• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN_PRAKTEK_KERJA_LAPANGAN_PEMANTAUAN_KEGIATAN_REKLAMASI_LAHAN_...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN_PRAKTEK_KERJA_LAPANGAN_PEMANTAUAN_KEGIATAN_REKLAMASI_LAHAN_..."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PEMANTAUAN KEGIATAN REKLAMASI LAHAN

PEMANTAUAN KEGIATAN REKLAMASI LAHAN

PASCA TAMBANG DI PT.TIMAH (PERSERO) Tbk.

PASCA TAMBANG DI PT.TIMAH (PERSERO) Tbk.

Oleh : Oleh :

Kaka Enindhita Prakasa Kaka Enindhita Prakasa

E14204027 E14204027

DEPARTEMEN SILVIKULTUR 

DEPARTEMEN SILVIKULTUR 

FAKULTAS KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 

2008

2008

(2)

KATA PENGANTAR  KATA PENGANTAR 

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Akhirnya penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dan hidayah-Nya Akhirnya penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dan menyelesaikan laporan Praktek kerja Lapangan ini dengan baik.

dan menyelesaikan laporan Praktek kerja Lapangan ini dengan baik. Pen

Penulis menulis mengucgucapkapkan terimaan terimakaskasih kepadih kepada a segsegenaenap p pihpihak yang telahak yang telah membantu terselenggaranya Praktek Kerja Lapangan hingga selesainya Laporan membantu terselenggaranya Praktek Kerja Lapangan hingga selesainya Laporan Praktek Kerja Lapangan ini

Praktek Kerja Lapangan ini

Akhir kata penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna, maka Akhir kata penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna, maka diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya dapat disampaikan diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya dapat disampaikan kepada penulis, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. kepada penulis, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bogor, Juli 2008 Bogor, Juli 2008

Penulis Penulis

(3)

KATA PENGANTAR  KATA PENGANTAR 

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Akhirnya penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dan hidayah-Nya Akhirnya penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dan menyelesaikan laporan Praktek kerja Lapangan ini dengan baik.

dan menyelesaikan laporan Praktek kerja Lapangan ini dengan baik. Pen

Penulis menulis mengucgucapkapkan terimaan terimakaskasih kepadih kepada a segsegenaenap p pihpihak yang telahak yang telah membantu terselenggaranya Praktek Kerja Lapangan hingga selesainya Laporan membantu terselenggaranya Praktek Kerja Lapangan hingga selesainya Laporan Praktek Kerja Lapangan ini

Praktek Kerja Lapangan ini

Akhir kata penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna, maka Akhir kata penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna, maka diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya dapat disampaikan diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya dapat disampaikan kepada penulis, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. kepada penulis, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Bogor, Juli 2008 Bogor, Juli 2008

Penulis Penulis

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI  Halaman  Halaman KATA PENGANTAR...i KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii DAFTAR ISI...ii DAFTAR GAMBAR...iii DAFTAR GAMBAR...iii I. PENDAHULUAN...1 I. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Tujuan...2 1.2 Tujuan...2 1.3 Manfaat ...2 1.3 Manfaat ...2

II. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK...3

II. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK...3

2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan...3

2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan...3

2.2 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan...4

2.2 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan...4

2.3 Struktur Organisasi Perusahaan...4

2.3 Struktur Organisasi Perusahaan...4

2.4 Ketenagakerjaan...6

2.4 Ketenagakerjaan...6

2.4.1 Sistem perekrutan tenaga kerja...6

2.4.1 Sistem perekrutan tenaga kerja...6

2.4.2 2.4.2 Ikatan Ikatan Karyawan Karyawan Timah...Timah... ..6..6

2.5 Sarana dan Prasarana...6

2.5 Sarana dan Prasarana...6

2.5.1 Kapal Keruk...6 2.5.1 Kapal Keruk...6 2.5.2 Kapal Hisap...7 2.5.2 Kapal Hisap...7 2.5.3 Tambang Darat...7 2.5.3 Tambang Darat...7

2.5.4 Unit Metalurgi Timah...7

2.5.4 Unit Metalurgi Timah...7

2.5.5 Balai Karya...8

2.5.5 Balai Karya...8

2.5.6 Pembibitan...8

2.5.6 Pembibitan...8

2.6 Kondisi Umum Pulau Bangka...9

2.6 Kondisi Umum Pulau Bangka...9

2.6.1 Keadaan Cuaca...9 2.6.1 Keadaan Cuaca...9 2.6.2 Keadaan Iklim...9 2.6.2 Keadaan Iklim...9 2.6.3 Tipologi...10 2.6.3 Tipologi...10 2.6.4 Kondisi Geografis...10 2.6.4 Kondisi Geografis...10 2.6.5 Keanekaragaman Vegetasi...11 2.6.5 Keanekaragaman Vegetasi...11 2.6.6 Keanekaragaman Satwa...11 2.6.6 Keanekaragaman Satwa...11

(5)

2.6.7 Kondisi Fisik dan Kimia Tanah...12

2.6.7 Kondisi Fisik dan Kimia Tanah...12

2.6.8 Kondisi Sosial Kemasyarakatan...14

2.6.8 Kondisi Sosial Kemasyarakatan...14

III. III. KEGIATAN PRAKTEK...16KEGIATAN PRAKTEK...16

3.1 Tahapan Kegiatan Reklamasi...18

3.1 Tahapan Kegiatan Reklamasi...18

3.1.1 Perencanaan...18 3.1.1 Perencanaan...18 3.1.2 Persiapan Reklamasi...20 3.1.2 Persiapan Reklamasi...20 3.1.3 Pelaksanaan Reklamasi...29 3.1.3 Pelaksanaan Reklamasi...29

IV. KESIMPULAN DAN SARAN...37

IV. KESIMPULAN DAN SARAN...37

4.1 Kesimpulan...37 4.1 Kesimpulan...37 4.2 Saran...38 4.2 Saran...38 V. DAFTAR PUSTAKA...39 V. DAFTAR PUSTAKA...39 VI. LAMPIRAN...40 VI. LAMPIRAN...40

(6)

DAFTAR GAMBAR 

 Halaman Gambar 1, Kondisi Penanaman di lapangan dan POT Lubang Tanam ...31 Gambar 2, Lubang Tanam Yang Memenuhi Syarat...32 Gambar 3, Pupuk Yang digunakan oleh mitra...35 Gambar 4, Tanaman yang tumbuh kurang baik dilapangan dan Tanaman yang

(7)
(8)

1.1 Latar Belakang

Pertambangan merupakan sebuah kegiatan pembukaan lahan untuk  mengambil mineral yang terkandung dalam suatu lahan. Dalam penambangan timah secara garis besar terdapat dua tipe penambangan yaitu tambang darat dan tambang laut. Aktifitas penambangan darat terbagi lagi menjadi dua tipe tambang yaitu : Tambang semprot dan Tambang terbuka (Open pit ). Sedangkan aktivitas  penambangan di laut dilakukan dengan kapal keruk dan kapal hisap.

Kegiatan penambangan di darat dilakukan dengan cara membuka vegetasi yang ada di permukaan dan dilakukan penggalian sampai pada lapisan mineral yang dituju kemudian dilakukan penambangan mineral tersebut baik dengan tambang terbuka (Open pit ), maupun tambang semprot. Pembukaan vegetasi dalam kegiatan   penambangan menyebabkan perubahan komposisi ekosistem yang berada pada

areal pertambangan, kegiatan penambangan menyebabkan perubahan struktur dan sifat fisik dan kimia tanah pada areal tersebut, dan limbah sisa kegiatan  penambangan akan merusak lingkungan sekitar areal penambangan. Oleh karena hal tersebut maka setelah itu perlu diadakan usaha revegetasi pada lahan pasca  pertambangan.

PT.Timah (Persero) Tbk. merupakan salah satu perusahaan penghasil timah terbesar di dunia, dalam kegiatan penambangannya telah melakukan reklamasi lahan pasca pertambangan. Reklamasi yang dilakukan melibatkan banyak pihak, antara lain PT.Timah (Persero) Tbk (bagian K3LH), Pemerintah Daerah (Pemerintah Kota, Kabupaten, Provinsi, maupun Pemerintah Pusat), serta masyarakat luas (penduduk setempat, mitra kegiatan reklamasi, peneliti dan akademisi).

Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut diharapkan reklamasi yang dilakukan dapat terlaksana dengan lancar dan sukses, sehingga lahan yang terbuka dapat kembali tertutup dengan vegetasi.

(9)

1.2 Tujuan

Tujuan Praktek Kerja Lapang yang dilaksanakan di PT. Timah (Persero) tbk. ini memiliki 2 (tujuan) yang bersifat umum dan khusus. Adapun Tujuan Umum adalah :

1. Mempelajari perencanaan kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang yang dilaksanakan oleh PT Tambang Timah (Persero) tbk.

2. Mempelajari dan memahami bentuk-bentuk kegiatan reklamasi dan rehabilitasi yang telah diaksanakan serta mengetahui kendala yang dihadapi sehubungan dengan kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang.

Sedangkan Tujuan Khusus yang ingin dicapai adalah mengkaji pemilihan   jenis tanaman, keadaan persemaian, proses penanaman serta pemeliharaan pada

areal rehabilitasi lahan tambang.

1.3 Manfaat

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan menjadi sebuah sarana pembelajaran bagi mahasiswa untuk mempelajari mekanisme kegiatan reklamasi pasca tambang yang dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk, dan Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapang “Pemantauan Kegiatan Reklamasi Lahan Pasca Tambang di PT.Timah (Persero) tbk” dapat dijadikan masukan kepada perusahaan dalam kegiatan reklamasi yang sedang berjalan.

