• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT SLEEP APNEA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CASE BASED REASONING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT SLEEP APNEA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CASE BASED REASONING"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

46

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT SLEEP APNEA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE CASE BASED REASONING

Romaida Tambunan

Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun, Medan

Email :romaida001@gmail.com Abstrak

Sistem pakar merupakan suatu tujuan utama dari sistem pakar bukan untuk menggantikan kedudukan seorang ahli atau pakar, tetapi untuk membagikan pengetahuan dan pengalaman seorang pakar atau ahli dalam memecahkan suatu permasalahan.Sleep Apnea merupakan frekuensi napas yang berhubungan dengan penyempitan saluran napas atas pada keadaan tidur, dapat berupa henti napas. Skala tidur sering digunakan untuk mengetahui kuantitas dari derajat gangguan tidur pada seorang pasien sleep apnea .PenyakitObstructive Sleep Apnea(OSA) menggambarkan abnormalitas respirasi selama tidur, memberikan gejala mendengkur, ngantuk di siang hari, terbangun dengan mulut kering atau tenggorokan terasa sakit, tidak merasa segar saat terbangun, sakit kepala terutama pagi hari setelah bangun tidur, kehilangan konsentrasi dan daya ingat menurun, mengalami depresi, mudah marah atau suasana hati berubah-ubah, kesulitan tidur serta merasa cemas.Metode Case Based Reasoning adalah metode yang menggunakan pengalaman atau kasus lama untuk dapat mengerti dan menyelesaikan masalah atau kasus baru.

Kata kunci : Sistem Pakar, Sleep Apnea, Case Based Reasoning, Obstructive Sleep Apnea (OSA) I. PENDAHULUAN

Tidur adalah kebutuhan manusia paling pokok yang merupakan sebuah proses fundamental. Tidur didefinisikan sebagai kondisi pelepasan perseptual dari lingkungan yang bersifat sementara dan dapat berulang.Sleep Apneaadalah timbulnya episode abnormal pada frekuensi napas yang berhubungan dengan penyempitan saluran napas atas pada keadaan tidur, dapat berupa henti napas

(apnea)atau menurunnya ventilasi (hypapnea).Skala

tidur sering digunakan untuk mengetahui kuantitas dari derajat gangguan tidur pada seorang pasien

sleep apnea.Pemeriksaan fisik yang penting adalah

menentukan index massa tubuh. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko terjadinya sleep

apnea.Obesitas sentral perlu diukur, karena dengan

index massa tubuh normal, obesitas sentral juga salah satu dari faktor resiko sleep apnea.

Periode apnea (tidak bernapas), biasanya diakhiri dengan bentuk arousaldari tidur, dimana otot-otot yang berperan pada diatasi saluran napas atas mulai bekerja normal dan aliran udara pernapasan kembali normal. Proses arousalselama periode tidur berakibat proses tidur mengalami fragmentasi, kadang pasien tiba terbangun mendadak. Saturasi oksigen dapat menurun lebih dari 3%, akibat obstruksi saluran napas lebih dari 80%. Pada hypopnea, obstruksi jalan napas berkisar antara 30% sampai 50% dengan penurunan saturasi oksigen lebih dari 3%. Kebanyakan pasien mengalami keadaan henti napas (apnea)antara 20 sampai 30 kejadian perjam dan bisa lebih dari 200 kali permalam.Keadaan ini menjadi penyebab utama

hipersommnolenpada pasiennya. Banyak sekali

gejala-gejala sleep apnea antara lain rasa kantuk

terus menerus pada sianghari (hipersomnolen), gangguan konsentrasi, sakit kepala pagi hari, gangguan intelektual, gangguan personalitas dan pergaulan, depresi, dan daya ingat menurun.Pada dasarnya gejala gangguan sleep apnea sering membuat orang awam menganggap penyakit ini hanya penyakit biasa saja.Tetapi penyakit ini dapat mengakibatkan kematian, sehingga orang awam perlu mengetahui gejala yang terjadi pada penyakit

