• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Tabel Lokasi dan Waktu Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Tabel Lokasi dan Waktu Penelitian"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

3. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan diantaranya sampel tanah untuk kimia dan fisik, data kelembagaan, dan harga pasar. Sampel tanah di lokasi penelitian diambil melalui survei lapang, sedangkan data kelembagaan dan harga pasar di gali dengan metode wawancara semi terstruktur, dengan kuisioner.

Data sekunder diperoleh dari lembaga pemerintahan di lokasi studi (kantor kecamatan dan kelurahan), Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura serta instansi-instansi lain yang berkompeten dengan data-data yang diperlukan. Data-data tersebut diantaranya adalah peta administrasi, peta RTRW, peta jenis tanah, peta kelas lereng, data iklim (peta curah hujan), data luas lahan dan produksi pertanian tanaman padi dan lain sebagainya. Berdasarkan substansi tujuannya, matriks analisis penelitian disajikan pada Tabel 2.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Rawa Pitu. Kecamatan ini merupakan salah satu dari 13 (tiga belas) kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang hasil pemekaran wilayah kabupaten pada tahun 2009, yaitu menjadi Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Mesuji. Kecamatan Rawa Pitu berbatasan langsung dengan:

‐ Sebelah Utara : Kecamatan Rawajitu Utara dan Penawar Tama ‐ Sebelah Selatan : Kecamatan Gedung Meneng

‐ Sebelah Timur : Kecamatan Rawajitu Selatan

‐ Sebelah Barat : Kecamatan Penawar Tama dan Gedung Aji

Desa-desa yang menjadi lokasi penelitian ini adalah: desa Batanghari, Sumber Agung, Panggung Mulyo, Andalas Cermin, Duta Yoso, Gedung Jaya, Rawa Ragil, Mulyo Dadi, Bumi Sari (Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

(2)

Transmigrasi Kabupaten Tulang Bawang). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan November 2010.

Tabel 1. Matriks Analisis Penelitian

No Substansi

Tujuan Jenis Data Sumber Data

Metode Pengumpulan Data Metode Analisis 1. Identifikasi Komoditas Unggulan

Data Pertanian (luas tanam, produksi, harga jual),

Peternakan (jumlah dan asumsi harga) BPS BPS/BAPPEDA Kab Tulang Bawang Analisis Komoditas Unggulan (LQ) dan SSA Peta tanah

Peta RBI Skala 1:50.000 Peta Geologi, Peta dan Data hidrologi lokasi Primer/Tabular, Data Iklim dan curah hujan selama 1 thn

Data Boring dan Profil Tanah Primer (melalui survei tnh)

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Depnakertrans Pusat, atau Dinas Nakertrans di daerah Analisis Kesesuaian Lahan

Data Input Output Usaha (Harga Bibit, Harga Pupuk, Pestisida, Upah Tenaga Kerja (HOK), Pengangkutan, Transportasi dan Harga Pasar

Wawancara Masyarakat Setempat dan PPL Analisis Ekonomi Penentuan Komoditas Unggulan

Hasil Analisis Tabulasi Index

Komoditas Unggulan Pewilayahan

Komoditas Unggulan

Data Sekunder (Tabular),

PODES, 2008

BPS Kab/Pusat

Studi Pustaka Analisis Skalogram Peta Hasil Analisis Skalogram,

Komoditas Unggulan, dan Kesesuaian lahan

Hasil Analisis Overlay Analisis Sistem Informasi Geografi

Pewilayahan Komoditas

Unggulan Hasil Analisis Tabulasi dan Peta Tabulasi

2 Rekomendasi Penggunaan Lahan

Tutupan Lahan Eksisting Citra Landsat

TM+7 Interpretasi Citra Analisis Pengindera an jauh

Rekomendasi Penggunaan Lahan

Hasil Analisis Overlay Peta

Kesesuaian Lahan dan Tutupan Lahan Eksisting Analisis Sistem Informasi Geografi 3 Model Kelembagaan Masyarakat