(10)

2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan

Di masa kolonial pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha milik pemerintah kolonial yang bernama “ Banka Tin Winning Bedrijf ” (BTW). Di Belitung dan Singkep dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-masing “Gemmeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton” (GMB), dan “ NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij” (NV SITEM). Setelah kemerdekaan R.I., ketiga  perusahaan Belanda tersebut dinasionalisasikan antara tahun 1953–1958 menjadi tiga Perusahaan Negara yang terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah) untuk mengkoordinasikan ketiga perusahaan tersebut . Pada tahun 1968 ketiga  perusahaan negara tersebut digabungkan menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan  Negara (PN) Tambang Timah.

Dengan diberlakukannya undang-undang No.9 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah Mentok diubah menjadi bentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan namanya diubah menjadi PT. Tambang Timah (Persero).

Krisis industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin Council  (ITC) sejak tahun 1985 memicu perusahaan untuk melakukan perubahan mendasar  untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi perusahaan yang dilakukan dalam kurun waktu 1991-1995, yang meliputi program-program reorganisasi, relokasi Kantor Pusat ke Pangkalpinang, rekonstruksi peralatan pokok  dan penunjang produksi, serta pelepasan aset dan fungsi yang tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan.

Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing  perusahaan, menjadikan PT. Timah (Persero) Tbk layak untuk diprivatisasikan

(11)

Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan the London Stock Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995. Sejak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik  Indonesia.

Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada tahun 1998 PT.Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi kelompok usaha dengan memisahkan operasi perusahan kedalam 3 (tiga) anak perusahaan yang secara praktis menempatkan PT.Timah (Persero) Tbk menjadi induk perusahaan (holding company) dan memperluas cakupannya ke bidang pertambangan, Industri, keteknikan,dan perdagangan.

2.2 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

PT.Timah (Persero) Tbk berkantor pusat di kota Pangkalpinang, tepatnya di  jalan Jenderal Sudirman No. 51 Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan wilayah operasinya tersebar di seluruh penjuru Pulau Bangka, Belitung dan Kepulauan Karimun Kundur, yang terletak di Kepulauan Riau. Selain itu PT.Timah juga memiliki kantor perwakilan di Jakarta.

Selain kantor cabang di Jakarta, terdapat anak perusahaan yang berlokasi di luar daerah Pulau Bangka antara lain adalah Indometal London (ltd) berlokasi di London Inggris, dan berbagai anak perusahaan yang berlokasi di Sumatera, Kalimantan dan Pulau Buton

2.3 Struktur Organisasi Perusahaan

PT.Timah (Persero) Tbk dipimpin oleh seorang direktur utama yang membawahi berbagai pimpinan anak perusahaan. Dimana keputusan tertinggi terletak pada RUPS ( Rapat Umum Pemegang Saham). Anak perusahaan PT.Timah (Persero) Tbk antara lain PT.Tambang Timah, PT. Timah Industri, PT. Indometal (London) ltd, PT.Timah Investasi Mineral (PT.TIM), PT. Kutaraja Tembaga Raya,

(12)

dan PT.Timah Eksplomin.

PT. Timah Eksplomin merupakan pengembangan usaha PT.TImah (Persero) Tbk di bidang eksplorasi mineral lain selain timah. Anak perusahaan ini dibentuk    pada tahun 1998 sebagai bentuk keinginan manajemen PT.Timah (Persero) Tbk  untuk memiliki bidang eksplorasi lain di luar timah. Selain itu perusahaan ini juga menerima permintaan riset geologi/geo-Hidrologi, Studi kelayakan dan analisa mineral. Bentuk riset yang masih dilaksanakan hingga kini antara lain adalah mengenai cadangan batubara di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sumatera Selatan.

Timah Investasi Mineral, merupakan anak perusahaan PT.Timah (Persero) Tbk yang bergerak diluar bisnis inti perusahaan. Perusahaan ini didirikan tahun 1996. Melalui perusahaan ini PT.Timah melakukan ekspansi usaha di bidang  penambangan batubara hal ini di implementasikan dengan mengakuisisi perusahaan  batubara di Banjar, Kalimantan Selatan dengan nama perusahaan PT.Tanjung Alam

Jaya.

PT.Tambang Timah merupakan cabang anak perusahaan yang mengurusi  bisnis utama PT.Timah (Persero) Tbk. Yaitu mengelola Kuasa Penambangan (KP), Penambangan Timah di darat dan di laut, dan Pengolahan bijih timah dan mineral ikutannya serta peleburan dan pemurnian logam timah.

Indometal London Limited, merupakan unit usaha PT Timah (Persero) Tbk  yang berperan menjadi agen penjualan timah Indonesia ke pasar Kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1998 dan berkedudukan di London Inggris. Sedangkan kegiatan pemasaran timah di asia pasifik dilakukan dibawah kendali perusahaan pusat di Indonesia.

(13)

2.4 Ketenagakerjaan

2.4.1 Sistem perekrutan tenaga kerja

Dalam perekrutan tenaga kerja PT.Timah (Persero) Tbk tidak memiliki   periode pasti dalam perekrutan, namun apabila di butuhkan sewaktu-waktu   perekrutan bisa dibuka. PT.Timah (Persero) Tbk menerapkan kebijakan untuk  mengambil putra daerah untuk lulusan Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan, dan untuk D3, S1, dan S2 dibuka pendaftaran skala nasional.

2.4.2 Ikatan Karyawan Timah

Di PT.Timah (Persero) Tbk terdapat pula suatu wadah sebagai bentuk  solidaritas sesama karyawan timah yang bernama Ikatan Karyawan Timah (IKT). Wadah ini berbentuk sebuah organisasi dan terdapat struktur didalamnya, IKT merupakan sarana untuk membentuk ikatan kekeluargaan antara sesama karyawan timah sehingga dapat tercipta suasana yang dinamis dilingkungan kerja PT.Timah (Persero) Tbk.

2.5 Sarana dan Prasarana 2.5.1 Kapal Keruk 

Dalam melakukan operasi penambangan di laut PT.Timah sampai saat ini masih menggunakan kapal keruk yaitu sebuah kapal yang dilengkapi dengan mangkuk-mangkuk pengeruk berukuran sedang sampai besar yang digunakan untuk  mendulang tanah dari dasar laut yang akan di ambil timahnya.

Kapal ini berukuran sangat besar, awak kapal didalamnya hanya 9 orang yaitu sebagai operator mesin keruk, kapten kapal dan keamanan. Dalam  pengoprasiannya kapal ini dipimpin oleh seorang kapten kapal, sedangkan petugas

(14)

2.5.2 Kapal Hisap

Selain kapal keruk dalam penambangan timah di laut lepas juga dilakukan dengan kapal hisap, kapal hisap berukuran jauh lebih kecil dari kapal keruk namun efektifitas pekerjaannya hampir sama dengan sebuah kapal keruk, dimasa mendatang kapal hisap inilah yang akan digunakan sebagai pengganti kapal keruk.

2.5.3 Tambang Darat

Tambang darat merupakan sistim penambangan yang dilakukan di daratan,  beberapa sistim yang dipakai adalah model Open pit , Tambang semprot. pada awal  pembukaan Kuasa Penambangan PT.Timah (Persero) Tbk menjadi produksi utama namun seiring berjalannya waktu dan berkurangnya cadangan timah yang berada di daratan kini tambang darat lebih banyak dikelola menjadi tambang rakyat, yang diorganisir PT.Timah(Persero) Tbk menjadi mitra. Namun pembukaan tambang rakyat ini menjadi masalah tersendiri bagi PT.Timah dan pemerintah, karena dengan dibukanya tambang rakyat tidak mengurangi jumlah penambang illegal di wilayah KP PT.Timah dengan banyaknya tambang rakyat yang masih beroperasi terkadang menyulitkan untuk kegiatan rehabilitasi lahan.

2.5.4 Unit Metalurgi Timah

Unit Metalurgi Timah merupakan pusat peleburan timah di Pulau Bangka,Unit Metalurgi ini berlokasi di Muntok, Bangka Barat. Di Unit Metalurgi ini bekerja 5 hari seminggu dari jam 08.00 sampai jam 17.00, Unit Metalurgi merupakan tempat untuk memproduksi Timah siap ekspor.

Pada tempat ini terdapat tanur-tanur pengolahan biji timah untuk dijadikan timah batangan siap ekspor. Selain itu di tempat ini juga terdapat pembibitan yang dahulu merupakan pembibitan pusat PT.Timah (Persero) Tbk, namun sekarang  pembibitan pusat dipindahkan ke kantor pusat di Pangkalpinang.

(15)

2.5.5 Balai Karya

Balai karya terletak di Sungailiat Bangka tengah yaitu merupakan bengkel yang pada awalnya diperuntukkan perbaikan peralatan-peralatan serta komponen-komponen alat berat penambangan. Di balai karya terdapat 5 bengkel yaitu bengkel listrik, bengkel las, bengkel mesin, bengkel desain alat, bengkel cor besi. Dalam  perkembangannya Balai karya menjadi salah satu bidang usaha yang dikelola oleh PT.Timah (Persero) Tbk untuk perbaikan barang barang industri baik dari dalam maupun luar lingkungan PT.Timah (Persero) Tbk.

