• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Program

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Program"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

17 2.1.1. Pengertian Evaluasi Program

Kata evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation yang berarti ujian. Evaluasi merupakan proses pengumpulan data, untuk menentukan sejauh mana tujuan program dapat tercapai. Evaluasi merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan, sebagai cabang ilmu pengetahuan, ilmu evaluasi didukung oleh sejumlah teori. Evaluasi pada umumnya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan/ program guna dipertanggung jawabkan kepada yang berwenang, evaluasi dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana tujuan tercapai serta sejauh mana kesenjangan antara harapan dengan fakta dilapangan. Menurut Anderson dalam Winarno (2008:166), “Secara Umum Evaluasi Dapat Dikatakan Sebagai Kegiatan Yang Menyangkut Estimasi, Atau Penilaian Kebijakan Yang

(2)

Mencakup Substansi, Implementasi Dan Dampak Pelaksanaan Kebijakan Tersebut”.

Menurut Stufflebeam dalam Arikunto Dan Jabar (2010:1) mendefinisikan bahwa “Evaluasi Merupakan Penggambaran Proses, Mencari Dan Memberikan Informasi Yang Berguna Untuk Para Pengambil Keputusan Dalam Menentukan Alternatif Keputusan”.

Dari beberapa pendapat ahli yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses penilaian dan penggambaran yang mencakup substansi untuk memperoleh hasil akhir dari kegiatan, serta untuk menyajikan informasi sebagai hasil dari suatu keputusan.

Ada beberapa pengertian tentang program, program adalah suatu rencana yang akan dilaksanakan, yang melibatkan berbagai unit yang berisikan kebijakan serta rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam waktu yang ditentukan. Menurut arikunto (2004:2), program dapat dipahami dalam dua pengertian yaitu : 1). Pengertian secara umum yang dapat diartikan sebagai rencana atau rancangan

(3)

kegiatan yang akan dilakukan dikemudian hari; 2). Pengertian secara khusus dihubungkan dengan evaluasi yang berarti satu kesatuan atau unit kegiatan yang merupakan implementasi suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Menurut Isaac dan Michael (1984:6), sebuah program yang dilaksanakan harus diakhiri dengan evaluasi, hal ini dikarenakan untuk melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat tiga tahap rangkaian evaluasi program menurut Isaac dan Michael yaitu : a). menyatakan pertanyaan serta mengspesifikasikan informasi yang akan diperoleh; b). mencari data yang relevan dengan penelitian, dan ; c). menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan program.

Dari beberapa pendapat ahli yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa program merupakan

(4)

rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan waktu pelaksanaan yang di tentukan, program tidak hanya terdiri dari satu kegiatan, namun merupakan serangkaian kegiatan yang menjadi satu kesatuan yang membentuk suatu sistem yang saling terkait satu dan yang lainnya, dan dilaksanakan oleh sekelompok orang.

Evaluasi program merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk menilai/mengukur tingkat keberhasilan suatu program. Menurut arikunto (2009:5), melakukan evaluasi program merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasi, evaluasi program merupakan upaya menyediakan informasi yang akan disampaikan kepada pengambil keputusan.

Dari pendapat yang telah dipaparkan ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi program merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat hasil atau

(5)

manfaat serta dampak dari kegiatan atau program yang telah dilaksanakan.

2.1.2. Tujuan Evaluasi Program

Menurut arikunto (2004:13), evaluasi mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum diarahkan pada program secara menyeluruh, dan tujuan khusus difokuskan pada tiap-tiap komponen.

Sedangkan tujuan evaluasi program menurut Mulyatiningsih, (2011:114). Evaluasi program dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Menunjukan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan suatu organisasi, hasil evaluasi ini penting untuk pengembangan program yang sama ditempat yang lain.

2. Mengambil keputusan mengenai keberlanjutan sebuah program, apakah program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

Menurut pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi program merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui suatu keadaan dari sebuah program apakah program tersebut dapat tetap digunakan untuk

(6)

diteruskan sebagai bahan pengembangan ditempat lain, diteruskan namun diperbaiki terlebih dahulu atau dihentikan untuk tidak digunakan lagi.