Dinamika Kelembagaan Stakeholder

terkait Wawancara dan Studi Pustaka Index Kelembagaan

Data Hasil Kuisioner Unsur

Stakeholder Kec, Tokoh Masyarakat Wawancara Analisis Proses Hirarki (AHP)

(3)

3.3. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan antara lain :

1. Peta Digital Rupabumi Indonesia, Bakosurtanal skala 1:50.000 dan skala 1:250.000.

2. Laporan dan peta–peta hasil penelitian dari lembaga atau dinas lain. 3. Data Citra Landsat TM 7+ Tahun 2009.

4. Kuisioner.

Peralatan yang digunakan terdiri dari : 1. Perangkat keras (Hardware) :

o Bor Belgie, GPS, Munsell Soil Color Chart, Kompas o Seperangkat komputer dan printer

o Kamera dan alat tulis

2. Perangkat lunak (Software) : Arc GIS 9.3, Arc View 3.3, Microsoft

Office

3.4. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dibawah ini. 3.4.1. Penentuan Komoditas Unggulan

Uraian analisis-analisis yang digunakan dalam penentuan komoditas unggulan diuraikan sebagai berikut:

3.4.1.1. Analisis Penentuan Basis Aktifitas

Penentuan basis aktifitas desa dalam penelitian ini dianalisis dengan metode Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA). Analisis LQ digunakan untuk mengetahui lokasi pemusatan/basis aktivitas Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas panen dan nilai produksi (produksi x harga). Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktivitas bersifat seragam dan (3) setiap aktivitas menghasilkan produk yang sama. Nilai LQ diketahui dengan rumus sebagai berikut :

(4)

Dimana :

= nilai LQ untuk aktivitas ke-j di wilayah ke-i

= luas tanam (ha)/nilai pendapatan (Rp) untuk komoditas ke-j di desa ke-i

= luas tanam (ha)/nilai pendapatan total (Rp) pada desa ke-i = luas tanam (ha)/nilai pendapatan (Rp) komoditas ke-j pada total

wilayah

= luas tanam (ha)/nilai pendapatan (Rp) seluruh komoditas di wilayah studi

i = desa yang diteliti j = komoditas

Interpretasi hasil analisis adalah sebagai berikut :

¾ Jika nilai > 1, komoditas ke-i memiliki keunggulan komparatif untuk dikembangkan di suatu wilayah (desa)

¾ Jika nilai < 1, komoditas ke-i tidak memiliki keunggulan

komparatif untuk dikembangkan di suatu wilayah (desa)

Disamping LQ untuk penetapan komoditas unggulan juga digunakan analisis shift share. Analisis shift share merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memahami pergeseran struktur aktifitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu. Lokasi tersebut adalah Kecamatan Rawa Pitu, dibandingkan dengan Kabupaten Tulang Bawang.

Analisis shift share dapat digunakan untuk menetapkan target/sektor dan menganalisis dampak ekonomi. Selain itu memungkinkan dapat digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan daerahnya dan menganalisa industri/sektor yang menjadi dasar perekonomian daerah (Blakely dan Bradshaw, 2002).

Berdasarkan hasil analisis shift share diperoleh gambaran kinerja aktifitas di suatu wilayah. Menurut Blakely dan Bradshaw (2002) gambaran kinerja ini dapat dijelaskan menjadi 3 (tiga) komponen hasil analisis, yaitu:

(5)

1. Komponen Laju Pertumbuhan Total (komponen share). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah.

2. Komponen Pergeseran Proporsional (komponen proportional shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktifitas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektor/aktifitas total dalam wilayah.