sleep apnea.Agar orang awan dapat mendiagnosa

secara dini penyakit sleep apnea. II. TEORITIS

A. ObstructiveSleep Apnea (Penyakit OSA) Penyakit OSA menggambarkan abnormalitas respirasi selama tidur, memberikan gejala mendengkur, ngantuk di siang hari, terbangun dengan mulut kering atau tenggorokan terasa sakit, tidak merasa segar saat terbangun, sakit kepala terutama pagi hari setelah bangun tidur, kehilangan konsentrasi dan daya ingat menurun, mengalami depresi, mudah marah atau suasana hati berubah-ubah, kesulitan tidur serta merasa cemas. Efek dari penyakit OSA adalah yang paling berbahaya dapat menyumbat saluran nafas sehingga dapat menyebabkan kematian.

Jadi secara umum, penyakit OSAadalah timbulnya frekuensi napas yang berhubungan dengan penyempitan saluran napas atas pada keadaan tidur, dapat berupa henti napas.

OSA umumnya terjadi pada dewasa muda, biasanya antara umur 40-50 tahun, meskipun dapat terjadi juga pada anak-anak dan remaja [3].

(2)

47 B. Metode Case-BasedReasoning(CBR)

Case-BasedReasoningadalah“suatu

pendekatanuntukmenyelesaikansuatupermasalahan berdasarkan solusi dari permasalahan sebelumnya”. Suatu masalah baru dipecahkan dengan menemukan kasus yang serupa di masa lampau, dan menggunakannyakembalipada situasimasalahyangbaru.Pendekatanlaindari

CBRyang tidakkalahpenting

adalahCBRjugamerupakansuatupendekatanke arah

incrementalyaitu pembelajaran terus-menerus.DalamCase-Based Reasoningada empat tahapanyangmeliputi[4]:

1. Retrieve (Penelusuran)

Penelusuran dimulai dengan tahapan mengenali masalah dan berakhir ketika kasus yang ingin dicari solusinya telah ditemukan serupa dengan kasus yang telah ada. Tahapan yang ada dalam penelusuran ini antara lain :

a. Identifikasi Masalah b. Memulai Pencocokan c. Menyeleksi

2. Reuse

Reusesuatu kasus dalam konteks kasus baru

terfokus pada dua aspek yaitu :

a. Perbedaan antara kasus yang ada dengan kasus yang baru.

b. Bagian mana dari penelusuran kasus yang dapat digunakan pada kasus yang baru. Ada dua cara yang digunakan untuk

meng-reusekasus yang telah ada, yaitu:

a. Menggunakan ulang solusi dari kasus yang telah ada (transformatial reuse).

b. Menggunakan ulang metode kasus yang ada untuk membuat solusi (derivational reuse). 3. Revise

Terdapat dua tugas utama dari tahapan ini yaitu evaluasi solusi dan memperbaiki kesalahan.Evaluasi solusi adalah bagaimana hasil yang didapatkan setelah membandingkan solusi dengan keadaan yang sebenarnya. 4. Retain

Retain menggunakan solusi baru sebagai bagian dari kasus baru, kemudian kasus baru diupdate kedalam basis kasus. Pada tahap ini terjadi suatu proses penggabungan dari solusi kasus yang baru dan benar ke knowledge yang telah ada. 5. Similarity (Kemiripan)

Kesamaan atau kemiripan adalah langkah yang digunakan untuk mengenali kesamaan atau kemiripan antara kasus-kasus yang tersimpan dalam basis kasus dengan kasus yang baru. Kasus dengan nilai similarity paling besar dianggap sebagai kasus “paling mirip”. Nilai similarity berkisar antara 0 sampai 1.Berikut adalah rumus untuk mencari nilai kemiripan (similarity) yaitu :

Keterangan :

Ti : Nilai kesamaan kasus

nX1 + nX2 + nX3 :Banyaknya kesamaan

subobjek X1,X2,X3,...Xn

N : Banyak elemen pada basis kasus 6. Faktor Kepastian

Certainty factor yaitu menyatakan derajat

kepercayaan dalam suatu kejadian atau fakta atau hipotesis didasarkan pada bukti-bukti atau pendapat pakar. Notasi faktor kepastian adalah sebagai berikut :

Keterangan :

CF(h,e) : Faktor Kepastian

MB(h,e) : Ukuran kenaikan kepercayaan

(measure of increased belief)

terhadap hipotesis h jika diberikan

evidence e (antara 0 sampai 1).

MD(h,e) : Ukuran kenaikan ketidakpastian

(measure of increased disbelief)

terhadap hipotesis h jika diberikan

evidence e (antara 0 dan 1).

H : Hipotesa (antara 0 dan 1). E : Peristiwa dan fakta (evidence). Beberapa evidencedikombinasikan untuk menentukan CF dari suatu hipotesis. Jika e1 dan e2 adalah observasi, maka :

III. ANALISA DAN PERANCANGAN A. Analisa Diagnosa PenyakitObstructiveSleep

Apnea(OSA)

Obstructive Sleep Apnea adalahgangguan

respirasi saat tidur yang paling banyak insidensinya.Insidensi OSA diperkirakan 1-4% populasi umum.Penderita OSA kebiasaan mendengkur lebih banyak terjadi pada apnea,

hipopnea dan penurunan saturasi oksihemoglobin

sewaktu tidur dibandingkan tanpa mendengkur.Obstructive sleep apnea umumnya terjadi pada dewasa muda, biasanya antara umur 40-50 tahun, meskipun dapat terjadi juga pada anak-anak dan remaja.

Untuk mengantisipasi masalah diatas maka penulis merancang suatu sistem pakar mendiagnosa penyakit sleep apnea.Dengan adanya program perancangan perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu para dokter maupun masyarakat dalam mencegah atau untuk meminimalkan terjadinya penyakit sleep apnea tersebut.

Dari hasil konsultasi dengan dr. Burham Sp. PD terdapat gejala-gejala penyakit Obstructivesleep

(3)

48 Tabel 1. Gejala Obstructive Sleep Apnea (OSA)

Kode Gejala Penyakit Nilai Pakar G01 Mendengkur kencang 0,8 G02 Ngantuk di siang hari 0,8 G03

Terbangun dengan mulut kering atau tenggorokan terasa sakit

0,8 G04 Tidak merasa segar saat

terbangun 0,6

G05 Sakit kepala terutama pagi hari setelah bangun tidur. 0,8 G06 Kehilangan konsentrasi dan

daya ingat menurun 0,6 G07 Mengalami depresi 0,8 G08 Mudah marah atau suasana

hati berubah-ubah 0,6

G09 Kesulitan tidur 0,8

G10 Merasa cemas 0,6

Sumber : Hasil Konsultasi dengan dr. Burham, Sp. PD

Gambar 1. Tabel Data Analisis Gejala Pada Pasien

Obstructive Sleep Apnea (OSA)

Adapun analisa terhadap sistem pakar yang dibangun merupakan rule yang menerapkan metode

Case Based Reasoning dan Certainty Factor. Di

dalam logika metode Certainty Factorpada sesi penginputan sistem, pengguna diberi pilihan untuk memilih bobot kepastian yang masing-masing memiliki bobot sebagai berikut :

Tabel 2. Terminolog Kepastian

No. Keterangan Bobot

1. Pasti 1 2. Hampir Pasti 0,8 3. Cukup Pasti 0,6 4. Kurang Pasti 0,4 5. Ragu 0,2 6. Tidak Pasti 0

Dalam mengekspresikan derajat kepastian, untuk mengasumsikan derajat kepastian seorang pakar terhadap suatu data. Konsep ini kemudian diformulasikan dalam rumus-rumus dasar. Menerapkan sistem penalaran Case Based Reasoningdalam mendiagnosa penyakit sleep apnea, yaitu sebagai berikut :

B. Penerapan Metode Case Based Reasoning User melakukan penginputan gejala kasus baru, dapat dilihat pada table 3. sebagai berikut :

Tabel 3. Input Gejala Kasus Baru Inputan

Konsultasi Gejala Yang Dinputkan 1 G01, G04, G06, G08, G10 Inputan dari user dicari kemiripan dengan kasus terdahulu, dapat dilihat dari table 3.5 sebagai berikut :

Tabel 4. Menentukan Kemiripan Kasus Baru Dengan Kasus Lama

Kode Gejala Gejala Penyakit Obstructive Sleep Apnea Gejala Baru G01 Mendengkur kencang 1 1 G02 Ngantuk di siang hari 1 G03 Terbangun dengan mulut kering atau tenggorokan terasa sakit 1 G04 Tidak merasa segar saat terbangun 1 1 G05 Sakit kepala terutama pagi hari setelah bangun tidur. 1 G06 Kehilangan konsentrasi dan daya ingat menurun 1 1 G07 Mengalami depresi 1

(4)

49 G08 Mudah marah atau suasana hati berubah-ubah 1 1 G09 Kesulitan tidur 1 G10 Merasa cemas 1 1

Tabel 5. Kasus Baru Yang Mirip Terdahulu Keterangan Gejala Obstructive Sleep Apnea G01, G02, G03, G04, G05, G06, G07, G08, G09,G10 Kasus Baru G01, G04, G06, G08, G10

Pada sesi penginputan sistem, user diberi jawaban yang masing-masing memiliki bobot sebagai berikut:

Pilihan jawaban “Ya” = 1 Pilihan jawaban “Tidak” = 0

Tabel 3.7 Perbandingan Gejala Penyakit Obstructive Sleep Apnea Bobot User Bobot Kepastian Kode Gejala Kasus Lama Kode Gejala Kasus Baru G01 G01 0.8 1 G02 - 0.8 0 G03 - 0.8 0 G04 G04 0.6 1 G05 - 0.8 0 G06 G06 0.6 1 G07 - 0.8 0 G08 G08 0.6 1 G09 - 0.8 0 G10 G10 0.6 1

Proses menghitung nilai similarity

(kemiripan) kasus terdahulu dengan kasus baru diformulasikan dengan rumus (1), sebagai berikut:

Kemudian menghitung nilai CF, yaitu sebagai berikut : 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1= 𝐶𝐹[𝐻]1∗ 𝐶𝐹[𝐸]1 = 1 ∗ 0.8 = 0.8 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]2= 𝐶𝐹[𝐻]2∗ 𝐶𝐹[𝐸]2 = 0 ∗ 0.8 = 0

Langkah selanjutnya adalah

mengkombinasikan nilai CF dari kaidah, yaitu sebagai berikut : 𝐶𝐹𝑐𝑜𝑚𝑏𝑖𝑛𝑒 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1,2 = 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1 + 𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]2× (1𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]1) = 0.8 + 0.6 ∗ (1 − 0.8) = 0.8 + 0.6 ∗ 0.2 = 0.8 + 0.12 = 0.92 𝑜𝑙𝑑 𝐶𝐹𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒𝐶𝐹[𝐻, 𝐸]𝑜𝑙𝑑4∗ 100 = 0.99488 ∗ 100 = 99.488%

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat kemiripan pada kasus terdahulu dengan nilai 44.44% dan perhitungan nilai CF mendiagnosa penyakit sleep apnea memiliki persentase tingkat keyakinan 99.488%.

IV. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah rancangan form yang telah dibuat kemudian diaplikasikan dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 2008. Implementasi Sistem dari perangkat lunak ini mencakup spesifikasi kebutuhan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) serta pengujian perangkat lunak.

Tampilan program sesuai rancangan yang dibuat dan di print screen dan tampilan input, output, dan proses adalah sebagai berikut :

1. Tampilan Menu Utama

Menu Utama digunakan untuk sebagai tempat menampung semua pilihan-pilihan yang terdapat didalam sistem yang dirancang.

Gambar 2. Tampilan Menu Utama

(5)

50 Menu Gejala digunakan untuk menambahkan

gejala-gejala penyakit sleep apnea dan nilai bobot dari setiap gejala diambil dari pakar , dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3. Tampilan Menu Gejala 3. Form Konsultasi

Pada menu konsultasi terdapat beberapa form, seperti form data pasien, form pertanyaan, dan

form hasil. Sebelum user atau pasien melakukan

konsultasi terlebih dahulu harus mengisi data pasien seperti nama, jenis kelamin dan usia. Berikut ini adalah tampilan form data pasien :

Gambar 4. Tampilan Menu Data Pasien 4. Form Pertanyaan

Pada tampilan ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada berdasarkan dari gejala penyakit sleep apnea. Berikut adalah tampilan formpertanyaan :

Gambar 5. Tampilan form Pertanyaan 5. Form Hasil

Pada Tampilan ini digunakan untuk menampilkan hasil diagnosa mengenai penyakit

sleep apnea berdasarkan gejala yang dipilih pada

konsultasi sebelumnya. Berikut adalah tampilan menu hasil :

Gambar 6. Tampilan Form Hasil V. KESIMPULAN

Dari penyelesaian ini, penulis dapat mengambil kesimpulan adalah sebagai berikut ini : 1. Dapat mendiagnosa penyakit obstructivesleep

apnea dengan sistem pakar dan menggunakan

metode case based reasoning.

2. Dapat mendiagnosa penyakit obstructivesleep

apnea dengan sistem pakar dan menggunakan

metode case based reasoning.

3. Dengan menerapkan metode case based

reasoning dalam mendiagnosa penyakit

obstructivesleep apnea dapat menghasilkan

perhitungan valid yang sama dengan perhitungan manual sehingga proses diagnosa dapat dilakukan dengan cepat dan akurat.

4. Pembangunan aplikasi ini menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 2008untuk menghasilkan proses diagnosa penyakit

obstructivesleep apnea. REFERENSI

[1] T. Sutojo, Edy Mulyanto, and Dr. Vincent Suhartono, "Kecerdasan Buatan". Semarang: ANDI, 2011.

[2] Muhammad Arhami, "Konsep Dasar Sistem Pakar". Yogyakarta: Penerbit : Andi, 2005.

[3] Aru W. Sudoyo and Bambang Setiyohadi, "Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam". Jakarta: Pusat Penerbitan, 2006.

[4] Adriana S. A, Indarto , and Abdiansah , Sistem Penalaran Komputer Berbasis Kasus (Case Based Reasoning-CBR). Yogyakarta: Ardana Media, Februari 2007, vol. 2.

[5] Nelly Astuti Hasibuan, Hery Sunandar, Senanti Alas, and Suginam suginam, "Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Kaki Gajah Menggunakan Metode Certainty Factor," Jurasik (Jurnal Riset Sistem Informasi dan Teknik Informatika), vol. 2, no. 1, pp. 29-39, July 2017

Gambar

Tabel 4. Menentukan Kemiripan Kasus Baru  Dengan Kasus Lama
Tabel 5. Kasus Baru Yang Mirip Terdahulu  Keterangan  Gejala  Obstructive Sleep  Apnea  G01, G02, G03, G04, G05, G06, G07, G08,  G09,G10  Kasus Baru   G01, G04, G06, G08,  G10
Gambar 4. Tampilan Menu Data Pasien  4.  Form Pertanyaan

Referensi

Dokumen terkait

Based on the current hypothesis and background, the fundamental question of this thesis is “What is the primary motivation of China to normalize its relationship with Indonesia?”

Nilai harapan dari variansi proses adalah rata-rata bobot variansi proses dari tipe- tipe individual, dengan probabilitas awal sebagai bobot maka besar nilai harapan dari

Untuk mengetahui pendidikan agama dalam keluarga di Dusun Banaran Desa Banyukuning penulis memperoleh data dari hasil angket yang telah diberikan kepada responden. Angket

Dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu pengetahuan kewirausahaan, strategi pemasaran, manajemen permodalan dan keuangan,

Oksitosin, metergin, misoprostol, cairan kristaloid, cairan koloid, oksigen, produk darah, antibiotik, analgetik Luka jalan lahir Cairan kristaloid,.

Berkembangnya pendapat dikalangan masyarakat bahwa pesantren identik dengan tempat yang cenderung kumuh, santrinya banyak yang menderita penyakit kulit (karena tempat yang

Di situlah tempat tinggal orang yang berahi kepada Allah, berahikan surga pun tidak, dengan neraka pun dia tidak takut, karena pada orang berahi yang wasal jannah (sampai

Perilaku kerja yang sesuai dengan perannya yaitu prilaku yang menunjukkan bahwa karyawan melakukan pekerjaan hanya sesuai dengan tugas yang ada dalam deskripsi kerja,