Suatu program dalam keterlaksanaannya harus senantiasa dilakukan evaluasi, untuk dapat melihat sejauh mana ketercapaian dalam implementasi program tersebut, apakah berhasil atau tidaknya. Kefektifitasan program yang berjalan, tidak dapat diukur jika tidak dilakukan evaluasi program. Dengan demikian kebijakan yang berhubungan dengan program harus didukung oleh data, karenanya informasi dan data merupakan bahan rekomendasi bagi pengambil kebijakan, untuk memutuskan apakah program tersebut dapat dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui/ mengukur ketercapaian sampai sejauhmana sebuah kebijakan tersebut dapat terimplementasikan.

(7)

2.1.3. Manfaat Evaluasi Program

Kegiatan evaluasi tidak dapat dipisahkan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan lanjut dari suatu program, dari hasil evaluasi program, para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan.

Menurut arikunto (2012:22), Empat kebijakan yang dapat diambil berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program, yaitu :

1) Menghentikan program karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan, 2) Merevisi program karena pada bagian-bagian

terdapat yang kurang sesuai dengan harapan. 3) Melanjutkan program karena pelaksanaan program

menunjukan bahwa segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan harapan, dan memberikan hasil yang bermanfaat,

4) Desimilasi atau menyebarluaskan program (melaksanakan program ditempat-tempat lain atau mengulangi lagi program dilain waktu), karena program berhasil dilaksanakan dengan baik, maka sangat baik jika dilaksanakan di tempat lain atau diulangi dilain waktu.

Dari paparan beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan evaluasi tidak dapat

(8)

dipisahkan dari sebuah kebijakan atau program, guna pengambilan keputusan dan kebijakan mengenai keberlanjutan program, karena akan sangat menentukan apakah program yang sedang dilaksanakan atau telah dilaksanakan dapat dilanjutkan di tempat lain, dilaksanakan kembali dilain waktu atau pun dihentikan.

2.2. Model Evaluasi Program CIPP

Menurut wirawan (2011:80), yang menjelaskan ada bermacam-macam jenis model evaluasi program, yaitu : 1). Model Evaluasi Program Berbasis Tujuan, 2). Model Evaluasi Berbasis Tujuan, 3). Model Evaluasi Formatif Dan Sumatif Dan Model Evaluasi Program CIPP. Dalam hal ini peneliti hendak menggunakan model evaluasi CIPP maka berikut akan dipaparkan tentang model evaluasi CIPP.

Wirawan (2012:92), menggambarkan bagan konteks dan evaluasi masukan, evaluasi proses dan evaluasi produk (CIPP) adalah sebagai berikut :

(9)

Tabel 2.1. Bagan Evaluasi CIPP

Menurut Endang Mulyatiningsih (2013:120), CIPP merupakan singkatan dari context, input, process dan product yang dikembangkan oleh Stufflebeam pada tahun 1960an. CIPP mempunyai tujuan untuk membantu evaluator dalam mengevaluasi program, proyek atau institusi. Dalam hal ini berarti CIPP merupakan model evaluasi yang dilakukan secara komperhensif untuk memahami aktivitas Konteks

1.Berupaya untuk mencari jawaban atas apa yang perlu dilakukan ? 2.Waktu pelaksanaan sebelum program diterima. 3.Keputusan Perencanaan Program Input 1.Berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa yang harus dilakukan ? 2.Waktu pelaksanaan sebelum program dimulai. 3.Keputusan penstrukturan program Proses 1.Berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa program sedang dilaksanakan ? 2.Waktu pelaksanaan ketika program dilaksanakan 3.Keputusan pelaksanaan Produk 1.Berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan apakah program sukses ? 2.Waktu pelaksanaan ketika program selesai 3.Keputusan resikel ya/tidak program harus diresikel

(10)

program, mulai dari ide program dimunculkan sampai pada hasil yang dicapai setelah program dilaksanakan.

Dalam model evaluasi CIPP terdapat komponen-komponen evaluasi yaitu sebagai berikut :

a. Context evaluation

Evaluasi konteks merupakan upaya untuk menggambarkan kebutuhan, tujuan pemenuhan dan karakteristik yang melaksanakan. Seorang evaluator harus dapat menentukan perioritas kebutuhan dan memilih tujuan yang paling menunjang keberhasilan program.

b. Input evaluation

Evaluasi masukan merupakan kegiatan mempertimbangkan kemampuan awal atau kondisi awal yang dimiliki oleh unit untuk melaksanakan suatu program.

c. Process evaluation

Evaluasi proses menunjukan apa (what), siapa (who), dan kapan (when), serta sejauhmana program dilaksanakan dan terlaksana sesuai dengan rencana.

d. Product evaluation

Evaluasi produk merupakan tahapan akhir dari serangkaian evaluasi program yang akan diketahui ketercapaian tujuan, kesesuaian proses dengan pencapaian tujuan serta ketepatan dalam tindakan yang diberikan, dan dampak dari keterlaksanaan program.

Evaluasi program regrouping sekolah, dinilai membutuhkan jenis model yang sesuai dalam melakukan evaluasi terhadap program tersebut. Model evaluasi CIPP

(11)

dianggap tepat untuk melakukan evaluasi terhadap program regrouping sekolah, pemilihan model CIPP dilihat dari beberapa aspek yaitu : 1). Model CIPP memiliki langkah-langkah yang jelas, dalam pengungkapan setiap urutan program, 2). Penulis dapat melakukan analisa secara detail mulai dari hal yang melatarbelakangi penyelenggaraan program (context), kemudian perencanaan program (input), pelaksanaan program (process) hingga produk yang dihasilkan dari penyelenggaraan program (product), 3). Model CIPP sudah dikenal dan banyak digunakan oleh para evaluator program, 4). Evaluasi CIPP dapat memberikan rekomendasi atas keberadaan program.

Oleh karena itu program regrouping sekolah di SD Negeri Dukuh 04 dan SD Negeri Mangunsari 02 dievaluasi menggunakan model Evaluasi CIPP.

(12)

2.3. Penggabungan (Regrouping) Sekolah

2.3.1. Pengertian Penggabungan (Regrouping) Sekolah

Regrouping merupakan kata lain dari

merger/penggabungan, menurut Adrian Sutedi (2007:85), “Merger Sebagai Suatu Bentuk Penggabungan Dua Badan Usaha, Badan Usaha Yang Satu Tetap Ada Dan Yang Satunya Dibubarkan Secara Hukum, Dan Nama Perusahaan Yang Digunakan Adalah Nama Perusahaan Yang Eksis/Tetap Ada”. Dalam pengertian lain Wibisono (2006:2), mendefinisikan “Merger Merupakan Penggabungan Dua Badan Usaha Yang Relativ Berimbang, Sehingga Terjadi Kombinasi Yang Saling Membantu”.

Istilah merger ini juga digunakan dalam dunia pendidikan merger/ penggabungan dalam dunia pendidikan ditujukan untuk perampingan jumlah sekolah. Jumlah sekolah yang cukup banyak jika dibandingkan dengan peserta didik yang kurang memadai, mengakibatkan terjadinya pemborosan pada biaya pendidikan dan sarana prasarana pendidikan. Oleh karena itu pemerintah

(13)

mengupayakan membentuk kebijakan sebagai usaha perampingan sekolah dengan tujuan mengurangi pemborosan biaya pendidikan dan sarana prasarana pendidikan dengan nama regrouping sekolah.

Dari paparan beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa merger merupakan usaha yang dilakukan dengan menggabungkan dua badan usaha atau lebih, menjadi satu kesatuan agar badan usaha tetap eksis atau tetap berdiri namun salah satu badan usaha ada yang ditutup dengan ketentuan dasar hukum, dan nama badan usaha yang digunakan adalah nama badan usaha yang tetap eksis. Penggabungan dua badan usaha atau lebih, mengharuskan adanya peleburan aset secara menyeluruh kedalam badan usaha yang tetap berdiri/eksis tersebut.

Dasar dari pelaksanaan penggabungan (regrouping) sekolah adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 421.2/2501/Bangda/1998 tentang “Pedoman Pelaksanaan Penggabungan (Regrouping) Sekolah Dasar”. Yang menjelaskan : “1). Penggabungan (Regrouping) SD adalah

(14)

usaha penyatuan dua unit SD atau lebih menjadi satu kelembagaan (institusi) SD dan diselenggarakan dalam satu pengelolaan; 2). Lingkup penggabungan SD Meliputi SD yang terdapat antar desa/kelurahan yang sama dan atau di desa/kelurahan yang berbatasan dan atau antar kecamatan yang berbatasan; 3). Sekolah Dasar kemudian disingkat SD adalah bentuk satuan pendidikan dasar milik pemerintah, yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun; 4). SD inti adalah SD yang terpilih antara beberapa SD dalam satu gugus sekolah yang berfungsi sebagai pusat pengembangan didalam gugus SD tersebut; 5). SD imbas adalah anggota satu gugus sekolah yang menjadi binaan SD inti; 6). SD kecil adalah SD didaerah terpencil yang belum memenuhi syarat pembakuan”. Dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 4 Tahun 2012 yang diantaranya juga mengatur kewenangan melakukan penggabungan (regrouping) sekolah.

