• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengalaman rawat inap merupakan suatu hal yang traumatik dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengalaman rawat inap merupakan suatu hal yang traumatik dan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Pengalaman rawat inap merupakan suatu hal yang traumatik dan mengerikan bagi anak-anak, hal ini akan lebih menakutkan bagi anak-anak yang dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) (Diaz-Caneja et al., 2005). Roets et al., (2012) menyebutkan bahwa 21% dari anak-anak yang dirawat di PICU mengalami stres atau mengalami PTSD (Post Traumatic Sindrome Disorder).

Pengalaman orangtua ketika anak mendapatkan perawatan di rumah sakit merupakan pengalaman yang menegangkan dan sulit bagi anak dan orangtua. Hal ini disebabkan oleh adanya tingkat stres yang lebih tinggi berkaitan dengan kondisi anak yang kritis (Majdalani et al., 2014; Perry et al., 2014). Hal ini menurut Majdaleni et al., (2014) disebabkan adanya kecemasan orangtua terhadap keselamatan anak dan dipasangnya berbagai alat-alat penunjang yang terpasang pada anaknya. Kondisi anak yang dirawat inap karena penyakit kritis dapat mempengaruhi setiap anggota keluarga (Balluffi et al., 2004; Perry et al., 2014). Pengaruh ini disebabkan perubahan peran orangtua dan masalah yang dihadapi ketika anak dirawat oleh tenaga kesehatan di rumah sakit misalnya, adanya masalah psikologis, tidak berdaya, dan tidak tahu cara merawat anak mereka, serta adanya masalah finansial (Ames et al., 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Aldrige pada tahun 2005 menunjukan bahwa 3-6 perawat dan orangtua memiliki persepsi yang berbeda tentang stres yang

(2)

dzialami sehubungan dengan kondisi anak yang dirawat di ruang PICU. Berbagai intervensi telah dilakukan untuk mengurangi stres yang dialami orangtua, namun hal tersebut tidak menujukan hasil yang signifikan. Intervensi yang telah dilakukan untuk mengurangi stres pada keluarga diantaranya pemberian pendidikan kesehatan dan penyediaan informasi yang cukup tekait kondisi anak dan prosedur perawatan yang dijalani, pemenuhan kebutuhan perkembangan anak dan keluarga, memperhatikan koping anak dan orangtua, serta meningkatkan dukungan kepada keluarga (Frisch et al., 2010; Hockenberry & Wilson 2013; Litke et al., 2012). Prinsip intervensi tersebut merupakan bagian dari elemen PBK sesuai pendapat yang dikemukakan oleh (Smith et al., 2007) yang mengatakan bahwa PBK dapat mengurangi stres pada orangtua dengan anak yang dirawat dengan kondisi kritis, karena orangtua ikut terlibat dalam perawatan anak.

Pada saat ini, perubahan kerangka konseptual dan filosofi dalam keperawatan anak merekomendasikan arah perawatan yang berpusat pada keluarga (PBK). Hal tersebut telah menjadi landasan dalam praktik keperawatan anak sejak abad ke-21. Prinsip ini mendukung integritas dari unit keluarga dan individu dalam meningkatkan kesehatan pasien dan keluarga (Newton, 2000 dalam Daneman, Macaluso, & Guzzetta, 2003). Keluarga merupakan bagian penting dari perawatan anak selama sakit dan dihormati karena keahlian mereka dalam merawat anak baik di rumah sakit maupun di rumah. Menciptakan kemitraan antar keluarga khususnya orangtua dan profesional kesehatan sangat diperlukan, seperti melibatkan orangtua dalam mengambil keputusan dan memfasilitasi partisipasi orangtua dalam perawatan anak (Shields et al., 2012).