2.5.6 Pembibitan

Terdapat dua tempat pembibitan di PT.Timah (Persero) Tbk yaitu di kantor   pusat PT.Timah (Persero) Tbk yang berlokasi di Pangkalpinang, Bangka Induk, dan

satu tempat di Unit Metalurgi di Muntok Bangka Barat, serta terdapat satu tempat lagi di bekas tambang 1-9 Sungailiat, Bangka tengah yang masih dalam proses  pembangunan.

Pembibitan di Pangkalpinang difokuskan untuk perkerjaan perbanyakan  bibit untuk penyulaman dan penampungan bibit yang datang dari mitra sedangkan  pembibitan pada Unit Metalurgi di Muntok selain digunakan untuk pembibitan tanaman untuk penyulaman juga merupakan tempat produksi kompos yang digunakan dalam kegiatan reklamasi lahan bekas tambang.

Pada kegiatan reklamasi periode 2008 diadakan perubahan tata guna   pembibitan sebagai berikut, pembibitan pusat di kota Pangkalpinang akan

dimanfaatkan sebagai tempat perbanyakan sejuta tanaman dan tempat  penampungan dialihkan ke bekas tambang 1-9 di Sungailiat, sedangkan pembibitan

di Unit Metalurgi Muntok akan difokuskan untuk pembuatan kompos.

Pengelolaan dilakukan oleh 4 orang pekerja termasuk juru pembibitan yang  berperan sebagai manager pembibitan. Jam kerja di pembibitan tersebut dari pukul

(16)

Pembibitan di Pangkalpinang merupakan pembibitan terbesar di PT.Timah (Persero) Tbk. Segala aktivitas perbanyakan bibit dan terkoordinasi disana. Pada   pembibitan Pangkalpinang terdapat persemaian terbuka, persemaian dengan

naungan paranet, serta persemaian indoor. Di persemaian tersebut terdapat 200  bedeng yang setiap bedeng memiliki daya tampung 1500 bibit.

2.6 Kondisi Umum Pulau Bangka 2.6.1 Keadaan Cuaca

Menurut data Badan Meteorologi setempat, pada tahun 2005 kelembapan udara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berkisar antara 78% sampai dengan 87% dengan rata-rata perbulan mencapai 82% dengan curah hujan antara 72,2 mm sampai dengan 410,2 mm, tekanan udara selama tahun 2005 sekitar 1.010,1 MBS. Rata-rata udara selama tahun 2005 di Provinsi ini mencapai 27,00C dengan rata-rata suhu suhu udara maksimum 31,50C dengan rata-rata suhu udara minimum 24,00C. Suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada bulan Mei dan September dengan suhu udara 27,60C, sedangkan untuk suhu udara minimum terjadi pada bulan Juli dengan suhu udara sebesar 25,70C.

2.6.2 Keadaan Iklim

Kepulauan Bangka Belitung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan kering selam lima bulan terus menerus. Tahun 2005 bulan kering terjadi pada bulan Mei sampai September dengan hari hujan 11-15 hari per bulan. Untuk bulan basah hari hujan 15-27 hari per bulan, terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Juli dan bulan Maret dan bulan Desember.

(17)

2.6.3 Tipologi

Pulau Bangka memiliki luas daratan 11.614.125 km2 yang dipisahkan dengan Pulau belitung melalui selat Gaspar. Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan daratan rendah, lembab dan sebagian kecil  pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter 

di atas permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan antara lain untuk Gunung Maras mencapai 699 meter, Gunung Tajam Kaki ketinggiannya kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk daerah perbukitan seperti bukit Menumbing ketinggiannya mencapai kurang lebih 445 meter dan bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 meter di atas permukaan laut.

2.6.4 Kondisi Geografis

Bangka Belitung adalah gugusan Pulau di Selatan Kepulauan Riau, di sebelah timur daratan Propinsi Sumatera Selatan sampai Selat Karimata pada koordinaat 108o58' BT dan di utara gugusan Kepulauan Seribu. Dalam gugusan itu Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Dalam peta bumi letaknya pada 104o 50' – 109o 30' BT dan antara 0o 50' LS – 04o 10' LS dengan batas – batas wilayah sebagai  berikut :

● Di sebelah Barat dengan Selat Malaka

● Di sebelah Timur dengan Selat Karimata

● Di sebelah Utara dengan Laut Natuna

● Di sebelah Selatan dengan Laut Jawa

Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725, 14 km2. Luas daratan lebih kurang 16.424,14 km2 atau 20,10 persen dari total wilayah, luas laut kurang lebih 65.301 km2 atau 79,9 persen dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Wilayah daratan terbagi menjadi menjadi 6 Kabupaten dan 1

(18)

Kota, yaitu Kabupaten Bangka dengan luas wilayah 2.950,68 km2, Kabupaten Bangka Barat dengan luas wilayah 2.820,61 km2, Kabupaten Bangka Tengah dengan luas wilayah 2.155,77 km2, Kabupten Bangka Selatan dengan luas wilayah 3.607,08 km2, Kota Pangkalpinang dengan luas wilayah 89,40 km2, Kabupaten Belitung dengan luas wilayah 2.293,69 km2, Kabupaten Belitung Timur dengan luas wilayah 2.506,91 km2 dan Kepulauan Bangka Belitung merupakan gugusan dua Pulau yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang sekitarnya dikelilingi Pulau-Pulau kecil. Pulau-Pulau kecil yang mengitari Pulau Bangka antara lain  Nangka, Penyu, Burung, Lepar, Pongok, Gelasa, Panjang, Tujuh.

2.6.5 Keanekaragaman Vegetasi

Di Kepulauan Bangka Belitung tumbuh bermacam-macam jenis kayu   berkualitas yang diperdagangkan ke luar daerah seperti : Kayu Meranti, Tamin, Mambalong, Mendaru, Bulin dan Kerengas. Tanaman hutan lainnya adalah : Kapuk, Jelutung, Pulai, Meranti, Rawa, Mentagor, Mahang, Bakau dan lainnya. Hasil hutan lainnya merupakan hasil hutan terutama madu dan rotan. Penurunan keanekaragaman hayati di Pulau Bangka terjadi karena perambahan hutan untuk   perladangan serta koversi lahan menjadi perkebunan.

2.6.6 Keanekaragaman Satwa

Fauna di Kepulauan Bangka Belitung lebih memiliki kesamaan dengan fauna di Kepulauan Riau dan Semenanjung Malaysia daripada dengan daerah Sumatera. Beberapa jenis hewan yang dapat ditemui di Kepulauan Bangka Belitung antara lain : Rusa, Beruk, Monyet, Lutung, Babi, Tringgiling, Kancil, Musang, Elang, Ayam Hutan, Pelanduk, berjenis-jenis ular dan biawak.

(19)

2.6.7 Kondisi Fisik dan Kimia Tanah

Di P.Bangka terdapat sub unti tanah (sistim PPT, 1983) dari 6 unit yang tersebar dalam 24 satuan lahan dan 5 sistim lahan, 14 unit tanah tersebut adalah :

1 Organosol Hemik  2 Kambisol Litik 

3 Organosol Fibrik  4 Kambisol Distrik 

5 Gleisol Hemik  6 Podsolik Gleik 

7 Sulfat masam 8 Podsolik Ortoksik 

9 Regosol distrik  10 Podsolik Humik 

11 Gleisol Eutrik  12 Podsolik Humik 

13 Gleisol Hidrik  14 Oksisol Humik 

dan tanah-tanah dalam jumlah yang lebih sedikit seperti Podsolik Kromik, Podsolik  Haplik, Podsolik Pllintik, dan Kambisol Oksik.

2.6.7.1 Kesuburan tanah di P.Bangka

Pada umumnya, tanah di P.Bangka bersifat masam < pH 4,5 dengan KTK  dan kandungan basa-basa (Ca, Mg, K, dan Na) sangat rendah, sedangkan kejenuhan Al sangat tinggi (>60%).

Mineral cadangan sudah sangat jarang, dapat disimpulkan secara alamiah  potensi kesuburan tanah dari tanah-tanah di P.Bangka tergolong sangat rendah.

2.6.7.2 Klasifikasi tanah

Pada umumnya tambang darat berlokasi di sistem lahan Aluvial, dan sistem lahan dataran dan sedikit pada sistem perbukitan. Hasil pengamatan profil tanah dari tempat-tempat yang belum terganggu di sekitar daerah tambang dan calon lokasi tambang.

(20)

Tanah – tanah tersebut pada umumnya adalah kambisol distrik ( Typic Dystropepts dan Oxic Dystropepts) dengan tingkat kesuburan yang sangat rendah. Tekstur yang umumnya belempung dan reaksi tanah masam, tanah ini umumnya masih memiliki topsoil 15-30cm di daerah rawa umumnya dijumpai tanah Gleisol Hidrik (Typic Flufaquents) dan Organosol Hemik (Tropo Hemist).

2.6.7.3 Keadaan Tanah Bekas Tambang.

Sesuai dengan tahap-tahap kegiatan penambangan di darat, yaitu : Stripping , Pembuangan tanah-tanah stripping  ( ditumpuk atau juga dibuang kedalam bekas galian lama / Backfilling ). Penggalian, Dumping (Untuk  Open Pit ) dan pencucian, maka pemandangan umum yang dijumpai di daerah bekas tambang berupa :

1 Kolong, bisa dalam ataupun dangkal, bisa berair atau kering dengan kadar kaolin ataupun granit yang melapuk yang bersifat kedap air, bisa  berisi penuh bahan-bahan tailing atau overburden.

2 Tumpukan-tumpukan hasil bahan galian (Overburden, Dumping hole, clay Ball, Oversize Grizlly).

3 Hamparan tailing, bisa berair/rawa ataupun yang sudah kering. Overburden merupakan material yang dipindahkan pada saat kegiatan stripping, terdiri dari campuran tanah, bahan induk tanah, Pasir, Kerikil,  boulders dan lain-lain. Tailing merupakan tumpukan pasir dan kerikil

yang dibuang setelah melalui pencucian.

Keadaan ini hampir sama di semua jenis tambang kecuali untuk lokasi tambang di Laut. dengan demikian tanah yang berada di lahan bekas tambang tersebut tidak dapat lagi disebut tanah karena tidak sesuai dengan definisi ilmiahnya.

Proses penambangan, menjadikan tanah bekas tambang mempunyai   penampilan dan sifat-sifat fisik serta kesuburan yang sama yaitu sangat jelek.

(21)

kerikil yang berlapis, makin jauh jarak dari  Jig bahan yang lebih halus bercampur  dengan sedikit liat. Bahan ini memiliki potensi kesuburan yang ekstrim rendah dengan sifat-sifat mengikat air dan kation yang juga sangat kecil, kadar bahan organik, P-tersedia, KTK, kadar basa (Ca, Mg, K, Na) ekstrim rendah dengan pH antara 5.0 - 6.0 dan umumnya bertekstur pasir dan pasir berlempung, memberi kesan gundul dengan suasana padang pasir kecuali di bagian-bagian yang sudah lama tidak diganggu dan cukup lembab, terdapat perkembangan vegetasi tertentu.

Daerah kolong yang tidak berair, keadaannya relatif sama. Kolong - kolong yang terbuka dengan dasar Kong (Consolidated ) atau Kolong-kolong yang tertimbun bahan tailing dan stripping, Umumnya tidak ada tanaman yang tumbuh.

2.6.8 Kondisi Sosial Kemasyarakatan

Kondisi masyarakat di Pulau Bangka bersifat sangat majemuk dan heterogen, corak kehidupan masyarakatnya dapat dibedakan dari jenis mata   pencaharian mereka. didalamnya terdapat berbagai suku dan agama serta

kepercayaan. Penduduk yang mendiami Pulau Bangka selain penduduk asli Pulau itu sendiri adalah suku Jawa, Aceh, Batak, Palembang, Padang, Bugis, Madura, Cina, Ambon, dan lain-lain. Keanekaragaman suku di Pulau Bangka menjadikan keanekaragaman corak mata pencaharian yang mereka jalankan, sebagian besar  mereka bekerja sebagai petani, buruh/ karyawan tambang,pedagang dan nelayan.

Keberadaan timah di Pulau Bangka, serta besarnya aktivitas penambangan timah di Pulau Bangka baik yang berada di darat maupun di lepas pantai menyebabkan bukan hanya masyarakat kota saja yang melakukan aktivitas  penambangan tersebut melainkan sebagian besar penduduk di Pulau Bangka baik 

yang berada di kota, pedesaan, dan pesisir serta para masyarakat pendatang bekerja sebagai penambang timah, dan disela-sela pekerjaannya mereka bercocok tanam maupun berdagang di luar jam kerjanya.

(22)

Keadaan tanah asli di Pulau Bangka sangat cocok untuk perkebunan seperti kelapa sawit dan karet, hal tersebut membuat maraknya perkebunan karet, lada, kelapa, dan kelapa sawit. Beberapa lahan reklamasi juga dijadikan kebun sawit untuk meningkatkan nilai tanah pasca tambang. Hasil perkebunan tersebut dijual ke luar daerah atau keluar negeri, yang menjadi sumber pendapatan bagi petani sehingga mendorong mereka untuk meningkatkan usaha mereka di bidang ini.

Pulau Bangka memiliki perairan yang sangat kaya baik timah maupun hasil tangkapan ikan. Keadaan ini menarik perhatian nelayan dari tempat lain seperti suku bugis, yang pada awalnya hanya datang sesekali waktu dan pada akhirnya  banyak diantara mereka yang menetap dan membuat perkampungan di sana. Hasil tangkapan ikan di Pulau Bangka dijual juga keluar daerah dan sebagai bahan ekspor, selain itu hasil sampingan dari kegiatan nelayan adalah akar bahar yang kemudian di jual pada pengerajin akar bahar untuk dijadikan cindera mata yang sudah terkenal di dalam maupun luar negeri, pusat pengerajin akar bahar berada di daerah muntok Bangka barat.

Karena bukan merupakan daerah dengan padang rumput yang baik maka untuk kebutuhan daging masyarakat Bangka pada mulanya mendatangkan sapi   potong dari luar daerah antara lain Madura, Bali, dan Sumbawa. Hal tersebut

menimbulkan daya tarik bagi masyarakat tersebut untuk berdagang serta beternak  sapi di Pulau Bangka selain bercocok tanam palawija terutama jagung.

Usaha perdagangan pada umumnya dilakukan oleh masyarakat Bangka keturunan Cina, bukan hanya di kota melainkan sampai ke desa-desa, selain itu di   beberapa pantai mereka bermata pencaharian sebagai nelayan, mereka juga  bercocok tanam sayur-sayuran, dan beternak babi.

(23)

Divisi K3LH PT.Timah (Persero) Tbk merupakan sebuah divisi di lingkungan kerja PT.Timah (Persero) Tbk yang menangani urusan lingkungan hidup, keselamatan kerja, dan kesehatan kerja. Bidang Lingkungan hidup membawahi bidang pemantauan lingkungan hidup dan bidang reklamasi, bidang keselamatan kerja dan meteorologi membawahi bagian Pemeriksa cuaca dan   pemeriksa keselamatan kerja, sedangkan bidang kesehatan kerja membawahi  bagian pemeliharaan kesehatan karyawan dan bagian kesehatan lingkungan kerja.

Pada awalnya Bagian K3LH ini berada di bawah anak perusahaan PT. Tambang Timah, seiring dengan berjalannya waktu terjadi perubahan kebijakan organisasi di PT.Timah (Persero) Tbk dan sekitar tahun 2000 Bagian K3LH menjadi bagian dari PT.Timah (Persero) Tbk, dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama PT.Timah (Persero) Tbk.

Bagian reklamasi terdiri dari dua seksi yaitu seksi Perencanaan dan Evaluasi reklamasi dan seksi pembibitan. Seksi perencanaan ditangani oleh kepala urusan   perencanaan dan evaluasi reklamasi sedangkan seksi pembibitan ditangani oleh

seorang juru pembibitan.

Kegiatan reklamasi yang akan dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk pada  periode 2008, akan dihijaukan lahan bekas tambang seluas 2000 ha. 1400 ha berada di Pulau Bangka dan 600 ha di Pulau Belitung. Dalam kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk secara garis besar dilakukan dalam  beberapa tahapan antara lain :

1. Pengambilan data Luasan dan Levelling 2. Tender Perataan

3. Sosialisasi Reklamasi

4. Perataan Lahan dan Pembuatan sistem Drainase 5. Pemeriksaan Bibit

(24)

7. Tender Penanaman 8. Pengawasan Pekerjaan

Pada setiap tahap kegiatan tersebut melibatkan banyak pihak antara lain adalah Divisi K3LH, Divisi Logistik, Divisi SPI (Satuan Pengawas Independen) dan Divisi Humas yang mewakili PT.Timah, Dinas Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Pemerintah tingkat kecamatan dan desa di masing – masing daerah yang akan di reklamasi, serta mitra PT.Timah.

Divisi K3LH merupakan motor penggerak kegiatan reklamasi yang diadakan oleh PT.Timah Persero Tbk Bagian tersebut merupakan bagian yang  bertanggungjawab atas berjalannya reklamasi di PT.Timah, baik Pra, saat, sampai   pasca reklamasi dan lahan diserahkan kembali kepada pemerintah. Peran bagian logistik adalah untuk membantu bagian K3LH dalam pengadaan sarana dan   prasarana reklamasi seperti dalam pemilihan mitra yang layak untuk membantu dalam pelaksanaan reklamasi. Bagian SPI (Satuan Pengawas Independen) merupakan sebuah lembaga Independen yang bertanggung jawab langsung kepada direktur utama PT.Timah (Persero) Tbk yang bertugas mengawasi agar reklamasi  berjalan sesuai dengan SOP (Standart Operating Procedure ) yang telah ditentukan PT.Timah (Persero) Tbk. Bagian Humas berperan dalam mendokumentasikan seluruh tahapan jalannya kegiatan reklamasi yang dilaksanakan.

Sistem pengawasan yang dilakukan oleh SPI antara lain dengan observasi   bersama dengan tim dari K3LH ataupun observasi insidental yang dilaksanakan

secara insidental tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga diharapkan diperoleh data jalannya reklamasi secara akurat dan lebih objektif.

Mitra reklamasi PT.Timah (Persero) Tbk merupakan sebuah lembaga  berbadan hukum yang dipilih melalui sistem tender untuk melaksanakan beberapa  bagian tahapan kegiatan reklamasi. Beberapa pekerjaan yang dilakkukan oleh mitra

(25)

● Perataan lahan

● Pengadaan bibit

● Penanaman dan Perawatan

Dalam setiap kegiatan tersebut para mitra reklamasi PT.Timah telah dibekali dengan SOP dari PT.Timah, agar jalannya reklamasi sesuai dengan target yang diharapkan.