3. Komponen Pergeseran Diferensial (komponen differential shift). Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor/aktifitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika (keunggulan/ketidakunggulan) suatu sektor/aktifitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas tersebut di sub wilayah lain. Persamaan analisis shift-share ini adalah sebagai berikut:

⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − =

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

SSA

t i t i t ij t ij t t t i t i t t ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 (

..

..

..

..

1 ... (2) a b c dimana : a = komponen share

b = komponen proportional shift c = komponen differential shift, dan X.. = luas lahan pertanian

Xi = total luas lahan untuk usahatani komoditas ke-i Xij = luas lahan untuk komoditas ke-j di wilayah desa ke-i t1 = titik tahun akhir

t0 = titik tahun awal

3.4.1.2. Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan adalah suatu teknik analisis penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini

(6)

lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi, dan atau drainase sesuai untuk suatu usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif (Djaenudin

et al., 2003). Kriteria kesesuaian lahan yang digunakan adalah dari kriteria

yang disusun oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007). Proses evaluasi lahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara matching (mencocokkan) antara karakteristik lahan dari setiap SPT dengan persyaratan tumbuh atau kriteria kesesuaian lahan. Hasil analisis kesesuaian lahan yang diperoleh nantinya berupa kesesuaian lahan aktual.

3.4.1.3. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kelayakan finansial usahatani. Selain itu, analisis ini dilakukan untuk mempelajari dan memprediksi besarnya pendapatan dan keuntungan usahatani berdasarkan alokasi sumberdaya yang ada. Keberhasilan dalam mengelola usahatani diukur melalui besarnya pendapatan yang diterima dari usahatani tersebut.

Analisis ekonomi yang dilakukan adalah Gross Margin (GM),

Benefit Cost Ratio (BCR/Ratio BC, Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR). Komoditas terpilih yang dianalisis didasarkan pada

data hasil survei lapang dan analisis komoditas unggulan. Identifikasi pilihan komoditas dilihat dari banyak/sedikitnya komoditas tersebut dibudidayakan oleh petani, selain itu dilihat dari potensi sumberdaya fisik lahannya, komoditas tersebut antara lain: padi, jagung, karet, dan kelapa sawit.

Gross Margin (GM)

Gross Margin (GM) adalah keuntungan ekonomi, yaitu rerata

jumlah pendapatan dikurangi rerata jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan pada suatu luasan lahan tertentu (misalnya adalah per hektar) dalam jangka waktu tertentu (misalnya adalah per tahun). Gross Margin merupakan pendapatan hasil pertanian (produksi x harga) dikurangi biaya.

(7)

B/C ratio =

= = = = + + n t t t t n t t t t i C i B 1 1 ) 1 ( ) 1 (

Secara matematis dapat ditulis :

Gross Margin = produksi ki * harga produk ki - input ji * harga input ji...(3)

Keterangan :

ki : jenis unit produkai ke i, ji : jenis input ke i

Benefit Cost Ratio (Ratio BC)

Benefit Cost Ratio (Ratio BC) adalah nilai pendapatan sekarang

(Present Value (PV) in) dibagi dengan nilai biaya sekarang (Present Value

(PV) out). Usahatani yang memiliki Ratio BC tertinggi adalah usahatani

yang memiliki tingkat kelayakan paling tinggi atau paling baik. Apabila

Ratio BC lebih besar dari satu maka usahatani tersebut layak untuk

dilanjutkan, namun apabila Ratio BC kurang dari satu, maka usahatani tersebut tidak layak untuk dilanjutkan.

Secara matematis dapat ditulis :

... (4)

Keterangan :

Bt : manfaat usahatani sampai tahun ke t Ct : biaya usahatani sampai tahun ke t i : tingkat suku bunga

t : tahun

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan nilai pendapatan sekarang di

akhir usaha (Present Value (PV) in) dikurangi nilai biaya sekarang (Present Value (PV) out). Pengertian yang lain, NPV adalah nilai uang sekarang yang didapat sebagai hasil penerapan suatu penggunaan lahan (TPL) pada suatu luasan tertentu selama waktu penggunaan lahan tersebut bukan per tahun pembukuan seperti pada Gross Margin. Apabila hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa NPV bernilai positif maka

ki

(8)

usahatani tersebut dapat dikatakan menguntungkan, dan apabila NPV bernilai negatif berarti usahatani tersebut tidak menguntungkan.

