1 +

q2 + ... + qk = 1.

Contoh 3.2.3 Berdasarkan contoh 3.2.1, tentukanlah vektor steady state dan

buktikanlah.

Penyelesaian:

Misal menyatakan vektorsteady state. Dengan menggunakan persamaan 3.19 maka

diperoleh,

= � −

[ ] = ([ ]−[ , ,

, , ]) [ ]

[ ] = [ , − ,

− , , ] [ ] (i)

Persamaan (i) akan menghasilkan persamaan bebas tunggal sebagai berikut,

= , − ,

(17)

dengan memisalkan = dimana merupakan konstanta sembarang maka setiap

solusi dari (i) akan berbentuk

= [ ]

Untuk membuat menjadi vektor probabilitas maka tetapkan =

+ =5. Akibatnya

= [ ] = ( ) [ ] = [ ]

Akan ditunjukan bahwa merupakan vektor steady-state

(i) = [ ] = [5

5

]

(ii) Akan ditunjukan bahwa , ∀

= , sehingga =

5 dan = , sehingga = 5

(iii) Akan ditunjukan bahwa ∑= =

=

= + = + =

(iv) Akan ditunjukan bahwa =

[ ,, ,, ] [ ]=[ ]=[ ]

Berdasarkan (i), (ii), (iii), dan (iv) maka terbukti bahwa = [5

5

]merupakan vektor

(18)

3.3. PROSEDUR METODE VALUE AT RISK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CORNISH FISHER DAN METODE RANTAI MARKOV

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditulis prosedur untuk melakukan

analisis pada indeks harga saham. Selanjutnya akan ditulis prosedur analisis indeks

harga saham baik menggunakan metode Value at Risk dengan menggunakan

pendekatan Cornish Fishermaupun menggunakan metode rantai Markov.

Prosedur metode Value at Risk dengan menggunakan pendekatan Cornish

Fisheruntuk menentukan besar risiko maksimal yang mungkin terjadi adalah sebagai

berikut:

1. Ambil sampel secara berurutan berdasarkan waktu minimal sebanyak 250 data

seperti yang dianjurkan oleh Basel II Accord;

2. Transformasi data indeks harga saham menjadi data return;

3. Hitung nilai rataan, simpangan baku, skewness dan kurtosis pada data yang akan

dianalisis;

4. Hitung nilai drift dengan persamaan (3.4) pada data return;

5. volality dengan persamaan (3.5) pada data return;

6. Tentukan tingkat kepercayaan − � ;

7. Cari nilai kuantil bawah distribusi normal baku yang sesuai dengan tingkat

kepercayaan yang dipilih (lihat pada tabel 3.1);

8. Hitung Value at Risk menggunakan pendekatan ekspansi Cornish Fisher dengan

persamaan (3.10);

9. Interpretasikan hasil perhitungan.

Prosedur penggunaan metode rantai Markov untuk mencari vektor

Steady-stateadalah sebagai berikut:

1. Ambil sampel secara berurutan berdasarkan waktu minimal sebanyak 250 data

seperti yang dianjurkan oleh Basel II Accord;

2. Tentukan jumlah state pada data yang akan dianalisis;

3. Menentukan matriks transisi rantai Markov;

(19)

5. Mengidentifikasi matriks tersebut apakah merupakan matriks transisi regular;

6. Mencari vektor Steady-state;

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengadopsi prosedur penelitian dan pengembangan ( research and development ) dari Borg and Gall, yang terdiri dari potensi dan masalah, mengumpulkan informasi,

Stripping adalah operasi pemisahan solute dari fase cair ke fase gas, yaitu dengan mengontakkan cairan yang berisi solute dengan pelarut gas ( stripping agent) yang

+3 Implementasi aplikasi SERA HELPDESK ini adalah bagian integral dari perencanaan strategis teknologi informasi perusahaan dan memiliki payoff (hasil) yang cukup, dan

lah hasil belajar mata pelajaran las listrik pada pe- serta didik kelas XI TP SMK Wisudha Karya Kudus. Agar penelitian yang dilakukan tidak me- nyimpang dari tujuan, maka

Scenario respon tingkat tinggi akan menjangkau wanita yang terlibat dalam pekerja seks tetap di bawah 5%, dengan penurunan prevalensi yang berhubungan dengan

Bentuk dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan), diwujudkan secara

SKPD : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Alamat : Jalan Patriot

(2) Anak perempuan sebagai anak tunggal dalam hukum waris adat Bali mewaris dari harta orang tuanya yaitu harta gunakaya orang tuanya yang mana menurut hukum adat Bali