(3)

Perawatan di ruang PICU memiliki peraturan yang membatasi keterlibatan orangtua misalnya: jam kunjungan terbatas dan lingkungan perawatan yang kompleks, sehingga anggota keluarga tidak dapat bebas untuk berkunjung maupun masuk keruangan perawatan (Frazier et al., 2010). Peran keluarga yang sangat terbatas karena kondisi ruangan yang tertutup, steril, pasien yang membutuhkan perawatan yang lebih ekstra dan waktu untuk berkunjung terbatas, menjadikan akses komunikasi dan pelibatan orangtua dalam perawatan anak menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan dalam pelaksanaan prinsip perawatan anak yang menggunakan pendekatan PBK menjadi kurang dapat dilaksanakan di ruang perawatan intensif (Bagnasco et al., 2013; Frazier et al., 2010).

Kehadiran dan partispasi orangtua dalam perawatan anak di ruang PICU merupakan komponen utama PBK (Mitchell & Chaboyer, 2010; Rennick et al., 2011). Menurut Banner et al., (1999) cit. Mattsson et al., (2013) kedekatan keluarga dengan anak yang sakit kritis merupakan hal yang penting. Kedekatan keluarga dengan anak yang sakit kritis memberikan kesempatan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan. Blom et al., 2013 menjelaskan kehadiran keluarga di dekat pasien untuk berpartisipasi merupakan hal yang penting dalam perawatan pasien kritis. Bentuk partisipasi orangtua dalam merawat anaknya di ruang PICU diantaranya adalah mengganti pakaian, memberi makan, menyentuh, mengganti posisi dan memegang anak. Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila et al., (2014) menjelaskan bahawa PBK memberikan manfaat dalam perawatan bayi di PERISTI, kegiatan tersebut memiliki manfaat yang signifikan bagi anak dan orangtua. Partisipasi orangtua dalam perawatan anaknya juga dapat

(4)

meningkatkan kepuasaan orangtua terhadap pelayanan, penurunan rasa sakit, menurunkan lama rawat dan menurunkan ketegangan antara staf perawatan dan keluarga (Just, 2005). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang menunjukkan manfaat keterlibatan orangtua dalam perawatan di ruang PICU dapat menurunkan kecemasan orangtua dan keluarga lainnya (Smith et al., 2007). Partisipasi orangtua dapat ditingkatkan dengan adanya jam berkunjung yang bebas dan cukup fleksibel bagi orangtua (Perry et al., 2014).

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat studi pendahuluan di ruang PICU, terlihat orangtua dengan anak yang dirawat di ruang PICU lebih banyak menunggu di luar ruangan dan sedikit sekali ikut berpartisipasi dalam perawatan. Hal ini bertentangan dengan prinsip perawatan berpusat pada keluarga yang merekomendasikan bahwa orangtua harus memiliki akses 24 jam untuk merawat anaknya di rumah sakit dan memberikan dukungan fasilitas yang cukup bagi orangtua agar konsep PBK dapat tercapai dengan baik (Frazier et al., 2010).

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa partisipasi orangtua dalam perawatan anak di PICU memiliki manfaat yang baik dalam perawatan anak, seperti dilaporkan dalam (Ebrahim et al., 2013) yang menyebutkan peningkatan keterlibatan orangtua di ruang perawatan intensif anak dipandang menguntungkan dan telah dioperasionalkan dalam pedoman American Heart Association yang memasukan kehadiran orangtua selama prosedur dan atau saat resusitasi invasif anak. American Academy of Pediatrics (AAP) cit. (Meert et al., 2013) menyebutkan bahwa kebijakan perawatan berpusat pada keluarga dapat

(5)

meningkatkan hasil perawatan pasien, mengurangi kecemasan keluarga, membantu penyedia layanan kesehatan dalam perawatan, mengurangi biaya perawatan, dan efektivitas penggunaan tenaga kesehatan.