3.1 Tahapan Kegiatan Reklamasi 3.1.1 Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan reklamasi yang dilakukan oleh PT.timah dilakukan inventarisasi lahan yang akan di reklamasi yaitu kegiatan penentuan area-area yang akan di reklamasi. Dari inventarisasi untuk kegiatan reklamasi yang akan dilakukan pada periode tahun 2008 ini diperoleh target luasan 2000 ha yaitu lahan seluas 1400 ha di Pulau Bangka dan lahan seluas 600 ha di Pulau Belitung dari luasan tersebut dibagi menjadi paket-paket yang lebih kecil yaitu masing-masing 40ha sehingga diperoleh total 50 paket reklamasi yang akan di tenderkan kepada mitra reklamasi PT.Timah (Persero) Tbk.

Peta awal untuk kegiatan perataan ditargetkan selesai pada akhir bulan Maret 2008, peta tersebut merupakan peta awal yang digunakan untuk melakukan  perataan. Dalam peta tersebut terkandung berbagai data yang melukiskan rona awal lahan sebelum diadakan perataan. Peta tersebut kemudian dijadikan acuan untuk   pelaksanaan perataan dan pembuatan peta selanjutnya untuk kegiatan penanaman

dan evaluasi serta pemantauan.

Karena kondisi lahan yang sangat marginal dan berkarakter kering, tandus dan porositas sangat tinggi, maka untuk pemilihan jenis diutamakan jenis-jenis yang mudah tumbuh dan cepat menghasilkan, selain itu pemilihan jenis juga dicoba disesuaikan juga dengan peruntukan lahan yang telah direncanakan oleh  pemerintah, jenis – jenis tersebut antara lain adalah :

(26)

○ Akasia Mangium ( Acacia mangium)

Pemilihan Jenis ini dikarenakan sifat tanaman akasia mangium yang mudah tumbuh di lahan yang marginal dengan hara yang sangat terbatas, ketersediaan air yang terbatas dan lahan yang tandus. Selain itu tanaman ini ditanam karena kayunya merupakan bahan baku pembuatan kertas, sehingga nantinya dapat dijadikan komoditi dari Pulau Bangka.

○ Jambu mete

Pemilihan jenis tanaman ini untuk reklamasi adalah dari segi  pemanfaatan hasil untuk buah dan diharapkan nantinya tanaman ini dapat  bermanfaat bagi penduduk sekitar lahan reklamasi dan menjadi salah satu komoditi tambahan dari Pulau Bangka, tanaman ini masuk sebagai salah satu jenis tanaman reklamasi pada periode 2008, karena tanaman jambu mete ini dilihat berkembang baik di Pulau Bangka.

○ Sengon laut ( Albizzia falcataria )

Jenis Sengon laut dipilih karena sengon juga mudah tumbuh pada lahan-lahan marginal, selain itu kondisi Pulau Bangka yang dekat dengan laut sehingga terdapat kesesuaian iklim dengan tempat penanaman dan diharapkan dapat tumbuh dengan baik. Jenis ini ditanam pada area yang akan dijadikan hutan produksi.

○ Mahoni (Swietenia mahagony)

Mahoni disini ditanam direncanakan untuk diambil kayunya yang   bernilai tinggi, tanaman ini di tanam di kawasan yang akan dibangun

sebagai hutan produksi.

Jenis-jenis diatas selain merupakan beberapa merupakan jenis lokal dari Pulau Bangka, juga anjuran dari Dirjen RLPS Departemen Kehutanan RI.

Untuk pengadaan bibit yang akan ditanam dalam reklamasi ini diadakan   permintaan kepada Departemen Kehutanan kemudian diberikan kemitra dengan

(27)

di pembibitan PT.Timah (Persero) Tbk. Total bibit yang diperlukan dalam reklamasi periode 2008 adalah 2.5 juta bibit dari berbagai jenis.

Penanaman akan dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2008 yang akan diserahkan kepada mitra PT.Timah (Persero) Tbk melalui sistem tender, diperkirakan pada bulan-bulan itu adalah musim penghujan, sehingga tidak diperoleh kesulitan penyediaan air untuk penanaman.

Perawatan dilakukan setelah dilakukan penanaman, perawatan dilakukan  juga oleh mitra yang sama dengan mitra yang melakukan penanaman. Perawatan

dilakukan selama dua tahun sebelum kembali diserahkan kepada PT.Timah (Persero) Tbk untuk kembali diserahkan kepada pemerintah dan kembali dimanfaatkan sesuai denganperuntukan lahannya. Selama perawatan Tim dari Divisi K3LH dan SPI, PT.Timah (Persero) Tbk memantau kegiatan serta keberhasilan penanaman .

3.1.2 Persiapan Reklamasi 3.1.2.1 Inventarisasi Tegakan

Inventarisasi Tegakan dilakukan sebelum dilakukan pembukaan lahan untuk    penambangan, yang dilakukan oleh tim amdal yang merupakan tim independen   berasal dari luar lingkungan kerja PT.Timah dan hasil dari inventarisasi itu

dijadikan acuan sebagi rona awal keadaan lahan penambangan. Dari inventarisasi tersebut diperoleh jenis-jenis tumbuhan asli daerah tersebut.

3.1.2.2 Penataan Lahan

Penataan lahan sebelum reklamasi dilakukan dengan melakukan  pengumpulan data luasan dan leveling daerah pasca tambang yang akan dilakukan

reklamasi. Kegiatan tersebut dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan peralatan Global Positioning System (GPS) dan Kompas. Dalam kegiatan ini dilakukan pengumpulkan data luasan, jumlah kolong-kolong

(28)

serta bukit yang terbentuk akibat dari kegiatan penambangan.

GPS selain digunakan untuk menentukan lokasi reklamasi juga digunakan untuk menentukan titik ukur yang akan dijadikan acuan. Karena kondisi lahan yang tidak stabil titik ukur diambil pada lokasi-lokasi tertentu yang masih mungkin untuk dijadikan sebagai titik acuan dengan kriteria antara lain :

● Merupakan daerah yang tinggi (punggung bukit)

● Memiliki tingkat keteguhan yang tinggi sehingga tidak mudah longsor 

Titik-titik tersebut kemudian dijadikan sebuah acuan untuk menentukan titik  lain yang berada pada lokasi yang tidak memungkinkan untuk dijangkau di lapangan. yaitu dengan menggunakan kompas sebagai alat bantu untuk menentukan sudut yang terbentuk dari titik-titik acuan, sedangkan jarak yang diambil  berdasarkan perkiraan, oleh karena itu dalam kegiatan pengukuran dan leveling ini harus dilakukan oleh seorang juru ukur yang benar-benar berpengalaman. Dalam kegiatan tersebut juga diadakan pengukuran letak dan luasan kolong-kolong dan  pembuatan sketsa bentuk area reklamasi yang harus diratakan sehingga diperoleh

sebuah peta sketsa lapangan.

Dari kegiatan pengambilan data luasan serta leveling kemudian diolah untuk  memperoleh data yang kemudian digunakan untuk membuat peta perencanaan   perataan yang akan diserahkan kepada mitra PT.Timah (Persero) Tbk pada saat dilakukan tender kegiatan perataan, pengolahan data yang dilakukan antara lain adalah penentuan titik-titik acuan dilapangan, penghitungan luasan area total  berdasarkan data titik acuan yang diambil dilapangan, penentuan letak dan luasan kolong yang terbentuk, dan penggambaran peta. Peta dibuat dengan cara manual yaitu digambar dengan peralatan tulis sederhana dan disesuaikan dengan letak  kolong bukit dan beberapa kondisi yang mungkin untuk ditampilkan sebagai rona awal lahan yang akan di reklamasi sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup mewakili mengenai luasan dan leveling lahan yang ada. Pekerjaan ini dilakukan oleh juru ukur reklamasi.

(29)

Setelah dilakukan pembuatan peta awal untuk keperluan perataan lahan kemudian dilakukan anwizing yaitu rapat sosialisasi pembukaan tender perataan lahan. Dalam rapat tersebut mitra yang akan melakukan perataan lahan menerima   penjelasan seputar SOP perataan dari PT.Timah (Persero) Tbk dalam sosialisasi tersebut dilakukan oleh kepala bagian lingkungan hidup dan kepala divisi logistik  PT.Timah (Persero) Tbk. Dalam kegiatan tersebut disampaikan pula berbagai   persyaratan baik teknis dan administrasi untuk menjadi peserta tender perataan. Selain itu dalam kegiatan terebut mitra memperoleh peta lokasi yang akan dilakukan perataan yang telah disiapkan sebelumnya, sehingga mitra memperoleh gambaran mengenai rona awal lahan yang harus diratakan. Kemudian pada hari lain yang telah ditentukan para mitra didampingi oleh petugas yang telah ditunjuk dari PT.Timah (Persero) Tbk melakukan peninjauan lokasi yang akan di ratakan, sehingga terjadi kesepahaman mengenai kondisi peta dengan kondisi sesungguhnya dilapangan antara mitra dengan pihak PT.Timah (Persero) Tbk.

Setelah terpilih beberapa mitra yang layak untuk melakukan kegiatan   perataan lahan. Kemudian dilakukan sosialisasi reklamasi. Sosialisasi tersebut dilaksanakan di setiap kecamatan pada lokasi-lokasi yang terdapat lahan bekas tambang yang akan diratakan. Sosialisasi dilakukan kepada masyarakat yang diwakilkan oleh para kepala desa serta tokoh-tokoh masyarakat desa. Sosialisasi tersebut dihadiri oleh kepala K3LH, kepala bagian lingkungan hidup, serta bagian humas PT.Timah (Persero) Tbk, dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, Dinas Pertambangan, Camat dan para aparat pemerintahan desa dan tokoh masyarakat serta mitra.

3.1.2.3 Perataan lahan

Kegiatan rehabilitasi lahan dilakukan secara bertahap kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah kegiatan perataan lahan. Kegiatan perataan dilakukan dikarenakan lahan yang telah disusun pada saat awal proses penambangan untuk  dikemballikan seperti semula telah rusak kembali karena masuknya

(30)

tambang-tambang inkonvensional yang menyebabkan tanah pucuk dan humus yang telah dipisahkan menjadi rusak dan hilang sama sekali serta kondisi fisik tanah sangat tidak teratur, kegiatan perataan ini merupakan solusi terbaik untuk penyiapan lahan dalam reklamasi lahan pasca tambang di PT.Timah (Persero) tbk.

Perataan lahan dilakukan dengan cara penimbunan kolong-kolong yang masih mungkin untuk ditutup dengan tanah sedangkan kolong yang sudah tidak  mungkin untuk ditutup dilakukan pembuatan tallud yaitu tanggul sekitar kolong untuk mencegah terjadinya erosi apabila terjadi hujan, dan kolong yang tidak  tertutup tersebut kemudian nantinya dimanfaatkan menjadi sumber persediaan air  yang akan dipakai pada saat kegiatan revegetasi berlangsung. Kegiatan perataan dilakukan dengan menggunakan alat berat antara lain buldozer  dan escavator , alat  berat digunakan karena kondisi medan yang cukup luas dan berat.

Dalam kegiatan ini juga dibuat sistem drainase yang nantinya akan digunakan pada saat kegiatan penanaman berlangsung, penataan sistim drainase ini antara lain pemilihan kolong-kolong yang berpotensi untuk sumber air yang dapat dijadikan sumber air pada saat penanaman nantinya. Kolong-kolong yang telah ditentukan kemudian dijaga keberadaannya agar tidak terjadi erosi dan  pendangkalan sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman nantinya.

Kegiatan perataan lahan diawasi oleh wasprod (pengawas produksi) di masing-masing wilasi (wilayah operasi), masing-masing wasprod tersebut kemudian memberikan laporan perkembangan pekerjaan perataan lahan kepada Divisi K3LH kantor pusat sehingga apabila terjadi sesuatu segera dapat di tindak  lanjuti.

3.1.2.4 Penyediaan Bibit

Dalam penyediaan bibit PT.Timah (Persero) Tbk melakukan permintaan kepada tempat – tempat yang di rekomendasikan oleh Departemen Kehutanan RI

(31)

  pengadaan bibit tersebut diserahkan kepada mitra reklamasi yang telah dipilih melalui sistem tender, bibit dari luar Pulau Bangka ditampung terlebih dahulu di  pembibitan Pusat di Pangkalpinang untuk diperiksa kelayakan tanamnya, standar 

kelayakan bibit berdasarkan SOP yang telah dibuat oleh bagian K3LH antara lain :

● Jenisnya sesuai dengan permintaan

● Memiliki tinggi sekitar 30 cm

● 60 % daunnya masih hijau pada saat sampai di pembibitan dapat

diasumsikan tanaman masih sehat

● Sistem perakarannya bagus, dilihat dengan kondisi tanaman yang masih

dalam polybag dalam kondisi baik 

● Jumlah tanaman yang sehat sesuai dengan permintaan

Bibit yang telah datang di tempat penampungan kemudian di evaluasi oleh tim dar  K3LH dan SPI PT.Timah (Persero) Tbk apabila terjadi ketidaksesuaian kondisi  bibit dengan yang diharapkan maka dilakukan pengembalian kepada mitra untuk 

diganti kembali dengan bibit yang sesuai permintaan.

Penampungan bibit dilakukan karena kegiatan penyiapan lahan untuk    penanaman belum selesai, sehingga bibit terlebih dahulu harus ditampung di  pembibitan di kantor pusat. Apabila penyiapan lahan penanaman oleh mitra telah

selesai, mitra yang akan menjemput bibit yang berada di pembibitan pusat.

Pembibitan pusat di Pangkalpinang selain dilakukan penampungan bibit  juga dilakukan pembuatan bibit, sebelumnya pembibitan di kantor pusat ini dibuat untuk penyediaan bibit untuk penyulaman yang dikembangkan di sini antara lain   jambu mete, sengon laut, dan akasia mangium. Selain itu juga dikembangkan

tanaman lain untuk Ujicoba penanaman menurut kesesuaian kondisi lahan seperi   Nyatoh ( Palaquium sp.), Karet ( Hevea brasiliensis), Cemara laut (Casuarina equisetifolia), Duren ( Durio zibethinus), dan Jati (Tectona grandis). Tanaman Jarak    pagar ( Jathropa curcas) juga sempat dikembangkan di persemaian ini namun

(32)

lahan yang akan ditanami maka pengembangan tanaman jarak pagar dihentikan. Pada pembibitan ini selain disiapkan untuk reklamasi lahan yang dilakukan PT.Timah (Pesero) Tbk juga digunakan untuk penyediaan tanaman yang digunakan untuk penyulaman tanaman yang di tanam pada program Green Babel, yaitu  program penghijauan yang merupakan kerjasama antara PT.Timah (Persero) Tbk 

dengan pemerintah provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3.1.2.5 Penyiapan Bedeng

Penyiapan bedeng dilakukan dengan cara pembersihan rumput dan tanaman liar yang tumbuh disekitar bedeng. Pembersihan tersebut dilakukan dengan cara   penyemprotan herbisida sehari sebelum gulma tersebut disiangi sehingga gulma mati dan lebih mudah untuk disiangi. Kemudian pembersihan bedeng dilanjutkan dengan memindahkan polybag yang masih tersisa di bedeng tersebut untuk dipilah mana yang masih dapat terpakai atau yang sudah harus diganti dan tanah yang  berada dalam polybag yang rusak dikumpulkan untuk digunakan kembali.

Setelah pembersihan bedeng dilanjutkan dengan pembersihan jalan dan area sekitar bedeng, yang nantinya menjadi akses untuk keluar masuk bedeng. Pembersihan dilakukan dengan cara yang sama yaitu penyemprotan herbisida agar  gulma yang berada di sekitar bedeng mati sehingga lebih mudah untuk disiangi. Karena letak bedeng yang saling berimpit penyemprotan dilakukan secara hati-hati dan penyiangan dilakukan secara manual dengan tangan. Pembersihan bedeng tidak  dilakukan secara serentak namun tergantung kebutuhan.

Persiapan Bedeng kemudian dilanjutkan dengan perbaikan bedeng yang mengalami kerusakan. Bedeng yang mengalami kerusakan tidak terlalu parah dilakukan penambalan namun apabila kerusakan yang terjadi terlalu parah dilakukan rekonstruksi ulang bedeng.

(33)

3.1.2.6 Perbanyakan bibit

Perbanyakan bibit yang dilakukan di pembibitan PT.Timah (persero) Tbk  dengan 2 cara yaitu dengan cara mencari bibit cabutan dari hutan sekitar Pulau Bangka untuk jenis cemara laut sedangkan untuk sengon, jambu mete dan akasia mangium dilakukan dengan cara pengembangbiakan secara generatif. Biji yang diperoleh untuk perbanyakan generatif tersebut merupakan benih bersertifikasi. Pengembangbiakan secara vegetatif belum dilakukan disini karena keterbatasan sumberdaya yang berada di pembibitan.

Pengambilan cabutan dilakukan dibawah tegakan pohon liar, yang tumbuh alami di dalam hutan. Pengambilan dilakukan secara hati-hati menggunakan cangkul menjaga agar akar tanaman tidak rusak sehingga persen kehidupannya tetap tinggi setelah tanaman diangkat dari tempat tumbuhnya untuk pengangkutan ke lokasi pembibitan digunakan karung yang basah sehingga tetap terjaga kelembabannya. Setelah sampai di pembibitan, bibit tersebut dimasukkan kedalam ember-ember berisi air dan segera dipindahkan ke dalam polybag yang telah disiapkan sebelumnya dan diletakkan dalam bedeng indoor untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang secara langsung mengenai bibit, agar stress yang dialami tanaman tidak terlalu tinggi, yang akan mengakibatkan kegagalan  pertumbuhan.

Untuk perbanyakan tanaman secara generatif dilakukan dengan menyemaikan terlebih dahulu menyemaikan ke dalam bedeng terbuka, dengan media kompos tanah dan pasir dengan perbandingan 3:2:1 setelah kecambah  berumur satu minggu untuk sengon dan akasia serta tiga minggu untuk jambu mete

kemudian bibit dipindahkan kedalam polybag berukuran 10 x 15, dengan media kompos dan tanah dengan perbandingan 3:1dan disusun di bedeng. Penyusunan di   bedeng sesuai jumlah maksimal bedeng berkisar antara 1000 sampai 1500 bibit

(34)

3.1.2.7 Perawatan bibit

Untuk menjaga kelembaban di pembibitan karena suhu yang tinggi di Pulau Bangka dilakukan dengan cara pemasangan paranet sebagai naungan selain itu terdapat pohon sengon dan pohon jarak yang telah tumbuh besar disekitar bedeng sehingga dapat di manfaatkan untuk naungan.

Penyiangan bibit dilakukan beberapa kali selama berada di pembibitan yaitu  pada saat bibit mulai di tanam, kemudian dilakukan penyiangan setiap dua minggu sekali untuk mengurangi gulma yang tumbuh di dalam polybag. Selain itu  penyiangan juga dilakukan di sekitar bedeng untuk menjaga agar bedeng tetap  bersih dari gulma. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara menyiangi satu  per satu polybag yang ada.

Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali sehari pada hari biasa namun apabila hari hujan intensitas penyiraman 1 kali atau bahkan tidak dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan cara manual. Penyiraman juga dilakukan pada setelah pemindahan bibit ke dalam polybag

Penyulaman bibit yang mati biasanya dilakukan seiring dengan kegiatan  penyiangan penyulaman bibit tersebut dilakukan apabila terdapat bibit yang merana ataupun mati. Penyulaman dilakukan untuk mempertahankan jumlah bibit yang  berada dibedeng. Bibit untuk penyulaman di ambil dari bedeng semai. Pada saat  penyulaman juga dilakukan pengisian kembali polybag dengan tanah dan kompos.

Pemupukan dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali seminggu dengan  pupuk NPK dan pupuk kandang. Pemupukan dilakukan untuk menjaga nutrisi tanah

sehingga kebutuhan hara tanaman tetap terjaga.

Perawatan juga dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida dua minggu sekali pada bibit untuk membebaskan bibit dari serangga dan hama yang mengganggu bibit.

(35)

3.1.2.8 Pengangkutan bibit

Pengangkutan bibit dari pembibitan dilakukan oleh mitra yang melakukan  penanaman, jenis bibit yang akan diangkut dipilih terlebih dahulu sesuai dengan  peruntukan lahannya, bibit yang akan diangkut harus dipastikan dalam kondisi

sehat dan siap tanam untuk menjamin keberhasilan penanaman.

Bibit yang telah terpilih kemudian dikumpulkan sesuai jumlah permintaan dan kemudian dimasukkan ke dalam kantong-kantong plastik yang berkapasitas 25  bibit untuk masing-masing kantong. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah  penghitungan bibit karena jumlah yang di angkut sangat banyak. Namun yang terjadi perlakuan tersebut membuat kerusakan bibit semakin tinggi pada saat  pengangkutan.

Bibit yang telah masuk ke dalam kantong plastik kemudian dihitung kemudian disusun ke dalam bak truk yang telah disiapkan. Jarak antara pembibitan dengan lokasi penanaman sekitar satu hingga tiga jam perjalanan. Setelah sampai dilokasi penanaman bibit di letakkan di tempat untuk penampungan bibit sementara yang telah disiapkan khusus oleh mitra.

Penghitungan bibit dilakukan secara mendetail melalui penghitungan satu  per satu bibit yang datang dari mitra. Karena dalam sekali kedatangan jumlah bibit

antara 12000 sampai 25000 bibit maka penghitungan langsung dilakukan pada saat  pemindahan bibit yang telah datang kedalam bedeng penampungan, penghitungan

hanya dilakukan pada bibit yang dianggap layak untuk ditanam dilapangan.

3.1.2.9 Pemeriksaan bibit

Pemeriksaan dilakukan antara lain adalah Jenis tanaman, tanaman yang datang harus sesuai dengan jenis yang tertera dalam permintaan, jenis yang tersebut merupakan jenis yang telah disesuaikan dengan SOP yang telah dibuat. Apabila  jenis yang datang tidak sesuai, maka bibit yang datang di kembalikan kepada mitra

(36)

Kondisi tanaman harus dalam kondisi sehat dan segar, hal tersebut ditandai dengan keberadaan 60% daun yang berada di batang bibit masih terlihat hijau dan segar. Kondisi ini untuk mencegah matinya bibit selama ditampung dan agar ketika nanti pada saat di ambil oleh mitra yang melakukan penanaman tanaman dalam kondisi segar 90% setelah dirawat di pembibitan. Apabila tidak memenuhi kondisi tersebut tanaman dikembalikan kepada mitra untuk diganti dengan tanaman dengan kondisi yang sesuai dengan persyaratan.

Tinggi bibit yang datang minimal 30 cm, hal tersebut untuk mempermudah  pemindahan dan bibit dengan kisaran tinggi 30 cm lebih tahan untuk dipindahkan dan stress yang dialami tidak terlalu tinggi apabila dibandingkan dengan bibit yang memiliki kisaran tinggi kurang dari 30 cm. Namun untuk persyaratan ini PT.Timah memberikan toleransi 5 cm, sehingga tanaman dengan tinggi sekitar 25 cm masih diijinkan.

Sistem perakaran yang bagus juga merupakan salah satu kriteria yang dijadikan acuan untuk menentukan kesehatan bibit yang datang. Sistim perakaran yang bagus ditandakan dengan kuatnya akar dalam mengikat tanah yang berada di dalam polybag. Dalam hal ini PT.Timah memberikan toleransi apabila kerusakan akar yang terjadi tidak lebih dari 5% maka bibit diterima dan apabila tingkatan kerusakan melebihi batas minimum yang telah ditentukan maka bibit akan dikembalikan untuk diganti dengan bibit yang baru.

Pemeriksaan ini dilakukan langsung oleh tim K3LH dan SPI PT.Timah (Persero) Tbk, setelah diadakan pemeriksaan kemudian dibuat Berita Acara Pemeriksaan sesuai dengan kondisi di lapangan.

3.1.3 Pelaksanaan Reklamasi

Kegiatan penanaman merupakan puncak kegiatan reklamasi lahan pasca tambang yang dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk, dalam kegiatan tersebut

(37)

Kegiatan ini dilakukan oleh mitra kerja PT.Timah (Persero) Tbk yang dipilih melalui sistem tender, dalam kegiatan ini mitra bertanggung jawab dari mulai  persiapan lubang tanam sampai kegiatan penanaman bibit ke lapangan. Kegiatan   penyiapan lubang tanam dan penaman dilakukan berdasarkan SOP yang

dikeluarkan oleh divisi K3LH PT.Timah (Persero) Tbk.

Pada periode ini penanaman dilakukan pada bulan September sampai Oktober  2008, diperkirakan pada bulan-bulan tersebut adalah musim hujan sehingga ketersediaan air untuk bibit yang ditanam terjamin dan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Selanjutnya akan dilakukan perawatan selama dua tahun oleh mitra kemudian diserahkan kembali kepada PT.Timah (Persero) Tbk.

3.1.3.1 Metode Penanaman

Bentuk penanaman yang dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk  mengadaptasi sistem cemplongan yang dinamakan dengan sistem Pot, yaitu dengan membuat lubang tanam dengan ukuran tertentu yang kemudian akan diisi dengan media tanam. Pengolahan tanah hanya dilakukan disekitar pot tanam yang dibuat. Hal ini dilakukan karena kondisi lahan tanam yang sangat luas dan marginal dimana  pada lahan tersebut hampir tidak memungkinkan untuk tumbuhnya suatu individu,

sehingga dapat menekan biaya reklamasi.

Bentuk perlakuan penanaman yang dilakukan sesuai SOP dipandang merupakan solusi yang paling memungkinkan untuk menumbuhkan komunitas tumbuhan di lahan tersebut.

3.1.3.2 Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam yang disiapkan memiliki ukuran 60cm x 60cm x 60cm, lubang ini dibuat dengan jarak 4 meter antar lubang diperkirakan untuk menjaga  persaingan hara dan air antar tanaman nantinya, sehingga tanaman mampu bertahan hidup. Dalam Lubang tanam tersebut diisi dengan tanah humus , kompos, zeolit dan

(38)

 pupuk yang mengandung hara makro dan mikro sehingga kondisi lubang pot yang dibuat mendekati kondisi lahan penanaman yang normal.

Pemberian humus di lubang tanam dilakukan karena kondisi tanah pada lahan area penanaman yang umumnya terdiri dari pasir kuarsa dan endapan tailing, sehingga tidak cocok sebagai media tempat tumbuh karena memiliki karakter    porositas yang sangat tinggi sehingga rentan sekali terhadap pencucian hara dan

keteguhan tanah yang sangat rendah sehingga akar tanaman akan mudah roboh, selain itu kondisi

kimia lahan pasca tambang yang pada umumnya bersifat asam sehingga  pada pembuatan lubang pot untuk penanaman harus melalui perlakuan pemberian

zeolit untuk menekan keasaman tanah sehingga pH tanah mendekati netral.

3.1.3.3 Pemberian Ajir

Pemberian ajir pada masing-masing lubang tanam dilakukan setelah lubang tanam siap, pengajiran dilakukan untuk menjaga bibit tanaman agar tumbuh dengan lurus dan tidak rusak apabila terkena angin maupun gangguan yang lainnya.

(39)

mengirim tim dari divisi K3LH langsung ke lapangan untuk pengecekan kelayakan lubang tanam yang telah dibuat oleh mitra dengan cara pengukuran beberapa buah  pot lubang tanam secara acak dan kesiapan sarana dan prasarana penanaman dari mitra, sarana prasarana yang dibutuhkan sebelum dilakukan penanaman antara lain adalah kesiapan tenaga kerja untuk penanaman, kesiapan tempat untuk   penampungan bibit sementara dengan kapasitas sesuai paket luasan yang akan di

tanam, dan kesiapan peralatan perawatan tanaman. Pabila semua telah siap maka  bibit tanaman akan segera dikirim ke lokasi untuk kemudian dilakukan penanaman namun apabila ditemukan lubang tanam tidak sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknis yang telah diserahkan maka pembuatan lubang tanam harus dibenahi atau diulangi.

Penanaman dilakukan setelah bibit diterima oleh mitra, penanaman dilakukan dengan cara mengisi pot lubang tanam dengan kompos dan zeolit terlebih dahulu hingga terisi 50%, selanjutnya bibit di benamkan dengan memadatkan tanah dalam polybag dan melepas polybag secara hati-hati agar akar tanaman tidak rusak, kemudian ditutup dengan pupuk dan humus di lapisan atas baru kemudian tanaman disiram sampai jenuh agar tidak terjadi stress pada tanaman.

(40)

3.1.3.4 Pengawasan Penanaman

Pengawasan penanaman dilakukan dengan cara peninjauan langsung kelapangan oleh tim dari divisi K3LH. Pot lubang tanam yang telah ditanami di cek  kembali apakah sesuai dengan spesifikasi teknis dari PT.Timah (Persero) Tbk  antara lain ukuran pot, dilakukan dengan mengecek kembali ukuran pot, ketika ditemukan ukuran pot yang tidak wajar mitra akan diminta untuk membenahi, kemudian pengecekan pemberian humus dan kompos pada setiap lubang tanam dilakukan dengan menggali beberapa lubang secara acak apakah terdapat humus dan kompos didalamnya apabila tidak ditemukan humus dan kompos maka tanaman harus di benahi.

Sistem penanaman yang dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk diadaptasi dari pola penanaman ke-tiga, dokumen RPL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) mengenai penjelasan pola tanam yang disusun tahun 1992 dengan berbagai modifikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada saat ini. Beberapa   perubahan yang dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi adalah rincian

urutan penanaman, pada dokumen RKL dilakukan penanaman tanaman pendahulu sebelum penanaman tanaman jenis pohon berkayu seperti perdu dan tumbuhan  bawah penyesuaian yang dilakukan adalah dengan menanam tumbuhan merambat  bawah hanya di sekitar kolong, untuk mencegah erosi, dan tanaman berkayu yang

seharusnya ditanam dua tahun setelah penanaman tumbuhan bawah yang bertujuan untuk pembentukan komunitas tumbuhan, dengan sistem yang dimodifikasi tanaman berkayu langsung ditanam saat itu juga namun lubang tanam yang diadaptasikan dari 50cm x 50cm x 50cm menjadi 60cm x 60cm x 60cm sehingga  pemberian hara dan pupuk lebih banyak.

3.1.3.5 Perawatan Tanaman di Lapangan

Kegiatan perawatan dilakukan selama dua tahun terhitung mulai bulan  berikutnya sesudah bulan tanam. Kegiatan perawatan ini dilakukan oleh mitra,

(41)

 penjarangan, serta pemeliharaan terhadap hama penyakit.

Pemupukan berdasarkan RKL dilakukan selama tiga kali selama sesudah  penanaman yaitu pada umur ke 3, 6, dan 9 bulan pemupukan hanya diberikan untuk  satu tahun. Jenis pupuk yang diberikan adalah urea 0.15kg/bibit, Tsp 0.25kg/bibit, KCL 0.15kg/bibit, dan kompos.

Karena kondisi lahan pasca tambang yang sangat miskin akan hara maka  penyiangan perlu dilakukan. Penyiangan dilakukan apabila mulai terdapat gulma

yang tumbuh di sekitar bibit hal ini untuk melindungi tanaman dari persaingan hara dan air, penyiangan juga dapat mengurangi resiko penularan pnyakit tanaman yang ditularkan melalui gulma. peyiangan dapat dilakukan dengan cara pemberian herbisida maupun dengan cara manual.

Penyulaman tanaman dilakukan apabila terdapat bibit yang mati di lapangan. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti tanaman yang mati dengan tanaman baru. Dalam penyulaman yang dilakukan pemberian pupuk hara dan humus harus diulang hal tersebut untuk meningkatkan persen hidup dari bibit yang ditanam.

Penjarangan dilakukan apabila terdapat individu yang berpenyakit sehingga   berpotensi untuk menularkan penyakit ke tanaman lain sehingga harus segera

ditebang agar tidak menulari tanaman yang lain.

Pemeliharaan tanaman terhadap hama dan penyakit dilakukan dengan cara  pemantauan tanaman secara berkala untuk memantau gejala dan tanda yang terjadi  pada tanaman sehingga apabila terjadi serangan hama dan penyakit tertentu dapat

segera diatasi. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida. Pertumbuhan tanaman harus selalu dipantau dan didokumentasikan dengan  baik secara berkala oleh mitra sebagai bahan laporan perkembangan pemeliharaan tanaman kepada PT.Timah (Persero) Tbk. Pemantauan pertumbuhan diantaranya dengan melakukan pengukuran tinggi, diameter pohon, dan perkembangan tajuk  yang terbentuk.

(42)

3.1.3.6 pengawasan dan evaluasi hasil penanaman

Pengawasan hasil penanaman dilakukan secara berkala selama masa   pemeliharaan oleh mitra, untuk memastikan keadaan tanaman sesuai yang

diharapkan dan mitra berjalan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk. Pengawasan yang dilakukan meliputi  perlakuan-perlakuan yang dilakukan selama masa perawatan tanaman dilapangan .

(43)

digunakan adalah laporan berkala dari mitra yang dilaporkan kepada PT.Timah (Persero) Tbk. Evaluasi dilakukan dengan mengirim tim dari divisi K3LH untuk  mengukur kondisi tegakan dilapangan. Pengukuran tersebut dilakukan dengan melakukan inventarisasi tegakan dengan pembuatan plot seluas 0,1 ha, Pengukuran meliputi diameter pohon, tinggi pohon, dan luas penutupan tajuk yang terbentuk. Hasil dari evaluasi tersebut kemudian yang akan menjadi masukan untuk  menentukan persentase keberhasilan reklamasi yang dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk.

(44)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kegiatan reklamasi PT.Timah (Persero) tbk dilaksanakan berdasarkan Dokumen Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) yang disusun tahun 1992, yang kemudian diadaptasikan sesuai dengan perkembangan keadaan masa kini.

Urutan kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh PT.Timah (Persero) Tbk  adalah sebagai berikut :

1. Pengambilan data Luasan dan Levelling 2. Tender Perataan

3. Sosialisasi Reklamasi

4. Perataan Lahan dan Sistem Drainase 5. Pemeriksaan Bibit

6. Pengawasan Perataan Lahan 7. Tender Penanaman

8. Pengawasan Pekerjaan

dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Mitra PT.Timah (Persero) Tbk yang dipilih melalui mekanisme tender dan diawasi oleh tim dari Wasprod(Pengawas Produksi), Bagian K3LH(Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup), dan Bagian SPI (Satuan Pengawas Internal).

Banyaknya penambangan illegal menjadi salah satu penghambat laju kegiatan reklamasi, yang kemudian menjadikan lahan menjadi semakin rusak, dan aparat tidak dapat menindak secara tegas para penambang ilegal tersebut. Faktor  lainnya adalah karena mitra tidak melaksanakan SOP secara sungguh-sungguh dapat dilihat ketika dilakukan pemantauan ditemukan beberapa yang tidak sesuai dengan SOP yang telah ditentukan.

(45)

Jenis yang dipilih dalam kegiatan reklamasi diadaptasi dari ketentuan Dirjen RLPS Departemen Kehutanan RI dan dengan beberapa tanaman lokal setempat. Penanaman dilakukan oleh mitra pada awal musim penghujan sehingga memudahkan dalam perawatan, dengan mengacu pada SOP yang telah diberikan dari PT.Timah (Persero) Tbk, dan akan diserah terimakan kembali kepada PT.Timah (Persero) Tbk setelah tanaman berusia 2 tahun dan selanjutnya perawatan dilanjutkan oleh PT.Timah (persero) Tbk.

Perawatan yang dilakukan di lapangan adalah pemupukan dan penyulaman tanaman yang mati setelah dilakukan, sedangkan pemberian insektisida dilakukan seperlunya saja.

4.2 Saran

1. Dokumen Studi Evaluasi Lingkungan yang dijadikan acuan perlu

diperbaharui, menyesuaikan dengan keadaan lahan dan lingkungan pasca tambang masa kini.

2. Pengawasan terhadap mitra perlu ditingkatkan untuk menanggulangi kecurangan dalam pelaksanaan SOP Reklamasi.

3. Koordinasi dengan aparat penegak hukum setempat serta pemerintah perlu ditingkatkan untuk menanggulangi para penambang timah illegal sehingga kegiatan reklamasi dapat berjalan dengan sesuai dengan yang diharapkan. 4. Sudah saatnya melakukan penerapan teknologi perbanyakan vegetatif 

dalam pengembangbiakan bibit tanaman untuk reklamasi, untuk  mendapatkan jenis unggul dari spesies yang digunakan.

5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kesesuaian jenis tanaman dan manipulasi lingkungan di lokasi bekas tambang PT.Timah (Persero) Tbk.

(46)

Anonim, 2008, Keadaan Tanah Propinsi Bangka Belitung http://www.Bangka.go.id/keadaan_tanah.htm. [11 Maret 2008].

Anonim, 2008, Gambaran Umum kep. Bangka-Belitung, http://www.pta-babel.net/ gambaran-umum-babel.ptabb. [1 Maret 2008].

Setiadi Y. 2006. Teknik Revegetasi untuk Merehabilitasi Lahan Pasca Tambang. Disampaikan dalam Seminar Nasional PKRLT Fakultas Pertania UGM, Sabtu 11 Feb 2006.

Tim Amdal PT.Timah (Persero) Tbk. 1992, Rencana Pengelolaan Lingkungan PT.Timah (Persero) Tbk.

Tim Amdal PT.Timah (Persero) Tbk. 1992, Studi Evaluasi Lingkungan PT.Timah (Persero) Tbk.

Gambar

Gambar  1,  Kondisi  Penanaman  di  lapangan(kiri)  dan  POT  Lubang  Tanam  (kanan)
Gambar  2,  Lahan  Tanam  Yang  Memenuhi  Syarat
Gambar  3,  Pupuk  Yang  digunakan  oleh  mitra

Referensi

Dokumen terkait