Dari paparan pendapat ahli yang telah dikemukakan diatas, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri dan

(15)

Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.56 Tahun 2013 tentang “Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2012 tentang “Penyelenggaraan Pendidikan”. Yang didalamnya terdapat “Kewenangan Melakukan Penggabungan (Regrouping) sekolah”, dapat disimpulkan bahwa, Penggabungan (Regrouping) Sekolah merupakan proses penyatuan dua atau lebih satuan pendidikan, untuk mencapai pengelolaan yang efektif dan efisien, sebagai upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan, sesuai dengan standar minimal sekolah yang berlaku secara Nasional. Terdapat 5 (lima) kriteria keberhasilan pelaksanaan penggabungan (regrouping) sekolah berdasarkan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 421.2/2501/Bangda/1998 tentang “Pedoman Pelaksanaan Penggabungan (Regrouping) Sekolah Dasar”. adalah sebagai berikut : 1). Terpenuhinya jumlah tenaga pendidik; 2). Peningkatan mutu pendidikan; 3). Peningkatan efisiensi biaya pendidikan; 4). Efektivitas penyelenggaraan

(16)

pendidikan; dan 5). Pembukaan/ pendirian SMP kecil/SMP kelas jauh untuk memanfaatkan sekolah yang ditinggalkan.

2.3.2. Tujuan Penggabungan (Regrouping) Sekolah

Tujuan regrouping sekolah di Indonesia tertuang dalam surat yang diterbitkan oleh Departemen Dalam

Negeri Republik Indonesia Nomor

421.2/2501/Bangda/1998 tentang “Pelaksanaan Penggabungan (Regrouping) Sekolah”. Yang menyatakan “Kegiatan Penggabungan (Regrouping) Bertujuan Untuk Mengatasi Permasalahan Guru, Peningkatan Mutu Pendidikan, Efisiensi Biaya Bagi Perawatan Gedung Sekolah, Dan Sekolah Yang Ditinggalkan Dimungkinkan Penggunaannya Untuk Rencana Pembukaan SMP Kecil/SMP Kelas Jauh Atau Setara Dengan Sekolah Lanjutan Sesuai Dengan Kebutuhan Setempat Untuk Menampung Lulusan Sekolah Dasar”. Dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.56 Tahun 2013 tentang “Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2012

(17)

tentang “Penyelenggaraan Pendidikan”. Yang didalamnya terdapat “Kewenangan Melakukan Penggabungan (Regrouping) sekolah”.

Berdasarkan dasar hukum yang menjadi rujukan pelaksanaan program regrouping sekolah, sudah jelas dipaparkan bahwa dasar hukum sebagai pedoman pelaksanaan program penggabungan (regrouping) sekolah, harus dilaksanakan agar tujuan program dapat tercapai. 2.3.3. Konsep Pelaksanaan Penggabungan (Regrouping)

Sekolah

Penggabungan (regrouping) sekolah, diterbitkan oleh Menteri Dalam Negeri, pada tanggal 16 November 1998 tentang “Pedoman Pelaksanaan Penggabungan (Regrouping) Sekolah”. Yang ditujukan kepada Gubernur seluruh Indonesia, yang menjelaskan bahwa :1). Penggabungan (regrouping) sekolah dasar adalah usaha penyatuan dua unit SD atau lebih menjadi satu kelembagaan (institusi) SD dan diselenggarakan dalam satu pengelolaan; 2). Lingkup penggabungan SD Meliputi SD yang terdapat

(18)

antar desa/kelurahan yang sama dan atau di desa/kelurahan yang berbatasan dan atau antar kecamatan yang berbatasan; 3). Sekolah Dasar kemudian disingkat SD adalah bentuk satuan pendidikan dasar milik pemerintah, yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun; 4). SD inti adalah SD yang terpilih antara beberapa SD dalam satu gugus sekolah yang berfungsi sebagai pusat pengembangan didalam gugus SD tersebut; 5). SD imbas adalah anggota satu gugus sekolah yang menjadi binaan SD inti; 6). SD kecil adalah SD didaerah terpencil yang belum memenuhi syarat pembakuan”. Dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.56 Tahun 2013 tentang “Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2012 tentang “Penyelenggaraan Pendidikan”. Yang didalamnya terdapat “Kewenangan Melakukan Penggabungan (Regrouping) sekolah”.

(19)

2.4. Penilitian Relevan

Penelitian tentang evaluasi program penggabungan (regrouping) sekolah dasar ini, relevan dengan beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Namun penelitian dikaji dari sisi yang berbeda dan tetap dalam ruang lingkup pelaksanaan program regrouping sekolah. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Jihan Amalia Syahidah. (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Kebijakan Penggabungan Sekolah Dasar Negeri Pekalongan”. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian evaluasi dengan model kualitatif, penelitian ini membahas tentang kebijakan penggabungan sekolah dasar dikota pekalongan yang terbagi menjadi dua, yaitu : 1). Kebijakan murni berdasarkan satu kawasan dalam pencapaian efektifitas dan efisiensi kebijakan dan hasilnya sudah dapat dikatakan berhasil karena baik input, actor maupun factor pendukungnya telah terpenuhi, sehingga proses implementasi kebijakan tidak mengalami kesulitan; 2). Kebijakan berdasarkan manajemen yang dimiliki, terdapat

(20)

banyak kendala dalam pencapaian efektifitas dan efisiensi, dari 8 (delapan) sekolah yang diteliti hasilnya manajemen efektifitas belum dapat tercapai karena beban ganda yang dilimpahkan kepada kepala-kepala sekolah, yang menjadikan kepala sekolah justru memiliki kendala dalam membagi waktu dan menjalankan program untuk dua sekolah.

Penelitian Rani Widiowati, (2014). Penelitiannya berjudul “Scholl Resillency and capital of Regrouping policy after merapi eruption in the special district of Yogyakarta Indonesia”. Penelitian ini menggunakan model analisis deskriptif kualitatif secara interaktif dan berkelanjutan. Hasil dari penelitian yang dilakukan ini menunjukan adanya kendala dalam pelaksanaan regrouping dan adanya faktor yang mendukung pelaksanaan regrouping. Dari segi kendala pelaksanaan program regrouping, banyak hal yang terjadi baik dari proses pelaksanaan hingga terlaksananya regrouping. Terdapat kendala pada awal proses negosiasi manfaat dan kerugian

(21)

yang dirasakan warga sekolah, namun dalam hal ini pilhak sekolah menanggapi secara positif dengan adanya kebijakan regrouping sekolah dengan berbagai pertimbangan antara lain : keamanan, keselamatan, tempat tinggal siswa dan efektifitas kerja pasca gunung merapi, kebijakan regrouping ini bertujuan untuk membangun resillensi sekolah pasca erupsi agar proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien. Faktor pendukung program regrouping sekolah adalah pemerintah daerah, beberapa bantuan dalam bentuk dana dalam pembuatan gedung sekolah baru untuk SD Negeri Umbulharjo 02, kemauan dari masing-masing guru sekolah untuk mendukung kebijakan regrouping demi lancarnya proses belajar mengajar pasca erupsi gunung merapi, guru bersedia memberikan pendampingan kepada siswa dan senantiasa memberikan nasihat dan dukungan kepada siswa agar siswa dapat beradaptasi terhadap lingkungan sekolah yang baru. Fakor yang menjadi penghambat pelaksanaan program regrouping adalah pengetahuan guru yang kurang luas mengenai pemulihan

(22)

psikologis anak pasca erupsi gunung merapi, beban kerja guru yang bertambah, problem internal dari guru itu sendiri karena kurannya kreatifitas dan inovasi guru dalam mengajar, sehingga dalam membangun resillensi tidak optimal.

Penelitian Claire Hills (2013), penelitian yang berjudul “Close Be Closed To Want Extent Can School Clorsures And Mergers Be Contested And Negotiated ?”. penelitian ini dilakukan di new zeland hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat menghargai sekolah sebagai kekayaan budaya, dan siap berjuang keras untuk sekolah. Pelajaran dari kementrian pendidikan untuk mengamati “Institute Of Education Professor Roger Openshaw” yang mengatakan dalam penelitian ini bahwa merger sekolah atau penutupan sekolah telah lama diperdebatkan. Dari penelitian yang dilakukan Clarie Hills dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang merger sekolah ini signifikan dalam memperdalam pemahaman kita tentang dampak dari pengambilan keputusan pendidikan dimasyarakat.

(23)

Penelitian Maria Tri Erowati (2017), yang berjudul “Evaluasi Program Regrouping Sekolah Dasar Negeri”. Penelitian ini menunjukan hasil tentang proses regrouping sekolah di SDN Tukang 01 dan 02, terlaksana secara alami, atas inisiatif stakeholder sekolah, jauh sebelum surat keputusan regrouping sekolah dari bupati diterbitkan. Penggabungan (regrouping) sekolah di SDN Tukang 01 dan 02 dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu : sosialisasi, pembentukan panitia, pelaksanaan regrouping dan terbitnya SK regrouping sekolah. Regrouping sekolah di SDN Tukang 01 dan 02 dilaksanakan berdasarkan beberapa faktor diantaranya adanya peraturan/ Undang-Undang yang mengatur tentang program regrouping, kurangnya jumlah peserta didik, dan kondisi lingkungan sekolah. Hasil dari pelaksanaan program regrouping sekolah di SDN Tukang 01 dan 02 menimbulkan dampak positif dan negatif, adapun dampak positif nya adalah : 1). Menjawab kebutuhan tenaga pendidik yang kurang; 2). Memenuhi jumlah peserta didik yang sesuai dengan standar

(24)

peningkatan mutu pendidikan; 3). Meningkatnya sarana prasarana yang dimiliki sekolah khususnya alat peraga sebagai penunjang proses belajar mengajar; 4). Adanya peningkatan prestasi sekolah; 5). Efektifnya penggunaan dana sekolah. Adapun dampak negatifnya dirasakan oleh guru PNS yang dimutasikan kesekolah-sekolah yang mempunyai jarak lebih jauh dari tempat tinggal, guru honorer sekolah kehilangan jam mengajar dan harus mencari sekolah baru, serta alumni sekolah harus meluangkan waktu dan mengeluarkan dana lebih untuk melakukan legalisir ijazah, karena harus melegalisir di Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang. Dari penelitian yang dilakukan oleh Maria Tri Erowati dapat ditarik kesimpulan bahwa telah tercapainya tujuan program regrouping sekolah efektifitas dan efisiensi terjadi dalam pengelolaan tenaga pendidik, serta pengelolaan keuangan dan adanya peningkatan mutu pendidikan disekolah, namun terdapat beberapa hal yang belum tercapai satu diantaranya adalah pengelolaan sarana prasarana.

(25)

Penelitian Sudiyono (2014), yang berjudul “Pelaksanaan Program Regrouping Sekolah Dasar Undaan Tengah Kecamatan Undaan Kudus”. penelitian ini dilakukan menggunakan penelitian kualitatif, adapun hasil dari penelitian ini menunjukan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut : 1). Karakteristik manejemen sekolah program regrouping di SD Undaan Tengah Kecamatan Undaan Kudus; 2). Pelaksanaan program penggabungan (regrouping) sekolah berjalan dengan sangat baik, sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan program, pengelolaan sekolah menjadi lebih efektif dan efisien sehingga proses pembelajaran mampu mencapai standar mutu pendidikan, peningkatan sarana prasarana meskipun perlu perbaikan dan pengadaan; 3). Kendala pelaksanaan program penggabungan (regrouping) sekolah yang tidak signifikan dapat terpecahkan dengan baik.

Penelitian Ika Purwaningsih (2014), tentang “Implementasi Kebijakan Regrouping Sekolah Dasar Di kabupaten Purworejo”. Penelitian yang dilakukan ini

(26)

menggunakan motode kualitatif dengan jenis penelitian etinografi, dan dengan tujuan mendeskripsikan implementasi kebijakan dari program regrouping sekolah dasar, serta melakukan evaluasi dan monitoring terhadap implementasi program regrouping sekolah dasar di Kabupaten Purworejo. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa implementasi kebijakan program regrouping disekolah dasar, diawali dengan pendataan sekolah-sekolah dasar, yang selanjutnya dipetakan berdasarkan skala perioritas oleh tim penggabungan (regrouping) dan penghapusan sekolah. Monitoring dilaksanakan secara non formal insidental, dalam upaya menjaga pelaksanaan regrouping sekolah, agar sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan dan strategi yang digunakan, Evaluasi program regrouping sekolah yang dilakukan menunjukan hasil ketercapaian dari tujuan yang telah ditetapkan, yaitu pemenuhan standar minimal pelayanan pendidikan, efisiensi anggaran, efektivitas

(27)

penyelenggaraan pendidikan dan adanya peningkatan mutu pendidikan baik dari segi akademis maupun non akademis.

Penelitian Puji Waluyo (2014), penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Regrouping Sekolah Dasar 1 Undaan Tengah Kecamatan Undaan Kudus”. penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif, dan dengan tujuan untuk mengungkap bagaimana sebenarnya mekanisme pelaksanaan program regrouping sekolah dasar 1 di Undaan Tengah Kecamatan Undaan Kudus. yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah karakteristik pelaksanaan program regrouping dengan fokus karakteristik manejemen pelaksanaan pembelajaran, kendala dan hasil setelah adanya regrouping. Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari informan dan dokumen pengumpulan data, dan melakukan observasi langsung (wawancara). Hasilnya menunjukan bahwa program regrouping sekolah yang dilaksanakan di sekolah dasar 1 Undaan Tengah Kecamatan Undaan Kudus berjalan sesuai dengan harapan, pengelolaan manajemen sekolah menjadi

(28)

lebih efektif dan efisien serta pembelajaran dapat mencapai standar ketetapan mutu pendidikan, dan sarana prasarana sekolah telah mengalami peningkatan.

Penelitian Dian Natalia Wigatiningrum dan Moch Alip Blue Dolphin Playskool (2015) penelitian yang dilakukan ini berjudul “The Effectiveness Of Elementary Schools in Bambanglipirnp Bantul Regency”. Penelitian ini adalah penelitian evaluasi discrepancy dengan data kualitatif dan kuantitatif, penelitian ini bertujuan mengungkap keefektifan penggabungan (regrouping) sekolah dasar (SD) di Kecamatan Bambanglipuro, Bantul yaitu di SD Panggang, SD Sribit, SD Grogol, SD Tulasan, dan SD Plebengan. Sumber data yang diperoleh dari kepala sekolah, guru dan orang tua siswa, data dikumpulkan melalui wawancara, observasi studi dokumentasi dan analisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggabungan (regrouping) sekolah dasar di kecamatan Bambanglipuro, dapat menghemat alokasi dana gaji guru dan pegawai sebesar RP. 1.466.629,00 per tahun,

(29)

regrouping sekolah ini juga meningkatkan jumlah siswa tiap rombel dan tiap sekolah, meningkatnya jumlah pengunjung perpustakaan, ketersediaan, kelengkapan, pemeliharaan dan kondisi sarana prasarana seperti LCD per ruang kelas, menjadi terpenuhi, meningkatnya pengguna fasilitas sekolah, pemberdayaan guru, ekstrakurikuler, serta ketersediaan computer secara keseluruhan meningkat.

Penelitian Teguh Triwiyanto, (2017) “Regrouping Of Schools Within One Complex And Teacher Redistribution To Attain Equitable Management And Distribution Of Teachers”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengeksplorasi pengelompokan sekolah dalam satu kompleks dan redistribusi guru, untuk pencapaian tujuan manajemen dan distribusi guru yang merata. Lokasi penelitian terletak di kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap pokok penelitian, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa, pengelompokan sekolah dalam satu

(30)

kompleks, dan redistribusi guru di sekolah dasar, dilakukan karena tidak efisiennya manajemen sekolah dasar, rasio guru dan siswa sudah cukup, namun permintaan guru baru selalu terjadi setiap tahun. Ada juga manajemen sekolah skala kecil yang tidak memadai, dan ada guru mata pelajaran yang memiliki kekurangan jam mengajar di tingkat SMP, serta ada guru yang memilki jam mengajar berlebihan di unit pendidikan lainnya. Masalah-masalah seperti itu timbul karena belum optimalnya manajemen distribusi guru.

Penelitian Lilis Suryani Oktavia, Nurul Ulfatin, Imron Arifin, (2017) Efisiensi Regrouping Sekolah Ditinjau Dari Peran Stakeholder Untuk Penguatan Pendidikan Karakter. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis efisiensi penggabungan sekolah dilihat dari peran stakeholders untuk penguatan pendidikan karakter. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif jenis studi kasus, lokasi penelitian ini di SD N Babatan I/456 Surabaya. Hasil dari penelitian ini

(31)

menunjukan bahwa penggabungan (regrouping) sekolah, memberikan dampak yang berarti pada program penguatan pendidikan karakter yaitu dengan adanya pembangunan berupa infrastruktur dan fasilitas penunjang lainnya, akan tercipta suatu budaya baru yang berkarakter. Hasil analisis pendekatan kualitatif pada studi kasus ini menunjukan, bahwa pelibatan tiga pilar sekolah : 1). Sekolah; 2). Keluarga; 3). Masyarakat, dalam penguatan pendidikan karakter, akan mampu menanamkan olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah jiwa. Sehingga akan menghasilkan peserta didik yang tangguh, cerdas dan berkarakter.