Secara matematis dapat ditulis

... (5)

Keterangan :

Bt : manfaat usahatani sampai tahun ke t Ct : biaya usahatani sampai tahun ke t i : tingkat suku bunga

t : tahun

Internal Rate of Return (IRR).

Internal Rate of Return (IRR) adalah besarnya potongan agar nilai

pendapatan sekarang sama dengan nilai biaya sekarang. Jika IRR lebih tinggi dari bunga bank maka usahatani yang diterapkan akan menguntungkan. Secara matematis IRR adalah discount rate (bunga) di mana IRR merupakan positif risiko keuangan suatu usahatani, makin tinggi IRR risiko makin berkurang, karena pendapatan lebih pasti.

Secara matematis dapat ditulis :

... (6)

Keterangan :

i’ : tingkat discount rate pada saat NPV positif i” : tingkat discount rate pada saat NPV negatif NPV’ : nilai NPV positif

NPV” : nilai NPV negatif

Untuk memprediksi matriks dan parameter ekonomi, sebelumnya harus diperoleh data atau prediksi kemampuan produksi untuk masing-masing kelas kesesuaian lahan. Asumsi yang digunakan mengacu pada Dent (1983) dalam Sidik (2002), yaitu produksi pada kelas kesesuaian lahan S1 ≥ 80 % dari produksi optimal, lahan S2 antara 60 % - 80 % dari produksi optimal, lahan S3 antara 40-60 % dari produksi optimal, dan lahan N hanya mencapai 40 % dari produksi optimal.

IRR = i’ + (i” – i’)

) ( ' " ' NPV NPV NPV − NPV =

= + − n t t i Ct Bt 1 (1 )

(9)

3.4.1.4. Penentuan Komoditas Unggulan

Penentuan komoditas unggulan bertujuan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan masing-masing desa. Komoditas unggulan ditentukan melalui indeks multi kriteria komoditas unggulan, dengan cara menetapkan 6 (enam) variabel hasil analisis yang digunakan, yaitu: hasil analisis LQ (luas tanam dan nilai produksi), SSA, kesesuaian lahan, ekonomi, dan aksesibilitas. Penentuan komoditas unggulan ini diasumsikan bahwa variabel-variabel tersebut bersifat indeferents atau sama penting. Aspek fisik dan non fisik dalam penelitian ini diasumsikan memiliki bobot yang sama.

Menurut jenis data dan satuannya, dapat dijelaskan bahwa dalam penentuan basis aktifitas digunakan data hasil analisis LQ dan SSA, yaitu berupa: nilai LQ luas tanam, nilai LQ nilai pendapatan, dan nilai SSA, sedangkan dalam analisis kesesuaian lahan, hasil analisis yang digunakan adalah jumlah luas lahan S1 (sesuai), S2 (cukup sesuai), dan S3 (sesuai marginal). Sementara itu, untuk analisis ekonomi, hasil analisis yang digunakan adalah nilai Gross Margin (GM) dengan satuan Rp/ha/tahun. Analisis penentuan komoditas unggulan ini juga ditambahkan variabel aksesibilitas, yaitu: jarak dari pusat desa ke lokasi pemasaran masing-masing komoditas dengan satuan kilometer (km).

