• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pakan Lele Organik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pakan Lele Organik"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Pakan Lele Organik

Pakan Lele Organik

Posted in

Posted in Tips BudidayaTips Budidayaon 26 Oktober 2011on 26 Oktober 2011

Salah satu ekstra feeding yang kami gunakan Salah satu ekstra feeding yang kami gunakan sebagai pakan ikan lele yaitu

sebagai pakan ikan lele yaitu MaggotMaggot.. Maggot yang kami gunakan berasal dari Maggot yang kami gunakan berasal dari

larva lalat Black Soldier sehingga lebih besar. larva lalat Black Soldier sehingga lebih besar.

Maggot

Maggot ini sekarang sedang mulai ini sekarang sedang mulai dikembangkadikembangkann oleh pembudidaya lele,

oleh pembudidaya lele,

ayam, bebek karena mengandung protein yang tinggi. ayam, bebek karena mengandung protein yang tinggi. Selain itu mudah dalam pembudidayaannya.

Selain itu mudah dalam pembudidayaannya.

Sehingga bisa menghemat pakan dan meningkatkan Sehingga bisa menghemat pakan dan meningkatkan kadar protein pada pakan.

kadar protein pada pakan.

Maggot yang kami berikan berasal dari pakan yang Maggot yang kami berikan berasal dari pakan yang kami buat sendiri yang telah difermentasikan kami buat sendiri yang telah difermentasikan hingga 1 bulan.

hingga 1 bulan.

Sehingga kami tidak secara sengaja Sehingga kami tidak secara sengaja membudidaya

membudidayakan kan maggot.maggot. Mahluk ini muncul dengan

Mahluk ini muncul dengan sendirinyasendirinya

di pakan yang kami buat di dalam kontainer. di pakan yang kami buat di dalam kontainer.

(2)

Jadi hal ini yang kami sebut Ektrak Feeding Jadi hal ini yang kami sebut Ektrak Feeding untuk ikan lele kami.

untuk ikan lele kami.

Penelitian tentang manggot memang belum banyak Penelitian tentang manggot memang belum banyak tapi dari hasil pengalaman para pembudidaya yang tapi dari hasil pengalaman para pembudidaya yang pernah mencoba didapat hasil yang lebih baik pernah mencoba didapat hasil yang lebih baik dan bisa menghemat pakan.

dan bisa menghemat pakan.

Saat kita mampu menghemat pakan akan mengurangi Saat kita mampu menghemat pakan akan mengurangi biaya operasional yang konon di budidaya

biaya operasional yang konon di budidaya lelelele

nilainya bisa 70-80 % dari total

nilainya bisa 70-80 % dari total kebutuhan.kebutuhan.

Jadi ternyata manfaatnya banyak dan bisa membantu. Jadi ternyata manfaatnya banyak dan bisa membantu. Semoga informasi ini bisa bermanfaat.

Semoga informasi ini bisa bermanfaat. Semoga

Semoga Bermanfaat.Bermanfaat...

01

October

2010

01

October

2010

Lele Makan Daun dari Gunung Kidul

Lele Makan Daun dari Gunung Kidul

Penambahan pakan daun pada pembesaran lele Penambahan pakan daun pada pembesaran lele bisa menekan biaya pakan sampai 50%

bisa menekan biaya pakan sampai 50%

Sugiyatno, katanya memperkenalkan diri. Pria paruh Sugiyatno, katanya memperkenalkan diri. Pria paruh baya itu merupa

baya itu merupakan kan pembudidaya lpembudidaya lele asal Desaele asal Desa Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung

Kidul Jogjakarta. ―Kami ini hanya pembudidaya kecil Kidul Jogjakarta. ―Kami ini hanya pembudidaya kecil

--kecilan, skala rumah tangga,‖ tuturnya kepada kecilan, skala rumah tangga,‖ tuturnya kepada

TROBOS belum lama ini di Gunung Kidul. TROBOS belum lama ini di Gunung Kidul. Sejak 2008, kata Yatno begitu biasa disapa, di desanya Sejak 2008, kata Yatno begitu biasa disapa, di desanya telah tumbuh 14 kelompok pembudidaya lele baru, telah tumbuh 14 kelompok pembudidaya lele baru, dengan anggota mencapai 300 kepala keluarga. dengan anggota mencapai 300 kepala keluarga. Mereka pun mem

Mereka pun membentuk bentuk Kelompok PembudidayKelompok Pembudidaya Ikan,a Ikan,

dan menobatkan Yatno sebagai ketua. ―Luas kolam merek

dan menobatkan Yatno sebagai ketua. ―Luas kolam mereka rata-rata 3 x 5 m2, dengan kepadatan 50 ekor/m2.a rata-rata 3 x 5 m2, dengan kepadatan 50 ekor/m2. Kalau saya sendiri bisa 200 ekor/m2.. Produksinya kecil, baru 1

(3)

Jadi hal ini yang kami sebut Ektrak Feeding Jadi hal ini yang kami sebut Ektrak Feeding untuk ikan lele kami.

untuk ikan lele kami.

Penelitian tentang manggot memang belum banyak Penelitian tentang manggot memang belum banyak tapi dari hasil pengalaman para pembudidaya yang tapi dari hasil pengalaman para pembudidaya yang pernah mencoba didapat hasil yang lebih baik pernah mencoba didapat hasil yang lebih baik dan bisa menghemat pakan.

dan bisa menghemat pakan.

Saat kita mampu menghemat pakan akan mengurangi Saat kita mampu menghemat pakan akan mengurangi biaya operasional yang konon di budidaya

biaya operasional yang konon di budidaya lelelele

nilainya bisa 70-80 % dari total

nilainya bisa 70-80 % dari total kebutuhan.kebutuhan.

Jadi ternyata manfaatnya banyak dan bisa membantu. Jadi ternyata manfaatnya banyak dan bisa membantu. Semoga informasi ini bisa bermanfaat.

Semoga informasi ini bisa bermanfaat. Semoga

Semoga Bermanfaat.Bermanfaat...

01

October

2010

01

October

2010

Lele Makan Daun dari Gunung Kidul

Lele Makan Daun dari Gunung Kidul

Penambahan pakan daun pada pembesaran lele Penambahan pakan daun pada pembesaran lele bisa menekan biaya pakan sampai 50%

bisa menekan biaya pakan sampai 50%

Sugiyatno, katanya memperkenalkan diri. Pria paruh Sugiyatno, katanya memperkenalkan diri. Pria paruh baya itu merupa

baya itu merupakan kan pembudidaya lpembudidaya lele asal Desaele asal Desa Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung

Kidul Jogjakarta. ―Kami ini hanya pembudidaya kecil Kidul Jogjakarta. ―Kami ini hanya pembudidaya kecil

--kecilan, skala rumah tangga,‖ tuturnya kepada kecilan, skala rumah tangga,‖ tuturnya kepada

TROBOS belum lama ini di Gunung Kidul. TROBOS belum lama ini di Gunung Kidul. Sejak 2008, kata Yatno begitu biasa disapa, di desanya Sejak 2008, kata Yatno begitu biasa disapa, di desanya telah tumbuh 14 kelompok pembudidaya lele baru, telah tumbuh 14 kelompok pembudidaya lele baru, dengan anggota mencapai 300 kepala keluarga. dengan anggota mencapai 300 kepala keluarga. Mereka pun mem

Mereka pun membentuk bentuk Kelompok PembudidayKelompok Pembudidaya Ikan,a Ikan,

dan menobatkan Yatno sebagai ketua. ―Luas kolam merek

dan menobatkan Yatno sebagai ketua. ―Luas kolam mereka rata-rata 3 x 5 m2, dengan kepadatan 50 ekor/m2.a rata-rata 3 x 5 m2, dengan kepadatan 50 ekor/m2. Kalau saya sendiri bisa 200 ekor/m2.. Produksinya kecil, baru 1

(4)

Pampang ini.

Pampang ini.

Budidaya yang dilakukannya memang sarat perjuangan karena ia tinggal di daerah kering dan kesulitan air. Budidaya yang dilakukannya memang sarat perjuangan karena ia tinggal di daerah kering dan kesulitan air.

―Kami menampung air hujan di kolam, dan terpaksa menggunakan pasokan air berbayar yang dikelola oleh ―Kami menampung air hujan di kolam, dan terpaksa menggunakan pasokan air berbayar yang dikelola oleh desa,‖ungkapnya.

desa,‖ungkapnya.

 Air

 Air yang yang ditampung ditampung selama selama penghujan, penghujan, biasanya biasanya bertahan bertahan untuk untuk 2 2 periode periode pemeliharaan. pemeliharaan. Sedangkan Sedangkan selamaselama musim kemarau, ia mesti membeli air untuk kolamnya Rp 15.000/3 jam aliran (setara 10 m3) untuk untuk tiap musim kemarau, ia mesti membeli air untuk kolamnya Rp 15.000/3 jam aliran (setara 10 m3) untuk untuk tiap petak kolamnya. Setiap 2 minggu, seiring bertambahnya umur lele, ia

petak kolamnya. Setiap 2 minggu, seiring bertambahnya umur lele, ia mesti menambah untuk 4 petak kolamnya.mesti menambah untuk 4 petak kolamnya.

Makan Daun

Makan Daun

Menurut Yatno, menghadapi keterbatasan itu tak m

Menurut Yatno, menghadapi keterbatasan itu tak membuatnya menyerah. Ia memutar akal untuk bertahan. ―Air embuatnya menyerah. Ia memutar akal untuk bertahan. ―Air 

di tempat kami sudah menjadi faktor biaya. Maka kami harus bisa menekan biaya pakan, yang mencapai 60% di tempat kami sudah menjadi faktor biaya. Maka kami harus bisa menekan biaya pakan, yang mencapai 60%

dari total biaya produksi,‖ kata pria yang merintis

dari total biaya produksi,‖ kata pria yang merintis budidaya budidaya lele lele sejak sejak 2007 2007 ini.ini.  Akhir 2009 lalu, Yatno

 Akhir 2009 lalu, Yatno berpikir untuk memberikan dedaunan berprotein kasar (PK) tinggi yang banyak tumbuh diberpikir untuk memberikan dedaunan berprotein kasar (PK) tinggi yang banyak tumbuh di pekarangannya, seperti daun lamtoro (PK 36,5%) dan daun turi (PK 27,6%). Namun pada perkembangannya, pekarangannya, seperti daun lamtoro (PK 36,5%) dan daun turi (PK 27,6%). Namun pada perkembangannya, daun gliricidia, daun pepaya, bayam, kangkung dan daun ketela pun diberikan pada lele. Penambahan pakan daun gliricidia, daun pepaya, bayam, kangkung dan daun ketela pun diberikan pada lele. Penambahan pakan

daun ini bisa menekan biaya pakan 50%. ―Bahkan bisa lebih,‖ tegas pemilik 20 ribu ekor lele ini. daun ini bisa menekan biaya pakan 50%. ―Bahkan bisa lebih,‖ tegas pemilik 20 ribu ekor lele ini.

Dari pengamatan TROBOS, lele di kolam samping rumah Yatno memang betul-betul mau memakan dedaunan Dari pengamatan TROBOS, lele di kolam samping rumah Yatno memang betul-betul mau memakan dedaunan itu. Dengan rakus lele berumur 1 bulan itu menghabiskan daun lamtoro dan daun turi hingga hanya menyisakan itu. Dengan rakus lele berumur 1 bulan itu menghabiskan daun lamtoro dan daun turi hingga hanya menyisakan rantingnya saja.

rantingnya saja. ―Lho, terbukti kan. Lele itu rakus sekali makan daun,‖ kata yatno bangga. Hanya saja, saat―Lho, terbukti kan. Lele itu rakus sekali makan daun,‖ kata yatno bangga. Hanya saja, saat

diberi daun pepaya lele terlihat turun kerakusannya. Tapi daun pepaya wajib diberikan setiap hari untuk diberi daun pepaya lele terlihat turun kerakusannya. Tapi daun pepaya wajib diberikan setiap hari untuk membantu lele mencerna dedaunan itu.

membantu lele mencerna dedaunan itu.

Pola Pemberian

Pola Pemberian

Pada lele berumur lebih dari 2 minggu (atau umur 16 hari) dari tebar, pakan daun-daunan diberikan siang hari, Pada lele berumur lebih dari 2 minggu (atau umur 16 hari) dari tebar, pakan daun-daunan diberikan siang hari, sebanyak-banyaknya. Daun-daunan itu tidak dilepas dari tangkai dan ranting

sebanyak-banyaknya. Daun-daunan itu tidak dilepas dari tangkai dan ranting –rantingnya.  –rantingnya. ―Lele ―Lele juga juga bisabisa

memilih. Daun yang berprotein tinggi seperti lamtoro dan turi akan lebih cepat habis. Dalam sekejap tinggal memilih. Daun yang berprotein tinggi seperti lamtoro dan turi akan lebih cepat habis. Dalam sekejap tinggal

tangkai dan rantingya saja,‖ terang Yatno sembari memasukkan daun turi ke kolam. Setela

tangkai dan rantingya saja,‖ terang Yatno sembari memasukkan daun turi ke kolam. Setelah habis, rantingh habis, ranting

segera diangkat supaya tidak membusuk di kolam.

segera diangkat supaya tidak membusuk di kolam.

Menurut Yatno, pakan pellet tetap diberikan kepada lele, meski takarannya tidak banyak. ―Tergantung tujuan Menurut Yatno, pakan pellet tetap diberikan kepada lele, meski takarannya tidak banyak. ―Tergantung tujuan

pemberian pakan daun ini, sekadar mengurangi biaya pakan pellet, atau memang mau menggantikan sebagian pemberian pakan daun ini, sekadar mengurangi biaya pakan pellet, atau memang mau menggantikan sebagian

besar pelet. Kalau saya sendiri, sangat sedikit memberikan pelet,‖ paparnya. besar pelet. Kalau saya sendiri, sangat sedikit memberikan pelet,‖ paparnya.

Dalam sehari, setiap 6.000 ekor lele hanya diberi pellet 4 kg. Pelet diberikan pagi hari (jam 8.00

Dalam sehari, setiap 6.000 ekor lele hanya diberi pellet 4 kg. Pelet diberikan pagi hari (jam 8.00 – – 9.00)9.00) sebanyak 1 kg, sekadar untuk mengganti energi untuk

sebanyak 1 kg, sekadar untuk mengganti energi untuk bergerak. ―Kalau terlalu pagi, lele belum maubergerak. ―Kalau terlalu pagi, lele belum mau makan,‖tegasnya. Pemberian pakan pelet diulangi pada malam hari (jam 10.00 malam) sebanyak 3 kg untuk makan,‖tegasnya. Pemberian pakan pelet diulangi pada malam hari (jam 10.00 malam) sebanyak 3 kg untuk

memberikan tambahan energi menghadapi suhu lingkungan yang mulai turun. memberikan tambahan energi menghadapi suhu lingkungan yang mulai turun. Selain itu, lele memang aktif bergerak mencari makan di malam hari. Maka malam hari lele harus diberi pakan Selain itu, lele memang aktif bergerak mencari makan di malam hari. Maka malam hari lele harus diberi pakan supaya perutnya terisi sehingga tidak banyak bergerak, untuk mengurangi energi terbuang sehingga tidak supaya perutnya terisi sehingga tidak banyak bergerak, untuk mengurangi energi terbuang sehingga tidak

menjadi daging. ―Manfaat lainnya, sambil memberi pakan kita bisa mengamati kondisi lele secara tepat,‖ tutur  menjadi daging. ―Manfaat lainnya, sambil memberi pakan kita bisa mengamati kondisi lele secara tepat,‖ tutur 

Yatno. Yatno.

Menurut Yatno, lele yang diberi pakan daun memang cenderung kecil ukurannya dibanding lele yang diberi Menurut Yatno, lele yang diberi pakan daun memang cenderung kecil ukurannya dibanding lele yang diberi

pakan pellet. ―Tapi dagingnya padat, sehingga kalau ditimbang berat juga,‖ katanya. Ia pun berharap lele makan pakan pellet. ―Tapi dagingnya padat, sehingga kalau ditimbang berat juga,‖ katanya. Ia pun berharap lele makan

daun ini bisa digolongkan menjadi lele organik, sehingga bisa dijual dengan banderol lebih tinggi daripada harga daun ini bisa digolongkan menjadi lele organik, sehingga bisa dijual dengan banderol lebih tinggi daripada harga pasar lele pada umumnya.

(5)

Dibiasakan

Selama 2 minggu setelah tebar, lele hanya diberi pakan pellet. Maksudnya, untuk mengejar pertumbuhan sel-selnya secara optimal dan untuk menyesuaikan dengan pola pemeliharan sebelumnya. ―Selain itu ukuran

mulutnya pun belum memungkinkan untuk memakan daun. Jangankan daun, pellet yang diberikan pun pellet

starter yang butirannya kecil,‖terang Yatno

Sabtu, 29 November 2008

PRODUKSI BELATUNG (MAGGOT)



1.1. Latar Belakang

Pakan ikan secara fungsional dibagi menjadi tiga, yaitu pakan untuk benih, pembesaran dan pakan untuk induk. Pakanuntuk pembesar  an diperlukan dalam porsi sangat besar dan kecenderungannya dari segi harga makin mahal. Fenomenaini merupakan implikasi dari se makin menurunnya sumber daya alam sebagai bahan pakan untuk pembesaran, dan jugaadanya kompetisi penggunaan yaitu sebagai sumber pangan untuk konsumsi manusia serta sumber pakan pada usahapeternakan.

Sumber pakan untuk usaha pembesaran ikan yang selama ini dikembangkan adalah, pertama: pakan ikan yang terdiridari berbagai bah an, kemudian dibentuk dalam bentuk bubur, pasta atau pelet; kedua: silase ikan; ketiga: trash fish dananimal offal. Dari ketiga sumber pakan ini diprediksi ke depan akan semakin langka seiring semakin intensifnya usahaproduksi pembesaran ika n. Terkait dengan permasalahan ini perlu dicari sumber pakan alternatif yang sesuai dengankebutuhan ikan dengan ketersediannya da pat diusahakan dalam jumlah banyak.

Limbah organik pertanian di Indonesia tersedia dalam jumlah banyak, seperti limbah Palm Kernel Milt (PKM) dan ampastahu. Kedua limbah ini yang memanfaatkan baru para petenak untuk makanan hewan mamalia, namun untuk makan anikan belum. Bahan ini masih memiliki kandungan protein cukup tinggi, seperti PKM kandungan proteinnya sekitar 18%dan ampas tah u sekitar 15%. Namun protein ini t idak bisa langsung dimanfaatkan oleh ikan, karena sistempencernaannya termasuk monogastric.

Untuk meningkatkan nilai gizi limbah tersebut dapat dirombak melalui proses biologis, yaitu digunakan sebagai mediadan sumber maka nan belatung, sehingga akan diperoleh bahan berupa belatung yang memiliki kandungan gizi cukuplengkap dengan kandungan protein lebih dari 42%. Kelebihan lain dari belatung ini memiliki kandungan antimikrobadan anti jamur, sehingga apabila dikonsumsi oleh ikan a kan tahan terhadap penyakit bakterial dan jamur.

Dari

proses biologis ini, bahan limbah yang merupakan media dan sisa proses metabolisme belatung dapat dijadikansebagai sumber pakan ikan. Bahan pakan ini dapat dicerna oleh ikan dan memiliki kandungan nutrien cukup tinggi.

(6)

1.2 Tujuan dan Sasaran

Untuk mendapatkan model teknik kultur belatung dan dapat diketahui media kultur yang terbaik sehinggadiperoleh produk si belatung yang tinggi.

Melalui kegiatan perekayasaan ini ditargetkan produksi belatung sebanyak 100 kg per bulan pemeliharaan

I

I. METODOLOGI

II.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan akan dilaksanakan pada bulan April sampai Desember Tahun Anggaran 2005 di LaboratoriumPakan, dan Worksho  p Pakan BBAT Sukabumi, Jawa Barat (Lampiran 1).

II.2 Bahan dan Peralatan

Bahan yang diperlukan untuk perekayasaan ini adalah : induk lalat, ikan untuk media peneluran lalat, mediakultur maggot terdiri dari PKM dan hampas t ahu, buah-buahan untuk makanan lalat.

Peralatan terdiri dari : kandang lalat, scope net, baki plastik, petri dish, hand sprayer, stoples plastik, drumplastik, blender, freezer box, refrigerator, kantong plastik, sepatu boat, sarung tangan, timbangan, termometer danperalatan panen maggot .

II.3 Metode Kerja

 Ada dua metode kultur maggot yang akan diuji, yaitu:

1. Pemeliharaanmaggot secara terbuka dan, 2. Secara tertutup.

 Ada dua metode kultur magot yang akan diuji yaitu, pertama pemeliharaan magot secara terbuka dan, keduasecara tertutup. Untuk metode pemeliharaan terbuka prosedur kerjanya sebagai berikut :

-Telur diperoleh dari lalat liar atau serangga bunga. Untuk merangsang agar lalat mau bertelur dilakukan denganmenempatkan i

kan mati yang sudah

(7)

- Setelah diperoleh telur, kemudian disimpan dalam media kultur magot. Salah satu media yang digunakan adalahpalm kerneal meal (PKM). Sebelum dijadikan sebagai media kultur, terlebih dahulu dilakukan proses fermentasipada PKM. Proses fermentasi PKM a dalah sebagai berikut : bungkil sawit sebanyak 40 kg, dicampur air 20 kg danmikroba dari dalaman lambung mamalia (kambing atau kerbau) sebanyak

10-20%, kemudian dimasukan ke dalamtong plastik. Selanjutnya ditutup rapat dan ditimbun sekam padi untuk mempertahankan suhu . Proses fermentasi inimemerlukan waktu selama satu bulan, dan selanjutnya bahan PKM yang s udah terfermentasi dijadikan seb agaimedia kultur magot.

- Wadah yang digunakan untuk pemeliharan larva magot menggunakan baskom plastik dan fibre glass. Tiap perlakuandiisi 15 kg bahan media kultur. Dengan perlakuan media kultur sebagai berikut :

o Perlakukan A : PKM (100%) dan ampas tahu (0%)

o Perlakuan B : PKM (50%) dan ampas tahu (50%)

o Perlakuan C : PKM (0%) dan ampas tahu (100%)

Semua perlakukan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.

- Khusus untuk larva magot dari lalat hijau, pemeliharaan dalam media kultur dilakukan selama

4-5 hari. Setelah itumagot dapat dipanen, dengan cara dipisahkan dari media kultur dan berbagai kotoran lainnya. Adapun untuk lar  vamagot dari serangga bunga pemeliharaan dalam media kultur memerlukan waktu

5-7 hari. Cara pemanenan samahalnya dengan magot lalat hijau.

-Jumlah magot yang diperoleh kemudian ditimbang, demikian pula halnya dengan media kultur pada awalpemeliharaan dilakuka n penimbangan.

(8)

-  Analisa proksimat dilakukan pada magot dan media kultur.

Sedangkan prosedur kerja pada pemeliharaan tertutup, secara umum prosedur pekerjaan sama dengan padametode terbuka, per  bedaan hanya pada metode pemeliharaan lalat yang digunakan sebagai sumber telur. Pada metodetertutup ini, lalat dan serangga bun ga dipelihara dalam kandang lalat. Kandang berbentuk kotak terbuat dari kawat,dengan pinggirannya dibingkai oleh besi siku berukuran

1,5 x 1,2 x 2 m.

Induk lalat hijau (Calliphora sp) dan serangga bunga (Hermetia illucens ) diperoleh dengan cara menetaskan pupadalam kandang l alat. Kemudian dipelihara, dengan cara diberi makan berupa juice

buah-buahan. Setiap hari yaituwaktu pagi dan sore hari disemprotkan air.

UntukCalliphora sp, peneluran dilakukan dengan cara menyimpan potongan ikan mati yang dimasukkan ke dalamkandang lalat. Setiap kandang diisi potongan ikan mati sebanyak

2-5 bagian yang ditempatkan menyebar secara merata.Adapun untukHermetia illucens dengan cara menyimpan PKM yang sudah diferm entasi. Apabila sudah diperoleh t elur,kemudian ditetaskan dalam media pemeliharaan magot.

IV.1 HASIL

IV.1.1 Produksi MagotCalliphora sp

Produksi magotCalliphora sp dari cara pemeliharaan secara terbuka disajikan pada Tabel 1, hasil sistem tertutup disajikan pada Tabel 2 dan hasil produksi dalam selang 17 hari dari setiap wadah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 1. Produksi magotCalliphora sp umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka

No Jenis media kultur (15 kg/wadah) Ulangan Rata-rata

1 2 3

1 PKM (100%) dan ampas tahu (0%) 0,5 0,7 0,5 0,566

2 PKM (50%) dan ampas tahu (50%) 5,0 5,5 5,0 5,166

3 PKM (0%) dan ampas tahu (100%) 9,7 9,5 10,0 9,73

Tabel 2. Produksi magotCalliphora sp umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan tertutup

No Jenis media kultur (15 kg/wadah) Ulangan Rata-rata

1 2 3

1 PKM (100%) dan ampas tahu (0%) 0,4 0,5 0,5 0,46

2 PKM (50%) dan ampas tahu (50%) 0,5 0,5 0,4 0,46

3 PKM (0%) dan ampas tahu (100%) 1 1,5 1 1,16

Tabel 3. Produksi magotCalliphora sp umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka selama 17 hari menggunakan limbah ampas tahu (15 kg/wadah)

No Tanggal panen Hasil magot (kg) Cuaca pada saat koleksi telur 

1 27 Mei 05 10 terang

2 28 Mei 05 9 terang

(9)

4

4 31 Mei 0531 Mei 05 99 terangterang

5

5 01 Juni 0501 Juni 05 1010 terangterang 6

6 02 Juni 0502 Juni 05 88 terangterang

7

7 03 Juni 0503 Juni 05 1010 terangterang 8

8 04 Juni 0504 Juni 05 1010 terangterang 9

9 05 Juni 0505 Juni 05 1010 terangterang 10

10 06 Juni 0506 Juni 05 77 mendungmendung

11

11 07 Juni 0507 Juni 05 55 mendungmendung

12

12 08 Juni 0508 Juni 05 55 mendungmendung

13

13 09 Juni 0509 Juni 05 77 mendungmendung

14

14 10 Juni 0510 Juni 05 55 gerimisgerimis 15

15 11 Juni 0511 Juni 05 77 HujanHujan

16

16 12 Juni 0512 Juni 05 33 hujanhujan

17

17 14 Juni 0514 Juni 05 1010 terangterang Total produksi magot :

Total produksi magot : 134134 Rata-rata per hari :

Rata-rata per hari : 7,97,9

IV.1.2 Produksi magot

IV.1.2 Produksi magotHermetia illucens Hermetia illucens 

Produksi magot

Produksi magotHermetia illucens Hermetia illucens dengan dengan sistem pemeliharaan secara terbuka disajikan pada dengan dengan sistem pemeliharaan secara terbuka disajikan pada Tabel 4, produksi denganTabel 4, produksi dengan sistem pemeliharaan tertutup disajikan pada Tabel 5 dan hasil produksi rutin dalam selang waktu bulan Nopember dan Desember  sistem pemeliharaan tertutup disajikan pada Tabel 5 dan hasil produksi rutin dalam selang waktu bulan Nopember dan Desember 

disajikan pada Tabel 6

disajikan pada Tabel 6

Tabel 4. Produksi magot

Tabel 4. Produksi magotHermetia illucens Hermetia illucens umur 7 hari dalam bobot umur 7 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbukabasah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka

No

No Jenis media kultur (15 kg/wadah)Jenis media kultur (15 kg/wadah) UlanganUlangan Rata-rataRata-rata 1

1 22 33

1

1 PKM (100%) dan ampas tahu (0%)PKM (100%) dan ampas tahu (0%) 7,07,0 10,010,0 8,58,5 8,58,5 2

2 PKM (50%) dan ampas tahu (50%)PKM (50%) dan ampas tahu (50%) 5,05,0 4,04,0 4,54,5 4,54,5 3

3 PKM (0%) dan ampas tahu (100%)PKM (0%) dan ampas tahu (100%) -- -- --

--Tabel 5. Produksi magot

Tabel 5. Produksi magotHermetia illucens Hermetia illucens umur 7 hari dalam bobot umur 7 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan tertutupbasah (kg) pada sistem pemeliharaan tertutup

No

No Jenis media kultur (15 Jenis media kultur (15 kg/wadah)kg/wadah) UlanganUlangan 1

1 22 33

1

1 PKM (100%) dan ampas tahu (0%)PKM (100%) dan ampas tahu (0%) -- -- --2

2 PKM (50%) dan ampas tahu (50%)PKM (50%) dan ampas tahu (50%) -- -- --3

3 PKM (0%) dan ampas tahu (100%)PKM (0%) dan ampas tahu (100%) -- --

--Tabel 6. Produksi magot

Tabel 6. Produksi magotHermetia illucens Hermetia illucens umur 7 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka selama bulanumur 7 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan terbuka selama bulan Nopember-Dese

Nopember-Desember (15 mber (15 kg PKM/wadah)kg PKM/wadah)

No

No Tanggal PemanenanTanggal Pemanenan Hasil magot (kg)Hasil magot (kg) 1. 1. 02 Nopember 02 Nopember  99 2. 2. 09 Nopember 09 Nopember  99 3. 3. 11 Nopember 11 Nopember  55 4. 4. 15 Nopember 15 Nopember  99 5. 5. 18 Nopember 18 Nopember  1414

(10)

6. 6. 24 Nopember 24 Nopember  99 7. 7. 03 Desember 03 Desember  88 8. 8. 05 Desember 05 Desember  1111 9. 9. 13 Desember 13 Desember  99 10. 10. 23 Desember 23 Desember  88 Jumlah produksi : Jumlah produksi : 9191 Rata-rata per hari :

Rata-rata per hari : 9,19,1 IV.1.3 Analisa Proksimat

IV.1.3 Analisa Proksimat

Hasil analisa proksimat magot, PKM

Hasil analisa proksimat magot, PKM sebelum difermentasi dan setelah difermentasi disajikan pada Tabel sebelum difermentasi dan setelah difermentasi disajikan pada Tabel 7.7.

Tabel 7. Kandungan proksimat magot, PKM awal dan

Tabel 7. Kandungan proksimat magot, PKM awal dan PKM fermentasiPKM fermentasi Calliphora 

Calliphora spsp Hermetia illucens Hermetia illucens  PKM awalPKM awal PKM fermentasiPKM fermentasi Kadar air (%) Kadar air (%) 8,258,25 25,0725,07 14,2814,28 61,8561,85 Kadar abu (%) Kadar abu (%) 14,3514,35 7,787,78 4,084,08 1,581,58 Protein (%) Protein (%) 41,4241,42 31,0931,09 16,7116,71 17,8617,86 Lemak (%) Lemak (%) 14,3014,30 5,475,47 6,156,15 12,7912,79 Serat kasar (%) Serat kasar (%) 2,732,73 8,778,77 22,4922,49 0,040,04 BETN (%) BETN (%) 18,9518,95 21,8221,82 36,2936,29 5,895,89 Dalam bobot kering (kadar air 0%) :

Dalam bobot kering (kadar air 0%) : Kadar abu (%) Kadar abu (%) 15,6415,64 10,3810,38 4,754,75 4,144,14 Protein (%) Protein (%) 45,1445,14 41,4941,49 19,5019,50 46,8046,80 Lemak (%) Lemak (%) 15,5815,58 7,307,30 7,177,17 33,5233,52 Serat kasar (%) Serat kasar (%) 2,972,97 11,7011,70 26,2426,24 0,100,10 BETN (%) BETN (%) 20,6720,67 29,1329,13 42,3442,34 15,4415,44 Ket. : BETN : bahan ekstrak tanpa nitrogen

Ket. : BETN : bahan ekstrak tanpa nitrogen

IV.2 PEMBAHASAN IV.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perekayasaan ini teknik kultur magot pada

Berdasarkan hasil perekayasaan ini teknik kultur magot pada sistem terbuka produksinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengansistem terbuka produksinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

sistem tertutup. Bahkan pada

sistem tertutup. Bahkan padaHermetia illucens Hermetia illucens yang dipelihara secara tertutup tidak berhasil mendapatkan telur, karena sebagianyang dipelihara secara tertutup tidak berhasil mendapatkan telur, karena sebagian

besar induknya yang dipelihara dalam

besar induknya yang dipelihara dalam kandang banyak ditemukan mati.kandang banyak ditemukan mati.

Tingginya produksi

Tingginya produksi magot pada magot pada sistem terbuka, sistem terbuka, dimungkin karena dimungkin karena serangga yang serangga yang diluar lebih diluar lebih survive dibanding survive dibanding dengandengan

serangga yang ada dalam kandang. Selain itu, serangga atau lalat yang di alam akan mendapatkan makanan sesuai dengan yang

serangga yang ada dalam kandang. Selain itu, serangga atau lalat yang di alam akan mendapatkan makanan sesuai dengan yang

disukai dan dari segi

disukai dan dari segi gizi lebih lengkap sesuai dengan kebutuhannya, sehingga akan mendukung dalam aktivitas reproduksi yang padagizi lebih lengkap sesuai dengan kebutuhannya, sehingga akan mendukung dalam aktivitas reproduksi yang pada

akhirnya akan diperoleh jumlah telur lalat atau serangga yang cukup m

akhirnya akan diperoleh jumlah telur lalat atau serangga yang cukup memadai.emadai.

Pemeliharaan magot nampaknya sangat dipengaruhi oleh jenis media kultur. Magot jenis

Pemeliharaan magot nampaknya sangat dipengaruhi oleh jenis media kultur. Magot jenis Calliphora Calliphora sp lebih menyukai ampassp lebih menyukai ampas

tahu dibandingkan dengan PKM, sedangkan magot jenis

tahu dibandingkan dengan PKM, sedangkan magot jenis Hermetia illucens Hermetia illucens lebih menyukai PKM. Hal ini telihat dari produksi magotlebih menyukai PKM. Hal ini telihat dari produksi magot

pada

padaCalliphora Calliphora sp tertinggi dicapai pada media kultur ampas tahu, dengan rata-rata produksi sebanyak 9,73 kg , sedangkan padasp tertinggi dicapai pada media kultur ampas tahu, dengan rata-rata produksi sebanyak 9,73 kg , sedangkan pada

media kultur PKM hanya diperoleh magot sebanyak 0,57 kg dan campuran keduanya 5,17 kg dengan jumlah media kultur

media kultur PKM hanya diperoleh magot sebanyak 0,57 kg dan campuran keduanya 5,17 kg dengan jumlah media kultur

masing-masing sebanyak 15 kg per wadah. Namun sebaliknya Hermetia illucens lebih menyukai PKM sebagai media kultur dibandingkan

masing sebanyak 15 kg per wadah. Namun sebaliknya Hermetia illucens lebih menyukai PKM sebagai media kultur dibandingkan

dengan ampas tahu

dengan ampas tahu atau campuran keduanya.atau campuran keduanya.

Nampakanya perilaku serangga dalam menempatkan telur ada kaitannya dengan ketersediaan makanan yang cocok untuk

Nampakanya perilaku serangga dalam menempatkan telur ada kaitannya dengan ketersediaan makanan yang cocok untuk

kehidupan magot, dan jenins makanan ini nampaknya sangat spesifik. Hal ini mungkin bergantung pada

kehidupan magot, dan jenins makanan ini nampaknya sangat spesifik. Hal ini mungkin bergantung pada bau, cita rasa dan bau, cita rasa dan kandungankandungan

gizi dari media kultur.

(11)

Berdasarkan data dari hasil produksi magot dengan pemberian media kultur tunggal sebanyak 15 kg per wadah pemeliharaan,

Berdasarkan data dari hasil produksi magot dengan pemberian media kultur tunggal sebanyak 15 kg per wadah pemeliharaan,

yaitu PKM atau ampas tahu saja, dihasilkan produksi magot

yaitu PKM atau ampas tahu saja, dihasilkan produksi magot Calliphora Calliphora sp sebanyak 134 kg per 17 kali panen, dengan waktu siklussp sebanyak 134 kg per 17 kali panen, dengan waktu siklus

produksi 17 hari, atau rata-rata produksi per hari sebanyak 7,9 kg; dan magot

produksi 17 hari, atau rata-rata produksi per hari sebanyak 7,9 kg; dan magot Hermetia illucens Hermetia illucens sebanyak 91 kg per 10 kali panensebanyak 91 kg per 10 kali panen

dengan waktu siklus produksi selama

dengan waktu siklus produksi selama 51 hari, atau 51 hari, atau rata-rata produksi per rata-rata produksi per haria sebesar 1,78 haria sebesar 1,78 kg. kg. Dari hasil perekayasaan iniDari hasil perekayasaan ini

nampak

nampakCalliphora Calliphora sp pertumbuhannya lebih cepat, sebesar 4,4 kali dibanding dengansp pertumbuhannya lebih cepat, sebesar 4,4 kali dibanding dengan Hermetia illucens Hermetia illucens . . Sehingga Sehingga apabilaapabila

menginginkan produksi masal maka yang cepat pertumbuhannya adalah

menginginkan produksi masal maka yang cepat pertumbuhannya adalah Calliphora Calliphora sp. Namun dilihat dari segi aspek lingkungan dansp. Namun dilihat dari segi aspek lingkungan dan

kesehatan manusia, nampaknya

kesehatan manusia, nampaknyaHermetia illucens Hermetia illucens lebih mudah diterima oleh masyarakat, karena peluang untuk sebagai penyebar lebih mudah diterima oleh masyarakat, karena peluang untuk sebagai penyebar 

penyakit tidak ada.

penyakit tidak ada.

Hermetia illucens 

Hermetia illucens dalam siklus hidupnya tidak hinggap dalam makanan yang langsung dikonsumsi manusia.Dalam usiadalam siklus hidupnya tidak hinggap dalam makanan yang langsung dikonsumsi manusia.Dalam usia

dewasa makanan utamanya adalah sari bunga, sedangkan pada usia muda makanannya berasal dari cadangan makanan yang ada

dewasa makanan utamanya adalah sari bunga, sedangkan pada usia muda makanannya berasal dari cadangan makanan yang ada

dalam tubuhnya.

dalam tubuhnya. PerkembangbiaPerkembangbiakan dilakukan secara kan dilakukan secara seksual, yang betina seksual, yang betina mengandung telur, kemudian telur mengandung telur, kemudian telur diletakan padadiletakan pada

permukaan yang bersih, namun

permukaan yang bersih, namun berdekatan dengan sumber makanan yang berdekatan dengan sumber makanan yang cocok untuk larva. Larva kecil sangat memerlukan banyakcocok untuk larva. Larva kecil sangat memerlukan banyak

makanan untuk tumbuh sehingga menjadi

makanan untuk tumbuh sehingga menjadi pupa. pupa. Sumber makanan yang paling Sumber makanan yang paling disukai nampaknya adalah PKM yang disukai nampaknya adalah PKM yang sudahsudah

terfermentasi. Dengan demikian prospek untuk pengembangan magot sebagai pakan

terfermentasi. Dengan demikian prospek untuk pengembangan magot sebagai pakan ikan lebih aman adalahikan lebih aman adalah Hermetia illucens Hermetia illucens ..

Proses fermentasi sangat efektif dalam mencerna serat kasar yang susah dicerna oleh hewan monogastric.Sebagaimna data

Proses fermentasi sangat efektif dalam mencerna serat kasar yang susah dicerna oleh hewan monogastric.Sebagaimna data

yang tercantum pada Tabel 7 kandungan serat kasar PKM sebelum fermentasi sebesar 26,24% dan setelah fermentasi 0,10%. Selain

yang tercantum pada Tabel 7 kandungan serat kasar PKM sebelum fermentasi sebesar 26,24% dan setelah fermentasi 0,10%. Selain

itu ada peningkatan kandungan protein dan lemak yang cukup signifikan, sebelum fermentasi sebesar 19,50% dan 7,17% sedangkan

itu ada peningkatan kandungan protein dan lemak yang cukup signifikan, sebelum fermentasi sebesar 19,50% dan 7,17% sedangkan

setelah fermentasi menjadi

setelah fermentasi menjadi 46,80% dan 46,80% dan 33,52%. 33,52%. Melihat kandungan proksimat PMelihat kandungan proksimat PKM frementasi ini KM frementasi ini sangat cocok untuk sangat cocok untuk dijadikandijadikan

sebagai bahan baku untuk pakan magot. Salah satu yang diperlukan adalah kandungan protein dan lemaknya cukup tinggi, untuk

sebagai bahan baku untuk pakan magot. Salah satu yang diperlukan adalah kandungan protein dan lemaknya cukup tinggi, untuk

sebagai cadangan makanan pada saat

sebagai cadangan makanan pada saat hibernasi, metamorfosis dan cadangan makanan pada usia hibernasi, metamorfosis dan cadangan makanan pada usia serangga muda.serangga muda.

Komposisi proksimat magot

Komposisi proksimat magot cukup sesuai cukup sesuai untuk dijadikan untuk dijadikan sebagai makanan sebagai makanan ikan. ikan. Dilihat dari Dilihat dari kandungan proksimatnyakandungan proksimatnya

mengandung protein lebih dari 40%, kandungan lemak cukup tinggi dan yang lebih khusus pada magot adalah memiliki enzim dan

mengandung protein lebih dari 40%, kandungan lemak cukup tinggi dan yang lebih khusus pada magot adalah memiliki enzim dan

antimikroba. Sehingga akan mudah dicerna oleh semua jenis ikan dan kemungkinan besar akan meningkatkan daya tahan tubuh pada

antimikroba. Sehingga akan mudah dicerna oleh semua jenis ikan dan kemungkinan besar akan meningkatkan daya tahan tubuh pada

ikan.

ikan.

Berdasarkan hasil kajian pustaka, magot ini telah banyak diaplikasikan untuk pakan unggas (Awoniyi, et al. 2003 Zuidhof, et al.

Berdasarkan hasil kajian pustaka, magot ini telah banyak diaplikasikan untuk pakan unggas (Awoniyi, et al. 2003 Zuidhof, et al.

2003), ikan lele (Fasakin, et al. 2003 dan Madu and Ufodike, 2003). Dari beberapa penelitian sebelumnya magot dapat mensubstitusi

2003), ikan lele (Fasakin, et al. 2003 dan Madu and Ufodike, 2003). Dari beberapa penelitian sebelumnya magot dapat mensubstitusi

tepung ikan pada pakan ayam (Awoniyi, et al, 2003) dan pada ikan lele (Fasakin, et al. 2003)

tepung ikan pada pakan ayam (Awoniyi, et al, 2003) dan pada ikan lele (Fasakin, et al. 2003)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perekayasaan ini dapat

Berdasarkan hasil perekayasaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut :disimpulkan sebagai berikut :

-- Model kultur magot yang dapat menghasilkan produksi yang tinggi adalah sistem kultur terbuka dibandingkan sistemModel kultur magot yang dapat menghasilkan produksi yang tinggi adalah sistem kultur terbuka dibandingkan sistem

tertutup. Dengan model ini, dapat diproduksi magot jenis

tertutup. Dengan model ini, dapat diproduksi magot jenis Callipora Callipora sp dalam waktu produksi 17 hari dengan media kultur sp dalam waktu produksi 17 hari dengan media kultur 

sebanyak 255 kg, diperoleh magot sebanyak 134 kg, sedangkan untuk jenis

sebanyak 255 kg, diperoleh magot sebanyak 134 kg, sedangkan untuk jenis Hermetia illucens Hermetia illucens dalam waktu produksi 51 haridalam waktu produksi 51 hari

dengan media kultur sebanyak 150 kg, diperoleh magot sebanyak 91 kg.

dengan media kultur sebanyak 150 kg, diperoleh magot sebanyak 91 kg.

-- Media kultur yang terbaik untuk magot jenisMedia kultur yang terbaik untuk magot jenis Calliphora Calliphora spspadalah ampas tahu, sedangkan untu jenisadalah ampas tahu, sedangkan untu jenisHermetia illucens Hermetia illucens adalahadalah

bungkil sawit (PKM)

(12)

V.2 Saran

Berdasarkan hasil perekayasaan ini, disarankan :

- Jenis magot untuk dikembangkan secara massal yang terbaik adalah Hermetia illucens dibandingkan

denganCalliphora sp. KarenaHermetia illucens pada usia dewasa dalam kebiasaan hidupnya tidak hinggap dalam makanan manusia dan sebagai makanan utamanya adalah saribunga. Sedangkan Calliphora sp biasanya makanan utamanya adalah binatang yang sudah menjadi bangkai.

- Dilihat dari kandungan proksimatnya, magot ini dapat dijadikan sumber protein alternatif tepung ikan, sehingga ada harapan

mendapatkan protein hewani yang berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah industri pertanian, yaitu limbah sawit.

SANGKURIANG TASIKMALAYA

berkarya dalam membudidayakan ternak ikan Lele Sangkuriang ber-sertifikat dan melalui metodeSistem Organik untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan bibit lele danlele konsumsi.

Budidaya Maggot (Hermetia illucens)

Pengaruh Beberapa Media Terhadap Pertumbuhan Populasi Maggot

(Hermetia illucens)

Dodi Ahmad Setiawibowo, Dedi Anwar Sipayung,

Handika Gilang Pramana Putra

Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

 ABSTRAK 

Maggot atau larva black soldier fly merupakan salah satu organisme yang memenuhi

 persyaratan sebagai pakan alami. Akan tetapi, selama ini budidaya maggot belum

berkembang. Praktikum ini bertujuan untuk menguji beberapa nutrient sebagai media

budidaya maggot. Media yang digunakan untuk menumbuhkan maggot dalam

(13)

 praktikum ini antara lain bungkil kelapa sawit, dan dedak. Seluruh media ditimbang

sebanyak satu kilogram, kemudian ditambahkan air sebanyak 1 liter dan diletakkan

dalam ember. Selanjutnya media ditempatkan pada daerah yang diduga terdapat

lalat black soldier. Budidaya dilakukan selama 21 hari dengan 2 ulangan, kemudian

dilihat produksinya. Dari praktikum ini didapatkan data produksi maggot dengan

media bungkil kelapa sawit rata-rata 305,5 gram dan media dedak rata-rata 205

 gram. Berdasarkan hasil dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa media kelapa

sawit dan dedak berpotensi untuk menjadi media budidaya maggot.

Kata kunci: maggot, tepung bungkil kelapa sawit, dedak, produksi

PENDAHULUAN

Keberhasilan usaha pembenihan umumnya sangat ditentukan oleh penyediaan pakan

alami yang sesuai dengan kualitas, kuantitas, dan ketepatan dalam pemberian. Selama

ini, sumber protein produk pakan untuk ikan sangat bergantung pada tepung ikan.

Padahal harga tepung ikan semakin mahal. Menurut data yang diperoleh dari

Departemen Kelautan dan Perikanan 2006, impor tepung ikan Indonesia mencapai

88.902 ton. Hal ini menunjukkan ketergantungan Indonesia dalam pengadaan bahan

pembuat pakan. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain sebagai sumber protein

sebagai pengganti tepung ikan.

Maggot atau larva dari lalat black soldier fly (

Hermetia illicens

) merupakan salah satu

alternatif pakan yang memenuhi persyaratan sebagai sumber protein. Murtidjo (2001)

menyebutkan bahwa bahan makanan yang mengandung protein kasar lebih dari 19 %,

digolongkan sebagai bahan makanan sumber protein. Berdasarkan hasil proksimat

maggot yang telah dilakukan, Sugianto (2007) menyebutkan bahwa maggot yang

dikultur dengan menggunakan bungkil kelapa sawit terfermentasi memiliki kandungan

protein 38,32 %.

Maggot merupakan salah satu jenis pakan alami yang memiliki protein tinggi. Maggot

mengandung 41-42% protein kasar, 31-35% ekstrak eter, 14-15% abu, 4.8-5.1% kalsium,

dan 0.60-0.63% fosfor dalam bentuk kering (Bondari dan Shepard, 1987). Berdasarkan

kandungan protein tersebut, maka maggot layak 2

(14)

dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein. Hal ini tentunya akan berdampak

positif apabila maggot dapat digunakan untuk mensubstitusi penggunaan tepung ikan

yang harganya relatif mahal.

Menurut Oliver (2004) larva lalat

Black soldier 

dapat digunakan untuk mengkonversi

limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia. Atas

dasar itulah maka dalam praktikum ini dicobakan beberapa bahan hasil limbah industri

pertanian sebagai substrat tempat budidaya maggot.

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung bungkil kelapa sawit

dedak terhadap pertumbuhan populasi maggot (

Hermetia illucens

). Setelah diketahui

media yang baik untuk produksi maggot diharapkan maggot dapat diproduksi secara

massal dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan alternatif pengganti tepung ikan

sebagai sumber protein pada pakan ikan.

METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan mulai 14 Mei 2008 sampai 4 Juni 2008, bertempat di dekat

tempat pembuangan sampah dan hutan, Departeman Budidaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah ember, kawat, bambu, plastik,

gunting,

 freezer 

, saringan dan timbangan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan

adalah tepung bungkil kelapa sawit, dedak, daun pisang kering, dan air.

Tahapan Kegiatan

Media budidaya sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam ember, ditambahkan air sebanyak

1 liter dan diaduk hingga merata. Media ditutup dengan menggunakan daun pisang

yang sudah kering untuk tempat induk menetaskan telurnya dan ember ditutup dengan

menggunakan kawat dan plastik untuk menghindari panas dan hujan yang lebat. Ember

disimpan ditempat yang tidak terlalu panas dan tempat yang agak lembab serta

didiamkan selama 3 minggu. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali untuk

memastikan ada atau tidaknya maggot.

(15)

Setelah 3 minggu, dilakukan pemanenan maggot dengan cara ember yang terdapat

maggot ditambahkan air kemudian disaring sambil dibilas sampai benar-benar yang

tersisa maggotnya saja. Maggot yang telah bersih ditimbang bobotnya dan dimasukkan

ke dalam

 freezer 

untuk diawetkan/dimatikan. Apabila maggot tersebut akan dibuat

pakan buatan maka maggot yang sudah diawetkan/dimatikan dalam

 freezer 

dijemur,

setelah kering digiling dan dicetak dengan menggunakan mesin pakan. Pellet maggot

siap digunakan. 3

(16)
(17)
(18)
(19)

Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan biomassa maggot yang berbeda-beda pada

setiap perlakuan. Biomassa maggot terbanyak dihasilkan dari penggunaan media PKM

(

Palm Kernel Meal

) yang mencapai 581 gram pada Lokasi II.

PEMBAHASAN

Maggot merupakan larva dari

Black Soldier Fly 

(

Hermetia illucens

). Menurut Oliver

(2004) larva lalat

Black soldier 

dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti

limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia. Sedangkan DuPonte

(2003) menyebutkan bahwa makanan utama dari larva dari lalat ini adalah kotoran

ayam dan bahan-bahan organik. Budidaya maggot dapat dilakukan dengan

menggunakan bungkil kelapa sawit. Dengan kondisi budidaya seperti ini, didapatkan

kandungan nutrisi maggot yaitu 38% protein kasar, 35% lemakr, 9,13% abu, 7,8% air,

dan 10,85% serat kasar (Sugianto, 2007).

Dalam siklus hidupnya lalat

Hermetia illucens

memiliki lima stadia (Diener, 2007).

Lima stadia tersebut yaitu fase dewasa, fase telur, fase prepupa, dan fase pupa. Dari

ke-lima stadia tersebut stadia prepupa sering digunakan sebagai pakan ikan (Newton,

2005). Siklus hidup dari lalat

Hermetia illucens

dapat dilihat pada Gambar 1.

(20)
(21)

Berdasarkan hasil praktikum didapat bahwa sumber nutrien berupa bungkil kelapa

sawit dan dedak berhasil dipanen pada hari ke-21 setelah pembuatan media maggot.

Maggot yang dipanen pada perlakuan bungkil kelapa sawit memiliki bobot sebesar 581

gr pada lokasi II dan pada lokasi I diperoleh bobot sebesar 30 gr. Adanya perbedaan

bobot maggot yang dipanen disebabkan wadah pada lokasi I terendam air hujan. Hal

ini mengakibatkan media menjadi terlalu encer sehingga bukan maggot yang tumbuh

melainkan larva nyamuk. Namun, perlu juga diperhatikan bahwa seiring dengan

berjalannya waktu (bertambahnya hari) bahan organik yang tersedia ada yang sudah

selesai dirombak, sedang atau bahkan belum dirombak sama sekali oleh bakteri

pengurai sehingga diduga mempengaruhi jumlah makanan larva maggot.

Banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam budidaya maggot. Apabila

dianalisa, hal utama yang menentukan ada tidaknya maggot yaitu ada tidaknya

lalat

black soldier fly 

(

Hermetia illucens

) disekitar lokasi kultur. Selain itu, kandungan

nutrient dari media juga akan menentukan keberhasilan produksi. Hal ini dapat dilihat

dari data hasil praktikum, yaitu bahwa terdapat perbedaan biomassa panen dalam

kurun waktu yang sama antara penggunaan tepung bungkil kelapa sawit (PKM) dan

dedak sebagai media kultur.

Dalam menumbuhkan pakan alami diperlukan nutrien. Nutrien merupakan salah satu

faktor yang berpengaruh pada komposisi biokimia pakan alami (dalam hal ini maggot).

Kondisi nutrien yang optimum sangat penting untuk mendapatkan nilai produktivitas

maggot yang tinggi disertai dengan kualitas biomassa yang baik. Sumber nutrien yang

bisa digunakan untuk menumbuhkan maggot adalah yang banyak mengandung bahan

organik yang membusuk termasuk bangkai dan sisa-sisa tumbuhan atau sampah

(DuPonte, 2003). Perbedaan biomassa panen yang dihasilkan antara penggunaan

Palm

Kernel Meal

dan dedak diduga karena

Palm Kernel Meal

memiliki kandungan nutrien

yang lebih baik jika dibandingkan dengan dedak. Perbandingan kandungan

nutrien

Palm Kernel Meal

dan dedak dapat dilihat pada Tabel 2.

(22)

Sumber : O’Mara

et. al.

(1999) dan Murni

et. al.

(2008)

Mau tidaknya

black soldier fly 

(

Hermetia illucens

) untuk bertelur dalam media juga

sangat menentukan keberhasilan produksi. Diduga lalat

black soldier fly 

(

Hermetia

illucens

) hanya menyukai aroma media yang khas sehingga tidak semua media

budidaya dijadikan tempat bertelur bagi

black soldier fly 

(

Hermetia illucens

). Hal ini

sesuai dengan pernyataan Hartoyo dan Sukardi P. (2007) bahwa walaupun kandungan

nutrient media cukup bagus namun jika aroma media tidak dapat menarik lalat untuk

bersarang maka tidak akan dihasilkan maggot.

(23)

Budidaya maggot yang pernah berhasil dilakukan yaitu dengan menggunakan ampas

tahu dan campuran ikan asin. Menurut Hartoyo dan Sukardi P. (2007) ikan asin dalam

campuran ini berfungsi untuk menarik lalat agar mau bersarang dalam media yang

sudah disediakan. Sedangkan ampas tahu dipilih karena selain harganya murah juga

dikarenakan kandungan nutrient di dalamnya. Kandungan nutrient ampas tahu yaitu

23,55% protein, 5,54% lemak, 26,92% karbohidrat, 17,03% abu, 16,53% serat kasar, dan

10,43% air (www. Indopos.co.id). Selain itu, Newton et. al. (2005) melaporkan bahwa

kotoran babi dapat dijadikan sebagai media kultur. Hal serupa juga telah berhasil

dilakukan oleh ARE (2006). Oliver (2004) dalam penelitiannya menggunakan limbah

dari restoran sebagai media kultur. Sedangkan Hem et. al. (2008) menggunakan

 palm

kernel meal

(PKM) sebagai media pemeliharaannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa media nutrien

berupa bungkil kelapa sawit dan dedak dapat digunakan sebagai media untuk budidaya

maggot. Pemberian nutrien tersebut berpengaruh terhadap kepadatan popolasi dari

maggot. Aroma media diduga mempengaruhi lalat

black soldier 

untuk bertelur.

Kebutuhan pakan ikan oleh para petani ikan dari tahun ke tahun semakin

meningkat dan sulit untuk memenuhinya disebabkan usaha budidaya ikan yang

semakin terus bertambah jumlahnya, mengingat usaha penangkapan ikan di laut

lepas sudah mencapai over fishing, hal ini diperparah dengan harga pakan ikan

yang relatif mahal dan bahan baku pakan ikan yang sebagian besar masih

menggantungkan produk dari luar, untuk mengatasi permasalahan di atas perlu

dicarikan alternatif penyediaan bahan baku pakan ikan. Limbah sayuran yang

masih memiliki kandungan protein rata-rata 2-4% masih dapat ditingkatkan

kandungan proteinnya dengan cara merombaknya menjadi maggot (larva

dewasa) melalui proses biologis dengan memanfaatkan lalat hitam (Hermetia

(24)

illucens). Budidaya maggot lalat hitam pada media kultur berupa limbah sayur

dengan menggunakan pot biokonversi yang dilengkapi dengan alat pengendali

suhu sebesar 25ºC, 28ºC, 32ºC, 36ºC, 40ºC dan 45ºC secara konstan yang

diberikan pada setiap pot selama masa kultivasi, dapat memberikan efek yang

berbeda-beda. Dari keenam perlakuan suhu dapat di tarik kesimpulan bahwa

perkembangan lalat hitam mulai dari larva sampai menjadi maggot secara

optimum dilakukan pada suhu 36ºC dengan kelembaban relatif (RH) sebesar 78%,

hal ini ditandai dengan pertumbuhan larva yang sudah mencapai usia dewasa

(maggot) hanya memerlukan waktu 9 hari saja dan pada tahap ini maggot sudah

bisa dipanen. Dimana pada kondisi normal/alami (tanpa diberikan perlakuan

suhu) pertumbuhan larva menjadi maggot memerlukan waktu 15-21 hari atau 2-3

minggu. Sedikitnya 20% limbah sayuran yang digunakan sebagai media kultur

dapat terkonversi menjadi maggot lalat hitam, maggot inilah yang akan dijadikan

sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan, hasil analisis proksimat terhadap

maggot lalat hitam (Hermetia illucens) dengan bobot kering (kadar air < 10%)

yang dibudidayakan pada media kultur dari limbah sayur adalah protein sebesar

32%, lemak 5%, abu 3%, dan serat kasar sebanyak 3%.

LAM-Community

Development

Classic

(25)

      

Beranda

1.

OCT

6

BUDIDAYA PAKAN ALAMI KUTU AIR (DAPHNIA) DAN JENTIK

NYAMUK

BUDIDAYA PAKAN ALAMI

UNTUK

BENIH IKAN AIR TAWAR

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN

TEKNOLOGI PERTANIAN

JAKARTA

2000

BUDIDAYA PAKAN ALAMI

UNTUK BENIH IKAN AIR

TAWAR

Penulis:

DARMANTO

DARTI SATYANI

ADHISA PUTRA

CHUMAIDI

MEI ROCHJAT D

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN

TEKNOLOGI PERTANIAN

JAKARTA

(26)

2000

KATA

PENGANTAR

Rasa syukur kita panjatkan ke hadhirat Allah SWT, karena berkat bimbingan dan

lindungan-Nya maka penulisan brosur ini dapat diselesaikan. Brosur ini memuat informasi

teknis tentang penyediaan pakan alami untuk benih ikan air tawar, baik ikan hias maupun

ikan

konsumsi.

Brosur ini disusun berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh IP2TP Jakarta

bersama petani di wilayah Ciganjur dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan, serta

penelitian

pendahuluan

di

laboratorium

Instalasi

Penelitian

Perikanan

Air

Tawar

(Inlitkanwar)

Depok.

Kami menyadari tulisan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu saran perbaikan dari

pembaca

sangat

kami

harapkan.

Semoga brosur ini bermanfaat bagi para petani dan masyarakat penggemar ikan

pada

umumnya.

DAFTAR

ISI

Halaman

KATA

PENGANTAR

i

DAFTAR

ISI

ii

DAFTAR

TABEL

I.

PENDAHULUAN

1

II.

PAKAN

ALAMI

3

1.

Moina

4

2.

Daphnia

7

Ill.

PRODUKSI

MASSAL

PAKAN

ALAMI

9

1.

Infusoria

9

2.

Moina

dan

Daphnia

12

IV

PERHITUNGAN

USAHA

PRODUKSI

MASSAL

PAKAN

ALAMI

17

DAFTAR

BACAAN

20

DAFTAR

TABEL

Tabel I Kandungan Gin dan Kegunaan Pakan Alami ...4

Tabel

2

Keadaan

pH

dan

Jenis

Infusoria

Dominan

pada

Beberapa

Media

Tumbuh

Pakan

Alami

...12

Tabel 3 Budidaya Moina yang Berkesinambungan ...16

Tabel

4

Perhitungan

Parsial

Usahatani

Ikan

Mas

Koki

Tanpa

dan

Dengan Budidaya Pakan Alami Sendiri (2 pasang, selama I bulan) ...18

Tabel 5 Perbandingan Budidaya Sendiri dengan Mencari Pakan di Alam...19

I. PENDAHULUAN

Ikan hias dan ikan konsumsi merupakan ikan ekonomis penting di Wilayah Jakarta.

Di daerah ini, masih banyak dijumpai petani yang mengandalkan usaha ikan hias maupun

ikan konsumsi sebagai mata pencaharian utama. Apalagi dengan makin sempitnya lahan

pertanian, menyebabkan usaha budidaya dan pembenihan ikan banyak dilakukan di lahan

pekarangan.

(27)

Jenis ikan hias yang banyak dibudidayakan antara lain Oscar, Tetra, Blackghost,

Koki dan Cupang. Sedangkan untuk jenis ikan konsumsi terdiri dari Bawal Air Tawar,

Gurami, Patin dan Tawes. Saat masih benih, ikan tersebut sangat memerlukan pakan

alami/kutu air.

Keberadaan pakan alami sangat diperlukan dalam budidaya ikan dan pembenihan,

karena akan menunjang kelangsungan hidup benih ikan. Pada saat telur ikan baru

menetas maka setelah makanan cadangan habis, benih ikan membutuhkan pakan yang

sesuai dengan ukuran tubuhnya. Selama ini petani ikan melakukan pemberian pakan ke

benih ikan yang baru menetas dengan kuning telur matang dan susu bubuk. Pemberian

pakan seperti ini berakibat kualitas air media sangat rendah. Disamping air media cepat

kotor dan berbau amis, berakibat pula kematian benih ikan sangat tinggi sampai sekitar 60

- 70%.

Dengan bentuk dan ukuran mulut yang kecil, benih ikan sangat cocok diberikan

pakan alami. Untuk tahap awal, pakan yang diperlukan adalah pakan alami jenis

Infusoria/Paramaecium. Pada tahap selanjutnya sesuai dengan perkembangan ukuran

mulut ikan, jenis pakan alami yang cocok diberikan yaitu Moina, sedangkan pada tahap

akhir sampai ikan siap tebar bisa diberikan pakan alami jenis Daphnia.

Pakan alami merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan produksi benih ikan

hias maupun ikan konsumsi. Petani ikan di daerah Jakarta biasanya memenuhi kebutuhan

pakan alami dengan membeli Artemia maupun mencari jenis pakan lokal seperti Moina

dan Daphnia ke danau atau situ. Penggunaan pakan alami Artemia saat ini sangat tidak

ekonomis, karena selain pengadaannya sulit juga sangat mahal. Selain itu pengadaan

pakan dari alam tidak terjamin baik ketersediaan maupun kemurniannya. Pengambilan

pakan dari alam ini juga beresiko membawa bibit penyakit yang sangat berpengaruh

terhadap kelangsungan hidup benih ikan.

Budidaya pakan alami yang dilakukan sendiri oleh petani menjanjikan sejumlah

keuntungan, disamping kualitas kebersihan pakan terjamin, pakan alami produksi sendiri

 juga menghasilkan jenis pakan/kutu air seperti yang diharapkan. Penghematan waktu,

(28)

II. PAKAN ALAMI

Pakan alami ialah makanan hidup bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapa

 jenis pakan alami yang sesuai untuk benih ikan air tawar, antara lain lnfusoria

(Paramaecium sp.), Rotifera (Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp.

Pakan alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna dalam

usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai dengan lebar bukaan

mulut larva/benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih/larva

ikan untuk memangsanya. Pakan alami ini dapat diibaratkan "air susu ibu" bagi larva/benih

ikan yang dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan

dan perkembangannya.

Pakan alami Infusoria dapat dibudidayakan dengan media sayuran, sedangkan

pakan alami jenis Moina dan Daphnia dapat dilakukan dengan menggunakan kotoran

hewan kering yang ada di sekitar kita.

Kandungan gizi setiap jenis pakan alami berbeda-beda, namun pada umumnya

terdiri dari air, protein, lemak, serat kasar dan abu. Kandungan gizi pakan alami Moina

dan Daphnia dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini

Tabel

1.

Kandungan

Gizi

dan

Kegunaan

Pakan

Alami

Jenis

Kadar

Kandungan

Gizi

(%)

Pakan

Alami

Kadar air

(%),

Protein,

Lemak,

Serat

Kasar,

Abu,

Kegunaan

Moina

90,60

37,38

13,29

11,00

Pakan

benih umur

2-6

hari

Daphnia

94,78

42,65

8,00

2,58

4,00

Pakan

benih umur

6-12

hari

1.

Moina

Di kalangan petani Moina dikenal dengan nama "kutu air". Jenis kutu ini mempunyai

bentuk tubuh agak bulat, bergaris tengah antara 0,9 - 1,8 mm dan berwarna kemerahan.

Perkembangbiakan Moina dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu secara asexual atau

parthenogenesis

(melakukan

penetasan

telur

tanpa

dibuahi)

dan

secara

sexual

(melakukan penetasan telur dengan melakukan perkawinan/pembuahan terlebih dahulu).

Pada kondisi perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan telur

istirahat atau ephipium yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan sudah baik

kembali.

Moina mulai menghasilkan anak setelah berumur empat hari dengan jumlah anak

selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata berselang 1,25 hari, dengan

rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari, sedangkan umur hidup Moina adalah

sekitar

13

hari.

(29)

dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan kotoran hewan, Moina

akan tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 ° C

dan

pH

antara

6,5

-

9.

Jenis

makanan

yang

baik

untuk

pertumbuhan

Moina

adalah

bakteri.

Untuk

menangkap mangsa, Moina akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang

menyebabkan

makanan

terbawa

bersama

aliran

air

ke

dalam

mulut.

2.

Daphnia

Daphnia

mempunyai

bentuk

tubuh

lonjong,

pipih

dan

beruas-ruas

yang

tidak

terlihat. Pada kepala bagian bawah terdapat moncong yang bulat dan tumbuh lima pasang

alat tambahan. Alat tambahan pertama disebut Antennula, sedangkan yang ke dua

disebut antenna yang mempunyai fungsi pokok sebagai alat gerak. Tiga lainnya

merupakan

alat

tambahan

pada

bagian

mulut.

Perkembangbiakan Daphnia yaitu secara asexual atau parthenogenesis dan secara

sexual atau kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi, dengan

menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman hingga

menetas. Anak Daphnia dikeluarkan pada saat pergantian kulit. Pada kondisi perairan

yang baik, disamping individu betina dihasilkan pula individu jantan. Pada saat kondisi

perairan yang tidak menguntungkan, individu betina menghasilkan 1 -2 telur istirahat atau

epiphium

yang

akan

menetas

saat

kondisi

perairan

baik

kembali.

Daphnia mulai berkembang biak pada umur lima hari, dan selanjutnya setiap selang

waktu satu setengah hari akan beranak lagi. Jumlah setiap kali beranak rata-rata

sebanyak 39 ekor. Umur hidup Daphnia 34 hari, sehingga selama hidupnya mampu

menghasilkan

anak

kurang

lebih

558

ekor.

Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar, mendiami kolam atau

danau. Daphnia dapat tumbuh optimum pada suhu perairan sekitar 21 °C dan pH antara

6,5 - 8,5. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan Daphnia adalah bakteri,

fitoplankton

dan

detritus.

Kebiasaan makannya dengan cara membuat aliran pada media, yaitu dengan

menggerakan alat tambahan yang ada di mulut, sehingga makanan masuk ke dalam

mulutnya.

Ill.

PRODUKSI

MASSAL

PAKAN

ALAMI

1.

Tujuan

Produksi

Pakan

Alami

:

· Menyediakan pakan alami secara massal dan berkesinambungan untuk menunjang

usaha

pembenihan

ikan

ekonomis

penting.

· Meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan melalui pemberian pakan alami hasil

budidaya

secara

massal.

·

Menekan

pengeluaran

biaya

dan

penggunaan

tenaga

serta

waktu

dalam

penyediaan

pakan

alarm.

· Mencegah penyebaran bibit penyakit dan parasit yang dibawa pakan dari alam.

2.

Produksi

Massa

Infusoria

A.

Bahan-bahan

yang

diperlukan,

antara

lain

:

- Bak/ember plastik ukuran 15 liter (jumlah Ember/ bak tergantung keperluan)

- Media budidaya terdiri dari kulit Pepaya matang, daun Kol/Selada atau pelepah

pisang

(gunakan

salah

satu

media).

(30)

-

Air

kolam

atau

empang

sebagai

sumber

bibit

Infusoria

B.

Pelaksanaan

:

-

Isi

bak/ember

dengan

air

sampai

sekitar

10

liter

- Masukkan salah satu bahan (kulit Pepaya matang, daun Kol atau pelepah pisang)

ke dalam ember sebanyak 250 - 300 gram yang telah dibungkus kain kasa dan

diikat.

- Tambahkan sekitar 2 - 3 gayung (1 - 2 liter) air empang/kolam, untuk memasukkan

bibit

Infusoria

yang

akan

dibudidayakan

- Letakkan ember/bak plastik yang telah terisi kultur Infusoria pada tempat terlindung

dari panas matahari dan hujan, untuk menghindari perubahan suhu yang tidak

diinginkan.

- Tutup ember media budidaya dengan kain kasa untuk menghindari jentik nyamuk

atau

hewan

lain

masuk

ke

dalamnya.

C.

Pemanenan

:

- Pada hari ke-3, amati adanya lapisan tipis warna putih seperti awan di atas

permukaan air media yang menandakan Infusoria sudah berkembang dengan baik

(puncak

populasi

Infusoria

biasanya

terjadi

pada

hari

ke-4

dan

hari

ke-5)

- Ambil lapisan putih tersebut dengan menggunakan mangkuk atau piring kecil untuk

diberikan

pada

benih

ikan.

- Satu siklus budidaya Infusoria (selama 1 minggu) dapat digunakan untuk makanan

benih ikan sampai benih tersebut siap memakan jenis pakan alami yang lebih besar

yaitu

Moina

dan

Daphnia.

Biasanya

pemberian

pakan

alami

Infusoria

hanya

berlangsung

selama

2

-

3

hari.

Jenis Infusoria yang berkembang dipengaruhi oleh jenis media yang digunakan.

Setiap media memiliki pH tertentu yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan benih

ikan, apabila pemberian Infusoria dilakukan secara berlebihan. Pada media kulit pepaya

 jenis Infusoria yang dominan adalah Chlamydomonas sp. dan Colpoda sp. Sedangkan

pada media kol, pelepah pisang dan daun kipahit adalah Paramaecium sp. dan Euglena

sp. Media kulit pepaya dan pelepah pisang menunjukan pH yang cenderung asam dan ini

disukai ikan Neon tetra, sedangkan pada media kol dan daun kipahit pH cenderung netral

Akan tetapi secara umum semua jenis media dapat digunakan untuk budidaya Infusoria.

Pemberian lnfusoria ke benih ikan yang baru menetas, temyata dapat meningkatkan

derajat

kehidupan

benih

menjadi

80

-

90%.

Tabel 2. Keadaan pH dan Jenis Infusoria dominan pada Beberapa Media Tumbuh Pakan

Alami.

No

Media

PH

Jenis

Infusoria

dominan

1

Kol/Sawi

7,0

Paramaecium

sp.

dan

Euglena

2

Pepaya

5,5

Chlamydomonas

sp.

Dan

Colpoda

sp.

3

Pelepah

Pisang

5,5

Paramaecium

sp

dan

Euglena

sp.

4

Daun

Kipahit

7,0

Paramaecium

sp.

dan

Euglena

sp.

3.

Produksi

Massal

Moina/Daphnia

A.

Bahan-bahan

yang

diperlukan

:

- Bak beton / kolam budidaya ukuran 2 x 3 meter, dengan ketinggian 1 meter.

- Pupuk organik, yaitu kotoran ayam dan pupuk kompos (kebutuhan masing-masing

1-1,5

kg/m3

air

media).

-

Kantong

waring

untuk

tempat

pupuk

dan

tali

pengikat.

B.

Pelaksanaan

:

- Isi bak / kolam budidaya dengan air sampai ketinggian minimal 70 - 80 cm, untuk

menjaga kestabilan suhu media dan menghindarkan Moina maupun Daphnia dari

Gambar

Tabel 2. Produksi magot Calliphora sp umur 4 hari dalam bobot basah (kg) pada sistem pemeliharaan tertutup
Tabel 5. Produksi magot Hermetia illucens  Hermetia illucens umur 7 hari dalam bobot  umur 7 hari dalam bobot  basah (kg) pada sistem pemeliharaan tertutup basah (kg) pada sistem pemeliharaan tertutup
Tabel 7. Kandungan proksimat magot, PKM awal dan PKM fermentasi PKM fermentasi
Tabel  I  Kandungan  Gin  dan  Kegunaan  Pakan  Alami  .......................................................4 Tabel  2  Keadaan  pH  dan  Jenis  Infusoria  Dominan  pada  Beberapa Media  Tumbuh  Pakan  Alami  .............................................
+2

Referensi

Dokumen terkait

Subkontraktor di namakan dan pembekal di namakan mungkin akan di lantik semula kepada kontraktor baru dengan syarat mereka bersetuju meneruskan kerja subkontraktor atau membekal

Sebaliknya jika ukuran sampel kecil dan asumsi normalitas multivariat yang tidak terpenuhi maka dapat menggunakan metode SEM alternatif berbasis varians yaitu

Tonggat tunggal terbuat dari kayu secara keseluruhan ataupun ada juga yang membuat bagian lancip dengan dilapisi besi agar lebih tajam pada saat digunakan.. Cara menggunakan

Ide dari pembuatan asap cair dari batang kayu karet dan cangkang kelapa sawit ini adalah untuk bahan alternatif koagulan lateks pengganti bahan kimia seperti asam

Mengacu pada Pasal 11 ayat (1) Undang_undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah terdiri atas

Renita Manurung, M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi ilmu,arahan dan dana selama pelaksanaan penelitian ini serta banyak memberikan bimbingan dalam

Dampak dari kepemimpinan spiritual ini berdasar pada visi, kasih yang, alruistik dan hope/ faith yang dihipotesakan untuk menghasilkan sebuah peningkatan dalam

Terdapat perbedaan yang bermakna antara obat analgetik etoricoxib kelompok perlakuan terhadapat rasa nyeri pasca odontetomi dengan kelompok pasien yang diberi obat