Melalui pengalaman penelitian-penelitian terdahulu terhadap program penggabungan (regrouping) sekolah, dapat disimpulkan bahwa sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan penggabungan (regrouping) sudah menjalankan program dengan maksimal dan mendapatkan hasil sesuai tujuan dari penggabungan (regrouping) sekolah. walaupun pada sebagian kecil masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi. Oleh karena itu hasil

(32)

penelitian-penelitian terdahulu ini dapat memberikan rekomendasi terhadap perbaikan pelaksanaan program penggabungan (regrouping) sekolah, di sekolah dan dinas pendidikan dilingkungan terkait.

Sehubungan dengan beberapa penelitian terdahulu diatas, penelitian program penggabungan (regrouping) sekolah di SD Negeri Dukuh 04 dan SD Negeri Mangunsari 02 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, diharap dapat menunjukan dan menggambarkan sejauh mana pelaksanaan program penggabungan (regrouping) sekolah. Dengan demikian hasil evaluasi, dapat memberikan manfaat dan rekomendasi bagi perbaikan terhadap keberlanjutan pelaksanaan program.

2.6. Kerangka Berfikir

Kerangka pikir penelitian ini adalah diawali dengan latar belakang masalah yang ada, kemudian adanya fenomena yang terjadi dilapangan. Oleh karena itu peneliti ingin mengevaluasi program penggabungan (regrouping)

(33)

sekolah, menurut substansi sesuai dengan komponen-komponen CIPP.

Substansi yang dievaluasi pada komponen context yang meliputi penilaian terhadap deskripsi kondisi sekolah, kebutuhan program regrouping sekolah, tujuan regrouping sekolah dan manfaat program regrouping sekolah. Substansi evaluasi dari komponen input meliputi penilaian terhadap proses perencanaan program regrouping, SDM, dana, Sarpras dan mekanisme implementasi program regrouping, sementara itu substansi yang dievaluasi dari komponen process meliputi penilaian terhadap persiapan program regrouping hingga pelaksanaan program regrouping sekolah. Dan substransi yang dievaluasi pada komponen product menilai hal-hal atau perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan program regrouping sekolah, serta menilai ketercapaian menyeluruh dari pelaksanaan program regrouping sekolah di SD Negeri Dukuh 04 dan SD Negeri Mangunsari 02 Kecamatan Sidomukti Kota

(34)

Salatiga.Kerangka pikir dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.56 Tahun 2013 tentang “Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2012 tentang

“Penyelenggaraan Pendidikan”.

Kesimpulan Sebagai Bahan Rekomendasi/ Perbaikan Terhadap Keberlanjutan Program

Penggabungan (Regrouping) Sekolah Evaluasi program regrouping sekolah di

SD Negeri Dukuh 04 dan SD Negeri Mangunsari 02

Product

Hasil Evaluasi

Process

Pelaksanaan Program Regrouping Sekolah di SD Negeri Dukuh 04 dan SD Negeri

Mangunsari 02

Referensi

Dokumen terkait

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Strategik SI dalam jangka pendek yang harus dilakukan untuk strategik bisnis Sekolah Dasar Islam Alfauzien Depok adalah dengan memperbaiki sistem pengkajian dan

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan terhadap metodologi penulisan hadith Syeikh Ali Ibn Abdul Rahman Al-Kelantani di dalam kitab hadith beliau yang berjudul

Menurut Chambliss dan Seidman bahwa suatu masyarakat yang secara murni diatur oleh hukum yang telah dirumuskan secara jelas adalah suatu ideal yang agak sulit untuk

Hasil rekapitulasi di tingkat PPK Kecamatan Samarinda yang ditolak oleh para saksi dari partai-partai politik termasuk PDK, tidak pernah diperbaiki dan hal ini telah

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 31 orang responden maka didapatkan hasil lebih dari sebagian (58,1%) responden mengalami hipertensi ringan, lebih dari

lingkup birokrasi khususnya Profesi ASN mengalami proses perubahan, hal ini berdasaran Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Pelatihan

sebagai upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan hakekatnya Penelitian ini bertujuan untuk peran serta masyarakat desa tan