Orangtua berusaha untuk hadir dan berpartisipasi dalam perawatan anaknya di PICU, namun banyak kendala yang dihadapi oleh orangtua (Ames et al., 2011). Beberapa kendala yang dihadapi oleh tenaga keperawatan dalam menerapkan prinsip PBK di ruang PICU yaitu rutinitas perawatan yang ketat di PICU, peralatan teknologi di PICU, dilema etik, keberagaman kondisi pasien yang dirawat dari hyperacute sampai penyakit kronis dengan kondisi kritis, kekurangan staf, sikap professional, budaya organisasi perawatan kritis, dan pengaruh ekonomi, serta beberapa opini dari perawat juga menganggap bahwa orangtua terlalu kesulitan untuk berpartisipasi dalam perawatan anak mereka di ruang PICU (Curley et al., 2001). Selain itu, kendala lain yang dihadapi oleh perawat dalam penerapan PBK adalah persepsi orangtua tentang perawatan berpusat keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Stuart & Melling (2014) menemukan masih kurangnya pemahaman orangtua tentang PBK, pada penelitian tersebut menyebutkan kurang dari 25% yang telah mendengar tentang PBK dan mampu mendefinisikan konsep PBK.

Survei dari anggota ACCM (American College of Critical Care Medicine) dan asosiasi perawat gawat darurat menyebutkan bahwa hanya 5% dari unit perawatan intensif yang memiliki kebijakan tertulis terkait kehadiran keluarga dalam perawatan anak. Kenyataan di lapangan banyak perawat yang mengatakan bahwa mereka telah menawarkan kehadiran keluarga dalam perawatan, meskipun

(6)

tidak ada kebijakan di ruangan (Aldridge. 2005). Hal ini menunjukan bahwa pelibatan orangtua dalam perawatan anak masih kurang dalam kebijakan ruangan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari 2015, perawat ruangan menyatakan bahwa konsep PBK telah diterapkan pada perawatan anak di ruang PICU RSUP Dr. Sardjito, walaupun belum tercantum dalam kebijakan rumah sakit. Hasil observasi di ruangan terlihat partisipasi orangtua dalam merawat anak, seperti ibu datang ke ruang perawatan untuk mengganti popok anak dan ketika dipanggil perawat terkait perawatan anak. Hasil wawancara dengan perawat ruangan mengatakan partisipasi orangtua dalam perawatan anak kurang dapat terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan ada hambatan untuk melibatkan orangtua dalam proses perawatan anak di ruang PICU, hambatan tersebut diantaranya adalah ruangan yang steril dan akses masuk kedalam ruangan terbatas.

Penerapan perawatan berpusat pada keluarga di ruang PICU RSUP Dr. Sardjito sudah dilakukan di ruangan dengan pemberian edukasi saat pasien masuk ruangan yang menjelaskan apa saja yang dapat dilakukan oleh orangtua di ruangan, aturan yang harus dipatuhi oleh keluarga serta, bagaimana cara memperoleh informasi tentang kondisi anaknya. Berdasarkan wawancara dengan orangtua pasien yang menunggu anak saat dirawat di ruang PICU, orangtua mengatakan mereka sudah berpartisipasi dalam perawatan anak seperti menggantikan popok, mengolesi minyak, membisikan doa kepada anak dan mencari informasi terkait perkembangan kondisi anak mereka.

(7)

B. Rumusan Masalah

Perawatan anak di rumah sakit merupakan suatu stresor bagi keluarga khususnya orangtua yang memiliki anak yang dalam kondisi kritis dan mendapat perawatan di ruang unit perawatan intensif. Pendekatan perawatan anak dengan prinsip PBK merupakan suatu model perawatan dalam perawatan anak yang memiliki banyak manfaat baik bagi keluarga, anak, maupun petugas kesehatan. Peran, dukungan, dan partisipasi orangtua dalam perawatan anak memberikan kontribusi bagi perawatan anak seperti memperpendek lama rawat, menurunkan kecemasan anak dan orangtua, serta membantu perawat dalam perawatan anak.