Selanjutnya, setelah masing-masing hasil analisis diperoleh, langkah selanjutnya adalah men-tabulasi data tersebut per komoditas per desa. Masing-masing data dihitung nilai indeks-nya, dengan rumus matematis sebagai berikut:

Keterangan :

i = wilayah desa = 1,2,....n; n = 9 Xij = nilai variabel ke-j pada wilayah i j = 1,2,....,6 X1 = LQ luas tanam X2 = LQ nilai produksi X3 = nilai SSA X4 = kesesuaian lahan ... (7)

(10)

^

^

X5 = Gross Margin X6 = aksesibilitas

Lain halnya, untuk variabel aksesibilitas, terlebih dahulu dihitung invers (kebalikan) dari nilai jarak tersebut. Maksudnya, semakin dekat jarak lokasi desa dengan lokasi pemasaran, maka dapat diasumsikan lebih baik, begitu juga sebaliknya. Nilai index aksesibilitas diperoleh dari invers jarak pusat kota ke lokasi pemasaran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan :

X6 = indexs aksesibilitas

Xi6 = nilai variabel aksesibilitas pada wilayah i

Selanjutnya, agar ∑Xij bernilai 1,00, maka dilakukan normalisasi data dengan cara seperti yang disajikan pada persamaan (7). Setelah diperoleh nilai

indexs masing-masing variabel, selanjutnya adalah menjumlah masing-masing

nilai variabel indexs sehingga diperoleh jumlah skor. Jumlah skor komoditas paling besar, ditetapkan sebagai komoditas unggulan desa. Secara matematis penjumlahan indexs (skoring) dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan :

Xi = jumlah skor wilayah ke-i

Xij = nilai variabel ke-j pada wilayah i j = 1,2,....,6

3.4.2. Pewilayahan Komoditas Unggulan 3.4.2.1. Analisis Hirarki Wilayah

Analisis hirarki wilayah adalah suatu analisis yang digunakan untuk menentukan hirarki dari unit wilayah tertentu yang didasarkan pada jumlah dan jenis fasilitas umum, bobot, industri dan jumlah penduduknya dilihat berdasarkan

... (9) ... (8)

(11)

kuantitas dan kualitasnya. Seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap unit wilayah di data dan di susun dalam satu tabel terstruktur. Data fasilitas umum yang berupa, baik jumlah dan jenisnya diperoleh dari kombinasi pengumpulan data sekunder hasil survei lapang (monografi desa) dengan data potensi desa tahun 2008. Sementara itu, unit wilayah dalam hal ini adalah wilayah administrasi desa di Kecamatan Rawa Pitu (9 desa). Secara umum, wilayah dengan hirarki lebih tinggi memiliki jenis fasilitas paling beragam dengan jumlah unit terbanyak dan wilayah berhirarki rendah berlaku sebaliknya.

Analisis hirarki wilayah ini digunakan untuk mendukung analisis pewilayahan komoditas unggulan. Metode skalogram yang digunakan dalam analisis ini adalah analisis skalogram berbobot berbasis desa (tabulasi).

3.4.2.2. Pewilayahan Komoditas Unggulan

Perwilayahan komoditas merupakan langkah awal dalam mencapai ketepatan pengembangan komoditas pertanian baik pilihan wilayah maupun jenis tanamannya. Pendekatan perwilayahan bagi pengembangan komoditas pertanian merupakan usaha untuk meningkatkan produktifitas karena setiap jenis komoditas pertanian memerlukan persyaratan sifat lahan yang berbeda untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal (Andi, 2006).

Pewilayahan komoditas unggulan dalam penelitian ini adalah sintesis dari hasil analisis penentuan komoditas unggulan dengan hasil analisis hirarki wilayah. Berdasarkan perbandingan (tabulasi) antara hasil hirarki wilayah dan komoditas unggulan desa, maka di peroleh klasterisasi wilayah. Diharapkan pengembangan kawasan yang tepat dan terstruktur sesuai potensi wilayah dapat tercapai.

Selain berbentuk tabular dan deskriptif, penyajian hasil sintesis ini juga disajikan dalam bentuk spasial, yaitu berupa peta pewilayahan komoditas unggulan. Peta ini dapat memperoleh gambaran spasial pewilayahan komoditas unggulan. Teknik pengolahan dan penyajian peta dengan menggunakan sofware

Arc GIS 9.3.

3.4.3. Rekomendasi Spasial Penggunaan Lahan

Analisis yang digunakan dalam rekomendasi spasial penggunaan lahan diuraikan sebagai berikut :

(12)

3.4.3.1. Klasifikasi Tutupan Lahan

Klasifikasi tutupan lahan dalam penelitian ini digunakan untuk

meng-interpretasi citra satelit Landsat TM+7 Kecamatan Rawa Pitu dengan

menggunakan software ERDAS IMAGINE 9.2. Tahapan dalam pengolahan citra satelit Landsat ini dimulai dari koreksi geometrik dan koreksi radiometrik. Citra satelit yang telah terkoreksi dipotong (cropping) berdasarkan batas lokasi penelitian (Kecamatan Rawa Pitu).

Selanjutnya, dibuat training set dan dikelaskan berdasarkan tutupan lahan

eksisting menggunakan klasifikasi terbimbing. Informasi tutupan lahan eksisting

diperoleh dari hasil observasi lapang dan bantuan informasi lainnya, misalnya peta tutupan lahan dari Departemen Kehutanan dan lain sebagainya. Sebelum membuat training set, terlebih dahulu jumlah kelas tutupan lahan ditentukan. Pada penelitian ini ditentukan 13 (tigabelas) kelas tutupan lahan, yaitu awan, belukar, hutan, hutan rawa/nipah, kebun campuran, kelapa sawit, pemukiman, pertanian lahan kering, rawa, sawah bera, sawah berair, tanah terbuka, dan tubuh air. Pemilihan training set agar dapat merepresentasikan nilai pixel suatu kelas yang diinginkan. Pembuatan training set dipilih melalui citra dasar yang dibatasi oleh

polygon-polygon sekaligus pemberian nama kelas, representatif dan disimpan

dalam file signature. Hasil klasifikasi citra kemudian disimpan dan dilakukan

smooting hasil interpretasi (Nearest Neighborhood).

Setelah di peroleh tutupan lahan, maka format raster dikonversi ke vector (shapefile) dan dilanjutkan dengan pengolahan data spasial (layout) menggunakan

software Arc GIS 9.3. Hasil analisis ini adalah peta tutupan lahan tahun 2009.

Skema alur klasifikasi terbimbing ini disajikan pada Gambar 2.

3.4.3.2. Rekomendasi Penggunaan Lahan

Untuk mendapatkan rekomendasi penggunaan lahan berbasis kondisi saat ini, dilakukan overlay peta kesesuaian lahan dan peta tutupan lahan saat ini. Teknik overlay ini menggunakan metoda geoprocessing (union) dalam analisis Sistem Informasi Geografi (SIG), karena datanya berbasis spasial. Metode

geoprocessing (union) dalam penelitian ini adalah menumpang tindihkan data spasial satu dengan lainnya berikut attribut-nya, sehingga diperoleh gabungan

(13)

Gambar 2. Alur Klasifikasi Terbimbing untuk Menentukan Tutupan Lahan Eksisting

Selanjutnya dengan memperbandingkan attribut hasil overlay kedua data

spasial tersebut kemudian dilakukan penilaian masing-masing kombinasi tutupan

lahan dan kelas kesesuaian lahan, sehingga diperoleh rekomendasi penggunaan lahan. Penilaian rekomendasi lahan ini memperhitungkan beberapa aspek lingkungan yang berkelanjutan. Beberapa aspek keberlanjutan yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah (1). Mengutamakan kelestarian lingkungan, (2). Mempertahankan areal resapan air, (3). Memperhatikan kelas kesesuaian lahan, (4) Mempertahankan areal pemukiman dan areal-areal publik lainnya. Rincian aspek dan variabel yang digunakan dalam penilaian ini, selengkapnya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Aspek dan variabel dalam rekomendasi penggunaan lahan

No. Aspek y Variabel Dipertahankan Di konversi

1. Kelestarian lingkungan

Tutupan lahan Hutan, lahan produktif, sempadan sungai Tanah terbuka, lahan tidak produktif, lahan kritis, belukar

2. Resapan air Tutupan lahan Tubuh air, sungai, rawa, lahan gambut

Gambut tipis, bukan areal konservasi

3. Kesesuaian lahan Kelas

kesesuaian lahan

Lahan S1, S2, dan S3, lahan produktif

Lahan N

4. Bangunan Tutupan lahan Pemukiman, fasilitas umum

(14)

Seperti disebutkan dalam Tabel 2, penilaian tutupan lahan saat ini

(eksisting) berupa hutan, hutan nipah, rawa, dan tubuh air direkomendasikan tetap

dipertahankan pemanfaatannya, sehingga dapat dijadikan kawasan konservasi. Rekomendasi penggunaan lahan ini, diharapkan keseimbangan dan kelestarian lingkungan saat ini maupun yang akan datang dapat tercapai.

3.4.4. Pengembangan Kelembagaan Pertanian

Analisis pengembangan kelembagaan pertanian ini mensintesiskan hasil analisis deskriptif dan Analytical Hierarcy Process (AHP), sehingga diperoleh bentuk kelembagaan pertanian yang sesuai dengan keinginan masyarakat setempat. Analisis-analisis yang digunakan dalam pengembangan kelembagaan pertanian ini diuraikan sebagai berikut:

3.4.4.1. Analisis Dinamika Kelembagaan Masyarakat

Analisis dinamika kelembagaan dalam penelitian ini diawali dengan melakukan identifikasi jumlah dan bentuk-bentuk kelembagaan yang ada di lokasi penelitian. Selanjutnya, berdasarkan jumlah kelembagaan, dilakukan normalisasi data (indexs kelembagaan). Formula menghitung indexs seperti yang disajikan pada persamaan (7). Adapun variabel untuk membangun indexs terdiri dari 5 (lima) variabel, yaitu: X1 = jumlah kelompok tani; X2 = jumlah anggota kelompok tani; X3 = jumlah koperasi; X4 = jumlah pasar; X5 = jumlah toko/kios/warung.

Nilai variabel indexs masing-masing desa setelah diperoleh, kemudian dilakukan penjumlahan indexs, sehingga di peroleh nilai skor dinamika kelembagaan. Penjumlahan skor tersebut mengikuti persamaan (9) dengan jumlah

variabel (j) sebanyak 5 (lima) buah sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Indeks

yang dihasilkan selanjutnya disebut sebagai indeks dinamika kelembagaan masyarakat.

Sementara itu, berdasarkan skoring, ditetapkan 3 (tiga) dinamika kelembagaan masyarakat, yaitu : dinamis, sedang dan kurang dinamis. Kriteria yang digunakan dalam penilaian dinamika kelembagaan ini disajikan pada Tabel 3.

(15)

Tabel 3. Kriteria Penentuan Dinamika Kelembagaan Masyarakat

No Dinamika Kelembagaan Kriteria

1 Dinamis Ii. > Rataan + 0,5 S

2 Sedang Rataan - 0,5 S ≤ I.i < Rataan + 0,5 S 3 Kurang dinamis Ii. ≤ Rataan - 0,5 S

Kererangan : S = standar deviasi, 0,5 = konstanta

3.4.4.2. Model Kelembagaan Pertanian menurut Persepsi Masyarakat dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multi

criteria). Karena sifatnya yang multi kriteria, AHP cukup banyak digunakan

dalam penyusunan prioritas (Susila et al. 2007).

Menemukan dan mengembangkan konsep kelembagaan pertanian berdasarkan persepsi masyarakat dilakukan dengan analisis AHP. Pada penelitian ini ada 2 (dua) hal yang dijadikan tujuan dalam pemberdayaan, yaitu kemandirian petani atau produktifitas pertanian. Kedua tujuan tersebut, dibagi menjadi tiga faktor penting yang harus diperhatikan, yaitu faktor kelembagaan, sosial-ekonomi, dan sumberdaya fisik wilayah. Selanjutnya, ketiga faktor tersebut dibagi berdasarkan masing masing kriteria yang paling berpengaruh, diantaranya: metode penyampaian, integritas pendamping, ekonomi, budaya (kebiasaan masyarakat), kesuburan tanah, dan kondisi wilayah. Langkah selanjutnya adalah memilih strategi yang paling tepat, diantaranya pelatihan, pendampingan, studi banding, atau sekolah lapang. Stakeholder yang terlibat dalam model pemberdayaan ini adalah PEMDA, LSM, atau Swasta/lainnya. Struktur AHP untuk penentuan model kelembagaan petani menurut persepsi masyarakat disajikan pada Gambar 3.

3.4.4.3. Model Kelembagaan Pertanian yang Efektif

Selanjutnya sintesis dinamika kelembagaan dan model kelembagaan menurut persepsi masyarakat disajikan melalui analisis deskriptif. Model kelembagaan pertanian yang efektif sesuai kebutuhan petani dapat di identifikasi dan dapat diimplementasikan.

(16)

Gambar 3. Struktur AHP Persepsi Kelembagaan Pertanian

3.4.5. Sintesis Pengembangan Kawasan Transmigrasi Berbasis Komoditas Unggulan dan Kelembagaan Masyarakat dengan Memperhatikan Potensi Biofisik yang Berkelanjutan

Sintesis pengembangan kawasan transmigrasi ini, memadukan tiga hasil akhir analisis, yaitu komoditas unggulan per desa, alokasi luasan penggunaan lahan untuk komoditas unggulan per desa, dan kelembagaan efektif yang mendukung pertanian di masing-masing desa. Teknis analisisnya menggunakan kombinasi tabulasi-deskriptif analisis per desa. Hasil sintesis ini digunakan untuk merekomendasikan alokasi dan aktifitas pertanian di masing-masing desa.

Berdasarkan tujuan dan kerangka analisis penelitian, kebutuhan data, dan hasil yang diharapkan, maka disusun bagan alir kerangka penelitian seperti disajikan pada Gambar 4.

(17)

Gambar

Tabel 1.  Matriks Analisis Penelitian
Tabel 2. Aspek dan variabel dalam rekomendasi penggunaan lahan
Gambar 3. Struktur AHP Persepsi Kelembagaan Pertanian

Referensi

Dokumen terkait

Dari respon terbang quadcopter tersebut terlihat bahwa, respon tidak sebaik saat simulasi maupun uji coba pada alat bantu uji sudut roll dan pitch, hal ini

Prototipe alat pengaduk dodol menghasilkan mutu dodol yang baik, dengan nilai 12.26 dari hasil uji organoleptik, pada putaran pengadukan 20 rpm dan kapasitas 4 kg, serta

Salah satu organisasi pemerintah yang berusaha untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten

LBS merupakan layanan yang memungkinkan pengguna telepon seluler untuk mengakses informasi y ang berkaitan dengan posisi geogratis / lokasi , sehingga subscriber

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan di atas maka didapat simpulan tidak ada hubungan assosiatif antara gaya belajar dengan hasil

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa algoritma Bresenham memiliki kecepatan proses 1.44 kali lebih cepat dari Bezier untuk 70 titik penggambaran, sedangkan akurasi dalam

Walaupun pengetahuan dan sikap siswa-siswi kelas lima dan enam di SDN Cibogo pada umumnya baik, akan tetapi masih banyak siswa-siswi kelas lima dan enam yang memiliki

16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau