Pakan Lele Organik
Pakan Lele Organik
Posted inPosted in Tips BudidayaTips Budidayaon 26 Oktober 2011on 26 Oktober 2011
Salah satu ekstra feeding yang kami gunakan Salah satu ekstra feeding yang kami gunakan sebagai pakan ikan lele yaitu
sebagai pakan ikan lele yaitu MaggotMaggot.. Maggot yang kami gunakan berasal dari Maggot yang kami gunakan berasal dari
larva lalat Black Soldier sehingga lebih besar. larva lalat Black Soldier sehingga lebih besar.
Maggot
Maggot ini sekarang sedang mulai ini sekarang sedang mulai dikembangkadikembangkann oleh pembudidaya lele,
oleh pembudidaya lele,
ayam, bebek karena mengandung protein yang tinggi. ayam, bebek karena mengandung protein yang tinggi. Selain itu mudah dalam pembudidayaannya.
Selain itu mudah dalam pembudidayaannya.
Sehingga bisa menghemat pakan dan meningkatkan Sehingga bisa menghemat pakan dan meningkatkan kadar protein pada pakan.
kadar protein pada pakan.
Maggot yang kami berikan berasal dari pakan yang Maggot yang kami berikan berasal dari pakan yang kami buat sendiri yang telah difermentasikan kami buat sendiri yang telah difermentasikan hingga 1 bulan.
hingga 1 bulan.
Sehingga kami tidak secara sengaja Sehingga kami tidak secara sengaja membudidaya
membudidayakan kan maggot.maggot. Mahluk ini muncul dengan
Mahluk ini muncul dengan sendirinyasendirinya
di pakan yang kami buat di dalam kontainer. di pakan yang kami buat di dalam kontainer.
Jadi hal ini yang kami sebut Ektrak Feeding Jadi hal ini yang kami sebut Ektrak Feeding untuk ikan lele kami.
untuk ikan lele kami.
Penelitian tentang manggot memang belum banyak Penelitian tentang manggot memang belum banyak tapi dari hasil pengalaman para pembudidaya yang tapi dari hasil pengalaman para pembudidaya yang pernah mencoba didapat hasil yang lebih baik pernah mencoba didapat hasil yang lebih baik dan bisa menghemat pakan.
dan bisa menghemat pakan.
Saat kita mampu menghemat pakan akan mengurangi Saat kita mampu menghemat pakan akan mengurangi biaya operasional yang konon di budidaya
biaya operasional yang konon di budidaya lelelele
nilainya bisa 70-80 % dari total
nilainya bisa 70-80 % dari total kebutuhan.kebutuhan.
Jadi ternyata manfaatnya banyak dan bisa membantu. Jadi ternyata manfaatnya banyak dan bisa membantu. Semoga informasi ini bisa bermanfaat.
Semoga informasi ini bisa bermanfaat. Semoga
Semoga Bermanfaat.Bermanfaat...
01
October
2010
01
October
2010
Lele Makan Daun dari Gunung Kidul
Lele Makan Daun dari Gunung Kidul
Penambahan pakan daun pada pembesaran lele Penambahan pakan daun pada pembesaran lele bisa menekan biaya pakan sampai 50%
bisa menekan biaya pakan sampai 50%
Sugiyatno, katanya memperkenalkan diri. Pria paruh Sugiyatno, katanya memperkenalkan diri. Pria paruh baya itu merupa
baya itu merupakan kan pembudidaya lpembudidaya lele asal Desaele asal Desa Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung
Kidul Jogjakarta. ―Kami ini hanya pembudidaya kecil Kidul Jogjakarta. ―Kami ini hanya pembudidaya kecil
--kecilan, skala rumah tangga,‖ tuturnya kepada kecilan, skala rumah tangga,‖ tuturnya kepada
TROBOS belum lama ini di Gunung Kidul. TROBOS belum lama ini di Gunung Kidul. Sejak 2008, kata Yatno begitu biasa disapa, di desanya Sejak 2008, kata Yatno begitu biasa disapa, di desanya telah tumbuh 14 kelompok pembudidaya lele baru, telah tumbuh 14 kelompok pembudidaya lele baru, dengan anggota mencapai 300 kepala keluarga. dengan anggota mencapai 300 kepala keluarga. Mereka pun mem
Mereka pun membentuk bentuk Kelompok PembudidayKelompok Pembudidaya Ikan,a Ikan,
dan menobatkan Yatno sebagai ketua. ―Luas kolam merek
dan menobatkan Yatno sebagai ketua. ―Luas kolam mereka rata-rata 3 x 5 m2, dengan kepadatan 50 ekor/m2.a rata-rata 3 x 5 m2, dengan kepadatan 50 ekor/m2. Kalau saya sendiri bisa 200 ekor/m2.. Produksinya kecil, baru 1
Jadi hal ini yang kami sebut Ektrak Feeding Jadi hal ini yang kami sebut Ektrak Feeding untuk ikan lele kami.
untuk ikan lele kami.
Penelitian tentang manggot memang belum banyak Penelitian tentang manggot memang belum banyak tapi dari hasil pengalaman para pembudidaya yang tapi dari hasil pengalaman para pembudidaya yang pernah mencoba didapat hasil yang lebih baik pernah mencoba didapat hasil yang lebih baik dan bisa menghemat pakan.
dan bisa menghemat pakan.
Saat kita mampu menghemat pakan akan mengurangi Saat kita mampu menghemat pakan akan mengurangi biaya operasional yang konon di budidaya
biaya operasional yang konon di budidaya lelelele
nilainya bisa 70-80 % dari total
nilainya bisa 70-80 % dari total kebutuhan.kebutuhan.
Jadi ternyata manfaatnya banyak dan bisa membantu. Jadi ternyata manfaatnya banyak dan bisa membantu. Semoga informasi ini bisa bermanfaat.
Semoga informasi ini bisa bermanfaat. Semoga
Semoga Bermanfaat.Bermanfaat...
01
October
2010
01
October
2010
Lele Makan Daun dari Gunung Kidul
Lele Makan Daun dari Gunung Kidul
Penambahan pakan daun pada pembesaran lele Penambahan pakan daun pada pembesaran lele bisa menekan biaya pakan sampai 50%
bisa menekan biaya pakan sampai 50%
Sugiyatno, katanya memperkenalkan diri. Pria paruh Sugiyatno, katanya memperkenalkan diri. Pria paruh baya itu merupa
baya itu merupakan kan pembudidaya lpembudidaya lele asal Desaele asal Desa Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung
Kidul Jogjakarta. ―Kami ini hanya pembudidaya kecil Kidul Jogjakarta. ―Kami ini hanya pembudidaya kecil
--kecilan, skala rumah tangga,‖ tuturnya kepada kecilan, skala rumah tangga,‖ tuturnya kepada
TROBOS belum lama ini di Gunung Kidul. TROBOS belum lama ini di Gunung Kidul. Sejak 2008, kata Yatno begitu biasa disapa, di desanya Sejak 2008, kata Yatno begitu biasa disapa, di desanya telah tumbuh 14 kelompok pembudidaya lele baru, telah tumbuh 14 kelompok pembudidaya lele baru, dengan anggota mencapai 300 kepala keluarga. dengan anggota mencapai 300 kepala keluarga. Mereka pun mem
Mereka pun membentuk bentuk Kelompok PembudidayKelompok Pembudidaya Ikan,a Ikan,
dan menobatkan Yatno sebagai ketua. ―Luas kolam merek
dan menobatkan Yatno sebagai ketua. ―Luas kolam mereka rata-rata 3 x 5 m2, dengan kepadatan 50 ekor/m2.a rata-rata 3 x 5 m2, dengan kepadatan 50 ekor/m2. Kalau saya sendiri bisa 200 ekor/m2.. Produksinya kecil, baru 1
Pampang ini.
Pampang ini.
Budidaya yang dilakukannya memang sarat perjuangan karena ia tinggal di daerah kering dan kesulitan air. Budidaya yang dilakukannya memang sarat perjuangan karena ia tinggal di daerah kering dan kesulitan air.
―Kami menampung air hujan di kolam, dan terpaksa menggunakan pasokan air berbayar yang dikelola oleh ―Kami menampung air hujan di kolam, dan terpaksa menggunakan pasokan air berbayar yang dikelola oleh desa,‖ungkapnya.
desa,‖ungkapnya.
Air
Air yang yang ditampung ditampung selama selama penghujan, penghujan, biasanya biasanya bertahan bertahan untuk untuk 2 2 periode periode pemeliharaan. pemeliharaan. Sedangkan Sedangkan selamaselama musim kemarau, ia mesti membeli air untuk kolamnya Rp 15.000/3 jam aliran (setara 10 m3) untuk untuk tiap musim kemarau, ia mesti membeli air untuk kolamnya Rp 15.000/3 jam aliran (setara 10 m3) untuk untuk tiap petak kolamnya. Setiap 2 minggu, seiring bertambahnya umur lele, ia
petak kolamnya. Setiap 2 minggu, seiring bertambahnya umur lele, ia mesti menambah untuk 4 petak kolamnya.mesti menambah untuk 4 petak kolamnya.
Makan Daun
Makan Daun
Menurut Yatno, menghadapi keterbatasan itu tak m
Menurut Yatno, menghadapi keterbatasan itu tak membuatnya menyerah. Ia memutar akal untuk bertahan. ―Air embuatnya menyerah. Ia memutar akal untuk bertahan. ―Air
di tempat kami sudah menjadi faktor biaya. Maka kami harus bisa menekan biaya pakan, yang mencapai 60% di tempat kami sudah menjadi faktor biaya. Maka kami harus bisa menekan biaya pakan, yang mencapai 60%
dari total biaya produksi,‖ kata pria yang merintis
dari total biaya produksi,‖ kata pria yang merintis budidaya budidaya lele lele sejak sejak 2007 2007 ini.ini. Akhir 2009 lalu, Yatno
Akhir 2009 lalu, Yatno berpikir untuk memberikan dedaunan berprotein kasar (PK) tinggi yang banyak tumbuh diberpikir untuk memberikan dedaunan berprotein kasar (PK) tinggi yang banyak tumbuh di pekarangannya, seperti daun lamtoro (PK 36,5%) dan daun turi (PK 27,6%). Namun pada perkembangannya, pekarangannya, seperti daun lamtoro (PK 36,5%) dan daun turi (PK 27,6%). Namun pada perkembangannya, daun gliricidia, daun pepaya, bayam, kangkung dan daun ketela pun diberikan pada lele. Penambahan pakan daun gliricidia, daun pepaya, bayam, kangkung dan daun ketela pun diberikan pada lele. Penambahan pakan
daun ini bisa menekan biaya pakan 50%. ―Bahkan bisa lebih,‖ tegas pemilik 20 ribu ekor lele ini. daun ini bisa menekan biaya pakan 50%. ―Bahkan bisa lebih,‖ tegas pemilik 20 ribu ekor lele ini.
Dari pengamatan TROBOS, lele di kolam samping rumah Yatno memang betul-betul mau memakan dedaunan Dari pengamatan TROBOS, lele di kolam samping rumah Yatno memang betul-betul mau memakan dedaunan itu. Dengan rakus lele berumur 1 bulan itu menghabiskan daun lamtoro dan daun turi hingga hanya menyisakan itu. Dengan rakus lele berumur 1 bulan itu menghabiskan daun lamtoro dan daun turi hingga hanya menyisakan rantingnya saja.
rantingnya saja. ―Lho, terbukti kan. Lele itu rakus sekali makan daun,‖ kata yatno bangga. Hanya saja, saat―Lho, terbukti kan. Lele itu rakus sekali makan daun,‖ kata yatno bangga. Hanya saja, saat
diberi daun pepaya lele terlihat turun kerakusannya. Tapi daun pepaya wajib diberikan setiap hari untuk diberi daun pepaya lele terlihat turun kerakusannya. Tapi daun pepaya wajib diberikan setiap hari untuk membantu lele mencerna dedaunan itu.
membantu lele mencerna dedaunan itu.
Pola Pemberian
Pola Pemberian
Pada lele berumur lebih dari 2 minggu (atau umur 16 hari) dari tebar, pakan daun-daunan diberikan siang hari, Pada lele berumur lebih dari 2 minggu (atau umur 16 hari) dari tebar, pakan daun-daunan diberikan siang hari, sebanyak-banyaknya. Daun-daunan itu tidak dilepas dari tangkai dan ranting
sebanyak-banyaknya. Daun-daunan itu tidak dilepas dari tangkai dan ranting –rantingnya. –rantingnya. ―Lele ―Lele juga juga bisabisa
memilih. Daun yang berprotein tinggi seperti lamtoro dan turi akan lebih cepat habis. Dalam sekejap tinggal memilih. Daun yang berprotein tinggi seperti lamtoro dan turi akan lebih cepat habis. Dalam sekejap tinggal
tangkai dan rantingya saja,‖ terang Yatno sembari memasukkan daun turi ke kolam. Setela
tangkai dan rantingya saja,‖ terang Yatno sembari memasukkan daun turi ke kolam. Setelah habis, rantingh habis, ranting
segera diangkat supaya tidak membusuk di kolam.
segera diangkat supaya tidak membusuk di kolam.
Menurut Yatno, pakan pellet tetap diberikan kepada lele, meski takarannya tidak banyak. ―Tergantung tujuan Menurut Yatno, pakan pellet tetap diberikan kepada lele, meski takarannya tidak banyak. ―Tergantung tujuan
pemberian pakan daun ini, sekadar mengurangi biaya pakan pellet, atau memang mau menggantikan sebagian pemberian pakan daun ini, sekadar mengurangi biaya pakan pellet, atau memang mau menggantikan sebagian
besar pelet. Kalau saya sendiri, sangat sedikit memberikan pelet,‖ paparnya. besar pelet. Kalau saya sendiri, sangat sedikit memberikan pelet,‖ paparnya.
Dalam sehari, setiap 6.000 ekor lele hanya diberi pellet 4 kg. Pelet diberikan pagi hari (jam 8.00
Dalam sehari, setiap 6.000 ekor lele hanya diberi pellet 4 kg. Pelet diberikan pagi hari (jam 8.00 – – 9.00)9.00) sebanyak 1 kg, sekadar untuk mengganti energi untuk
sebanyak 1 kg, sekadar untuk mengganti energi untuk bergerak. ―Kalau terlalu pagi, lele belum maubergerak. ―Kalau terlalu pagi, lele belum mau makan,‖tegasnya. Pemberian pakan pelet diulangi pada malam hari (jam 10.00 malam) sebanyak 3 kg untuk makan,‖tegasnya. Pemberian pakan pelet diulangi pada malam hari (jam 10.00 malam) sebanyak 3 kg untuk
memberikan tambahan energi menghadapi suhu lingkungan yang mulai turun. memberikan tambahan energi menghadapi suhu lingkungan yang mulai turun. Selain itu, lele memang aktif bergerak mencari makan di malam hari. Maka malam hari lele harus diberi pakan Selain itu, lele memang aktif bergerak mencari makan di malam hari. Maka malam hari lele harus diberi pakan supaya perutnya terisi sehingga tidak banyak bergerak, untuk mengurangi energi terbuang sehingga tidak supaya perutnya terisi sehingga tidak banyak bergerak, untuk mengurangi energi terbuang sehingga tidak
menjadi daging. ―Manfaat lainnya, sambil memberi pakan kita bisa mengamati kondisi lele secara tepat,‖ tutur menjadi daging. ―Manfaat lainnya, sambil memberi pakan kita bisa mengamati kondisi lele secara tepat,‖ tutur
Yatno. Yatno.
Menurut Yatno, lele yang diberi pakan daun memang cenderung kecil ukurannya dibanding lele yang diberi Menurut Yatno, lele yang diberi pakan daun memang cenderung kecil ukurannya dibanding lele yang diberi
pakan pellet. ―Tapi dagingnya padat, sehingga kalau ditimbang berat juga,‖ katanya. Ia pun berharap lele makan pakan pellet. ―Tapi dagingnya padat, sehingga kalau ditimbang berat juga,‖ katanya. Ia pun berharap lele makan
daun ini bisa digolongkan menjadi lele organik, sehingga bisa dijual dengan banderol lebih tinggi daripada harga daun ini bisa digolongkan menjadi lele organik, sehingga bisa dijual dengan banderol lebih tinggi daripada harga pasar lele pada umumnya.
Dibiasakan
Selama 2 minggu setelah tebar, lele hanya diberi pakan pellet. Maksudnya, untuk mengejar pertumbuhan sel-selnya secara optimal dan untuk menyesuaikan dengan pola pemeliharan sebelumnya. ―Selain itu ukuran
mulutnya pun belum memungkinkan untuk memakan daun. Jangankan daun, pellet yang diberikan pun pellet
starter yang butirannya kecil,‖terang Yatno
Sabtu, 29 November 2008
PRODUKSI BELATUNG (MAGGOT)
1.1. Latar Belakang
Pakan ikan secara fungsional dibagi menjadi tiga, yaitu pakan untuk benih, pembesaran dan pakan untuk induk. Pakanuntuk pembesar an diperlukan dalam porsi sangat besar dan kecenderungannya dari segi harga makin mahal. Fenomenaini merupakan implikasi dari se makin menurunnya sumber daya alam sebagai bahan pakan untuk pembesaran, dan jugaadanya kompetisi penggunaan yaitu sebagai sumber pangan untuk konsumsi manusia serta sumber pakan pada usahapeternakan.
Sumber pakan untuk usaha pembesaran ikan yang selama ini dikembangkan adalah, pertama: pakan ikan yang terdiridari berbagai bah an, kemudian dibentuk dalam bentuk bubur, pasta atau pelet; kedua: silase ikan; ketiga: trash fish dananimal offal. Dari ketiga sumber pakan ini diprediksi ke depan akan semakin langka seiring semakin intensifnya usahaproduksi pembesaran ika n. Terkait dengan permasalahan ini perlu dicari sumber pakan alternatif yang sesuai dengankebutuhan ikan dengan ketersediannya da pat diusahakan dalam jumlah banyak.
Limbah organik pertanian di Indonesia tersedia dalam jumlah banyak, seperti limbah Palm Kernel Milt (PKM) dan ampastahu. Kedua limbah ini yang memanfaatkan baru para petenak untuk makanan hewan mamalia, namun untuk makan anikan belum. Bahan ini masih memiliki kandungan protein cukup tinggi, seperti PKM kandungan proteinnya sekitar 18%dan ampas tah u sekitar 15%. Namun protein ini t idak bisa langsung dimanfaatkan oleh ikan, karena sistempencernaannya termasuk monogastric.
Untuk meningkatkan nilai gizi limbah tersebut dapat dirombak melalui proses biologis, yaitu digunakan sebagai mediadan sumber maka nan belatung, sehingga akan diperoleh bahan berupa belatung yang memiliki kandungan gizi cukuplengkap dengan kandungan protein lebih dari 42%. Kelebihan lain dari belatung ini memiliki kandungan antimikrobadan anti jamur, sehingga apabila dikonsumsi oleh ikan a kan tahan terhadap penyakit bakterial dan jamur.
Dari
proses biologis ini, bahan limbah yang merupakan media dan sisa proses metabolisme belatung dapat dijadikansebagai sumber pakan ikan. Bahan pakan ini dapat dicerna oleh ikan dan memiliki kandungan nutrien cukup tinggi.
1.2 Tujuan dan Sasaran
Untuk mendapatkan model teknik kultur belatung dan dapat diketahui media kultur yang terbaik sehinggadiperoleh produk si belatung yang tinggi.
Melalui kegiatan perekayasaan ini ditargetkan produksi belatung sebanyak 100 kg per bulan pemeliharaan
I
I. METODOLOGI
II.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan akan dilaksanakan pada bulan April sampai Desember Tahun Anggaran 2005 di LaboratoriumPakan, dan Worksho p Pakan BBAT Sukabumi, Jawa Barat (Lampiran 1).
II.2 Bahan dan Peralatan
Bahan yang diperlukan untuk perekayasaan ini adalah : induk lalat, ikan untuk media peneluran lalat, mediakultur maggot terdiri dari PKM dan hampas t ahu, buah-buahan untuk makanan lalat.
Peralatan terdiri dari : kandang lalat, scope net, baki plastik, petri dish, hand sprayer, stoples plastik, drumplastik, blender, freezer box, refrigerator, kantong plastik, sepatu boat, sarung tangan, timbangan, termometer danperalatan panen maggot .
II.3 Metode Kerja
Ada dua metode kultur maggot yang akan diuji, yaitu:
1. Pemeliharaanmaggot secara terbuka dan, 2. Secara tertutup.
Ada dua metode kultur magot yang akan diuji yaitu, pertama pemeliharaan magot secara terbuka dan, keduasecara tertutup. Untuk metode pemeliharaan terbuka prosedur kerjanya sebagai berikut :
-Telur diperoleh dari lalat liar atau serangga bunga. Untuk merangsang agar lalat mau bertelur dilakukan denganmenempatkan i
kan mati yang sudah
- Setelah diperoleh telur, kemudian disimpan dalam media kultur magot. Salah satu media yang digunakan adalahpalm kerneal meal (PKM). Sebelum dijadikan sebagai media kultur, terlebih dahulu dilakukan proses fermentasipada PKM. Proses fermentasi PKM a dalah sebagai berikut : bungkil sawit sebanyak 40 kg, dicampur air 20 kg danmikroba dari dalaman lambung mamalia (kambing atau kerbau) sebanyak
10-20%, kemudian dimasukan ke dalamtong plastik. Selanjutnya ditutup rapat dan ditimbun sekam padi untuk mempertahankan suhu . Proses fermentasi inimemerlukan waktu selama satu bulan, dan selanjutnya bahan PKM yang s udah terfermentasi dijadikan seb agaimedia kultur magot.
- Wadah yang digunakan untuk pemeliharan larva magot menggunakan baskom plastik dan fibre glass. Tiap perlakuandiisi 15 kg bahan media kultur. Dengan perlakuan media kultur sebagai berikut :
o Perlakukan A : PKM (100%) dan ampas tahu (0%)
o Perlakuan B : PKM (50%) dan ampas tahu (50%)
o Perlakuan C : PKM (0%) dan ampas tahu (100%)
Semua perlakukan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.
- Khusus untuk larva magot dari lalat hijau, pemeliharaan dalam media kultur dilakukan selama
4-5 hari. Setelah itumagot dapat dipanen, dengan cara dipisahkan dari media kultur dan berbagai kotoran lainnya. Adapun untuk lar vamagot dari serangga bunga pemeliharaan dalam media kultur memerlukan waktu
5-7 hari. Cara pemanenan samahalnya dengan magot lalat hijau.
-Jumlah magot yang diperoleh kemudian ditimbang, demikian pula halnya dengan media kultur pada awalpemeliharaan dilakuka n penimbangan.
- Analisa proksimat dilakukan pada magot dan media kultur.
Sedangkan prosedur kerja pada pemeliharaan tertutup, secara umum prosedur pekerjaan sama dengan padametode terbuka, per bedaan hanya pada metode pemeliharaan lalat yang digunakan sebagai sumber telur. Pada metodetertutup ini, lalat dan serangga bun ga dipelihara dalam kandang lalat. Kandang berbentuk kotak terbuat dari kawat,dengan pinggirannya dibingkai oleh besi siku berukuran
1,5 x 1,2 x 2 m.
Induk lalat hijau (Calliphora sp) dan serangga bunga (Hermetia illucens ) diperoleh dengan cara menetaskan pupadalam kandang l alat. Kemudian dipelihara, dengan cara diberi makan berupa juice
buah-buahan. Setiap hari yaituwaktu pagi dan sore hari disemprotkan air.
UntukCalliphora sp, peneluran dilakukan dengan cara menyimpan potongan ikan mati yang dimasukkan ke dalamkandang lalat. Setiap kandang diisi potongan ikan mati sebanyak
2-5 bagian yang ditempatkan menyebar secara merata.Adapun untukHermetia illucens dengan cara menyimpan PKM yang sudah diferm entasi. Apabila sudah diperoleh t elur,kemudian ditetaskan dalam media pemeliharaan magot.
IV.1 HASIL
IV.1.1 Produksi MagotCalliphora sp
Produksi magotCalliphora sp dari cara pemeliharaan secara terbuka disajikan pada Tabel 1, hasil sistem tertutup disajikan pada Tabel 2 dan hasil produksi dalam selang 17 hari dari setiap wadah disajikan pada Tabel 3.
Tabel 1. Produksi magotCalliphora sp umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka
No Jenis media kultur (15 kg/wadah) Ulangan Rata-rata
1 2 3
1 PKM (100%) dan ampas tahu (0%) 0,5 0,7 0,5 0,566
2 PKM (50%) dan ampas tahu (50%) 5,0 5,5 5,0 5,166
3 PKM (0%) dan ampas tahu (100%) 9,7 9,5 10,0 9,73
Tabel 2. Produksi magotCalliphora sp umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan tertutup
No Jenis media kultur (15 kg/wadah) Ulangan Rata-rata
1 2 3
1 PKM (100%) dan ampas tahu (0%) 0,4 0,5 0,5 0,46
2 PKM (50%) dan ampas tahu (50%) 0,5 0,5 0,4 0,46
3 PKM (0%) dan ampas tahu (100%) 1 1,5 1 1,16
Tabel 3. Produksi magotCalliphora sp umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka selama 17 hari menggunakan limbah ampas tahu (15 kg/wadah)
No Tanggal panen Hasil magot (kg) Cuaca pada saat koleksi telur
1 27 Mei 05 10 terang
2 28 Mei 05 9 terang
4
4 31 Mei 0531 Mei 05 99 terangterang
5
5 01 Juni 0501 Juni 05 1010 terangterang 6
6 02 Juni 0502 Juni 05 88 terangterang
7
7 03 Juni 0503 Juni 05 1010 terangterang 8
8 04 Juni 0504 Juni 05 1010 terangterang 9
9 05 Juni 0505 Juni 05 1010 terangterang 10
10 06 Juni 0506 Juni 05 77 mendungmendung
11
11 07 Juni 0507 Juni 05 55 mendungmendung
12
12 08 Juni 0508 Juni 05 55 mendungmendung
13
13 09 Juni 0509 Juni 05 77 mendungmendung
14
14 10 Juni 0510 Juni 05 55 gerimisgerimis 15
15 11 Juni 0511 Juni 05 77 HujanHujan
16
16 12 Juni 0512 Juni 05 33 hujanhujan
17
17 14 Juni 0514 Juni 05 1010 terangterang Total produksi magot :
Total produksi magot : 134134 Rata-rata per hari :
Rata-rata per hari : 7,97,9
IV.1.2 Produksi magot
IV.1.2 Produksi magotHermetia illucens Hermetia illucens
Produksi magot
Produksi magotHermetia illucens Hermetia illucens dengan dengan sistem pemeliharaan secara terbuka disajikan pada dengan dengan sistem pemeliharaan secara terbuka disajikan pada Tabel 4, produksi denganTabel 4, produksi dengan sistem pemeliharaan tertutup disajikan pada Tabel 5 dan hasil produksi rutin dalam selang waktu bulan Nopember dan Desember sistem pemeliharaan tertutup disajikan pada Tabel 5 dan hasil produksi rutin dalam selang waktu bulan Nopember dan Desember
disajikan pada Tabel 6
disajikan pada Tabel 6
Tabel 4. Produksi magot
Tabel 4. Produksi magotHermetia illucens Hermetia illucens umur 7 hari dalam bobot umur 7 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbukabasah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka
No
No Jenis media kultur (15 kg/wadah)Jenis media kultur (15 kg/wadah) UlanganUlangan Rata-rataRata-rata 1
1 22 33
1
1 PKM (100%) dan ampas tahu (0%)PKM (100%) dan ampas tahu (0%) 7,07,0 10,010,0 8,58,5 8,58,5 2
2 PKM (50%) dan ampas tahu (50%)PKM (50%) dan ampas tahu (50%) 5,05,0 4,04,0 4,54,5 4,54,5 3
3 PKM (0%) dan ampas tahu (100%)PKM (0%) dan ampas tahu (100%) -- -- --
--Tabel 5. Produksi magot
Tabel 5. Produksi magotHermetia illucens Hermetia illucens umur 7 hari dalam bobot umur 7 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan tertutupbasah (kg) pada sistem pemeliharaan tertutup
No
No Jenis media kultur (15 Jenis media kultur (15 kg/wadah)kg/wadah) UlanganUlangan 1
1 22 33
1
1 PKM (100%) dan ampas tahu (0%)PKM (100%) dan ampas tahu (0%) -- -- --2
2 PKM (50%) dan ampas tahu (50%)PKM (50%) dan ampas tahu (50%) -- -- --3
3 PKM (0%) dan ampas tahu (100%)PKM (0%) dan ampas tahu (100%) -- --
--Tabel 6. Produksi magot
Tabel 6. Produksi magotHermetia illucens Hermetia illucens umur 7 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka selama bulanumur 7 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka selama bulan Nopember-Dese
Nopember-Desember (15 mber (15 kg PKM/wadah)kg PKM/wadah)
No
No Tanggal PemanenanTanggal Pemanenan Hasil magot (kg)Hasil magot (kg) 1. 1. 02 Nopember 02 Nopember 99 2. 2. 09 Nopember 09 Nopember 99 3. 3. 11 Nopember 11 Nopember 55 4. 4. 15 Nopember 15 Nopember 99 5. 5. 18 Nopember 18 Nopember 1414
6. 6. 24 Nopember 24 Nopember 99 7. 7. 03 Desember 03 Desember 88 8. 8. 05 Desember 05 Desember 1111 9. 9. 13 Desember 13 Desember 99 10. 10. 23 Desember 23 Desember 88 Jumlah produksi : Jumlah produksi : 9191 Rata-rata per hari :
Rata-rata per hari : 9,19,1 IV.1.3 Analisa Proksimat
IV.1.3 Analisa Proksimat
Hasil analisa proksimat magot, PKM
Hasil analisa proksimat magot, PKM sebelum difermentasi dan setelah difermentasi disajikan pada Tabel sebelum difermentasi dan setelah difermentasi disajikan pada Tabel 7.7.
Tabel 7. Kandungan proksimat magot, PKM awal dan
Tabel 7. Kandungan proksimat magot, PKM awal dan PKM fermentasiPKM fermentasi Calliphora
Calliphora spsp Hermetia illucens Hermetia illucens PKM awalPKM awal PKM fermentasiPKM fermentasi Kadar air (%) Kadar air (%) 8,258,25 25,0725,07 14,2814,28 61,8561,85 Kadar abu (%) Kadar abu (%) 14,3514,35 7,787,78 4,084,08 1,581,58 Protein (%) Protein (%) 41,4241,42 31,0931,09 16,7116,71 17,8617,86 Lemak (%) Lemak (%) 14,3014,30 5,475,47 6,156,15 12,7912,79 Serat kasar (%) Serat kasar (%) 2,732,73 8,778,77 22,4922,49 0,040,04 BETN (%) BETN (%) 18,9518,95 21,8221,82 36,2936,29 5,895,89 Dalam bobot kering (kadar air 0%) :
Dalam bobot kering (kadar air 0%) : Kadar abu (%) Kadar abu (%) 15,6415,64 10,3810,38 4,754,75 4,144,14 Protein (%) Protein (%) 45,1445,14 41,4941,49 19,5019,50 46,8046,80 Lemak (%) Lemak (%) 15,5815,58 7,307,30 7,177,17 33,5233,52 Serat kasar (%) Serat kasar (%) 2,972,97 11,7011,70 26,2426,24 0,100,10 BETN (%) BETN (%) 20,6720,67 29,1329,13 42,3442,34 15,4415,44 Ket. : BETN : bahan ekstrak tanpa nitrogen
Ket. : BETN : bahan ekstrak tanpa nitrogen
IV.2 PEMBAHASAN IV.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perekayasaan ini teknik kultur magot pada
Berdasarkan hasil perekayasaan ini teknik kultur magot pada sistem terbuka produksinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengansistem terbuka produksinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
sistem tertutup. Bahkan pada
sistem tertutup. Bahkan padaHermetia illucens Hermetia illucens yang dipelihara secara tertutup tidak berhasil mendapatkan telur, karena sebagianyang dipelihara secara tertutup tidak berhasil mendapatkan telur, karena sebagian
besar induknya yang dipelihara dalam
besar induknya yang dipelihara dalam kandang banyak ditemukan mati.kandang banyak ditemukan mati.
Tingginya produksi
Tingginya produksi magot pada magot pada sistem terbuka, sistem terbuka, dimungkin karena dimungkin karena serangga yang serangga yang diluar lebih diluar lebih survive dibanding survive dibanding dengandengan
serangga yang ada dalam kandang. Selain itu, serangga atau lalat yang di alam akan mendapatkan makanan sesuai dengan yang
serangga yang ada dalam kandang. Selain itu, serangga atau lalat yang di alam akan mendapatkan makanan sesuai dengan yang
disukai dan dari segi
disukai dan dari segi gizi lebih lengkap sesuai dengan kebutuhannya, sehingga akan mendukung dalam aktivitas reproduksi yang padagizi lebih lengkap sesuai dengan kebutuhannya, sehingga akan mendukung dalam aktivitas reproduksi yang pada
akhirnya akan diperoleh jumlah telur lalat atau serangga yang cukup m
akhirnya akan diperoleh jumlah telur lalat atau serangga yang cukup memadai.emadai.
Pemeliharaan magot nampaknya sangat dipengaruhi oleh jenis media kultur. Magot jenis
Pemeliharaan magot nampaknya sangat dipengaruhi oleh jenis media kultur. Magot jenis Calliphora Calliphora sp lebih menyukai ampassp lebih menyukai ampas
tahu dibandingkan dengan PKM, sedangkan magot jenis
tahu dibandingkan dengan PKM, sedangkan magot jenis Hermetia illucens Hermetia illucens lebih menyukai PKM. Hal ini telihat dari produksi magotlebih menyukai PKM. Hal ini telihat dari produksi magot
pada
padaCalliphora Calliphora sp tertinggi dicapai pada media kultur ampas tahu, dengan rata-rata produksi sebanyak 9,73 kg , sedangkan padasp tertinggi dicapai pada media kultur ampas tahu, dengan rata-rata produksi sebanyak 9,73 kg , sedangkan pada
media kultur PKM hanya diperoleh magot sebanyak 0,57 kg dan campuran keduanya 5,17 kg dengan jumlah media kultur
media kultur PKM hanya diperoleh magot sebanyak 0,57 kg dan campuran keduanya 5,17 kg dengan jumlah media kultur
masing-masing sebanyak 15 kg per wadah. Namun sebaliknya Hermetia illucens lebih menyukai PKM sebagai media kultur dibandingkan
masing sebanyak 15 kg per wadah. Namun sebaliknya Hermetia illucens lebih menyukai PKM sebagai media kultur dibandingkan
dengan ampas tahu
dengan ampas tahu atau campuran keduanya.atau campuran keduanya.
Nampakanya perilaku serangga dalam menempatkan telur ada kaitannya dengan ketersediaan makanan yang cocok untuk
Nampakanya perilaku serangga dalam menempatkan telur ada kaitannya dengan ketersediaan makanan yang cocok untuk
kehidupan magot, dan jenins makanan ini nampaknya sangat spesifik. Hal ini mungkin bergantung pada
kehidupan magot, dan jenins makanan ini nampaknya sangat spesifik. Hal ini mungkin bergantung pada bau, cita rasa dan bau, cita rasa dan kandungankandungan
gizi dari media kultur.
Berdasarkan data dari hasil produksi magot dengan pemberian media kultur tunggal sebanyak 15 kg per wadah pemeliharaan,
Berdasarkan data dari hasil produksi magot dengan pemberian media kultur tunggal sebanyak 15 kg per wadah pemeliharaan,
yaitu PKM atau ampas tahu saja, dihasilkan produksi magot
yaitu PKM atau ampas tahu saja, dihasilkan produksi magot Calliphora Calliphora sp sebanyak 134 kg per 17 kali panen, dengan waktu siklussp sebanyak 134 kg per 17 kali panen, dengan waktu siklus
produksi 17 hari, atau rata-rata produksi per hari sebanyak 7,9 kg; dan magot
produksi 17 hari, atau rata-rata produksi per hari sebanyak 7,9 kg; dan magot Hermetia illucens Hermetia illucens sebanyak 91 kg per 10 kali panensebanyak 91 kg per 10 kali panen
dengan waktu siklus produksi selama
dengan waktu siklus produksi selama 51 hari, atau 51 hari, atau rata-rata produksi per rata-rata produksi per haria sebesar 1,78 haria sebesar 1,78 kg. kg. Dari hasil perekayasaan iniDari hasil perekayasaan ini
nampak
nampakCalliphora Calliphora sp pertumbuhannya lebih cepat, sebesar 4,4 kali dibanding dengansp pertumbuhannya lebih cepat, sebesar 4,4 kali dibanding dengan Hermetia illucens Hermetia illucens . . Sehingga Sehingga apabilaapabila
menginginkan produksi masal maka yang cepat pertumbuhannya adalah
menginginkan produksi masal maka yang cepat pertumbuhannya adalah Calliphora Calliphora sp. Namun dilihat dari segi aspek lingkungan dansp. Namun dilihat dari segi aspek lingkungan dan
kesehatan manusia, nampaknya
kesehatan manusia, nampaknyaHermetia illucens Hermetia illucens lebih mudah diterima oleh masyarakat, karena peluang untuk sebagai penyebar lebih mudah diterima oleh masyarakat, karena peluang untuk sebagai penyebar
penyakit tidak ada.
penyakit tidak ada.
Hermetia illucens
Hermetia illucens dalam siklus hidupnya tidak hinggap dalam makanan yang langsung dikonsumsi manusia.Dalam usiadalam siklus hidupnya tidak hinggap dalam makanan yang langsung dikonsumsi manusia.Dalam usia
dewasa makanan utamanya adalah sari bunga, sedangkan pada usia muda makanannya berasal dari cadangan makanan yang ada
dewasa makanan utamanya adalah sari bunga, sedangkan pada usia muda makanannya berasal dari cadangan makanan yang ada
dalam tubuhnya.
dalam tubuhnya. PerkembangbiaPerkembangbiakan dilakukan secara kan dilakukan secara seksual, yang betina seksual, yang betina mengandung telur, kemudian telur mengandung telur, kemudian telur diletakan padadiletakan pada
permukaan yang bersih, namun
permukaan yang bersih, namun berdekatan dengan sumber makanan yang berdekatan dengan sumber makanan yang cocok untuk larva. Larva kecil sangat memerlukan banyakcocok untuk larva. Larva kecil sangat memerlukan banyak
makanan untuk tumbuh sehingga menjadi
makanan untuk tumbuh sehingga menjadi pupa. pupa. Sumber makanan yang paling Sumber makanan yang paling disukai nampaknya adalah PKM yang disukai nampaknya adalah PKM yang sudahsudah
terfermentasi. Dengan demikian prospek untuk pengembangan magot sebagai pakan
terfermentasi. Dengan demikian prospek untuk pengembangan magot sebagai pakan ikan lebih aman adalahikan lebih aman adalah Hermetia illucens Hermetia illucens ..
Proses fermentasi sangat efektif dalam mencerna serat kasar yang susah dicerna oleh hewan monogastric.Sebagaimna data
Proses fermentasi sangat efektif dalam mencerna serat kasar yang susah dicerna oleh hewan monogastric.Sebagaimna data
yang tercantum pada Tabel 7 kandungan serat kasar PKM sebelum fermentasi sebesar 26,24% dan setelah fermentasi 0,10%. Selain
yang tercantum pada Tabel 7 kandungan serat kasar PKM sebelum fermentasi sebesar 26,24% dan setelah fermentasi 0,10%. Selain
itu ada peningkatan kandungan protein dan lemak yang cukup signifikan, sebelum fermentasi sebesar 19,50% dan 7,17% sedangkan
itu ada peningkatan kandungan protein dan lemak yang cukup signifikan, sebelum fermentasi sebesar 19,50% dan 7,17% sedangkan
setelah fermentasi menjadi
setelah fermentasi menjadi 46,80% dan 46,80% dan 33,52%. 33,52%. Melihat kandungan proksimat PMelihat kandungan proksimat PKM frementasi ini KM frementasi ini sangat cocok untuk sangat cocok untuk dijadikandijadikan
sebagai bahan baku untuk pakan magot. Salah satu yang diperlukan adalah kandungan protein dan lemaknya cukup tinggi, untuk
sebagai bahan baku untuk pakan magot. Salah satu yang diperlukan adalah kandungan protein dan lemaknya cukup tinggi, untuk
sebagai cadangan makanan pada saat
sebagai cadangan makanan pada saat hibernasi, metamorfosis dan cadangan makanan pada usia hibernasi, metamorfosis dan cadangan makanan pada usia serangga muda.serangga muda.
Komposisi proksimat magot
Komposisi proksimat magot cukup sesuai cukup sesuai untuk dijadikan untuk dijadikan sebagai makanan sebagai makanan ikan. ikan. Dilihat dari Dilihat dari kandungan proksimatnyakandungan proksimatnya
mengandung protein lebih dari 40%, kandungan lemak cukup tinggi dan yang lebih khusus pada magot adalah memiliki enzim dan
mengandung protein lebih dari 40%, kandungan lemak cukup tinggi dan yang lebih khusus pada magot adalah memiliki enzim dan
antimikroba. Sehingga akan mudah dicerna oleh semua jenis ikan dan kemungkinan besar akan meningkatkan daya tahan tubuh pada
antimikroba. Sehingga akan mudah dicerna oleh semua jenis ikan dan kemungkinan besar akan meningkatkan daya tahan tubuh pada
ikan.
ikan.
Berdasarkan hasil kajian pustaka, magot ini telah banyak diaplikasikan untuk pakan unggas (Awoniyi, et al. 2003 Zuidhof, et al.
Berdasarkan hasil kajian pustaka, magot ini telah banyak diaplikasikan untuk pakan unggas (Awoniyi, et al. 2003 Zuidhof, et al.
2003), ikan lele (Fasakin, et al. 2003 dan Madu and Ufodike, 2003). Dari beberapa penelitian sebelumnya magot dapat mensubstitusi
2003), ikan lele (Fasakin, et al. 2003 dan Madu and Ufodike, 2003). Dari beberapa penelitian sebelumnya magot dapat mensubstitusi
tepung ikan pada pakan ayam (Awoniyi, et al, 2003) dan pada ikan lele (Fasakin, et al. 2003)
tepung ikan pada pakan ayam (Awoniyi, et al, 2003) dan pada ikan lele (Fasakin, et al. 2003)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perekayasaan ini dapat
Berdasarkan hasil perekayasaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut :disimpulkan sebagai berikut :
-- Model kultur magot yang dapat menghasilkan produksi yang tinggi adalah sistem kultur terbuka dibandingkan sistemModel kultur magot yang dapat menghasilkan produksi yang tinggi adalah sistem kultur terbuka dibandingkan sistem
tertutup. Dengan model ini, dapat diproduksi magot jenis
tertutup. Dengan model ini, dapat diproduksi magot jenis Callipora Callipora sp dalam waktu produksi 17 hari dengan media kultur sp dalam waktu produksi 17 hari dengan media kultur
sebanyak 255 kg, diperoleh magot sebanyak 134 kg, sedangkan untuk jenis
sebanyak 255 kg, diperoleh magot sebanyak 134 kg, sedangkan untuk jenis Hermetia illucens Hermetia illucens dalam waktu produksi 51 haridalam waktu produksi 51 hari
dengan media kultur sebanyak 150 kg, diperoleh magot sebanyak 91 kg.
dengan media kultur sebanyak 150 kg, diperoleh magot sebanyak 91 kg.
-- Media kultur yang terbaik untuk magot jenisMedia kultur yang terbaik untuk magot jenis Calliphora Calliphora spspadalah ampas tahu, sedangkan untu jenisadalah ampas tahu, sedangkan untu jenisHermetia illucens Hermetia illucens adalahadalah
bungkil sawit (PKM)
V.2 Saran
Berdasarkan hasil perekayasaan ini, disarankan :
- Jenis magot untuk dikembangkan secara massal yang terbaik adalah Hermetia illucens dibandingkan
denganCalliphora sp. KarenaHermetia illucens pada usia dewasa dalam kebiasaan hidupnya tidak hinggap dalam makanan manusia dan sebagai makanan utamanya adalah saribunga. Sedangkan Calliphora sp biasanya makanan utamanya adalah binatang yang sudah menjadi bangkai.
- Dilihat dari kandungan proksimatnya, magot ini dapat dijadikan sumber protein alternatif tepung ikan, sehingga ada harapan
mendapatkan protein hewani yang berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah industri pertanian, yaitu limbah sawit.
SANGKURIANG TASIKMALAYA
berkarya dalam membudidayakan ternak ikan Lele Sangkuriang ber-sertifikat dan melalui metodeSistem Organik untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan bibit lele danlele konsumsi.
Budidaya Maggot (Hermetia illucens)
Pengaruh Beberapa Media Terhadap Pertumbuhan Populasi Maggot
(Hermetia illucens)
Dodi Ahmad Setiawibowo, Dedi Anwar Sipayung,
Handika Gilang Pramana Putra
Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
ABSTRAK
Maggot atau larva black soldier fly merupakan salah satu organisme yang memenuhi
persyaratan sebagai pakan alami. Akan tetapi, selama ini budidaya maggot belum
berkembang. Praktikum ini bertujuan untuk menguji beberapa nutrient sebagai media
budidaya maggot. Media yang digunakan untuk menumbuhkan maggot dalam
praktikum ini antara lain bungkil kelapa sawit, dan dedak. Seluruh media ditimbang
sebanyak satu kilogram, kemudian ditambahkan air sebanyak 1 liter dan diletakkan
dalam ember. Selanjutnya media ditempatkan pada daerah yang diduga terdapat
lalat black soldier. Budidaya dilakukan selama 21 hari dengan 2 ulangan, kemudian
dilihat produksinya. Dari praktikum ini didapatkan data produksi maggot dengan
media bungkil kelapa sawit rata-rata 305,5 gram dan media dedak rata-rata 205
gram. Berdasarkan hasil dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa media kelapa
sawit dan dedak berpotensi untuk menjadi media budidaya maggot.
Kata kunci: maggot, tepung bungkil kelapa sawit, dedak, produksi
PENDAHULUAN
Keberhasilan usaha pembenihan umumnya sangat ditentukan oleh penyediaan pakan
alami yang sesuai dengan kualitas, kuantitas, dan ketepatan dalam pemberian. Selama
ini, sumber protein produk pakan untuk ikan sangat bergantung pada tepung ikan.
Padahal harga tepung ikan semakin mahal. Menurut data yang diperoleh dari
Departemen Kelautan dan Perikanan 2006, impor tepung ikan Indonesia mencapai
88.902 ton. Hal ini menunjukkan ketergantungan Indonesia dalam pengadaan bahan
pembuat pakan. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain sebagai sumber protein
sebagai pengganti tepung ikan.
Maggot atau larva dari lalat black soldier fly (
Hermetia illicens
) merupakan salah satu
alternatif pakan yang memenuhi persyaratan sebagai sumber protein. Murtidjo (2001)
menyebutkan bahwa bahan makanan yang mengandung protein kasar lebih dari 19 %,
digolongkan sebagai bahan makanan sumber protein. Berdasarkan hasil proksimat
maggot yang telah dilakukan, Sugianto (2007) menyebutkan bahwa maggot yang
dikultur dengan menggunakan bungkil kelapa sawit terfermentasi memiliki kandungan
protein 38,32 %.
Maggot merupakan salah satu jenis pakan alami yang memiliki protein tinggi. Maggot
mengandung 41-42% protein kasar, 31-35% ekstrak eter, 14-15% abu, 4.8-5.1% kalsium,
dan 0.60-0.63% fosfor dalam bentuk kering (Bondari dan Shepard, 1987). Berdasarkan
kandungan protein tersebut, maka maggot layak 2
dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein. Hal ini tentunya akan berdampak
positif apabila maggot dapat digunakan untuk mensubstitusi penggunaan tepung ikan
yang harganya relatif mahal.
Menurut Oliver (2004) larva lalat
Black soldier
dapat digunakan untuk mengkonversi
limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia. Atas
dasar itulah maka dalam praktikum ini dicobakan beberapa bahan hasil limbah industri
pertanian sebagai substrat tempat budidaya maggot.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung bungkil kelapa sawit
dedak terhadap pertumbuhan populasi maggot (
Hermetia illucens
). Setelah diketahui
media yang baik untuk produksi maggot diharapkan maggot dapat diproduksi secara
massal dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan alternatif pengganti tepung ikan
sebagai sumber protein pada pakan ikan.
METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan mulai 14 Mei 2008 sampai 4 Juni 2008, bertempat di dekat
tempat pembuangan sampah dan hutan, Departeman Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah ember, kawat, bambu, plastik,
gunting,
freezer
, saringan dan timbangan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
adalah tepung bungkil kelapa sawit, dedak, daun pisang kering, dan air.
Tahapan Kegiatan
Media budidaya sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam ember, ditambahkan air sebanyak
1 liter dan diaduk hingga merata. Media ditutup dengan menggunakan daun pisang
yang sudah kering untuk tempat induk menetaskan telurnya dan ember ditutup dengan
menggunakan kawat dan plastik untuk menghindari panas dan hujan yang lebat. Ember
disimpan ditempat yang tidak terlalu panas dan tempat yang agak lembab serta
didiamkan selama 3 minggu. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali untuk
memastikan ada atau tidaknya maggot.
Setelah 3 minggu, dilakukan pemanenan maggot dengan cara ember yang terdapat
maggot ditambahkan air kemudian disaring sambil dibilas sampai benar-benar yang
tersisa maggotnya saja. Maggot yang telah bersih ditimbang bobotnya dan dimasukkan
ke dalam
freezer
untuk diawetkan/dimatikan. Apabila maggot tersebut akan dibuat
pakan buatan maka maggot yang sudah diawetkan/dimatikan dalam
freezer
dijemur,
setelah kering digiling dan dicetak dengan menggunakan mesin pakan. Pellet maggot
siap digunakan. 3
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan biomassa maggot yang berbeda-beda pada
setiap perlakuan. Biomassa maggot terbanyak dihasilkan dari penggunaan media PKM
(
Palm Kernel Meal
) yang mencapai 581 gram pada Lokasi II.
PEMBAHASAN
Maggot merupakan larva dari
Black Soldier Fly
(
Hermetia illucens
). Menurut Oliver
(2004) larva lalat
Black soldier
dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti
limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia. Sedangkan DuPonte
(2003) menyebutkan bahwa makanan utama dari larva dari lalat ini adalah kotoran
ayam dan bahan-bahan organik. Budidaya maggot dapat dilakukan dengan
menggunakan bungkil kelapa sawit. Dengan kondisi budidaya seperti ini, didapatkan
kandungan nutrisi maggot yaitu 38% protein kasar, 35% lemakr, 9,13% abu, 7,8% air,
dan 10,85% serat kasar (Sugianto, 2007).
Dalam siklus hidupnya lalat
Hermetia illucens
memiliki lima stadia (Diener, 2007).
Lima stadia tersebut yaitu fase dewasa, fase telur, fase prepupa, dan fase pupa. Dari
ke-lima stadia tersebut stadia prepupa sering digunakan sebagai pakan ikan (Newton,
2005). Siklus hidup dari lalat
Hermetia illucens
dapat dilihat pada Gambar 1.
Berdasarkan hasil praktikum didapat bahwa sumber nutrien berupa bungkil kelapa
sawit dan dedak berhasil dipanen pada hari ke-21 setelah pembuatan media maggot.
Maggot yang dipanen pada perlakuan bungkil kelapa sawit memiliki bobot sebesar 581
gr pada lokasi II dan pada lokasi I diperoleh bobot sebesar 30 gr. Adanya perbedaan
bobot maggot yang dipanen disebabkan wadah pada lokasi I terendam air hujan. Hal
ini mengakibatkan media menjadi terlalu encer sehingga bukan maggot yang tumbuh
melainkan larva nyamuk. Namun, perlu juga diperhatikan bahwa seiring dengan
berjalannya waktu (bertambahnya hari) bahan organik yang tersedia ada yang sudah
selesai dirombak, sedang atau bahkan belum dirombak sama sekali oleh bakteri
pengurai sehingga diduga mempengaruhi jumlah makanan larva maggot.
Banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam budidaya maggot. Apabila
dianalisa, hal utama yang menentukan ada tidaknya maggot yaitu ada tidaknya
lalat
black soldier fly
(
Hermetia illucens
) disekitar lokasi kultur. Selain itu, kandungan
nutrient dari media juga akan menentukan keberhasilan produksi. Hal ini dapat dilihat
dari data hasil praktikum, yaitu bahwa terdapat perbedaan biomassa panen dalam
kurun waktu yang sama antara penggunaan tepung bungkil kelapa sawit (PKM) dan
dedak sebagai media kultur.
Dalam menumbuhkan pakan alami diperlukan nutrien. Nutrien merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh pada komposisi biokimia pakan alami (dalam hal ini maggot).
Kondisi nutrien yang optimum sangat penting untuk mendapatkan nilai produktivitas
maggot yang tinggi disertai dengan kualitas biomassa yang baik. Sumber nutrien yang
bisa digunakan untuk menumbuhkan maggot adalah yang banyak mengandung bahan
organik yang membusuk termasuk bangkai dan sisa-sisa tumbuhan atau sampah
(DuPonte, 2003). Perbedaan biomassa panen yang dihasilkan antara penggunaan
Palm
Kernel Meal
dan dedak diduga karena
Palm Kernel Meal
memiliki kandungan nutrien
yang lebih baik jika dibandingkan dengan dedak. Perbandingan kandungan
nutrien
Palm Kernel Meal
dan dedak dapat dilihat pada Tabel 2.
Sumber : O’Mara
et. al.
(1999) dan Murni
et. al.
(2008)
Mau tidaknya
black soldier fly
(
Hermetia illucens
) untuk bertelur dalam media juga
sangat menentukan keberhasilan produksi. Diduga lalat
black soldier fly
(
Hermetia
illucens
) hanya menyukai aroma media yang khas sehingga tidak semua media
budidaya dijadikan tempat bertelur bagi
black soldier fly
(
Hermetia illucens
). Hal ini
sesuai dengan pernyataan Hartoyo dan Sukardi P. (2007) bahwa walaupun kandungan
nutrient media cukup bagus namun jika aroma media tidak dapat menarik lalat untuk
bersarang maka tidak akan dihasilkan maggot.
Budidaya maggot yang pernah berhasil dilakukan yaitu dengan menggunakan ampas
tahu dan campuran ikan asin. Menurut Hartoyo dan Sukardi P. (2007) ikan asin dalam
campuran ini berfungsi untuk menarik lalat agar mau bersarang dalam media yang
sudah disediakan. Sedangkan ampas tahu dipilih karena selain harganya murah juga
dikarenakan kandungan nutrient di dalamnya. Kandungan nutrient ampas tahu yaitu
23,55% protein, 5,54% lemak, 26,92% karbohidrat, 17,03% abu, 16,53% serat kasar, dan
10,43% air (www. Indopos.co.id). Selain itu, Newton et. al. (2005) melaporkan bahwa
kotoran babi dapat dijadikan sebagai media kultur. Hal serupa juga telah berhasil
dilakukan oleh ARE (2006). Oliver (2004) dalam penelitiannya menggunakan limbah
dari restoran sebagai media kultur. Sedangkan Hem et. al. (2008) menggunakan
palm
kernel meal
(PKM) sebagai media pemeliharaannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa media nutrien
berupa bungkil kelapa sawit dan dedak dapat digunakan sebagai media untuk budidaya
maggot. Pemberian nutrien tersebut berpengaruh terhadap kepadatan popolasi dari
maggot. Aroma media diduga mempengaruhi lalat
black soldier
untuk bertelur.
Kebutuhan pakan ikan oleh para petani ikan dari tahun ke tahun semakin
meningkat dan sulit untuk memenuhinya disebabkan usaha budidaya ikan yang
semakin terus bertambah jumlahnya, mengingat usaha penangkapan ikan di laut
lepas sudah mencapai over fishing, hal ini diperparah dengan harga pakan ikan
yang relatif mahal dan bahan baku pakan ikan yang sebagian besar masih
menggantungkan produk dari luar, untuk mengatasi permasalahan di atas perlu
dicarikan alternatif penyediaan bahan baku pakan ikan. Limbah sayuran yang
masih memiliki kandungan protein rata-rata 2-4% masih dapat ditingkatkan
kandungan proteinnya dengan cara merombaknya menjadi maggot (larva
dewasa) melalui proses biologis dengan memanfaatkan lalat hitam (Hermetia
illucens). Budidaya maggot lalat hitam pada media kultur berupa limbah sayur
dengan menggunakan pot biokonversi yang dilengkapi dengan alat pengendali
suhu sebesar 25ºC, 28ºC, 32ºC, 36ºC, 40ºC dan 45ºC secara konstan yang
diberikan pada setiap pot selama masa kultivasi, dapat memberikan efek yang
berbeda-beda. Dari keenam perlakuan suhu dapat di tarik kesimpulan bahwa
perkembangan lalat hitam mulai dari larva sampai menjadi maggot secara
optimum dilakukan pada suhu 36ºC dengan kelembaban relatif (RH) sebesar 78%,
hal ini ditandai dengan pertumbuhan larva yang sudah mencapai usia dewasa
(maggot) hanya memerlukan waktu 9 hari saja dan pada tahap ini maggot sudah
bisa dipanen. Dimana pada kondisi normal/alami (tanpa diberikan perlakuan
suhu) pertumbuhan larva menjadi maggot memerlukan waktu 15-21 hari atau 2-3
minggu. Sedikitnya 20% limbah sayuran yang digunakan sebagai media kultur
dapat terkonversi menjadi maggot lalat hitam, maggot inilah yang akan dijadikan
sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan, hasil analisis proksimat terhadap
maggot lalat hitam (Hermetia illucens) dengan bobot kering (kadar air < 10%)
yang dibudidayakan pada media kultur dari limbah sayur adalah protein sebesar
32%, lemak 5%, abu 3%, dan serat kasar sebanyak 3%.
LAM-Community
Development
Classic