Penerapan perawatan berpusat pada keluarga di ruangan perawatan intensif banyak tantangan yang dihadapi seperti ruangan perawatan yang steril serta kondisi penyakit anak yang tidak memungkinkan keluarga dapat berpartisipasi aktif dalam perawatan. Rumah sakit di negara-negara berkembang seringkali beranggapan telah mempraktikan PBK karena orangtua telah cukup banyak terlibat dalam perawatan. Namun hal ini sebenarnya terjadi karena kekurangan sumber daya dan tenaga kesehatan di rumah sakit, sehingga orangtua terbiasa terlibat dalam perawatan (Shields & Nixon, 2004).

Penelitian terkait perawatan berpusat pada keluarga di Indonesia belum banyak dilaporkan, sedangkan manfaat penerapan perawatan berpusat pada keluarga telah banyak dibuktikan. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki kultur budaya dimana masyarakat terbiasa terlibat dalam perawatan salah satu anggota keluarga yang sakit. Perawatan pada negara berkembang cenderung, banyak anggota keluarga yang menunggui anggota

(8)

keluarga yang sakit dan orangtua yang cenderung tinggal bersama anak selama perawatan anak (Shields & King 2001; Sheilds dan Nixon, 2004).

Ruang PICU RSUP Dr. Sardjito sudah menerapkan perawatan berpusat pada keluarga, namun belum optimal terutama terkait partisipasi keluarga dalam perawatan. Hal tersebut disebabkan karena kondisi anak yang tidak stabil dan tidak bebasnya orangtua untuk menunggu di ruangan. Penelitian terkait perawatan berpusat pada keluarga pada perawatan kritis anak di Indonesia masih sedikit. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti beranggapan masih diperlukan eksplorasi mendalam terkait PBK pada perawatan anak dengan penyakit kritis di Indonesia.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan perawatan berpusat pada keluarga berdasarkan persepsi orangtua dan perawat pada pasien anak kritis yang dirawat di ruang PICU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang dieksplorasi dengan pendekatan kualitatif fenomenologi.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tentang bagaimana pelaksanaan perawatan berpusat pada keluarga berdasarkan persepsi orangtua dan perawat pada pasien anak kritis yang dirawat di ruang PICU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

(9)

a. Mengeksplorasi makna anak yang dirawat di PICU bagi orangtua di ruang PICU RSUP Dr. Sardjito

b. Mengeksplorasi persepsi orangtua dan perawat tentang PBK di ruang PICU RSUP Dr. Sardjito

c. Mengidentifikasi penerapan PBK di ruang PICU RSUP Dr. Sardjito d. Mengidentifikasi manfaat penerapan PBK di ruang PICU RSUP Dr.

Sardjito

e. Mengidentifikasi tantangan dan harapan penerapan PBK di ruang PICU RSUP Dr. Sardjito

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan khasanah penelitian kualitatif secara umum dan dapat dikembangkan sesuai tema yang ditemukan dengan penelitian lanjutan, baik secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini juga sebagai sumber kepustakaan untuk menjelaskan persepsi orangtua dan perawat tentang penerapan PBK dalam tatanan perawatan anak kritis di ruang PICU rumah sakit di Indonesia.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Orangtua

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi para orangtua yang anaknya dirawat di ruang PICU terkait perawatan berpusat pada keluarga dalam perawatan anak kritis.

(10)

b. Bagi Pelayanan Keperawatan Anak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran penerapan prinsip perawatan berpusat pada keluarga dalam perawatan anak kritis, sehingga dapat menjadi dasar bagi perawat khususnya di ruang PICU dalam merawat pasien anak dengan memberikan dukungan dan memfasilitasi orangtua dalam merawat anak di ruang PICU.

c. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber informasi dan kepustakaan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi para peserta didik dalam memberikan asuhan keperawatan anak secara komprehensif dengan prinsip PBK, khususnya pada perawatan anak dengan kondisi kritis di ruang PICU.

d. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan, visi, misi dan filosofi perawatan anak dengan kondisi penyakit kritis dalam penerapan prinsip keperawatan anak yaitu PBK di ruang PICU, sehingga dapat mengembangkan metode PBK dalam perawatan anak dengan kondisi penyakit kritis.

e. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian bidang keperawatan anak khususnya pada keperawatan anak kritis dalam meneliti lebih jauh tentang penerapan konsep perawatan berpusat pada keluarga pada pelayanan kesehatan anak.

(11)

E. Keaslian Penelitian

Peneliti telah melakukan penulusuran terkait penelitian mengenai perawatan berpusat pada keluarga, dalam perawatan anak dengan penyakit kritis yang dirawat di ruang perawatan intensif anak (PICU), namun belum menemukan penelitian yang serupa dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Beberapa penelitian terkait persepsi penerapan PBK yang sudah dilakukan di beberapa negara lain, memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Perbedaan dan persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya akan ditampilkan secara rinci pada Tabel 1.

(12)

Tabel 1. Penelitian terkait perawatan berpusat pada keluarga di ruang PICU No Nama dan

Tahun

Judul Desain Penelitian Hasil Persamaan

dengan penelitian ini Perbedaan dengan penelitian ini 1. Ames et al., (2011) A qualitative interpretative study exploring parent’s perception of the parental role in the paediatric intensive care unit Penelitian kualitatif dengan metode descriptive interpretive design, dengan jumlah sampel 6 orangtua pasien di PICU. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi persepsi peran orangtua di PICU.

Tiga tema utama dari persepsi peran orangtua terkait perawatan anak di PICU yaitu hadir dan berpartisipasi dalam perawatan anak, membentuk kemitraan dengan tim perawatan kesehatan di PICU, dan mendapatkan informasi dari perkembangan kemajuan dan rencana pengobatan dan perawatan anak dari orang yang memiliki pengetahuan terbaik bagi anaknya Desain yang sama yaitu kualitatif dan sampel penelitian yang sama yaitu orangtua yang anaknya dirawat di PICU

Topik penelitian yang berbeda yaitu peneliti melakukan penelitian tentang PBK di ruang PICU. Selain itu sampel penelitian juga melibatkan perawat sebagai partisipan. Metoda penelitian juga dengan observasi dalam pengumpulan data. 2 Mattsson et al., (2013) Meaning of caring in pediatric intensive care unit from the

Penelitian kualitatif Interpretive phenomenological study dengan Makna dalam perawatan anak di PICU yang digambarkan dalam tema memfasilitasi anak dalam perawatan,

Rancangan yang sama yaitu penelitian

kualitatif dan jenis sampel yang sama yaitu

Penelitian tersebut menggunakan

metode observasi sebagai cara utama pengumpulan data

(13)

No Nama dan Tahun

Judul Desain Penelitian Hasil Persamaan

dengan penelitian ini Perbedaan dengan penelitian ini perspective of parents: A qualitative study jumlah sampel 11 orangtua pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna perawatan di PICU dari perspektif orangtua. membangun suasana yang aman bagi anak, memenuhi kebutuhan anak dan mengadapatasi lingkungan untuk kehidupan keluarga. orangtua dengan anak yang di rawat di PICU sebagai subjek penelitian. sedangkan peneliti dengan wawancara mendalam. Fokus penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu mengeksplorasi persepsi orangtua dan perawat tentang perawatan berpusat pada keluarga di ruang PICU. 3. Blom et al., (2013) Participation and support in intensive care as experienced by close relatives of patients—–A phenomenological study Penelitian kualitatif fenomenologi dengan jumlah sampel 11 orang keluarga terdekat pasien ICU, dengan

tujuan untuk

mengeksplorasi partisipasi dan dukungan dari pengalaman keluarga pasien yang dirawat di ICU

Menjelaskan keluarga terdekat diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien di ICU. Penelitian ini juga menemukan empat hal yaitu partisipasi dalam perawatan dan dekat dengan pasien, kepercayaan diri

dalam merawat pasien, dukungan untuk terlibat dalam perawatan. Metode penelitian yang serupa yaitu kualitatif fenomenologi. Perbedaan penelitian yaitu topik penelitian, peneliti tentang perawatan berpusat pada keluarga sedangkan penelitian tersebut di ruang ICU. Sampel penelitian yang dilakukan peneliti juga melibatkan perawat.

(14)

No Nama dan Tahun Judul Desain Penelitian Hasil Persamaan dengan penelitian ini Perbedaan dengan penelitian ini 4. Stuart & Melling, 2014 Understanding Nurses’ And Parents’ Perceptions of Family-Centered Care Penelitian Kuantitatif Mixed-methode questionnairs dengan jumlah sampel 29 perawat dan 25 orangtua pasien. Penelitian ini mengeksplorasi dan membandingkan perbedaan persepsi orangtua dan perawat tentang PBK.

Temuan dari penelitian ini yaitu orangtua dan perawat memiliki persepsi yang sama tentang peran dalam PBK. Selain itu pada

penelitian ini

menyebutkan

kebanyakan orangtua

tidak mampu

mendefinisikan PBK akan tetapi telah

menerapkan PBK secara alami. Persamaan penelitian yaitu membahas tentang persepsi PBK oleh keluarga. Perbedaannya pada penelitian yang akan dilakukan yaitu metode penelitian yang akan dilakukan

yaitu dengan

kualitatif. Selain itu fokus penelitian ini yaitu pada perawatan anak dengan kondisi akut, sedang peneliti akan melakukan penelitian pada anak yang dirawat dengan kondisi kritis.

(15)

No Nama dan Tahun Judul Desain Penelitian Hasil Persamaan dengan penelitian ini Perbedaan dengan penelitian ini 5. Nurlaila et al., 2014 Study Eksplorasi Perawatan Berpusat pada keluarga di ruang PERISTI RSUD Kebumen Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sampel penelitian tersebut berjumlah 6 orangtua, 6 perawat dan 2 orang dokter spesialis. Penelitian ini dilakukan untuk mengekplorasi Persepsi tenaga kesehatan dan orangtua dalam perawatan

Hasil penelitian ini yaitu persepsi tenaga kesehatan tentang perawatan berpusat pada keluarga adalah

perawatan yang

melibatkan keluarga dan bermanfaat dalam perawatan bayi, keluarga dan tenaga kesehatan. Keluarga

terlibat dalam

menyusui, pemberian

informasi dan

persetujuan tindakan. Hasil penelitian ini juga menjelaskan hambatan penerapan perawatan berpusat pada keluarga yaitu tidak tersedianya ruang tunggu keluarga

Persamaan penelitian yaitu sama-sama mengeksplorasi perawatan berpusat pada keluarga. Desain penelitian yang sama yaitu kualitatif Perbedaan penelitian ini adalah subjek penelitian pada penelitian yang dilakukan yaitu pada anak yang dirawat di

ruang PICU,

sedangkan penelitian tersebut pada bayi resiko tinggi (NICU/PERISTI).

(16)

Gambar

Tabel 1. Penelitian terkait perawatan berpusat pada keluarga di ruang PICU  No  Nama dan

Referensi

Dokumen terkait

Bila tingkat suku bunga berubah sampai ± 40% dari suku bunga yang diestimasikan maka nilai NPVnya dapat dilihat pada Tabel 10. Batas perubahan ini akan diperoleh dengan

Rachma, Afi Rachmat Slamet (2019) yang mengemukakan bahwa variabel citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand switching, sedangkan penelitian

Oleh karena itu, substrat yang digunakan sebagai sampel dalam mengisolasi bakteri proteolitik dapat diperoleh dari berbagai tempat yang banyak mengandung protein

Suryono, 2005, Mikrokontroler ISP MCS-5,Lab Elektronika & Instrumentasi Fisika Undip. Suryono, 2005, Workshop Elektronika Dasar, Lab Elektronika & Instrumentasi Fisika

Untuk ukuran L6 (A), Paramount menawarkan finishing Naad untuk konsumen yang tertarik dengan desain minimalis dan tetap keliatan cantik... Pilihan tipe unit rumah Boston Village

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut